PERATURAN BUPATI SERAM BAGIAN BARAT PROVINSI MALUKU NOMOR: 03 TAHUN2015 TENTANG PENERTIBAN HEWAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERAM BAGIAN BARAT, Menimbang : a. bahwa salah satu upaya untuk menjaga ketertiban umum atas pemeliharaan hewan ternak di Kabupaten Seram Bagian Barat perlu diadakan penertiban, pembinaan dan pengawasan terhadap pemeliharaan hewan ternak; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a diatas penertiban hewan ternak di Kabupaten Seram Bagian Barat perlu diatur dengan Peraturan Bupati. mengingat : 1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara republic Indonesia Nomor 2824); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 3. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699); 4. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat dan Kabupaten Kepulauan Am di Provinsi Maluku (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 155, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 155, Tambahan Lembaran Negara republic Indonesia Nomor 4350); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik
2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008, Nomor 4844); 6. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5015); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1998 tentang Kesehatan Masyarakat Verteriner (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3373); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota 9. Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 2011 tentang Pengendalian Zoonosis; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat Verteriner dan Kesejahteraan Hewan; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2013 tentang Pemberdayaan Ternak; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah. MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PENERTIBAN HEWAN TERNAK BAB I KETENTUAN UMUM Dalam peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta Perangkat Daerah Otonom lainnya sebagai badan eksekutif daerah; 2. Bupati adalah Bupati Seram Bagian Barat; 3. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja adalah Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Seram Bagian Barat;
oleh manusia serta dipeliharan khusus sebagai penghasil bahan-bahan dan jasa-jasa yang berguna bagi kepentingan hidup manusia; 5. Badan adalah Perseroan Terbatas,perseroan Comanditer, Badan Usaha Milik Negara/Daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, kongsi, perkumpulan, Koperasi, Yayasan atau Lembaga dan bentuk usaha tetap serta badan usaha lainnya; 6. Ternak Besar adalah sapi, kerbau dan kuda; 7. Ternak Kecil adalah babi, kambing dan domba; 8. Penertiban Ternak Adalah penataan ternak baik ternak berkaki dua maupun empat sehingga tidak berkeliaran secara bebas; 9. Pemeliharaan Ternak adalah ternak yang dijaga/dipelihara secara intensif; 10. Lokasi pemeliharaan adalah tempat memelihara ternak yang tidak mengganggu lingkungan dan peruntukan lahan; 11. Mengkandangkan adalah membatasi pergerakan ternak agar tidak menimbulkan bahaya dan mengganggu kebersihan, keamanan lingkungan serta kepentingan umum; 12. Tanda identitas adalah suatu tanda yang dilekatkatkan atau ditempel pada badan hewan dalam bentuk apapun sebagai tanda pengenal pasca pelaksanaan pernertiban oleh Tim; 13. Petugas adalah mereka yang karena tugas dan fungsi melaksanakan Peraturan Bupati ini; 14. Penertiban adalah tindakan untuk menegakkan prosedur menurut peraturan yang berlaku; BAB II OBJEK DAN SUBJEK PENERTIBAN Pasal 2 Objek penertiban adalah hewan ternak yang berkeliaran dan/atau dilepaskan pemilik ternak dan/atau Pengusaha Ternak pada tempat-tempat yang dilarang. Pasal 3 Subjek penertiban adalah orang pribadi atau badan yang memelihara dan/atau mengusahakan hewan ternak.
Pasal 4 (1) Jenis ternak yang ditertibkan adalah a. Kerbau, Sapi dan sejenisnya; b. Kuda dan sejenisnya; c. Kambing dan sejenisnya, d. Babi, dan e. Anjing. (2) Jenis ternak sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf e diatur dengan Peraturan tersendiri. BAB IV, KEWAJIBAN DAN LARANGAN Bagian Kesatu Pemilik/Pengusaha Ternak Pasal 5 (1) Setiap Pemilik ternak diwajibkan memelihara ternak dengan baik serta mengamankannya dalam kandang atau diikat pada tempat /areal tertentu sehingga tidak terlepas atau berkeliaran (2) Lx)kasi kandang atau penangkaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus jauh dari: a. Permukiman Penduduk; b. Rumah Ibadah; c. Tempat Pendidikan; d. Perkantoran; e. Sungai dan/atau sumber-sumber air bersih; f. Pasar-pasar; g. Terminal, h. Jalan-jalan protokoler, dan i. Tempat keramaian lainnya. (3) Jarak lokasi kandang sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf h berjarak paling dekat 50 (lima puluh) meter. (4) Dalam hal kadang ternak dekat dengan permukiman penduduk wajib mendapatkan persetujuan dari tetangga dan diketahui oleh Kepala Desa setempat. Pasal 6 Pemilik ternak dilarang : a. Melepaskan/mengembalakan ternaknya pada lokasi tertentu antara lain : 1. Lokasi Penghijauan; 2. Lokasi Reboisasi; dan 3. Lokasi Pembibitan b. Melepaskan/mengembalakan ternaknya pada : 1. Pekarangan rumah;
4. Lapangan olah raga, dan 5. Tempat-tempat lain yang menimbulkan kerusakan c. Melepaskan ternaknya sehingga berkeliaran di dalam kota, jalan-jalan umum dan/atau tempat lainya yang dapat menggangu keselamatan/kelancaran pemakai jalan. Pasal 7 (1) Pemilik/Pengusaha, yang ternaknya ditangkap setelah mendapatkan pemberitahuan resmi dari petugas wajib menyediakan makan untuk ternaknya selama berada dikandang penampungan. (2) Dalam hal pemilik ternak tidak menyediakan makan ternak, maka kepadanya akan dikenai biaya pengganti sebesar Rp.25.000. (dua puluh lima ribu rupiah) per-hari per-ekor. Bagian Kedua Petugas Penertiban Pasal 8 (1) Petugas dalam melakukan penertiban hewan ternak wajib : a. Menjaga keselamatan hewan ternak; b. Menjaga keamanan hewan ternak; c. Memberikan tanda pengenal pada hewan yang ditangkap, dan d. Menyampaikan/mengumumkan secara terbuka kepada masyarakat umum tentang hasil penangkapan/penertiban terhadap ternak tersebut dalam jangka waktu 1 (satu) kali 24 jam (2) Dalam hal hewan ternak tidak dapat dijinakan dan/atau ditangkap dan secara nyata dapat membahayakan petugas penertiban, maka dilakukan tindakan tegas berupa tembak ditempat. Pasal 9 (1) Petugas dalam melakukan penangkapan dilarang bertindak diskriminatif terhadap pemilik hewan ternak. (2) Petugas dilarang sebagai pembeli atas ternak yang dilelang BAB V BIAYA TEBUSAN PENANGKAPAN Pasal 10 (1) Hewan ternak yang ditangkap oleh petugas dapat diambil oleh pemiliknya setelah membayar uang tebusan sebagai berikut: a. Untuk ternak besar seperti Sapi, Kerbau, Kuda dan sejenisnya sebesar Rp. 500,000,"(lima ratus ribuh rupiah) per-ekor b. Untuk ternak kecil seperti kambing, domba dan sejenisnya Rp. 150.000,- ( seratus lima puluh ribu rupiah) per -ekor
Daerah sebagai Penerimaan Daerah Lain-lain dan 75% digunakan untuk biaya operasional Tim Penertiban Hewan Ternak. BAB VI KETENTUAN TEBUSAN ATAS HEWAN TERNAK YANG DITANGKAP Pasal 11 (1) Setiap ternak yang ditangkap oleh Tim Penertiban hams ditebus pemiliknya paling lama dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah diumumkan. (2) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pemilik hewan ternak belum menebus, maka pemerintah daerah dapat menjualnya melalui proses lelang terbuka untuk umum Pasal 12 (1) Hasil penjualan melalui proses lelang harus diketahui oleh pemilik hewan ternak. (2) Hasil penjualan sebagaimana dimaksud ayat (1) akan dikembalikan kepada pemilik ternak setelah melalui perhitungan semua kewajiban biaya tebusan dan administrasi pelaksanaan lelang (3) Besaran biaya admnistrasi leleng harus diberitahukan kepada pemilik hewan ternak BAB VII KETENTUAN PENERTIBAN Pasal 13 (1) Penertiban Hewan ternak dilakukan oleh Tim Penertiban Hewan ternak Kabupaten Seram Bagian Barat dengan melibatkan Instansi Vertikal Daerah. (2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati BAB VIII KETENTUAN SANKSI Pasal 14 (1) Petemak yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 dan Pasal 6, disamping dikenai uang tebusan dapat juga dipidana dengan pidana kurungan selama 3 (tiga) bulan kurungan atau denda paling banyak Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah) (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah pelanggaran.
Pasal 15 Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik dapat melakukan penyidikan tindak pidana dibwah koordinasi POLRES Seram Bagian Barat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BABX PENUTUP Pasai 16 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan Agar setiap orang dapat mengetahuinya,memerintahkan pengundangan peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Seram Bagian Barat. Ditetapkan di Pirn pada tanggal, 30 Maret 2015 BUPATI SERAM BAGIAN BARAT TTD JACOBUS FREDERIK PUTTILEIHALAT pada tanggal 30 Maret 2015 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT TTD MANSUR TUHAREA SALINAN SESUAI DENGAN ASLINYA Kepala Bagian Hukum dan Organisasi Setda Kabupaten Seram Bagian Barat H.Sv. SILAWANE. SH.M.Si NIP. 19650606 199303 1 017 BERITA DAERAH KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT TAHUN 2015 NOMOR 083