ANALISIS GEJALA BAHASA PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SAWIT

dokumen-dokumen yang mirip
Kata kunci: kesalahan ejaan, karangan siswa kelas V.

ABSTRAK. Kata kunci : kesalahan kebahasaan, surat dinas, pemerintahan desa grugu.

Oleh: Dwi Astuti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA MADING DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA JURNAL ILMIAH

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA KARANGAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 1 SAMBI

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 1 WELERI TAHUN AJARAN 2013/2014

ABSTRAK. Kata kunci : kesalahan kebahasaan, surat dinas, pengadilan negeri kabupaten wonosobo

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan

Skripsi Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Di susun oleh : Nur Rochman Prabowo ( A )

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN AFIKS PADA KARANGAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SAMBI

Buku ini memuat kumpulan tulisan penulis dalam rangka

ANALISIS DAN KOREKSI KESALAHAN PENALARAN PADA PENGGUNAAN BAHASA PAPAN PERINGATAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA SKRIPSI

ASPEK GRAMATIKAL KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINAIF DALAM KARANGAN ARGUMENTATIF SISWA X TKJB SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS KELAS KATA DAN POLA KALIMAT PADA TULISAN CERITA PENDEK SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

menggunakan konjungsi pada karangan yang dibuatnya.

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN EYD PADA MAJALAH DINDING SISWA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA JURNAL ILMIAH

INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF DALAM DAKWAH DI RADIO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. SMP N 2 Banyudono terletak di Jalan Jembungan, Banyudono, Boyolali.

KESALAHAN EJAAN PADA TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMK PN 2 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMK

Oleh: Laili Nurul Fathimah Program Studi Pendidikan dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Aji Dwi Prasetyo, pendidikan bahasa dan sastra Indonesia ABSTRAK

Oleh: Herni Febri Ariastanti Program Studi Pendidikan dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan

PENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KROYA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X MAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS VII MTs PADURESO

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN METODE FIELD TRIP PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 22 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh: Dani Kristanto Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo e-mali:

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA PADA BUKU TEKS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VIII SMP DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMK

Oleh: lis Supriyati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

KAJIAN GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN EUFEMISME PADA KEPALA BERITA HARIAN SOLO POS. Naskah Publikasi Ilmiah. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF EKSPOSISI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS XI SMK SETIA KARYA DEPOK

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA WACANA EKSPOSISI SISWA SD DI DESA SELO KECAMATAN SELO KABUPATEN BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA KALIMAT MAHASISWA THAILAND YANG BELAJAR DI UMS (ASPEK EJAAN, KEMUBAZIRAN, KEPADUAN, DAN KELOGISAN)

KETIDAKEFEKTIFAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH SISWA DI KELAS XI UPW A SMK NEGERI 1 SINGARAJA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Oleh: Agustian Priyanata, pendidikan bahasa dan sastra Indonesia. ABSTRAK

ANALISIS JENIS DAN LATAR BELAKANG PENGGUNAAN DIKSI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIIIC SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN SINTAKSIS PADA PENULISAN TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

ANALISIS PENGGUNAAN BENTUK MUBAZIR KATA PADA KARANGAN SISWA KELAS XI MIPA 2 DI SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA SURAT KABAR HARIAN JATENG POS EDISI JANUARI 2013 NASKAH PUBLIKASI

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 NGUTER, SUKOHARJO

ANALISIS KESALAHAN ORTOGRAFI PADA KARANGAN BERBAHASA JAWA RAGAM KRAMA SISWA KELAS X TKR A SMK YPT PURWOREJO

Oleh: Mame Bagja Melani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG FONOLOGI CERPEN BERDASARKAN PERISTIWA YANG DIALAMI SISWA KELAS IXA SMP MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA PENULISAN PENGALAMAN PRIBADI SISWA KELAS X A SMK BATIK 2 SURAKARTA JURNAL ILMIAH

PENGGUNAAN BAHASA KATA TIDAK BAKU DAN CAMPUR KODE DALAM NASKAH DRAMA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012. Naskah Publikasi Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA PENULISAN LATAR BELAKANG SKRIPSI MAHASISWA NON BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUSUN KOSAKATA DASAR MENJADI PARAGRAF DESKRIPSI MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS I SD NEGERI I KEPOSONG NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KATA CINTA DALAM BAHASA INDONESIA KAJIAN MORFOLOGI DAN SEMANTIK

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran bahasa Indonesia saat ini cenderung kurang baik. Semua itu karena kurangnya minat baca siswa. Seperti yang disampaikan

Topik berarti pokok pembicaraan atau pokok permasalahan. Topik karangan merupakan jawaban atas pertanyaan masalah apa yang akan ditulis?

Oleh: Mukhlisotun Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kaum terpelajar siswa dan mahasiswa dituntut untuk bisa

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI MELALUI MODEL STAD SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

I. PENDAHULUAN. Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN

ANALISIS KESALAHAN BIDANG MORFOLOGI PADA KARANGAN DESKRIPTIF SISWA SMA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA WIDYA KUTOARJO

KETERAMPILAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI SEBAGAI KREATIVITAS MENGARANG SISWA: STUDI KASUS SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS PENGGUNAAN EYD DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 JUWIRING KLATEN NASKAH PUBLIKASI

Oleh: Anisah Prabawati NIM pendidikan bahasa dan sastra Indonesia Kata kunci: Menulis cerpen, metode kuantum

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR PEMANDANGAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS VIII SMP N 9 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI DENGAN MEDIA KARIKATUR PADA SISWA KELAS XI SMK TAMTAMA PREMBUN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPLANASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 KEPIL TAHUN AJARAN 2015/2016

ANALISIS KETERANGAN ASPEK PADA CERPEN SURAT KABAR SOLOPOS EDISI BULAN DESEMBER 2012 (TINJAUAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI

ANALISIS DEIKSIS DALAM TAJUK RENCANA KORAN REPUBLIKA

ANALISIS PENGGUNAAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu

BENTUK MUBAZIR DAN KATA TIDAK BAKU PADA KARANGAN NARASI PENGALAMAN PRIBADI SISWA KELAS X IPS-3 SMA NEGERI 1 TUNJUNGAN BLORA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sangat berperan penting perannya bagi kehidupan

KEMAMPUAN MENYEMPURNAKAN KALIMAT RANCUMELALUI MODEL COMPLETE SENTENCE SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 BONE-BONE KABUPATEN LUWU UTARA

KEMAMPUAN MENULIS NARASI BERDASARKAN PENULISAN KEMBALI PENGALAMAN YANG MENYENANGKAN PADA SISWA KELAS VII SLTP AL IRSYAD SURAKARTA TAHUN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

Analisis Kontaminasi Bahasa Asing terhadap Bahasa Indonesia dalam Iklan Surat Kabar Tribun BATAM Tanggal 17 Januari serta 5 Februari 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dihasilkan dari alat

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

Oktorita Kissanti Rahayu

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN PEMANFAATAN LAGU RELIGI CIPTAAN LETTO PADA SISWA KELAS X MA SALAFIYAH PENJALINAN MAGELANG

PROSES MORFOLOGIS KARANGAN SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 2 GATAK SUKOHARJO TAHUN AJARAN JURNAL ILMIAH

NASKAH PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Bahasa, Sastra, Indonesia, dan Daerah DIAN TITISARI A

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

Transkripsi:

ANALISIS GEJALA BAHASA PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SAWIT NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah HANIFAH RENDRA YUWONO A 310 080 188 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

ii

ABSTRAK ANALISIS GEJALA BAHASA PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SAWIT Hanifah Rendra Yuwono. A. 310080188, Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan wujud gejala kontaminasi pada karangan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawit, (2) mendeskripsikan wujud gejala pleonasme pada karangan deskripsi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawit, (3) mendeskripsikan wujud gejala hiperkorek pada karangan deskripsi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawit. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Objek penelitian ini adalah gejala bahasa pada karangan deskripsi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawit. Data penelitian ini adalah karangan deskripsi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawit. Sumber data dalam penelitian ini diambil dari sampel dan informan. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, teknik dokumentasi, teknik simak, dan teknik catat. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode agih dengan teknik lesap. Teknik penyajian data dengan menggunakan metode informal yaitu perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa yang mana dalam penelitian ini menyajikan data berupa wujud gejala bahasa pada karangan deskripsi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawit. Hasil penelitian ini antara lain: 1) wujud gejala kontaminasi pada karangan deskripsi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawit meliputi: a) kontaminasi kalimat, b) kontaminasi susunan kata seperti kata sering kali dan berulang kali. 2) wujud gejala pleonasme pada karangan deskripsi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawit meliputi: a) searti dalam satu frasa, seperti terlihat pada frasa sangat besar sekali, sangat indah sekali, dan zaman dahulu kala, b) kata kedua tidak perlu, seperti terdapat pada frasa terapung di atas air, naik ke atas, dilihat dengan mata, mengalir dari atas ke bawah dan tending dengan kaki, c) bentuk jamak seperti pada frasa banyak wahana-wahana, banyak anak-anak, semua orang-orangnya, para siswa-siswa, d) bentuk namun demikian. 3) wujud gejala hiperkorek pada karangan deskripsi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawit meliputi: a) fonem /s/ dijadikan /sy/ terdapat pada kata disyahkan, b) fonem /p/ dijadikan /f/ terdapat pada kata faham, fikir, dan berfikir, c) gejala hiperkorek dengan /au/ pengganti /o, e/ terdapat pada kata tauladan. Kata Kunci: Kontaminasi, pleonasme, hiperkorek. iii

A. PENDAHULUAN Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang menghasilkan suatu karya dari hasil kreasi, ide dan gagasan (Tarigan, 1984: 3-4). Menulis sebuah karangan tidak terlepas dari kaidah tata bahasa yang berlaku. Kaidah tata bahasa harus diperhatikan pada saat siswa membuat suatu karangan agar terhindar dari kesalahan penulisan. Kata-kata atau kalimat-kalimat yang tersusun tanpa pedoman sering menimbulkan gejala bahasa yang dapat merusak bahasa itu sendiri. Gejala bahasa yang sering muncul dalam suatu karangan siswa merupakan suatu hal yang wajar. Kesalahan umum berbahasa Indonesia timbul karena bahasa Indonesia yang sedang berkembang. Bahasa yang benar adalah pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang dianggap baku (Hasan, dkk, 2010: 20). Dalam bahasa tulis atau dalam kegiatan menulis siswa sering berpedoman pada bahasa mereka sehari-hari yang tidak resmi. Hal yang mereka anggap benar namun ternyata salah dalam pedoman bahasa Indonesia atau tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia sering sekali ditemukan dalam karangan siswa. Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah gejala kontaminasi, gejala pleonasme dan gejala hiperkorek pada karangan deskripsi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawit. Permasalahan yang dibahas di dalam penelitian ini adalah gejala bahasa pada karangan deskripsi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawit. Sebelum diadakan penelitian dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1) Bagaimana wujud gejala kontaminasi pada karangan deskripsi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawit?, 2) Bagaimana wujud gejala pleonasme pada karangan deskripsi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawit?, 3) Bagaimana wujud gejala hiperkorek pada karangan deskripsi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawit?. Gejala bahasa merupakan peristiwa yang berhubungan dengan bentukan kata atau kalimat dengan segala macam proses pembentukannya (Badudu, 1982: 47). Ada beberapa macam gejala bahasa diantaranya adalah gejala kontaminasi, 1

2 gejala pleonasme dan gejala hiperkorek. Kontaminasi ialah suatu gejala bahasa yang dalam bahasa Indonesia diistilahkan dengan kerancuan. Rancu artinya kacau, jadi kerancuan artinya kekacauan (Badudu, 1982: 51). Kontaminasi merupakan salah satu gejala bahasa yang mana dalam bahasa Indonesia terlihat rancu atau kacau sehingga dapat merusak bahasa itu sendiri. Maka gejala kontaminasi ini dapat bedakan menjadi kontaminasi kalimat, kontaminasi bentukan kata, dan kontaminasi susunan kata. Pleonasme atau kemubaziran adalah kesalahan berbahasa yang disebabkan oleh penggunaan kata yang berlebihan dalam pemakaian atau penggunaan kata yang tidak diperlukan (Markhamah & Sabardila, 2011: 153). Pleonasme atau kemubaziran merupakan pemakaian kata yang berlebihan, yang sering timbul pada suatu tulisan atau karangan. Penggunaan kata yang berlebihan akan menjadi sia-sia dan bisa menimbulkan gejala bahasa yang dapat merusak bahasa itu sendiri. Beberapa contoh gejala pleonasme adalah searti dalam satu frase, kata kedua tidak perlu, bentuk jamak, bentuk namun demikian, dan bentuk resiprokal. Menurut Muslich (2008: 104) gejala hiperkorek merupakan proses pembentukan bentuk yang sudah betul lalu malah menjadi salah. Maksudnya, sesuatu yang sudah dibetulkan lagi, yang akhirnya malah menjadi salah, setidaknya dianggap bentuk yang tidak baku. Gejala hiperkorek dapat dibedakan menjadi fonem /s/ menjadi /sy/, fonem /p/ menjadi /f/, fonem /y/ menjadi /z/, fonem /h/ menjadi /kh/, dan fonem /o,e/ menjadi /au/. B. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. penelitian deskriptif kuatitatif adalah jenis penelitian yang menggambarkan hasil penelitian yang berupa kata-kata tanpa menggunakan prosedur statistik. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sawit, pada siswa kelas VIII. Sekolah ini beralamat Gatak, kecamatan Sawit, kabupaten Boyolali.

3 Objek penelitian ini adalah gejala bahasa pada karangan deskripsi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawit. Data penelitian ini adalah karangan deskripsi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawit. Sumber data dalam penelitian ini diambil dari sampel dan informan. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, teknik dokumentasi, teknik simak, dan teknik catat. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode agih dengan teknik lesap. Teknik penyajian data dengan menggunakan metode informal yaitu perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa yang mana dalam penelitian ini menyajikan data berupa wujud gejala bahasa pada karangan deskripsi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawit (Sudaryanto, 1993: 145). C. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sawit, pada siswa kelas VIII. Sekolah ini beralamat Gatak, kecamatan Sawit, kabupaten Boyolali. Peneliti mengambil data penelitian di SMP Negeri 1 Sawit dengan maksud data yang diperoleh sesuai dengan harapan peneliti karena siswa yang dijadikan objek penelitian dirasa mampu untuk menghasilkan data yang diinginkan peneliti sehubungan dengan penelitian yang berjudul Analisis Gejala Bahasa Pada Karangan Deskripsi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sawit. Siswa SMP Negeri 1 Sawit mampu mengarang deskripsi karena guru pengampu pelajaran bahasa Indonesia mengajarkan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawit teori mengenai jenis-jenis paragraf yang didalamnya terdapat paragraf deskripsi serta menulis paragraf deskripsi yang dijadikan tugas rumah. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan terhadap kelas VIII ini diharapkan dapat memperbaiki karangan deskripsi tanpa terdapat kesalahan-kesalahan berbahasa yang menimbulkan gejala bahasa sehingga menjadi karangan deskripsi yang baik dan benar. Wujud gejala bahasa yang ditemukan dalam karangan deskripsi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawit adalah sebagai berikut. 1. Wujud Gejala Kontaminasi a. Kontaminasi Kalimat

4 (1) Tetapi walaupun adanya cerita tersebut pantai itu juga banyak pengunjungnya. (Kr.10/P.2/kal.6) Kerancuan yang tampak pada kalimat di atas adalah pemakaian kata tetapi dan walaupun di awal kalimat. Kata tetapi dan walaupun merupakan konjungsi pertentangan. Kata hubung yang bersifat sama dijadikan satu frasa mengakibatkan kalimat menjadi rancu. Bentuk kalimat asal yang benar adalah: (1a) Walaupun ada cerita tersebut pantai itu juga banyak pengunjungnya. (1b) Tetapi ada cerita tersebut pantai itu juga banyak pengunjungnya. b. Kontaminasi Susunan kata (1) Keadaannya ramai dan sering kali macet. (Kr.27/P.1/Kal.2) Kerancuan yang tampak pada kalimat di atas adalah pemakaian kata sering kali. Kata sering kali muncul dari pengaruh kata sering dan berkali-kali yang memiliki maksud lebih dari sekali. Sehingga penggabungan kata sering kali menjadi rancu karena pada dasarnya kata tersebut dapat berdiri sendiri-sendiri. Bentuk kalimat yang benar adalah: (1a) Keadaanya ramai dan sering macet. (1b) Keadaannya ramai dan berkali-kali macet. 2. Wujud Gejala Pleonasme a. Searti dalam satu frase (1) Aku juga jalan-jalan mengelilingi kerucut itu dan sangat besar sekali halamannya. (Kr.2/P.3/Kal.1) Kemubaziran yang tampak pada kalimat di atas adalah bentuk superlatif yang berlebihan pada frasa sangat besar sekali. Kata sangat dan kata sekali ditambah dengan kata sifat akan memiliki arti yang sama yaitu berlebih-lebih dan yang paling, sehingga apabila dua kata yang mempunyai makna yang sama diletakkan dalam satu frasa akan terjadi bentuk superlatif yang berlebihan atau kemubaziran. Bentuk kalimat yang benar adalah:

5 (1a) Aku juga jalan-jalan mengelilingi kerucut itu dan sangat besar halamannya. (1b) Aku juga jalan-jalan mengelilingi kerucut itu dan besar sekali halamannya. b. Kata kedua tidak perlu (1) Air yang mengalir dari atas ke bawah, sungguh indah tuk kita nikmati. (Kr.13/P.4/Kal.6) Kemubaziran yang tampak pada kalimat di atas adalah kata kedua tidak perlu karena makna yang dimaksud sudah terkandung pada kata sebelumnya. Pada kalimat di atas terdapat pada frasa mengalir dari atas ke bawah. Kata mengalir sudah menunjukkan maksud dari atas ke bawah, sehingga kata dari atas ke bawah tidak perlu digunakan. Bentuk kalimat yang benar adalah: (1a) Air yang mengalir sungguh indah tuk kita nikmati. c. Bentuk jamak (1) Di sana ada banyak wahana-wahana yang menarik. (Kr.1/P.2/Kal.2) Kemubaziran yang tampak pada kalimat di atas adalah kata yang menyatakan lebih dari satu. Pada kalimat di atas terdapat pada frasa banyak wahana-wahana. Kata banyak memiliki arti lebih dari satu, kata ulang wahana-wahana juga memiliki arti lebih dari satu wahana. Sehingga frasa banyak wahana-wahana merupakan kemubaziran bentuk jamak. Bentuk kalimat yang benar adalah: (1a) Di sana ada banyak wahana yang menarik. (1a) Di sana ada wahana-wahana yag menarik. d. Bentuk namun demikian (1) Namun demikian, kota ini telah terkenal hingga ke manca Negara karena kawasan ini merupakan objek pariwisata yang cocok untuk dijadikan pilihan saat berlibur maupun berdarma wisata. (Kr.11/P.2/Kal.2) Kemubaziran yang tampak pada kalimat di atas adalah bentuk rancu namun demikian. Kata demikian tepat digabung dengan kata

6 meskipun atau walaupun. Sedangkan kata namun sudah memiliki makna walaupun demikian atau meskipun demikian, sehingga bentuk namun demikian menjadi mubazir. Bentuk kalimat yang benar adalah: (1a) Namun kota ini telah terkenal hingga ke manca Negara karena kawasan ini merupakan objek pariwisata yang cocok untuk dijadikan pilihan saat berlibur maupun berdarma wisata. (1b) Meskipun demikian, kota ini telah terkenal hingga ke manca Negara karena kawasan ini merupakan objek pariwisata yang cocok untuk dijadikan pilihan saat berlibur maupun berdarma wisata. (1c) Walaupun demikian, kota ini telah terkenal hingga ke manca negara karena kawasan ini merupakan objek pariwisata yang cocok untuk dijadikan pilihan saat berlibur maupun berdarma wisata. 3. Wujud Gejala Hiperkorek a. Fonem /s/ dijadikan /sy/ (1) Borobudur telah disyahkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO yang harus dirawat dan dilestarikan keberadaannya. (Kr.31/P.3/Kal.2) Pembentukan bentuk kata yang sudah betul dibenarkan namun menjadi salah, tampak pada kalimat di atas adalah terletak pada kata disyahkan. Kata dasar syah merupakan bentuk yang dibetulkan namun menjadi salah karena pengaruh bahasa Arab yaitu fonem yang dilukiskan dengan huruf syin, sedangkan dalam bahasa Indonesia tidak mengenal fonem /sy/, kata baku syah dalam bahasa Indonesia adalah sah. Bentuk kalimat yang benar adalah: (1a) Borobudur telah disahkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO yang harus dirawat dan dilestarikan keberadaannya. b. Fonem /p/ dijadikan /f/

7 (1) Para warga faham kalau menjaga lingkungan itu sangat penting sekali untuk kebahagiaan bersama. (Kr.24/P.4/Kal.3) Pembentukan bentuk kata yang sudah betul namun menjadi salah, tampak pada kalimat di atas adalah terletak pada kata faham. Kata faham merupakan bentuk yang dibetulkan namun menjadi salah karena pengaruh bahasa Arab yaitu fonem yang dilukiskan dengan huruf f sedangkan bentuk baku kata faham dalam bahasa Indonesia adalah paham. Bentuk kalimat yang benar adalah: (1a) Para warga paham kalau menjaga lingkungan itu sangat penting sekali untuk kebahagiaan bersama. c. Gejala hiperkorek dengan /au/ pengganti /o, e/ (1) Kelas VIII A termasuk kelas yang para siswa-siswanya merupakan siswa tauladan dan pilihan. (Kr.5/P.1/Kal.6) Pembentukan bentuk kata yang sudah betul namun menjadi salah, tampak pada kalimat di atas adalah terletak pada kata tauladan. Kata tauladan merupakan bentuk yang dibetulkan namun menjadi salah karena pengaruh analogi bahasa Arab yaitu fonem yang dilukiskan dengan huruf au sedangkan dalam bahasa Indonesia menggunakan fonem /o/ atau /e/ sehingga menjadi kata teladan. Bentuk kalimat yang benar adalah: (1a) Kelas VIII A termasuk kelas yang para siswa-siswanya merupakan siswa teladan dan pilihan. D. SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Wujud gejala bahasa yang muncul pada karangan deskripsi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawit adalah 1) wujud gejala kontaminasi pada karangan deskripsi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawit meliputi: a) kontaminasi kalimat, b) kontaminasi susunan kata seperti kata sering kali dan berulang kali. 2) wujud

8 gejala pleonasme pada karangan deskripsi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawit meliputi: a) searti dalam satu frasa, seperti terlihat pada frasa sangat besar sekali, sangat indah sekali, dan zaman dahulu kala, b) kata kedua tidak perlu, seperti terdapat pada frasa terapung di atas air, naik ke atas, dilihat dengan mata, mengalir dari atas ke bawah dan tendang dengan kaki, c) bentuk jamak seperti pada frasa banyak wahana-wahana, banyak anak-anak, semua orang-orangnya, para siswa-siswa, d) bentuk namun demikian. 3) wujud gejala hiperkorek pada karangan deskripsi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawit meliputi: a) fonem /s/ dijadikan /sy/ terdapat pada kata disyahkan, b) fonem /p/ dijadikan /f/ terdapat pada kata faham, fikir, dan berfikir, c) gejala hiperkorek dengan /au/ pengganti /o, e/ terdapat pada kata tauladan. Berdasarkan pada hasil analisis data dalam penelitian ini dapat disarankan sebagai berikut: 1) Bagi para guru khususnya guru mata pelajaran bahasa Indonesia untuk lebih memberikan pengetahuan mengenai katatabahasaan bahasa baku bahasa Indonesia dan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, supaya tidak muncul gejala bahasa pada karangan siswa atau karya tulis siswa yang dapat merusak bahasa Indonesia itu sendiri. 2) Bagi para siswa sebaiknya lebih memperhatikan ketatabahasaan bahasa Indonesia agar tidak terjadi kesalahan dan tidak muncul gejala bahasa dalam penulisan suatu karangan atau karya ilmiah.

9 DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan, dkk. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai Pustaka. Badudu, J. S. 1982. Pelik-pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima. Markhamah & Atiqa Sabardila. 2010. Analisis Kesalahan dan Karakteristik Bentuk Pasif. Solo: Jagat Abjad. Muslich, Masnur. 2008. Tata Bentuk Bahasa Indonesia Kajian Ke Arah Tatabahasa Deskriptif. Jakarta: Bumi Aksara. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Tarigan, Henry Guntur. 1984. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.