BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Anak merupakan generasi penerus bangsa untuk melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui pengetahuan yang baik tentang pentingnya dan manfaat kolostrom

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai 2 tahun merupakan hal yang

PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pertumbuhan otak bayi yaitu sesuatu yang tidak dapat diperoleh

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Makanan utama bayi adalah air susu ibu (ASI) sehingga perlu

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air susu Ibu (ASI) merupakan pemberian air susu kepada bayi yang langsung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi gizi kurang pada balita (BB/U<-2SD) memberikan. gambaran yang fluktuatif dari 18,4 persen (2007) menurun menjadi 17,9

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Millennium Develepment Goals (MDG s) Indonesia menargetkan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan WHO, 2009). Pemberian ASI Ekslusif harus terinisiasi dini ASI saja dengan 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang baik pada balita (Dinkes, 2007). Perwakilan UNICEF di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan fisik maupun mental sehingga proses tumbuh. kembang dapat berlangsung secara optimal. Kebutuhan dasar yaitu


BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN. bagi bayi hingga berusia 6 bulan. ASI cukup mengandung seluruh zat gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. garam-garam organik yang di sekresikan oleh kedua kelenjar payudara ibu, serta

BAB I PENDAHULUAN. operasional, pertanyaan penelitian dan hipotesis serta manfaat penelitian.

PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP BERAT BADAN BAYI UMUR 4 6 BULAN (Di Wilayah Kerja Puskesmas Plumpang Kabupaten Tuban)

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF PADA IBU BEKERJA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan anak. Proses menyusui secara alami

KARAKTERISTIK MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU NIFAS DALAM PEMBERIAN COLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR 0-3 HARI DI RB MULIA KASIH BOYOLALI

BAB I. A. Latar Belakang. Dalam Al-Qur an terkandung segala bentuk tata kehidupan, mulai dari. Qur an surat Al- Baqarah dan surat Yunus yang artinya :

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN PURWOSARI KECAMATAN LAWEYAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dari usia neonatal dini terjadi pada hari pertama (Komalasari, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

1

BAB I PENDAHULUAN. terdapat 14% ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ASI Ekslusif 6 Bulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU NIFAS DALAM PEMBERIAN COLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR 0-3 HARI DI RUMAH BERSALIN MULIA KASIH BOYOLALI

mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan. Setelah untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya. pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, program pemberian ASI ekslusif tidak berlansung secara optimal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta organ-organ tubuh mulai berfungsi,

BAB I PENDAHULUAN. Fun (UNICEF), dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui. SK.Menkes No.450/Menkes./SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sampai bayi

Jangan buang waktu, tenaga dan biaya anda sia-sia. Solusi mencari KTI Kebidanan tercepat dan terlengkap di internet hanya di

KONTRIBUSI PERSEPSI DAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH PEDESAAN. Lilik Hidayanti 1, Nur Lina

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat tergantung pada makanan berupa air susu ibu (ASI) (Soetjiningsih, 1997). ASI merupakan makanan bayi yang mengandung semua zat gizi yang diperlukan sampai usia 6 bulan. ASI tidak memberatkan organ pencernaan dan ginjal serta menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimal (Roesli, 2001). ASI Eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi tanpa diberi tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, bahkan air putih sekalipun. Selain tambahan cairan, bayi juga tidak diberi makanan padat lain, seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, tim, dan lain-lain (Roesli, 2001). ASI merupakan gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang karena disesuaikan dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhannya. Roesli (2000) mengatakan bahwa ASI paling sesuai untuk pertumbuhan bayi dan juga mengandung zat pelindung dengan kandungan terbanyak pada kolostrum. Kolostrum ini berwarna kekuningan yang dihasilkan tiga hari pertama setelah melahirkan. Kolostrum sebaiknya 1

2 diberikan sedini mungkin setelah bayi lahir. ASI mengandung faktor proteksi yang bukan termasuk sistem imunologik. Seperti lisozim, laktoferin, oligosakarida, dan asam lemak serta sebagai faktor protektif dan juga mengandung beberapa faktor pertumbuhan serta pematangan sistem imun dan metabolik. ASI juga mengandung berbagai komponen inflamasi seperti vitamin A, C, E, sitokin, enzim dan inhibitor enzim, prostaglandin E dan faktor pertumbuhan. Memburuknya gizi bayi dapat saja terjadi akibat ketidaktahuan ibu mengenai tata cara pemberian ASI kepada bayinya. Pemberhentian pemberian ASI dengan alasan ASI tidak keluar mengakibatkan bayi belum siap untuk menerima makanan pendamping ASI. Keadaan gizi bayi akan memburuk karena tidak memperoleh berbagai zat gizi dalam keadaan yang cukup, selain itu bayi dapat dengan mudah terserang berbagai penyakit. Salah satunya adalah diare yang terjadi karena keadaan gizi yang buruk (Roesli,2000). Pemberian ASI di Indonesia belum dilaksanakan sepenuhya, upaya meningkatkan perilaku menyusui pada ibu yang memiliki bayi pada khususnya ASI Eksklusif masih dirasa kurang. Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003, didapati data jumlah pemberian ASI pada bayi usia dua bulan sebesar 64% dari total bayi yang ada. Persentase tersebut menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi, yakni, 46% pada bayi usia 2-3 bulan dan 14% pada bayi usia 4-5 bulan, yang lebih memprihatikan, 13% bayi dibawah dua bulan telah diberi

3 susu formula dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan (Hikmawati, 2008). Data UNICEF tahun 2006 menyebutkan bahwa kesadaran ibu untuk memberikan ASI di Indonesia baru 14%, itupun diberikan hanya sampai bayi berusia empat bulan. Berdasarkan data tersebut ada kurang lebih 86% ibu yang gagal ASI Eksklusif, dengan kata lain ada 86% ibu yang memberikan makanan atau minuman lain selain ASI kepada bayinya sebelum usia 6 bulan. Di Jawa Tengah presentase pencapaian ASI Eksklusif berdasarkan hasil yang diperoleh dari data profil kabupaten/kota di Jawa Tengah tahun 2005 rata-rata 27,49%, terjadi peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2004 yang mencapai 20,18%, namun demikian pencapaian ini dirasakan masih sangat rendah sekali bila dibandingkan dengan target yang diharapkan yaitu 80% bayi yang ada mendapat ASI Eksklusif (Hikmawati, 2008). Di kabupaten Banyumas presentase pencapaian ASI Eksklusif berdasarkan hasil yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten tahun 2010 yaitu terdapat 40,7% yang mendapat ASI eksklusif pencapaian tersebut masih sangat rendah dari target yang diharapkan (Dinkes Kabupaten Banyumas, 2010). Beberapa peneliti menyatakan bahwa ASI mempengaruhi pertumbuhan anak yang dinilai dengan mengukur BB dan TB. Meskipun demikian pemberian ASI saja sampai dengan usia anak 6 bulan dinegara kita hanya sekitar 14%. Seperti yang diketahui bahwa ASI Eksklusif mempunyai daya imun yang cukup tinggi dan gizi yang kompleks, sehingga membantu

4 menekan angka kematian bayi hingga 13%, dengan dasar asumsi dari jumlah penduduk 219 ribu jiwa dapat membantu menyelamatkan sebanyak 30 ribu. Rendahnya pemberian ASI Eksklusif dapat juga memicu rendahnya pertumbuhan dan dapat mengakibatkan daya imun anak menjadi rendah sehingga mudah terserang penyakit infeksi (Lepita dkk, 2009). Pemberian ASI Eksklusif selama menyusui dapat menurunkan angka kematian dan penyakit infeksi pada bayi. Bayi yang diberi susu selain ASI, mempunyai resiko 17 kali lebih besar mengalami diare dan 3-4 kali lebih besar kemungkinan terkena Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI (Roesli, 2001). Saat menyusui adalah saat yang paling penting bagi seorang bayi demi masa depan perkembangan fisik dan otaknya. Salah satu faktor sikap para ibu tidak memberikan ASI Eksklusif merupakan kebiasaan dimasyarakat. Bayi pada usia 1 bulan telah dilatih diberikan makanan tambahan ASI (MP-ASI). Alasan mereka memberikan MP-ASI supaya perut bayi menjadi kebal dan bayi akan tumbuh dengan cepat. Pola pemberian ASI dan MP-ASI tergantung pada sikap dan perilaku ibu dalam mengaturnya. (Lynda, 1997). Banyaknya bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif kemungkinan dipengaruhi oleh karakteristik ibu seperti umur ibu yang terlalu muda saat pertama melahirkan sehingga tidak mengerti akan kebutuhan bayi, lebih mementingkan keindahan tubuh pasca melahirkan, pengaruh pekerjaan, pendidikan yang rendah serta pengetahuan yang kurang, atau diakibatkan oleh kurangnya informasi dari pihak kesehatan, kelurga dan masyarakat (Soetjiningsih, 1997). Memberi ASI pada bayi dianggap tidak modern dan

5 menempatkan ibu pada kedudukan lebih rendah dibandingkan dengan ibu golongan atas. Tekanan ekonomi memaksa ibu bekerja untuk mencari penghasilan sehingga tidak mempunyai kesempatan memberikan ASI secara eksklusif. Berdasarkan survey lapangan yang peneliti lakukan di Puskesmas Gumelar yang membawahi 10 desa di kecamatan Gumelar. Desa yang status pemberian ASI eksklusif masih rendah adalah desa Cilangkap, cihonje, Karang Kemojing dan Paningkaban. sebanyak 12,3% mendapatkan ASI Eksklusif dan 87,7% tidak mendapatkan ASI Eksklusif dari 252 balita yang ada. Bidan setempat mengatakan bahwa pemberian ASI Eksklusif didesa belum memenuhi standar ASI Eksklusif yaitu 6 bulan, banyak bayi yang mendapatkan ASI hanya sampai usia 4 bulan, lebih memprihatinkan lagi bayi diberi ASI hanya 1 bulan. Dengan latar belakang pendidikan ibu rata-rara masih rendah dan masyarakat setempat rata-rata bekerja sebagai buruh tani. Terkait pentingnya ASI Eksklusif peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Pengetahuan ibu Dan status sosial ekonomi dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti dapat merumuskan masalah yaitu : Apakah ada hubungan antara pengetahuan ibu dan status sosial ekonomi dengan pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas?

6 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dan status ekonomi keluarga terhadap pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : a. Mengetahui karakteristik individu atau karakteristik ibu. b. Mengetahui pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif di Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas. c. Mengetahui status sosial ekonomi di Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas. d. Mengetahui pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas. e. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas. f. Mengetahui hubungan status sosial ekonomi dengan pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas.

7 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Diharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya mengenai hubungan pengetahuan ibu dan status sosial ekonomi keluarga terhadap pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis Sebagai proses dalam menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dengan cara mengaplikasikan teori-teori keperawatan yang didapat selama perkuliahan. b. Bagi Ibu dan Batita Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi orang tua khususnya ibu untuk menambah pengetahuan mengenai ASI serta dapat memberikan ASI Eksklusif kepada balita selama 6 bulan. c. Bagi Keluarga Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi keluarga untuk memberi dukungan khususnya kepada ibu agar memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan.

8 d. Bagi Petugas Kesehatan Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat dan sebagai masukan dalam rangka peningkatan ASI Eksklusif melalui peningkatan pengetahuan ibu. E. Penelitian Terkait 1. Hikmawati (2008) melakukan penelitian tentang Faktor-Faktor Resiko Kegagalan Pemberian ASI Selama Dua Bulan (Studi Kasus pada Bayi Umur 3-6 Bulan di kabupaten Banyumas). Penelitian dilakukan di 5 wilayah kerja puskesmas dalam Kabupaten Banyumas. Jenis penelitian yaitu penelitian observasional dengan rancangan kasus kontrol pengumpulan data dengan metode indepth interview. Hasil penelitian analisa bivariat menunjukkan bahwa faktor internal yang berhubungan dengan kegagalan pemberian ASI selama dua bulan adalah ibu pekerja, pendidikan rendah, mindset ibu ASI+SF/MP ASI, paritas 3, keadaan ibu sakit, kunjungan antenatal tidak lengkap, sedangkan faktor eksternal adalah persalinan tidak normal dan pengenalan awal SF/MP ASI. Sedangkan analisa multivariate menunjukkan bahwa faktor resiko kegagalan pemberian ASI selama dua bulan adalah ibu pekerja ((OR 4,549; p=0,0001, 95% CI=1,996-10,369), mindset ibu ASI+SF/MP ASI (OR= 2,719; p=0,012, 95% CI=1,246-5,932), dan pendidikan ibu rendah (OR= 2,830; p= 0,047, 95% CI= 1,013-7,906). Probabilitas ibu melahirkan yang gagal memberikan ASI selama dua bulan sebesar 80%

9 apabila ibu tersebut sebagai ibu pekerja, mindset ibu ASI+SF/MP ASI, dan pendidikan ibu rendah. Faktor internal merupakan faktor risiko kegagalan pemberian ASI selama dua bulan terutama ibu pekerja, mindset ibu ASI+SF/MP ASI, dan pendidikan rendah. 2. Setiawati (2008) melakukan penelitian tentang hubungan status pemberian ASI dengan pertumbuhan bayi. Penelitian dilakukan di kecamatan Patikraja tahun 2008. Jenis penelitian yaitu metode deskriptif dengan pendekatan analisis cross sectional pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan status pemberian ASI dengan pertumbuhan bayi memiliki hubungan yang signifikan dengan P=0,000 (OR=6,024 CI=2,727-12,307). 3. Nainggolan (2009) melakukan penelitian tentang Pengetahuan ibu primigravida mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas ASI. Penelitian dilakukan di Puskesmas Simalingkar Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah Deskriptif dengan metode pengambilan sampel yaitu total sampling. Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa pengetahuan ibu primigravida mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas ASI dengan persentase baik 10%, cukup 46,7% dan kurang 43,3%. Disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu primigravida mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas ASI di puskesmas Simalingkar Medan masih tergolong cukup sehingga perlu bagi pelayan kesehatan

10 khususnya bagi perawat agar lebih menekankan dan meningkatkan program yang memberitahukan informasi kepada ibu primigravida tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas ASI agar ibu dapat berhasil dalam memberikan ASI Eksklusif. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah peneliti akan melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan ibu dan status sosial ekonomi dengan pemberian ASI Eksklusif, sampel, waktu dan tempat penelitian. Sedangkan persamaan dalam penelitian ini adalah samasama menggunakan pendekatan metode Cross sectional.