BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dam masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Sebagai tolak ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Namun pada kenyataannya tidak semua pertumbuhan diikuti oleh pemerataan secara memadai (Blakely, 1989 dalam Mudrajad Kuncoro, 2004:110). Menurut Arsyad (2010:108), mengatakan bahwa pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk mencuptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Pembangunan daerah sebagai tolak ukur pertumbuhan ekonomi memprioritaskan untuk membangun dan memperkuat sektor-sektor di bidang ekonomi dengan mengembangkan, meningkatkan dan mendayagunakan sumber daya secara optimal dengan tetap memperhatikan ketentuan antara industri dan commit to user 1
2 pertanian yang tangguh serta sektor pembangunan lainnya. Sektor ekonomi terdiri atas sembilan sektor yaitu: (1) pertanian; (2) pertambangan dan penggalian; (3) industri pengolahan; (4) listrik, gas dan air bersih; (5) konstruksi/bangunan; (6) perdagangan, hotel dan restoran; (7) pengangkutan dan komunikasi; (8) keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; (9) jasa. Sembilan sektor tersebut dikelompokkan dalam sektor primer (pertanian dan pertambangan), sektor sekunder (industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, dan bangunan) dan sektor tersier (perdagangan, pengangkutan, bank, dan jasa) (BPS, 2005). Pembangunan ekonomi memang harus dipandang sebagai suatu proses di mana saling keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembangunan ekonomi tersebut dapat diidentifikasi dan dianalisis dengan seksama. Dengan cara tersebut bisa diketahui runtutan peristiwa yang timbul yang akan mewujudkan peningkatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat dari satu tahap pembangunan ke tahap pembangunan berikutnya. Menurut UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas untuk mengatur dan mengelola berbagai urusan penyelenggaraan pemerintah bagi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat daerah yang bersangkutan. Sedangkan dalam hal pembiayaan dan keuangan daerah diatur dalam UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah tidak hanya kesiapan aparat pemerintah saja, tetapi juga masyarakat untuk mendukung pelaksanaan Otonomi Daerah dengan pemanfaatan sumber-sumber daya secara optimal. Kabupaten Badung merupakan salah satu kabupaten yang telah menerapkan otonomi daerah. Dengan commit diterapkannya to user otonomi daerah, diharapkan
3 masyarakat Badung dapat mencapai kemakmuran yang lebih baik karena dapat mengatur sendiri perekonomian daerah mereka. Dalam hal ini masyarakat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Badung sendirilah yang mengetahui apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan Provinsi Bali. Pemerintah daerah memiliki peran dalam perumusan perencanaan pembangunan yang disesuaikan dengan melihat ketersediaan sumber daya. Dengan mengalokasikan dana dan sumber daya yang terbatas untuk tujuan memperoleh output yang optimal, sehingga dapat memberikan dampak yang positif bagi perkembangan perekonomian serta pembangunan di Kabupaten Badung. Arah kebijakan, perencanaan, pengawasan maupun pembiayaan kegiatan pemerintah daerah menjadi wewenang dan tanggung jawan pemerintah daerah. untuk meningkatkan junlah dan jenis peluang kerja dalam suatu pembangunan daerah, maka pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama mengambil atau membuat inisiatif dalam menentukan kebijakan dan tindakan. Salah satu indikator yang digunakan untuk melihat kondisi perekonomian dan tingkat kesejahteraan suatu daerah ditunjukkan melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dimana PDRB merupakan keseluruhan dari nilai tambah dari sektor-sektor ekonomi yang ada di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu. Suatu daerah dikatakan berhasil jika nilai PDRB yang telah dicapai pada daerah tersebut mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berikut Tabel 1.1 yang merupakan gambaran perekonomian Provinsi Bali. Terlihat bahwa pada tahun 2003 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Bali Rp 19.080.895,84 juta, tahun 2004 tumbuh sebesar 4,62% menjadi Rp 19.963.243,81 juta, tahun commit 2005 to tumbuh user sebesar 5,56% menjadi Rp
4 21.072.444,79 juta, tahun 2006 tumbuh sebesar 9,55% menjadi Rp 23.084.299,54 juta, tahun 2007 tumbuh sebesar 5,92% menjadi Rp 24.449.885,70 juta, tahun 2008 tumbuh sebesar 5,97% menjadi Rp 25.910.325,54 juta, tahun 2009 tumbuh sebesar 5,33% menjadi Rp 27.290.945,61 juta,tahun 2010 tumbuh sebesar 5,83% menjadi Rp28.882.493,90 juta, tahun 2011 tumbuh sebesar 6,49% menjadi Rp30.757.776,28 juta, tahun 2012 tumbuh sebesar 6,65% menjadi Rp 32.804.381,36 juta. Dapat dilihat dari Tabel 1.1 PDRBP rovinsi Bali terus mengalami pertumbuhan dari tahun 2003-2012, hal tersebut menandakan bahwa pembangunan di Provinsi Bali mengalami kemajuan. commit to user
5 Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali Tahun 2003-2012 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta Rupiah) No. Sektor Ekonomi 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Ratarata 1 Pertanian 3,63 3,66 4,20 11,23 2,21 2,36 5,68 1,77 2,22 3,37 4,03 2 Pertambangan dan Penggalian 4,18 4,38 3,97 0,73 3,89 6,88 5,27 19,43 10,51 15,25 7,45 3 Industri Pengolahan 4,77 3,71 5,11 12,45 8,46 7,09 5,43 6,08 3,12 6,04 6,23 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,20 4,49 5,44 10,89 7,30 6,36 4,71 6,88 7,35 9,08 6,37 5 Bangunan dan Konstruksi 1,08 5,09 5,46 8,75 6,09 11,78 0,91 7,37 7,88 18,67 7,31 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,10 4,65 6,27 7,20 8,15 8,16 6,23 6,39 8,69 5,65 6,65 7 Pengangkutan dan Komunikasi -1,96 5,17 6,77 9,24 10,86 8,20 5,10 5,77 5,97 7,56 6,27 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1,54 7,97 7,26 10,15 3,76 3,23 2,63 7,47 6,22 9,18 5,94 9 Jasa-Jasa 5,59 4,55 4,79 10,50 2,60 3,84 5,64 8,64 9,94 7,78 6,39 Sumber: BPS Provinsi Bali (data diolah) 5
6 Tabel 1.2 Kontribusi Sektoral PDRB Kabupaten Badung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2003-2012 No. Sektor Ekonomi 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1 Pertanian 21,66 20,74 20,29 20,41 19,80 19,04 18,79 18,01 17,21 16,84 19,28 2 Pertambangan dan Penggalian 0,68 0,68 0,66 0,65 0,63 0,66 0,64 0,70 0,74 0,79 0,68 3 Industri Pengolahan 9,11 9,00 8,69 9,06 9,30 9,52 9,27 9,16 8,92 8,90 9,09 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,57 1,80 1,85 1,94 1,99 2,04 1,93 1,88 1,93 2,03 1,90 5 Bangunan dan Konstruksi 4,02 3,91 4,03 4,29 4,44 4,93 4,58 4,52 4,65 5,18 4,45 Perdagangan, Hotel dan 6 Restoran 28,43 29,16 29,37 28,22 28,45 28,34 29,64 30,06 30,66 30,23 29,25 7 Pengangkutan dan Komunikasi 11,20 11,30 11,85 11,88 12,34 12,87 13,59 14,41 14,44 14,65 12,85 Keuangan, Persewaan dan Jasa 8 Perusahaan 6,59 6,79 7,07 7,41 7,30 7,50 7,02 6,87 6,79 6,75 7,01 9 Jasa-Jasa 16,75 16,61 16,19 16,14 15,74 15,10 14,54 14,40 14,67 14,63 15,48 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Badung (data diolah) Ratarata 6
7 kontribusi sektoral PDRB atas dasar harga berlaku pada Tabel 1.2 di Kabupaten Badung, sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dengan rata-rata sebesar 45,60%. Selanjutnya diikuti oleh Sektor Pengangkutan dan Komunikasi dengan kontribusi rata-rata sebesar 25,37%, kemudian berikutnya adalah Sektor Pertanian dengan kontribusi rata-rata sebesar 8,56%. Sedangkan sektor ekonomi dengan kontribusi terkecil di Kabupaten Badung adalah Sektor Pertambangan dan Penggalian dengan kontribusi rata-rata sebesar 0,13%. Hampir sama dengan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih yang hanya memberikan sumbangan dengan rata-rata sebesar 1,59% tiap tahunnya. commit to user
8 Tabel 1.3 Kontribusi Sektoral PDRB Kabupaten BadungAtas Dasar Harga Berlaku Tahun 2003-2012 Ratarata No. Sektor Ekonomi 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1 Pertanian 9,28 8,84 9,19 9,52 9,08 8,41 7,65 7,32 7,02 6,29 8,26 2 Pertambangan dan Penggalian 0,21 0,17 0,14 0,15 0,14 0,14 0,13 0,12 0,11 0,11 0,14 3 Industri Pengolahan 2,87 2,80 2,61 2,57 2,55 2,43 2,31 2,39 2,39 2,28 2,52 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,68 1,79 2,05 2,15 2,20 2,26 2,18 2,10 2,11 2,12 2,06 5 Bangunan dan Konstruksi 5,13 5,39 5,48 5,75 5,90 6,20 5,63 5,26 5,42 6,76 5,69 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 41,60 41,09 40,19 39,27 38,95 37,92 38,05 36,63 36,57 34,26 38,45 7 Pengangkutan dan Komunikasi 26,85 27,64 28,37 28,31 29,29 31,34 33,78 36,50 36,82 38,84 31,77 Keuangan, Persewaan dan Jasa 8 Perusahaan 2,66 2,67 2,69 2,72 2,62 2,62 2,37 2,21 2,10 1,99 2,47 9 Jasa-Jasa 9,72 9,60 9,29 9,54 9,27 8,69 7,90 7,49 7,45 7,35 8,63 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Badung (data diolah) 8
9 Berdasarkan kontribusi sektoral PDRB atas dasar harga berlaku pada Tabel 1.3 di Kabupaten Badung, sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB adalah Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dengan rata-rata sebesar 38,45%. Selanjutnya diikuti oleh Sektor Pengangkutan dan Komunikasi dengan kontribusi rata-rata sebesar 31,77%, kemudian berikutnya adalah Sektor Jasa-jasa dengan kontribusi rata-rata sebesar 8,63%. Sedangkan sektor ekonomi dengan kontribusi terkecil di Kabupaten Badung adalah Sektor Pertambangan dan Penggalian dengan kontribusi rata-rata sebesar 0,14%. Hampir sama dengan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih yang hanya memberikan sumbangan dengan rata-rata sebesar 2,06% tiap tahunnya. Atas dasar latar belakang diatas, maka peneliti mengambil judul ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN BADUNG PROVINSI BALI TAHUN 2003-2012 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sektor-sektor apakah yang menjadi sektor ekonomi basis dan nonbasis di Kabupaten Badung selama tahun 2003-2012? 2. Apakah terjadi perubahan struktur ekonomi di Kabupaten Badung selama tahun 2003-2012? 3. Apakah kegiatan ekonomi yang potensial di Kabupaten Badung tahun 2003-2012? commit to user
10 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahuisektor ekonomi basis dan nonbasis di Kabupaten Badung tahun 2003-2012. 2. Mengetahuiapakah terjadi perubahan struktur ekonomi di Kabupaten Badung pada kurun waktu 2003-2012. 3. Mengetahuikondisi kegiatan ekonomi yang potensial di Kabupaten Badung tahun 2003-2012. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai: 1. Bahan referensibagi pihak yang berkepentingan dalam membahas dan memperdalam masalah yang berhubungan dengan penelitian ini. 2. Bahan masukan dan informasi bagi mahasiswa untuk penelitian selanjutnya. 3. Bahan masukan dan sumbangan pemikiran kepada instansi terkait khususnya pemerintah Kabupaten Badung dalam merumuskan dan merencanakan arah kebijakan pembangunan ekonomi pada semua sektor perekonomian. commit to user