I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar

dokumen-dokumen yang mirip
tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersikap tenang dalam menghadapi ujian nasional. Orangtua dan

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Pendidikan akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran di sekolah. Pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Rusman (2012:4) mengemukakan proses

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan tanggung jawab setiap siswa dan kualitas hasil

BAB I PENDAHULUAN. membangun peradaban manusia di era modern seperti saat ini. Pada hakikatnya. mengalami perubahan (Wayan Somayasa, 2013: 2).

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

(PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VII SMP Negeri 2 Gemolong) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah elemen penting dalam menciptakan manusia-manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. IPS merupakan mata pelajaran di Sekolah Dasar (SD) yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

1. PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat. Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu pendidikan ada yang disebut sebagai pendidik dan sebagai. sebagai peserta didik mendapatkan haknya sepenuhnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa,

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam konteks ini, tujuan pendidikan

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

I. PENDAHULUAN. Pada bab 1 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah,

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan pada bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai masalah yang timbul di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. penanaman nilai-nilai yang baik dan luhur. Menurut UU No. 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa lain di dunia. Kualitas manusia Indonesia tersebut dihasilkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadi-pribadi manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembelajaran yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I.PENDAHULUAN. seutuhnya, sangatlah tepat. Konsep Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa,

1. PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 mencantumkan bahwa siswa

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting, yaitu untuk menjamin kelangsungan kehidupan dan

I. PENDAHULUAN. siswa diharuskan aktif dalam kegiatan pembelajaran. dengan pandangan Sudjatmiko (2003: 4) yang menyatakan bahwa kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu masalah yang terus

I. PENDAHULUAN. individu yang belajar, maka tidak dapat dikatakan bahwa pada diri individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Resti Lestari Dewi, 2013

I. PENDAHULUAN. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, serta mampu

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan manusia. Melalui pendidikan, peserta didik dibina untuk. perubahan jaman, bahkan mampu mengendalikannya.

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi yang semakin maju ini. Pendidikan dalam. perkembangannya memperhatikan aspek afektif, kognitif, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan,

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah aspek penting dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting dalam meningkatkan potensi diri setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas

PENDAHULUAN BAB I. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

DINAMIKA MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA MANDIRI DI SMPN 10 BANDA ACEH

I. PENDAHULUAN. Sesuai dengan tujuan pendidikan yang dijelaskan dalam Undang-undang RI No.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Oleh : Fistika Sari A

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan. pendidikan banyak menghadapi berbagai hambatan dan tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. belajar diantaranya motivasi belajar dan tingkat kemampuan awal siswa.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berjiwa pemikir, kreatif dan mau bekerja keras, memiliki

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar siswanya sehingga menghasilkan manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi akhir-akhir ini berkembang sistem pendidikan demi mencapai kualitas pendidikan yang lebih baik. Proses pembelajaran yang baik seperti yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No.19 tentang Standar Pendidikan Nasional Pasal 19 ayat 1 menjelaskan bahwa Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpatisipasi aktif serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan peserta didik. Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan masyarakat, bangsa dan

Negara. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke masa lebih banyak bersifat klasikal ataupun masal, yaitu berorientasi pada kuantitas untuk dapat melayani sebanyak-banyaknya jumlah siswa. Belajar adalah proses yang dilakukan setiap individu disepanjang hidupnya. Belajar harus memiliki tujuan dan terarah. Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari, sehingga diperoleh pengertian-pengertian serta memerlukan latihan dan ulangan, agar apa-apa yang dipelajari dapat dikuasai. Hal ini sejalan dengan pengertian belajar menurut Sardiman (2011:20) Belajar adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Siswa sebagai individu yang mengikuti proses belajar di sekolah hendaknya berusaha untuk menguasai materi ilmu pengetahuan dengan melakukan usaha seperti latihan, mengulang pelajaran, mengerjakan tugas sekolah, dan aktif dalam proses pelajaran. Dalam kegiatan belajar, apabila ada siswa yang tidak mau melakukan sesuatu yang harusnya dilakukan seperti yang telah disebutkan di atas, maka perlu diselidiki sebabnya. Sebab itulah yang bermacam-macam, mungkin siswa tersebut sakit, mungkin lapar, mungkin merasa tidak senang, mungkin ada masalah pribadi dan lain-lain. Hal ini berarti tidak terjadi perubahan energi pada diri siswa untuk melakukan sesuatu, siswa tidak memiliki tujuan. Kondisi yang seperti itu memerlukan upaya untuk mendorong siswa agar mau melakukan tugas yang seharusnya dilakukan. Dengan kata lain siswa perlu diberikan motivasi. Motivasi inilah yang mendorong seseorang untuk melakukan sebuah pekerjaan maupun kegiatan seperti halnya belajar. Hasil belajar akan menjadi optimal jika

ada motivasi belajar pada siswa. Dengan motivasi, pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif kearah yang lebih. Sedangkan menurut Mc. Donald dalam Hamalik (2003:158) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dengan pengertian ini, dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks. Dengan demikian secara khusus Hamalik mendefinisikan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Hamalik menyatakan dari perumusan yang ia buat tersebut terdapat tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu sebagai berikut; Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahanperubahan dalam motivasi timbul dari perubahan-perubahan tertentu dalam sistem neuropisiologis dalam organisme manusia, misalnya karena terjadi perubahan dalam sistem pencernaan maka timbul motif lapar. Tapi ada juga perubahan energi yang tidak diketahui.motivasi ditandai dengan tmbulnya perasaan affective arousal. Mula-mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif. Perubahan ini mungkin bisa dan mungkin tidak, yang dapat dilihat hanya dalam perbuatan. Seorang yang terlibat diskusi, karena tertarik pada masalah yang akan dibicarakan maka suaranya akan timbul dan katakatanya dengan lancar dan cepat akan keluar.motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi mengadakan respons-respons yang tertuju ke arah suatu tujuan. Untuk pengertian belajar diutarakan oleh Slameto; Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari definisi Slameto nampak bahwa belajar memiliki ciri adanya kegiatan yang disadari dan disengaja dalam bentuk usaha dengan tujuan terjadinya perubahan diri baik emosional, intelegensi maupun skill melalui interaksi dengan lingkungan baik lingkungan biotik mapun

aboitik. Dengan demikian definisi ini tertuju pada proses belajar dan pada kondisi menerima pengaruh eksternal. Motivasi sangat diperlukan dalam belajar dan pembelajaran karena keduanya saling mempengaruhi. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat akan memperoleh hasil belajar yang baik. Namun apabila siswa tidak memiliki motivasi belajar yang kuat maka hasil belajar yang dicapai tidak akan maksimal atau dengan kata lain siswa mengalami kegagalan belajar. Dalam kegiatan belajar, apabila ada siswa yang tidak mau melakukan sesuatu yang harusnya dilakukan seperti yang telah disebutkan di atas, maka perlu diselidiki penyebabnya. Selain itu juga bahwa pelaksanaan program layanan konseling secara individu sering tidak seluruhnya siswa yang bermasalah dapat terlayani oleh guru bimbingan konseling, apalagi di SMP Negeri 5 Natar guru bimbingan konseling hanya ada satu orang, dengan kurangnya guru bimbingan konseling mengakibatkan pelaksanaan pemberian layanan tidak maksimal. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa erat hubungannya dengan guru bimbingan dan konseling atau konselor. Dimana tugas dari guru bimbingan dan konseling adalah sebagai fasilitator, pembimbing, tempat bertanya, pemberi informasi agar siswa mencapai perkembangan yang optimal. Selanjutnya menurut Hartinah (2009:104) Bimbingan kelompok merupakan layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama, melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumbe tertentu (terutama dari guru pembimbing) dan atau membahas secara bersama-sama pokok bahasan(topik) tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari dan atau untuk perkembangan dirinya, baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, dan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan atau tindakan pelajar

Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok bertujuan mengajak para siswa untuk bersama-sama mengemukakan pendapat tentang sesuatu dan membicarakan topiktopik penting, mengembangkan nilai-nilai tentang tersebut, dan mengembangkan langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas dalam kelompok, selain dapat membuahkan hubungan yang baik di antara anggota kelompok, kemampuan berkomunikasi antar-individu, pemahaman berbagai situasi, dan kondisi lingkungan, juga dapat mengembangkan sikap dan tindakan nyata untuk mencapai hal-hal yang diinginkan sebagaimana terungkap dalam bimbingan kelompok untuk peningkatan motivasi belajar dengan menggunakan permainan. Dari hasil observasi dan angket dapat diidentifikasi masih ada siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah yang ditandai dengan gejala antara lain : 1. Siswa yang kurang memperhatikan saat kegiatan pembelajaran. 2. Mengobrol atau bermain saat guru menjelaskan. 3. Siswa yang pasif dalam diskusi kelompok. 4. Adanya siswa yang tidak mengerjakan tugas. 5. Siswa yang kurang memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh guru untuk bertanya. Hal ini disebabkan strategi pembelajaran yang digunakan belum tepat. Pembelajaran terkesan hanya mentransfer materi dari buku kepada siswa, metode yang digunakan masih bersifat konvensional yaitu pembelajaran terpusat pada guru.

Hal ini diperkuat dengan data motivasi belajar siswa yang ada dilapangan yang dinyatakan dengan prosentase. Table 1.1. Data Motivasi belajar Siswa Kelas VII A SMP Negeri 5 Natar No Indikator Motivasi belajar Persentase 1 Siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi 28,57 % 2 Siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang 28,57 % 3 Siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah 42,86 % Jumlah persentase 100,00% Sumber : SMP Negeri 5 Natar Lampung Selatan Berdasarkan data diatas bahwa siswa kelas VII A sebanyak 35 siswa dengan perincian yang motivasi belajar tinggi sebanyak 10 orang atau 28,57 %, yang motivasi belajar sedang sebanyak 10 orang atau 28,57 dan siswa yang motivasi belajar rendah sebanyak 15 orang atau 42,86 %. Berawal dari latar belakang tersebut diatas bahwa sebagian orang tidak menyadari bahwa kurangnya motivasi belajar menimbulkan hambatan besar dalam menjalankan kegiatan sehari-hari. Program itervensi yang dirancang dalam penelitian adalah masalah pada siswa SMP yang menyangkut tentang motivasi belajar siswa, pendekatan yang dilakukan menggunakan perpaduan antara layanan bimbingan kelompok menggunakan permainan tebak kata meski tidak berorientasi kepemerolehan tujuan tertentu, guru mempercayai kalau bermain memiliki kontribusi positif terhadap pertumbuhan fisik dan perilaku motorik serta perkembangan sosial, aktivitas anak. Sebagian besar dari mereka juga mempercayai kalau bermain memiliki nilai positif bagi perkembangan kognisi dan kesiapan belajar anak.

Permainan sebagai bentuk aktivitas kesenangan dan kepuasan tidak hanya dilakukan seseorang namun melibatkan kehadiran orang lain sebagai bentuk interaksinya dalam berkelompok. Interaksi dalam kelompoknya terdapat proses belajar, karena dalam berinteraksi masing-masing akan memberi dan menerima pengalaman baru, proses bersosialisasi dan pengambilan keputusan berdasarkan respon atau kontrak sosial dan komunikasi antar individu atau antar kelompok dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama, atau berdasarkan musyawarah. Dengan demikian, pada dasarnya setiap aktivitas bermain selalu didasarkan pada perolehan kesenangan dan kepuasan sebab fungsi utama bermain adalah untuk relaksasi dan menyegarkan kembali (refreshing) kondisi fisik dan mental yang berada diambang ketegangan. Setiap permainan dibutuhkan komunikasi, kontak sosial, dan yang terutama kerja sama antar anggota. Secara tidak langsung ketika saat permainan para anggota akan melakukan interaksi dengan anggota lain dalam kelompoknya. Sehingga timbul motivasi belajar yaitu siswa tekun menghadapi tugas, ulet dalam menghadapi kesulitan, kemandirian, senang mencari dan memecahkan soal, percaya padahal yang diyakini, adanya hasrat dan keinginan berhasil. Karena dengan motivasi belajar yang tinggi akan sangat membantu siswa tersebut untuk meningkatkan prestasi belajarnya Siswa Sekolah Menengah Pertama yang tergolong dalam usia remaja, mengalami proses perkembangan dan pertumbuhan serta mempunyai kecenderungan kurang stabil secara psikis, mengalami kesulitan dalam memotivasi cara

belajar, akibatnya aktivitas belajarnya menurun dan prestasi yang diperolehnya kurang memuaskan, terutama pada bidang studi bahasa inggris dan matematika. Dalam penelitian ini tidak memfokuskan pada bidang studi bahasa inggris dan matematika akan tetapi ingin melihat peningkatan motivasi belajar siswa pada seluruh bidang studi yang ada, maka penelitian memfokuskan perbedaan motivasi belajar melalui layanan bimbingan kelompok menggunakan permainan tebak kata pada siswa kelas VII A SMP Negeri 5 Natar Lampung Selatan. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, dalam penelitian ini dapat diindentifikasikan: 1. Rendahnya prestasi belajar disebabkan kurangnya motivasi belajar. 2. Penggunaan media pembelajaran yang belum optimal dalam proses pembelajaran.. 3. Kurangnya perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran 4. Jumlah guru bimbingan konseling terbatas sehingga pelayanan bantuan kepada siswa tidak maksimal. 5. Usia remaja, mengalami proses perkembangan dan pertumbuhan serta mempunyai kecenderungan kurang stabil secara psikis, mengalami kesulitan dalam memotivasi cara belajar.

1.3. Pembatasan Masalah Untuk memberi kejelasan penelitian tentang perbedaan motivasi belajar siswa melalui layanan bimbingan kelompok menggunakan permainan tebak kata pada siswa kelas VII SMPN 5 Natar Lampung Selatan, diperlukan adanya pembatasan permasalahan sebagai berikut : 1. Prestasi belajar siswa yang dimaksud pada penelitian ini bukan pada prestasi belajar inggris atau matematika tapi seluruh bidang studi.. 2. Peningkatan motivasi belajar siswa dalam penelitian adalah adanya perbedaan peningkatan motivasi belajar awal rendah, motivasi belajar sedang dan motivasi belajar tinggi pada siswa yang mendapat layanan bimbingan kelompok tanpa menggunakan permainan tebak kata dengan siswa mendapat layanan bimbingan kelompok menggunakan permainan tebak kata. 3. Permainan tebak kata dalam penelitian ini adalah menggunakan kartu tebak kata berukuran 10 x10 cm, kartu yang dibacakan atau ditebak oleh pasangannya dengan kartu ukuran 5 x 2 cm yang isinya tidak boleh dibaca kemudian ditempelkan didahi dan diselipkan ditelinga apabila jawaban benar. Tugas kelompok adalah menebak kartu yang berisikan pertanyaan, pribahasa, atau kata kiasan yang berisikan motivasi. Setelah kartu tebak kata selesai ditebak kemudian dengan kelompok lain dibahas, diarahkan

sehingga ada peningkatan motivasi belajar dan perbedaan motivasi belajar. 1.4 Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah masih rendahnya motivasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 5 Natar Lampung Selatan Atas dasar rumusan tersebut, permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah ada perbedaan motivasi siswa sebelum dan sesudah layanan bimbingan kelompok. 2. Apakah ada perbedaan motivasi siswa sebelum dan sesudah layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan permainan tebak kata 1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: 1. Perbedaan motivasi belajar siswa sebelum dan setelah layanan bimbingan kelompok. 2. Perbedaan motivasi belajar siswa sebelum dan setelah layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan permainan tebak kata. 1.6. Manfaat Penelitian Secara Teoritis

Hasil penelitian secara teoritis dapat memberikan: 1. Sumbangan pengetahuan dan pemikiran dalam perencanaan satuan layanan bimbingan kelompok, pengelolaan program layanan bimbingan kelompok, pengembangan permainan tebak kata, tindak lanjut pemberian layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan motivasi belajar. 2. Mengembangkan konsep teknologi pembelajaran dalam kawasan perencanaan, pengelolaan, pengembangan pembelajaran. 3. Dapat menamabah refrensi penggunaan permainan tebak kata melalui layanan bimbingan kelompok dan inovasi pembelajaran bagi teknologi pendidikan. Secara Praktis 1. Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, mengurangi kejenuhan dalam belajar dan menimbulkan kesenangan secara langsung melalui layanan bimbingan kelompok menggunakan permainan tebak kata sehingga prestasi belajar meningkat. 2. Dapat menambah pengetahuan dan memberikan sumbangan pemikiran kepada guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam menggunakan media pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar siswa melalui layanan bimbingan kelompok menggunakan permainan tebak kata. 3. Memberikan wawasan yang positif untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut.