8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian UKM Di Indonesia pengertian mengenai usaha kecil masih sangat beragam. Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 yang dimaksud usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil, dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini, pasal 1 butir 1 yaitu : a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah, dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah). c. Milik warga negara Indonesia. d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar. e. Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi (pasal 5). Selanjutnya Bank Indonesia dan Departemen Perindustrian mendefinisikan mengenai usaha kecil berdasarkan nilai assetnya. Menurut kedua lembaga tersebut, yang dimaksud dengan usaha kecil adalah usaha yang mana 8
9 assetnya tidak termasuk tanah dan bangunan bernilai kurang dari Rp. 600 juta. Adapun Kadin terlebih dahulu membedakan usaha kecil menjadi dua kelompok besar. Kelompok pertama, adalah yang bergerak dalam bidang perdagangan, pertanian, dan industri. Kelompok yang kedua, adalah yang bergerak dalam bidang konstruksi. Menurut Kadin, yang dimaksud dengan usaha kecil adalah usaha yang memiliki modal kerja kurang dari Rp. 150 juta dan memiliki nilai usaha kurang dari Rp. 600 juta. Sehubungan dengan adanya keragaman dalam batasan tersebut, tampaknya perlu untuk diketahui tentang ciri-ciri umum dari usaha kecil. Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Mitzerg dan Musselman serta Hughes dapat disimpulkan ciri-ciri umum usaha kecil, yaitu : a. Kegiatannya cenderung tidak formal dan jarang yang memiliki rencana usaha. b. Struktur organisasi bersifat sederhana. c. Jumlah tenaga kerja terbatas dengan pembagian kerja yang longgar. d. Kebanyakan tidak melakukan pemisahan antara kekayaan pribadi dengan kekayaan perusahaan. e. Sistem akuntansi kurang baik, bahkan sukar menekan biaya. f. Kemampuan pemasaran serta diversifikasi pasar cenderung terbatas. g. Margin keuntungan sangat tipis. Berdasarkan pada beberapa ciri tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa kelemahan dari usaha kecil selain dipengaruhi oleh faktor keterbatasan modal juga tampak pada kelemahan manajerialnya. Hal ini terungkap baik pada
10 kelemahan pengorganisasian, perencanaan, pemasaran, maupun pada kelemahan akuntansinya. 2.1.2 Kriteria Usaha Kecil Menengah Selanjutnya dalam ketentuan Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil dan kemudian dilaksanakan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan, kriteria usaha kecil adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 sebagai berikut : a. Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. b. Usaha menengah dan usaha besar adalah kegiatan ekonomi yang mempunyai kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan-penjualan tahunan lebih besar dari kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan usaha kecil. Secara nominal kriteria dalam ketentuan tersebut memberikan batas Rp. 200 juta rupiah sebagai pembatas antara jumlah modal pengusaha kecil dan pengusaha besar serta menengah. Dalam kenyataannya, praktek industri atau usaha kecil ini ternyata juga muncul dalam aneka tipe yang bermacam-macam, diantaranya dari sudut penggunaan tenaga kerja yaitu: a. Industri kerajinan rumah tangga (conttage or household industry) yang hanya mempekerjakan beberapa tenaga kerja. Untuk di Indonesia batasan kategori ini adalah usaha (establishment) yang mempekerjakan satu
11 sampai empat tenaga kerja, terutama anggota keluarga yang tidak dibayar (unpaid family labour). Industri kerajinan rumah tangga ini pada umumnya berorientasi pada pasar local dan menggunakan teknologi tradisional. b. Industri kecil yang juga berskala kecil, akan tetapi tidak mengandalkan diri pada tenaga kerja keluarga. Industri ini mempekerjakan tenaga kerja keluarga. Industri ini mempekerjakan tenaga kerja yang dibayar upah dan di dalamnya terdapat suatu hirarkhi antara para pekerja. Sedangkan dari segi teknologinya, usaha kecil dapat di golongkan atas usaha kecil yang tradisional serta usaha yang berorientasi pada teknologi modern. Penggolongan ini tentunya juga menjadi salah satu faktor yang turut menentukan keberhasilan dalam menyerap pola hubungan kemitraan pada akhirnya. Berbagai variable independent maupun dependent mewarnai usaha kecil ini, tetapi yang pokok bahwa dalam kaitannya dengan struktur perekonomian nasional usaha kecil merupakan salah satu asset yang harus diperhatikan. Konsep demokrasi ekonomi dalam Pancasila tidak membiarkan terjadinya free fight antara yang kuat dengan yang lemah, akan tetapi lebih diarahkan kepada keserasian dan saling dukung antar pelaku ekonomi, hal itu menimbulkan kewajiban bagi pemerintah untuk mengatur dan menetapkan perundang-undangan menuju : a. Menigkatkan kerjasama sesama usaha kecil dalam bentuk koperasi, asosiasi dan himpunan kelompok usaha untuk memperkuat posisi tawar usaha kecil.
12 b. Mencegah pembentukan struktur pasar yang dapat melahirkan persaingan yang tidak wajar dalam bentuk monopoli, oligopoli dan monopsoni yang merugikan usaha kecil. c. Mencegah terjadinya penguasaan pasar dan pemusatan usaha oleh orang perseorangan atau kelompok-kelompok tertentu yang merugikan usaha kecil. 2.1.3 Modal 2.1.3.1 Pengertian Modal Perusahaan membutuhkan modal dalam menjalankan aktifitasnya. Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam perusahaan. Terdapat tiga jenis badan usaha, yaitu perusahaan dagang, perusahaan jasa, dan perusahaan manufaktur. Perusahaan memiliki kebutuhan modal yang berbeda-beda tergantung jenis usaha yang dijalankan. Pengertian modal menurut Brigham (2006) modal ialah jumlah dari utang jangka panjang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa, atau mungkin pos-pos tersebut plus utang jangka pendek yang dikenakan bunga. Definisi modal dalam Standar Akuntansi Keuangan (IAI,2007) modal adalah hak residual atas asset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. 2.1.3.2 Sumber Modal 1. Sumber Intern Modal yang berasal dari sumber intern adalah modal atau dana yang di bentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan. Alasan perusahaan menggunakan sumbar dana intern yaitu:
13 a. Dengan dana dari dalam perusahaan maka perusahaan tidak mempunyai kewajiban untuk membayar bunga maupun dana yang di pakai. b. Setiap saat tersedia jika diperlukan. c. Dana yang tersedia sebagian besar telah memenuhi kebutuhan dana perusahaan. d. Biaya pemakaian relatif murah. 2. Sumber Ekstern Modal yang berasal dari sumber ekstern adalah sumber yang berasal dari luar perusahaan. Alasan perusahaan menggunakan sumber dana ekstern adalah: a. Jumlah dana yang digunakan tidak terbatas. b. Dapat di cari dari berbagai sumber. c. Dapat bersifat fleksibel. 2.1.4 Perilaku Kewirausahaan Bhave (1993) telah membedakan antara perilaku kewirausahaan yang terstimulasi secara eksternal untuk meluncurkan suatu usaha dimulai dengan adanya pemahaman akan peluang dan pola perilaku yang terstimulasi secara internal pada saat para individu terlibat dalam proses pemecahan masalah dan penilaian kebutuhan sebelum memutuskan untuk memulai sebuah usaha. Ditemukan pola-pola perilaku mengenai unsur pemahaman atas peluang yang bersifat fundamental, termasuk proses mendirikan perusahaan, memulai suatu
14 bagian baru yang bersifat utama dari bisnis tersebut, serta memperoleh tipe bisnis baru apapun. Studi yang dilakukan oleh Gray, Collin (2002), judul Entrepreneurship resistence to change and Growth in small firms (USA), di mana hasil penelitian menyatakan bahwa perilaku kewirausahaan harus belajar dari pengalaman usaha, ketidakpastian membuat wirausaha harus selalu memperhitungkan resiko bagi kegiatannya. 2.1.5 Motivasi Usaha Hasibuan (2000) memberikan pengertian motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya dan upaya untuk mencapai kepuasan. Adapun Siswanto (1989) juga merumuskan motivasi sebagai berikut: 1. Setiap perasaan atau kehendak dan keinginan yang amat mempengaruhi kemauan individu, sehingga individu tersebut didorong untuk berperilaku atau bertindak. 2. Pengaruh kegiatan yang menimbulkan perilaku individu. 3. Setiap tindakan atau kejadian yang menyebabkan berubahnya perilaku seseorang. 4. Proses dalam yang menentukan gerakan atau tingkah laku individu kepada tujuan (goals). Sedangkan Robbins (2001) mengatakan bahwa motivasi sebagai suatu kerelaan untuk berusaha seoptimal mungkin dalam mencapai tujuan organisasi
15 yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk memuas-kan beberapa kebutuhan individu. Oleh As ad (2003) motivasi kerja didefinisikan sebagai sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh karena itu dalam psikologi kerja biasanya disebut pendorong semangat kerja. Kuat atau lemahnya motivasi kerjanya seseorang ikut menentukan besar kecilnya prestasi. 2.1.6 Kinerja Usaha Madura (2001) menjelaskan bahwa kinerja bisnis dilihat dari sudut pemilik usaha yang menanamkan modalnya pada suatu perusahaan memusatkan diri pada dua kriteria untuk mengukur kinerja perusahaan: 1) imbalan atas penanaman modalnya dan 2) risiko dari penanaman modal mereka. Karena strategi bisnis yang harus dilaksanakan oleh manajer harus ditujukan untuk memuaskan pemilik bisnis. Para manajer harus menentukan bagaimana strategi bisnis yang bermacam-macam akan mempengaruhi imbalan atas penanaman modal perusahaan dan resikonya. Menurut Mulyadi (1997) informasi akuntansi yang dipakai sebagai ukuran kinerja manajer pusat pendapatan adalah pendapatan. Sedangkan informasi yang dipakai sebagai ukuran kinerja manajer pusat adalah biaya. Begitu pun dengan pusat laba. Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang manajernya diberi wewenang untuk mengendalikan pendapatan dan biaya pusat pertanggungjwaban tersebut. Karena laba, yang merupakan selisih antara pendapatan dan biaya, tidak dapat berdiri sendiri sebagai ukuran kinerja pusat laba, maka laba perlu dihubungkan dengan investasi yang menghasilkan laba tersebut. Umumnya, mengukur kinerja pusat laba digunakan dua ukuran yang
16 menghubungkan laba yang diperoleh pusat laba denga pusat investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba: Return On Investment (ROI) dan Residual Income (RI). Ukuran yang lain dapat digunakan untuk mengukur kinerja manajer pusat laba adalah produktivitas. Mulyadi (1997) menjelaskan bahwa organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia, maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam menjalankan peran yang mereka mainkan di dalam organisasi. Menurut Wibisono (2006) evaluasi kinerja merupakan penilaian kinerja yang diperbandingkan dengan rencana atau standar-standar yang telah disepakati. Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu oraganisasi, bagian organisasi, dam karyawannya berdasarkan sasaran, standard, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. 2.2 Penelitian sebelumnya Penelitian yang dilakukan Susanti (2008) menyatakan bahwa modal mempunyai pengaruh terhadap kinerja usaha, karena dengan modal yang meningkat maka kinerja usaha akan meningkat. Sebaliknya apabila modal menurun maka kinerja usaha akan menurun. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rante (2010) menyatakan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku kewirausahaan memiliki pengaruh untuk menghasilkan kinerja UMK agribisnis. perilaku kewirausahaan memiliki peran strategis sebagai mediasi terhadap kinerja UKM. Perilaku kewirausahaan telah mampu memanfaatkan peluang-peluang yang diberikan pemerintah untuk mengembangkan usaha yang dimiliki. Perilaku kewirausahaan
17 hendaknya selalu ditingkatkan kapasitasnya agar dapat menjadikan UKM memiliki produktivitas yang tinggi dan usaha yang handal. Purnama (2010) menyatakan variabel motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha. Untuk itu perlu meningkatkan kinrja usaha industri kecil melalui motivasi usaha dengan lebih mendahulukan meningkatkan harapan, motifasi dan insentif pada menejer industri kecil. Subaedi (2010) menyatakan dari ketiga variabel kompetensi yang terdiri pengetahuan, ketrampilan dan perilaku ternyata variabel perilaku memiliki pengaruh paling dominan terhadap kinerja UKM di kota Surabaya 2.3 Kerangka Pemikiran Setiap organisasi membutuhkan pemimpin yang memiliki kinerja yang maksimal. Rendahnya suatu kinerja diakibatkan gagalnya pelaksanaan suatu hasil kerja secara optimal. Kinerja bisnis dilihat dari sudut pemilik usaha yang menanamkan modalnya pada suatu perusahaan memusatkan diri pada dua kriteria untuk mengukur kinerja perusahaan: 1) imbalan atas penanaman modalnya dan 2) risiko Karena strategi bisnis yang harus dilaksanakan oleh manajer harus ditujukan untuk memuaskan pemilik bisnis. Para manajer harus menentukan bagaimana strategi bisnis yang bermacam-macam akan mempengaruhi imbalan atas penanaman modal perusahaan dan resikonya (Madura 2001). Dalam mendirikan suatu usaha maka hal penting yang dibutuhkan yaitu modal. Modal dapat berupa modal sendiri atau pinjaman. Tetapi kebanyakan UKM pada saat ini susah berkembang karena kesulitan modal. Tidak hanya itu saja, pengaruh pengalaman usaha dan kualitas SDM juga mempengaruhi
18 perkembangan UKM. Perilaku kewirausahaan memiliki peran strategis sebagai mediasi terhadap kinerja UKM agribisnis. Perilaku kewirausahaan telah mampu memberikan dukungan yang berarti guna meng-hasilkan kinerja (Rante 2010). Perilaku kewirausahaan yang terstimulasi secara eksternal untuk meluncurkan suatu usaha dimulai dengan adanya pemahaman akan peluang dan pola perilaku yang terstimulasi secara internal pada saat para individu terlibat dalam proses pemecahan masalah dan penilaian kebutuhan sebelum memutuskan untuk memulai sebuah usaha (Bhave 1993). motivasi sebagai suatu kerelaan untuk berusaha seoptimal mungkin dalam mencapai tujuan organisasi yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk memuas-kan beberapa kebutuhan individu (Robbins 2001). motivasi kerja didefinisikan sebagai sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh karena itu dalam psikologi kerja biasanya disebut pendorong semangat kerja. Kuat atau lemahnya motivasi kerjanya seseorang ikut menentukan besar kecilnya prestasi (As ad 2003). Persepsi Permodalan (X 1 ) H 2 H 1 Perilaku Kewirausahaan (X 2 ) Motivasi (X 3 ) H 3 H 4 Kinerja Usaha (Y)
19 2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian ditas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : H 1 : Persepsi permodalan, perilaku kewirauhahaan, dan motivasi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kinrja usaha. H 2 : H 3 : H 4 : Persepsi permodalan berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha. Perilaku kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha. Motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha.