PENDAHULUAN. dengan yang lainnya tidak terpisahkan (Awang, 2002). kehutanan Indonesia adalah membagi lahan hutan kedalam pengelolaan yang

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Hutan Gaharu (Aquilaria malaccensis) pohon Aquilaria yang sangat berharga terutama karena wangi, dapat digunakan

HUTAN: FUNGSI DAN PERANANNYA BAGI MASYARAKAT

Tinjauan Aspek Pengembangan Hutan Rakyat

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1)

TINJAUAN PUSTAKA. peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1)

TINJAUAN PUSTAKA. peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan adalah suatu lapangan pertumbuhan pohon-pohon yang secara. keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam

KONSEPSI HUTAN, PENGELOLAAN HUTAN DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN HUTAN ALAM PRODUKSI DI INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. segi ekonomi, ekologi maupun sosial. Menurut Undang-undang Kehutanan No. 41

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya sebagai modal dasar pembangunan nasional dengan. Menurut Dangler (1930) dalam Hardiwinoto (2005), hutan adalah suatu

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan kemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan community forestry

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi nasional tekanan terhadap sumber daya hutan semakin

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara berkesinambungan bagi kesejahteraan masyarakat, baik. generasi sekarang maupun yang akan datang.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat sebesarbesarnya

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja dan memberikan kesempatan membuka peluang berusaha hingga

I. PENDAHULUAN. Industri dikenal sebagai hutan tanaman kayu yang dikelola dan diusahakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dilakukan secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

PENDAHULUAN. peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan

PENDAHULUAN. berupa manfaat langsung yang dirasakan dan manfaat yang tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. 41 tahun 1999). Menurut Indriyanto (2006), hutan merupakan masyarakat

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Hutan Rakyat

PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP)

PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DALAM SISTEM AGROFORESTRY

Apa itu Agroforestri?

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Undang-Undang RI No. 41 tahun 1999, hutan rakyat adalah hutan yang

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sebidang lahan yang menampung air hujan

PROGRAM/KEGIATAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DIY KHUSUS URUSAN KEHUTANAN TAHUN 2016

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan merupakan suatu asosiasi dari tumbuh-tumbuhan yang sebagian

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.33/Menhut-II/2007

II. TINJAUAN PUSTAKA Kebijakan Penatausahaan Hasil Hutan Kayu yang Berasal dari

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kehidupan manusia. Menurut Undang-Undang Kehutanan No.41 tahun

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

BAB I PENDAHULUAN. melampaui dua tahapan, yaitu ekstraksi kayu dan pengelolaan hutan tanaman. mengikuti paradigma baru, yaitu kehutanan sosial.

Penjelasan PP No. 34 Tahun 2002 PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2002 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan Rakyat dan Agroforestry. maupun lahan yang dikuasai oleh negara. Hutan rakyat tersusun dari satuan

TINJAUAN PUSTAKA. hutan memiliki 3 fungsi utama yang saling terkait satu sama lain, yakni fungsi

Tugas Makala Agroforestry. Oleh (A ) SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN PADA TANAH MILIK DAN KEBUN RAKYAT

BAB I. PENDAHULUAN A.

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : POTENSI HUTAN RAKYAT DI INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA Oleh : Sukadaryati 1) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan oleh negara Indonesia. Menurut pasal Pasal 33 ayat (3) disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan paru-paru dunia karena hutan dapat memproduksi oksigen

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya

BAB I PENDAHULUAN. dalam Suginingsih (2008), hutan adalah asosiasi tumbuhan dimana pohonpohon

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. 4

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

MENYOAL PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT POTENSI DI ERA OTONOMI. Oleh : Eddy Suryanto, HP. Fakultas Hukum UNISRI Surakarta

diarahkan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat

I. PENDAHULUAN. lain-lain merupakan sumber daya yang penting dalam menopang hidup manusia.

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA,

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

AGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri

BAB I PENDAHULUAN. secara optimal, arif dan bijaksana untuk kesejahteraan manusia serta dijaga

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PENDAHULUAN. hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestry adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. Desa Kepuharjo salah satu desa yang berada di Kecamatan Cangkringan

Menengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry

KEBUTUHAN BENIH (VOLUME) PER WILAYAH PER JENIS DALAM KEGIATAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN. Oleh : Direktur Bina Perbenihan Tanaman Hutan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1998 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG IJIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN HAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang disebutkan di atas, terdapat unsur-unsur yang meliputi suatu kesatuan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 03 TAHUN 2007 TENTANG PENJUALAN, PEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan mulai dari tanaman keras, non kayu, satwa, buah-buahan, satuan budi

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan hutan lestari perlu dilaksanakan agar perubahan hutan yang terjadi

POTENSI DAN KELEMBAGAAN HUTAN RAKYAT Oleh: Billy Hindra 1)

BAB I PENDAHULUAN. beragam sehingga menjadikan Negara Indonesia sebagai negara yang subur

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. rapat dan menutup areal yang cukup luas. Sesuai dengan UU No. 41 Tahun

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/MENHUT-II/2013

Transkripsi:

PENDAHULUAN Hutan Menurut Undang-Undang Kehutanan No. 41/1999 hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak terpisahkan (Awang, 2002). Sedangkan kehutanan adalah suatu kegiatan yang bersangkut paut dengan pengelolaan ekosistem hutan dan pengurusannya, sehingga ekosistem tersebut mampu memenuhi berbagai kebutuhan barang dan jasa. Tujuan pembangunan kehutanan Indonesia adalah membagi lahan hutan kedalam pengelolaan yang terdiri atas pengelolaan hutan produksi berfungsi ekonomi dan ekologi yang sama kuat dan seimbang, pengelolaan hutan konservasi yang berfungsi ekologi, dan pengelolaan hutan kebun kayu sebagai fungsi ekonomi (Arief, 2001). Pengembangan Tanaman Kehutanan. Tujuan pembangunan hutan tanaman adalah untuk meningkatkan potensi hutan tanaman yang dibangun dalam kawasan hutan produksi dalam rangka meningkatkan produksi hasil hutan dan meningkatkan partisipasi masayarakat dalam pembangunan kehutanan (Pamulardi, 1995). Hutan sebagai sumber kekayaan alam milik bangsa Indonesia merupakan satu modal dasar bagi pembangunan nasional yang dipergunakan untuk kemakmuran rakyat. Hutan dan ekosistemnya sebagai salah satu sumber kekayaan

alam dengan berbagai fungsinya yang serba guna dan serba neka dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat Indonesia pada khususnya dan umat manusia pada umumnya (Pamulardi, 1995). Dalam perkembangannya hutan telah dimanfaatkan untuk berbagai penggunaan, antara lain pemanfaatan hutan dalam bidang Hak Pengusaan Hutan, Hak Pemungutan Hasil Hutan, dan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri yang masing-masing pelaksanaanya berdasarkan Pasal 13 dan Pasal 14 UUPK, PP Nomor 21 Tahun 1970 jo PP Nomor 18 Tahun 1975, PP Nomor 28 Tahun 1985 dan PP Nomor 7 Tahun 1990 juga Undang undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Pamulardi, 1995). Jenis-jenis pohon yang ditanam pada kegiatan Hutan Kemasyarakatan adalah jenis pohon serba guna atau pohon kehidupan yang sesuai dan cocok dengan kondisi tanah dan lingkungannya. Dengan penanaman serba guna tersebut, di harapkan dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat memanfaatkan hasil hutan bukan kayu seperti buah-buahan (seperti, mede, kemiri, durian, aren dll); getah-getahan (seperti damar, jelutung, lak, pinus) ; rotan ; gaharu ; dan sebagainya. Dalam hal ini, yang dimaksud pohon serba guna adalah tanaman tahunan atau pohon yang menghasilkan hasil hutan bukan kayu yang bermanfaat bagi masyarakat disamping dapat meningkatkan mutu hutan. Kriteria pemilihan jenis pohon serba guna adalah: 1. Mempunyai fungsi konservasi (tata air dan konservasi tanah), 2. Kesesuaian tempat tumbuhan, 3. Disukai masyarakat,

4. Mempunyai nilai ekonomis, 5. Kemudahan dalam pemasaran. Jenis-jenis pohon serba guna dikelompokkan dalam 4 (empat) kelompok yaitu : 1. Kelompok pangan ; 2. Kelompok buah ; 3. Kelompok getah dan 4. Kelompok daun/bunga (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1998). Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Hutan kemasyarakatan adalah suatu bentuk Perhutanan Sosial yang dilaksanakan di dalam kawasan Hutan, terutama kawasan hutan yang mendapat tekanan berat dan diutamakan untuk dilaksanakan pada kawasana Hutan disekitar desa-desa tertinggal. Dalam pelaksanaan kegiatan Hutan Kemasyarakatan, masyarakat memerlukan pendukung mulai dari pengadaan dan peredaran input, produksi sampai dengan pemasarannya. Untuk itu perlu dibentuk pola dan hubungan kemitraan usaha yang dapat menjamin peningkatan pendapatan masyarakat. Mitra usaha masyarakat dalam usaha pelaksanaan Hutan Kemasyarakatan dapat terdiri dari unsur-unsur Pemerintah Pusat/daerah; Perguruan Tinggi; Lembaga Swadaya masyarakat (LSM); BUMN; swasta, baik swasta kehutanan (HPH, HPHTI) maupun non-kehutanan (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1998). Tujuan jangka panjang program Perhutanan Sosial (PS) adalah memperbaiki lahan kritis, partisifasi aktif masyarakat lokal dalam pembangunan hutan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, menyediakan kebutuhan masyarakat lokal, dan konservasi sumber daya alam. Sedangkan tujuan jangka

pendek Perhutanan Sosial adalah pembentukan kelompok Tani Hutan (KTH), peningkatan keberhasilan tanaman (Kehutanan dan Pertanian) dan peningkatan pendapatan anggota Kelompok Tani Hutan (KTH) (Nurrochmad, 2005). Program Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) dan Kegiatan Bina Desa Hutan (BDH) yang dikenakan pada setiap pengusahaan hutan tujuan utamanya adalah mensejaterakan masyarakat lokal, dimana masyarakat diberdayakan sesuai dengan fungsi pokok hutannya (Sardjono, 2004). Pentingnya hutan bagi kehidupan sosial ekonomi suatu masyarakat kini dirasakana semakin menigkat. Jika semula hutan masih digunakan sebagai sumber bahan makan/buah-buahan, berburu binatang, sumber bahan bakar dan lain-lain maka dengan berkembangnya kebudayaan dan ekonomi, hutan dimanfaatkan lebih intensif sebagai masukan/bahan mentah (Reksohadiprodjo dkk, 1998). Hutan Rakyat Hutan rakyat tersusun dari satuan ekosistem kehidupan mulai dari tanaman keras, non kayu, satwa, buah-buahan, satuan usaha tani semusim, peternakan, barang dan jasa serta rekreasi alam.bentuk dan pola hutan rakyat di Indonesia sebagai inisiatif masyarakat adalah antara lain: hutan rakyat sengon, hutan rakyat jati, hutan rakyat campuran, khepong adat, khepong campuran, hutan rakyat suren di Bukit Tinggi (disebut Parak), dan hutan adat campuran (Awang dkk, 2001). Hutan Rakyat adalah hutan yang tumbuh diatas tanah milik dengan luas minimal 0,25 ha, penutupan tajuk didominasi tanaman perkayuan, dan atau tanaman tahun pertama minimal 500 batang. Pohon ini ditanam biasanya sebagai

batas luar/pagar pemilikan lahan yang membatasi satu pemilik dengan pemilik lainnya, sehingga lebih lazim disebut pagar hidup. Selain itu juga ditanam bersama tanaman palawija yang dikenal dengan nama tumpangsari. Jenis pohon yang dikembangkan pada hutan rakyat adalah sengon (Paraserianthes falcataria) kayu putih (Melaleuca leucadendron), aren (Arenga pinata), akasia (Acacia sp), kemiri (Aleurites moluccana), jabon (Anthocepallus cadamba), mahoni (Swietenia macrophylla), bambu (Bambusa), jati putih (Gmelina arborea), johar (Cassia siamena), kapuk randu (Ceiba petandra), sungkai (Peronema canescens) dan lainlain (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1998). Hutan rakyat dikelola oleh masing-masing pemilik dengan basis Sistem Hutan Rakyat (SHR). Selama ini hutan rakyat hanya dilihat sebagai kumpulan pohon-pohon yang tumbuh dan berkembang diatas lahan milik rakyat, sehingga banyak dijumpai dalam kalkulasi ekonomi hutan rakyat yang muncul ke permukaan adalah soal yang berkaitan dengan hasil kayu saja (Awang dkk, 2001). Pada umumnya petani (pemilik lahan) tidak hanya mengusahakan satu jenis komoditi saja, tetapi pada saat yang sama dan dalam sebidang hamparan lahan milik, yang bersangkutan menanam lebih dari satu komoditi. Komposisi jenis yang diusahakan bisa bervariasi dan merupakan kombinasi antara tanaman tahunan (kayu-kayuan, perkebunan dan buah-buahan) (Awang dkk, 2001). Pengelolaan Hutan Pengelolaan hutan (forest management) adalah praktek penerapan prinsipprinsip dalam bidang ekologi, fisika, kimia, analisis kwantitatif, manajemen,

ekonomi, sosial dan analisis kebijakan dalam rangkaian kegiatan membangun atau meregenerasikan, membina, memanfaatkan dan mengkonservasikan hutan untuk mendapatkan tujuan-tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dengan tetap mempertahankan produktivitas dan kwalitas hutan. Pengelolaan hutan mencakup pengelolaan terhadap keindahan (aesthetics), ikan dan fauna air lain pada sungaisungai di dalam hutan, rekeasi, nilai-nilai atau fungsi hutan untuk wilayah perkotaan, air, kehidupan liar, kayu dan hasil hutan bukan kayu lainnya, serta berbagai nilai lain yang termasuk dalam kelompok sumber daya hutan (Suhendang, 2002) Helms (1998) dalam Suhendang (2002) menyatakan bahwa perencanaan kehutanan (forestry planning) merupakan rangkaian kegiatan yang lengkap, mencakup tahapan-tahapan: pemantauan (monitoring), penilaian (assesmenmt), pengambilan keputusan (decision making) dan penerapan (implementation) yang dilakukan dalam rangka pengelolaan hutan. Sesuai dengan pasal 23 bahwa 23 Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan disebutkan bahwa pemanfaatan hutan bertujuan untuk memperoleh manfaat yang optimal bagi kesejahteraan seluruh masyarakat secara berkeadilan dengan tetap menjaga kelestariaannya. Sehingga telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan penggunaan Kawasan Hutan (Departemen Kehutanan, 2004). Pada dasarnya pengelolaan hutan dan pemungutan hasil hutan dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD),

Koperasi, Badan Usaha Milik Swasta Indonesia, Perorangan, Lembaga Pendidikan, Lembaga Penelitian dan Masyarakat Hukum Adat dengan mempedomani ketentuan dan per-undang-undangan yang berlaku (Departemen Kehutanan, 2004). Pengalaman menunjukkan bahwa untuk mewujudkan tuntutan pengelolaan hutan secara adil dan berkelanjutan senantiasa menghadapi tantangan dan kendala yang terkait dengan hak dan kewajiban masyarakat dalam pengelolaan hutan. Kejelasan hak dan kewajiban yang ada pada masyarakat akan menumbuhkan suasana yang aspiratif dan partisipatif yang menempatkan masyarakat sebagai basis pengelolaan hutan. Keterlibatan masyarakat secara sadar akan berperan dan berfungsi dalam pengelolaan hutan yang lestari sehingga menjamin berkembangnya kapasitas dan pemberdayaan masyarakat serta distribusi manfaat hutan (Affandi, 2005). Beberapa Badan Usaha Milik Negara yang berperan dalam pengelolaan kehutanan adalah: 1. Perusahaan Umum (Perum) Perhutani 2. PT Inhutani 3. Hak Pengusahaan Hutan (HPH)/ Hak Pemungutan Hasil Hutan (HPHH) 4. Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI), 5. Hak Pengusahaan Hutan Bina Desa Hutan (HPH Bina Desa). (Pamulardi, 1995).