BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah kesehatan tersebut. diakses pada tanggal 15 September 2015 pukul 17.05).

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 852/MENKES/SK/IX/2008 TENTANG STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta dapat. menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

BAB I PENDAHULUAN. (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan Case Fatility Rate (CFR) yang

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: ERIN AFRIANI J.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam faeces (Ngastiah, 1999). Menurut Suriadi (2001) yang encer atau cair. Sedangkan menurut Arief Mansjoer (2008) diare


BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. dunia melalui WHO (World Health Organitation) pada tahun 1984 menetapkan

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan di masyarakat adalah jamban. Jamban berfungsi untuk tempat

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi dan Salmonella para thypi. Demam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STRATEGI NASIONAL SAN ITAS I TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB I PENDAHULUAN. pada anak di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya (Sistem Kesehatan Nasional, 2009). Salah satu upaya. program nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas

SOSIALISASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK-ANAK TINGKAT SEKOLAH DASAR DI DESA TABORE KECAMATAN MENTANGAI KALIMANTAN TENGAH

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh Pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

HUBUNGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN CIBABAT KECAMATAN CIMAHI UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan berpotensial untuk mempengaruhi kesehatan (WHO, 1948)

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka memperbaiki kualitas

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN.

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab timbulnya masalah gizi salah satunya yaitu status gizi yang

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN yaitu dimana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. terjadi karena adanya hubungan interaktif antara manusia, perilaku serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat

Lampiran 1. Kata Kunci : Evaluasi, Program, STBM, Kepemilikan Jamban, Pemanfaatan jamban.

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama lebih dari tiga dasawarsa, Indonesia telah melaksanakan berbagai upaya dalam rangka meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Departemen Kesehatan telah menyelenggarakan serangkaian reformasi di bidang kesehatan guna meningkatkan pelayanan kesehatan dan menjadikannya lebih efisien, efektif serta terjangkau oleh masyarakat. Visi Indonesia Sehat 2010 menggambarkan bahwa pada tahun 2010 bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata sehingga memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2003). Sejak dicanangkannya Visi Indonesia Sehat 2010 telah banyak kemajuan yang dicapai, akan tetapi kemajuan-kemajuan itu tampaknya masih jauh dari target yang ingin dicapai. Dibandingkan dengan beberapa negara tetangga, keadaan kesehatan masyarakat Indonesia masih tertinggal (Depkes RI, 2003). Derajat kesehatan yang optimal dapat dilihat dari unsur kualitas hidup serta unsur mortalitas yang mempengaruhinya yaitu morbiditas dan status gizi masyarakat. Indikator-indikator kesehatan yang dapat digunakan untuk mengetahui derajat kesehatan salah satunya angka kematian balita (AKABA) (Dinkes Kabupaten Demak, 2009). Terjadinya angka kematian yang tinggi pada usia balita dikarenakan pada saat itu balita rentan terhadap penyakit, data statistik menunjukkan bahwa lebih dari 70% kematian balita salah satunya disebabkan karena penyakit diare (Depkes RI, 2008). Tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di Negara berkembang. Di Indonesia, diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat 1

2 utama. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan dan kematian terutama pada bayi dan balita (Depkes RI, 2002). Angka kejadian diare di Indonesia diperkirakan sebesar 40-50% penduduk pertahun, dimana 70-80% diantaranya terjadi pada usia balita, dengan episode diare satu atau dua kali setiap tahun dan merupakan salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita yaitu sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun (Riskesdas, 2007). Sedangkan data dari profil kesehatan Indonesia tahun 2008, dilaporkan tejadinya KLB diare di 15 provensi dengan jumlah penderita sebanyak 8.443 kasus diare dengan jumlah kematian sebanyak 209 orang meninggal, dan Case Fatality Rate (CFR) 2,48% (Depkes RI, 2008). Kejadian diare di Provinsi Jawa Tengah sendiri mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 tercatat sebesar 47.8% cakupan penemuan diare (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2008). Data selama empat tahun terakhir menunjukkan bahwa cakupan penemuan diare masih sangat jauh di bawah target yang diharapkan yaitu sebesar 80%, sedangkan jumlah kasus diare pada balita sendiri setiap tahunnya rata-rata di atas 40%. Hal ini menunjukkan bahwa kasus diare pada balita masih tetap tinggi dibandingkan golongan umur lainnya (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2008) Sedangkan di kabupaten Demak kejadian diare mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 sebanyak 22.791 kasus diare, tahun 2008 terdapat 24.152 kasus diare dan tahun 2009 jumlah kasus diare di kabupaten Demak berdasarkan laporan dari Puskesmas sebanyak 25.458 kasus (Dinkes Kabupaten Demak, 2009). Kejadian diare di Puskesmas Mijen I masih menempati urutan yang relatif tinggi, terlihat dari rekapitulasi cakupan pelayanan penderita diare pada tahun 2008 sebanyak 402 kasus diare dan tahun 2009 pada seluruh golongan umur sebesar 410 kasus dimana 50,5% terjadi pada balita. Kasus tertinggi di desa Mlaten yaitu sebesar 114 kasus (Puskesmas Mijen I, 2009).

3 Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan angka kejadian diare, namun kenyataan hasilnya belum sesuai dengan yang diharapkan. Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat diare perlu diketahui faktor-faktor yang berkaitan dengan kejadian diare. Faktor yang erat dengan kejadian diare adalah faktor sanitasi lingkungan, keadaan gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi, dan perilaku masyarakat (Soegijanto, 2002). Hygiene dan sanitasi seperti mencuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan, penyajian, penyimpanan makanan dan minuman, dan sanitasi air minum merupakan salah satu faktor pencegah terjadinya diare terutama pada anak umur 1-2 tahun (Ngastiyah, 2005). Menurut Suharyono (2008), sanitasi lingkungan yang buruk merupakan faktor yang penting terhadap terjadinya diare dimana interaksi antara penyakit, manusia, dan faktor-faktor lingkungan yang mengakibatkan penyakit perlu diperhatikan dalam penanggulangan diare. Peranan faktor lingkungan (air, makanan, lalat dan serangga lain), enterobakteri, parasit usus, virus, jamur dan beberapa zat kimia telah secara klasik dibuktikan pada berbagai penyelidikan epidemiologis sebagai penyebab penyakit diare. Perilaku dari segi biologis merupakan kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Jadi pada hakikatnya perilaku manusia adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas (Notoatmodjo, 2007). Melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), khususnya perilaku hygiene diantaranya kebiasaan mencuci tangan dengan sabun yang benar dan tepat sebagai cara yang efektif untuk mencegah penyebaran penyakit seperti diare. Namun prakteknya penerapan perilaku yang cukup sederhana tersebut tidak selalu dilakukan, terutama pada keluarga yang belum terbiasa. Dalam hal ini pendidikan keluarga mempunyai peranan yang sangat penting (Dep. Kominfo, 2007). Jika perilaku hygiene di dalam keluarga dapat diterapkan oleh seluruh anggota keluarga, seperti keperluan

4 mencuci tangan secara benar, maka salah satunya penyakit seperti diare tidak akan mudah menyerang (Depkes RI, 2007). Namun dalam kehidupan masyarakat hampir semua orang memahami dan mengetahui pentingnya mencuci tangan memakai sabun tetapi tidak membiasakan diri untuk melakukan dengan benar terutama pada saat yang penting yaitu sebelum makan, sesudah buang air besar, setelah menyeboki bayi dan sebelum menyuapi anak. Padahal perilaku mencuci tangan merupakan faktor yang penting pula dalam menurunkan angka kejadian diare (Dyah, 2007). Pada masyarakat terutama di pedesaan tidak mempunyai kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan masyarakat pedesaan juga beranggapan bahwa mencuci tangan cukup memakai air saja (Dyah, 2007). Berdasakan studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku masyarakat dalam mencuci tangan adalah 12% setelah buang air besar, membersihkan tinja bayi dan balita 9%, sebelum makan 14%, dan sebelum memberi makan bayi 7%, dan sebelum menyiapkan makanan 6% (Team public Health Watsan-Iom, 2008). Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi Negara berkembang. Karena menurut WHO, penyakit diare membunuh satu anak di dunia ini setiap 15 detik, karena akses pada sanitasi masih terlalu rendah. Hal ini menimbulkan masalah kesehatan yang besar. Data yang menunjukkan masalah kesehatan yaitu terdapat 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka (Hasil studi Indonesia Sanitation Sector development Program (ISSDP), 2006). Data dari hasil studi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2007, menunjukkan bahwa berbagai intervensi terpadu melalui pendekatan sanitasi total dapat menurunkan angka kejadian diare sebesar 94% dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar dapat menurunkan angka kejadian diare sebesar 32%, melakukan perilaku mencuci tangan memakai sabun dapat menurunkan angka kejadian diare

5 sebesar 45%, dan melalui perilaku pengolahan air minum yang aman di rumah tangga dapat menurunkan angka kejadian diare sebesar 39%. Pemerintah juga telah sepakat dengan komitmen untuk mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015, yaitu untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar secara berkesinambungan kepada separuh dari proporsi penduduk yang belum mendapatkan akses (Team public Health Watsan-Iom, 2008). Penyediaan air bersih dan bebas sampah merupakan hal yang esensial dalam kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Hampir 30% penduduk di Negara berkembang tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan air bersih dan lebih dari 60% memiliki sanitasi dasar yang rendah. Kotoran yang secara rutin dihasilkan dan dibuang pada kolam terbuka, sungai, selokan, dan tanah lapang, dan lebih dari 90% air kotor di Negara berkembang tidak tertangani (Anderson, 2006). Data dari profil kesehatan Kabupaten Demak tahun 2009, kondisi sanitasi di Kabupaten Demak masih rendah dalam cakupan akses masyarakat terhadap ketersediaan sarana air bersih yaitu sebesar 51,66%, cakupan ketersediaan jamban sebesar 57,61%, Cakupan kepemilikan tempat sampah sehat yaitu sebesar 37,35%, dan pengolahan air limbah sebesar 34, 85%. Sebagian warga di wilayah kerja puskesmas Mijen I cukup sulit dalam mendapatkan air bersih, dimana sumber air yang digunakan untuk minum dan memasak yang diperoleh dari sumur dan sungai yang airnya kadang berbau dan mengandung kapur (Dinkes Kabupaten Demak, 2009). Berdasarkan data-data tersebut maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih mendalam apakah perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) keluarga dan sanitasi lingkungan berperan terhadap kejadian diare terutama di desa Mlaten kecamatan Mijen Kabupaten Demak.

6 B. Rumusan Masalah Kejadian penyakit diare di wilayah kerja Puskesmas Mijen I Kabupaten Demak masih relatif tinggi khususnya pada balita terutama di desa Mlaten Kecamatan Mijen Kabupaten Demak. Faktor-faktor yang erat dengan kejadian diare adalah faktor sanitasi lingkungan, keadaan gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi, dan perilaku hygiene masyarakat (Soegijanto, 2002). Hampir semua orang memahami pentingnya mencuci tangan memakai sabun tetapi dalam praktiknya di lingkungan keluarga jarang untuk membiasakan diri untuk melakukan dengan benar yaitu sebelum makan, sesudah buang air besar dan sebelum menyuapi anak. Pada masyarakat di pedesaan jarang terbiasa mencuci tangan dengan sabun, mereka beranggapan bahwa mencuci tangan cukup memakai air (Dyah, 2007). Kondisi sanitasi di Kabupaten Demak masih rendah dalam cakupan air bersih 51,66%, cakupan jamban keluarga 57,61%, Cakupan tempat sampah sehat 37,35%, dan pengolahan air limbah 34, 85%. Sebagian warga di desa Mlaten kecamatan Mijen cukup sulit dalam mendapatkan air bersih, dimana sumber air yang digunakan untuk minum dan memasak yang diperoleh dari sumur dan sungai yang airnya kadang berbau dan mengandung kapur (Dinkes Kabupaten Demak, 2009). Berdasarkan permasalahan di atas, maka yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah Apakah perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) berperan dalam kejadian diare? dan Apakah sanitasi lingkungan berperan dalam kejadian diare?. Sehingga dapat dirumuskan tentang penelitian adalah Bagaimana perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) keluarga dan sanitasi lingkungan terhadap kejadian diare pada balita di desa Mlaten Kecamatan Mijen Kabupaten Demak?.

7 C. Tujuan Penelitian 1. Umum Mengetahui perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) keluarga dan sanitasi lingkungan terhadap kejadian diare pada balita di desa Mlaten Kecamatan Mijen Kabupaten Demak. 2. Khusus a. Mendeskripsikan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) keluarga di desa Mlaten Kecamatan Mijen Kabupaten Demak. b. Mendeskripsikan sanitasi lingkungan rumah di desa Mlaten Kecamatan Mijen Kabupaten Demak. c. Mendeskripsikan kejadian diare di desa Mlaten Kecamatan Mijen Kabupaten Demak. d. Menganalisis hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) keluarga terhadap kejadian diare di desa Mlaten Kecamatan Mijen Kabupaten Demak. e. Menganalisis hubungan antara sanitasi lingkungan rumah terhadap kejadian diare di desa Mlaten Kecamatan Mijen Kabupaten Demak. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Keluarga Menambah pengetahuan keluarga di desa Mlaten kecamatan Mijen Kabupaten Demak tentang kejadian diare. 2. Instansi a. Puskesmas Mijen I Kabupaten Demak Sebagai masukan bagi puskesmas dalam rangka pengambilan keputusan penanggulangan penyakit diare pada anak balita. b. Dinas Kesehatan Kabupaten Demak Sebagai masukan dalam upaya menentukan kebijakan program pemberantasan penyakit diare terutama yang terjadi pada balita.

8 3. Peneliti Untuk memperoleh pengalaman dalam penelitian tentang cara pencegahan penyakit diare pada balita. 4. Bidang Ilmu Keperawatan Sebagai masukan bagi disiplin ilmu keperawatan dalam mengembangkan ke ilmuan khususnya ilmu keperawatan komunitas. E. Bidang Ilmu Penelitian ini, bidang ilmu yang digunakan adalah ilmu keperawatan komunitas.

25