BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Sistem Kesehatan adalah meningkatkan derajat kesehatan, ketanggapan, dan keadilan dalam pembiayaan pelayanan kesehatan (WHO, 2000). Komponen pengelolaan kesehatan yang disusun dalam Sistem Kesehatan Nasional, Pasal 2 dikelompokkan dalam subsistem: upaya kesehatan; penelitian dan pengembangan kesehatan; pembiayaan kesehatan; sumber daya manusia kesehatan; sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan; manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan; dan pemberdayaan masyarakat (Perpres RI No 72, 2012). Pembiayaan kesehatan sebagai pelaksana komponen sistem kesehatan memiliki beberapa syarat pokok meliputi: (1) jumlah harus memadai untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan tidak menyulitkan masyarakat yang memanfaatkan; (2) distribusinya harus sesuai dengan kebutuhan untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan; serta (3) pemanfaatannya harus diatur setepat mungkin agar tercapai efektivitas dan efisiensi dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang optimal (UU RI NO.36, 2009). Undang-Undang tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, mengamanatkan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi daerah dalam pelaksanaan desentralisasi. DAK dimanfaatkan untuk meningkatkan pembangunan kesehatan, sehingga Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dapat menyediakan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau dan berkualitas. Pasal 108 Ayat (1) menyebutkan dana Dekonsentrasi dan dana Tugas Pembantuan yang merupakan bagian dari anggaran Kementerian Negara/lembaga yang digunakan untuk melaksanakan urusan yang menurut peraturan perundang-undangan menjadi urusan Daerah, secara bertahap dialihkan menjadi Dana Alokasi Khusus (UU RI NO.34, 2004). Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 298 ayat (7) menyebutkan belanja DAK diprioritaskan untuk mendanai kegiatan fisik dan dapat digunakan untuk kegiatan nonfisik (UU RI NO.23, 2014). 1
2 Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kesehatan serta Sarana dan Prasarana Penunjang Subbidang Sarpras Kesehatan Tahun Anggaran 2016, DAK terbagi 2, yaitu DAK fisik dan DAK non fisik. DAK Fisik meliputi Subbidang Pelayanan Kesehatan Dasar, Subbidang Pelayanan Kesehatan Rujukan, Subbidang Pelayanan Kefarmasian dan Subbidang Sarpras Kesehatan. Sedangkan DAK Nonfisik meliputi Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), Jaminan Persalinan (Jampersal), Akreditasi Puskesmas dan Akreditasi Rumah Sakit. Pada tahun 2016 Pemerintah mengeluarkan Jaminan Persalinan (Jampersal) baru yang memiliki perbedaan di dalam pemanfaatannya dengan Jampersal yang terdapat dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola oleh BPJS yang berlaku sejak tahun 2014. Jampersal dalam JKN ditujukan untuk ibu yang membutuhkan layanan persalinan gratis, hanya berlaku bagi masyarakat miskin yang menerima bantuan iuran dari pemerintah dan ibu yang sudah terdaftar menjadi peserta BPJS. Sedangkan Jampersal baru digunakan untuk memobilisasi ibu hamil untuk melaksanakan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan, mendekatkan akses dan mencegah terjadinya keterlambatan penanganan pada ibu hamil, ibu bersalin, nifas dan bayi baru lahir terutama di daerah sulit akses ke fasilitas kesehatan melalui penyediaan Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) (Kemenkes, 2016). Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016 memuat Rincian DAK Khusus Non Fisik menurut Provinsi/Kabupaten/Kota, Kabupaten TTU di Provinsi NTT mendapat anggaran Jampersal sebesar Rp. 1.370.103.552 (Lampiran Perpres RI No.66, 2016). Kabupaten TTU merupakan salah satu kabupaten di Provinsi NTT yang mendapatkan anggaran Jampersal, masuk dalam daftar daerah tertinggal tahun 2015-2019. Pasal 2 menyebutkan suatu daerah ditetapkan sebagai Daerah Tertinggal berdasarkan kriteria: a. perekonomian masyarakat; b. sumber daya manusia; c. sarana dan prasarana; d. kemampuan keuangan daerah; e. aksesibilitas; dan f. karakteristik daerah (Lampiran Perpres RI No.131, 2015).
3 Tabel 1. Sarana Kesehatan dan Rasio terhadap Penduduk di kabupaten TTU Tahun 2015 No Sarana Jumlah Rasio terhadap 100.000 penduduk 1 RSUD 1 0,4 : 100.000 2 Puskesmas Perawatan (Rawat Inap) 6 2 : 100.000 3 Puskesmas Non Rawat Inap 20 9,3 : 100.000 4 Puskesmas Pembantu 41 17,7 : 100.000 5 Polindes 135 55,1 : 100.000 6 Poskesdes 15 5,7 : 100.000 7 UPTD Gudang Farmasi 1 0,4 : 100,000 8 UPTD Laboratorium Kesehatan 1 0,4 : 100.000 9 Puskesmas Keliling 26 10,6 : 100.000 10 Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) 494 19,4 : 100.000 balita 11 Desa Siaga 70 20,8 : 100.000 Sumber data : Profil Kesehatan Kabupaten TTU, 2015 Tabel 2. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan di Kabupaten TTU Tahun 2015 No Jenis Tenaga Rasio Jumlah Kesehatan Kab.TTU Nasional 1 Dokter Spesialis 4 1,6 : 100.000 10 : 100.000 2 Dokter Umum 22 8,8 : 100.000 40 : 100.000 3 Perawat 310 124,2 : 100.000 159 : 100.000 4 Bidan 289 115,8 : 100.000 100 : 100.000 Sumber data : Profil Kesehatan Kabupaten TTU, 2015 Data menunjukkan bahwa Kabupaten TTU hanya tersedia 4 dokter spesialis di RSUD Kefamenanu yang apabila dilihat dari ketersediaannya sangat kurang yaitu dokter spesialis Kandungan, Anak, Bedah dan Anastesi, sedangkan Spesialis Penyakit Dalam belum ada. Semua dokter spesialis dikontrak oleh Pemerintah Daerah selama 1 (satu) tahun. Pemerintah daerah melakukan kontrak kerja Dokter Spesialis kandungan dengan RSUD Dr.Saiful Anwar Malang, Jawa Timur. Jumlah dokter umum yang masih kurang bahkan ada 3 Puskesmas yang tidak memiliki dokter umum. Perawat tersedia di semua Puskesmas, tetapi ada yang jumlahnya kurang karena tidak terdistribusi secara merata. Rasio tenaga bidan lebih tinggi dari rasio nasional, di semua Puskesmas terdapat bidan namun di beberapa Puskesmas jumlahnya kurang karena distribusi tidak merata. Jumlah tenaga yang ada merupakan gabungan tenaga kesehatan PNS, PTT Pusat, PTT
4 Daerah dan Nusantara Sehat. Untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di daerah sulit dan tidak diminati inisiatif kontrak tenaga kesehatan berdasarkan pendekatan tim dapat menurunkan jumlah kematian ibu dan neonatal di provinsi NTT (Sulistyo, 2013). Tabel 3. Indikator Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Kabupaten TTU Tahun 2015 No Indikator KIA Target Capaian Nasional Kabupaten 1 Angka Kematian Ibu/100.000 KH 102 215,64 2 Angka Kematian Bayi/1000 KH 23 11,96 3 Angka Kematian Neonatal/1000 KH - 12 4 Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 80% 81,28 % 5 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan 90% 82,91 % 6 Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani 90% 77,12% Sumber data : Profil Kesehatan Kabupaten TTU, 2015 Disparitas status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi, antar kawasan, dan antar perkotaan dan pedesaan masih cukup tinggi. Target pembangunan kesehatan untuk meningkatkan cakupan kesehatan ibu dan anak dan mengatasi kesenjangan (Bappenas, 2015). Angka kematian bayi dan angka kematian balita pada golongan termiskin hampir empat kali lebih tinggi dari golongan terkaya. Angka kematian bayi dan angka kematian ibu melahirkan lebih tinggi di daerah pedesaan, di kawasan timur Indonesia, serta pada penduduk dengan tingkat pendidikan rendah (Renstra Kementerian Kesehatan RI, 2015). Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Rosmans dan Graham, lokasi terjadinya kematian ibu paling banyak berada di rumah sakit, yaitu sekitar 40-70%. Sementara sebesar 20-35% kematian ibu terjadi ketika persalinan di rumah, dan 10-18% kematian ibu terjadi ketika persalinan berada di perjalanan (Policy Brief, 2015).
5 B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengevaluasi implementasi Program Jampersal Baru di Kabupaten TTU tahun 2016 2. Tujuan Khusus a. Menganalisa ketersediaan dan kualitas tenaga pengelola RTK di Puskesmas, kendala pemanfaatan dana Jampersal, ketersediaan RTK di puskesmas, sinergitas Jampersal dengan JKN, ketersediaan Standar Operasional Prosedur Jampersal dalam Program Jampersal Baru di kabupaten TTU tahun 2016 b. Menganalisa cakupan prsalinan di fasilitas kesehatan dan cakupan penanganan kasus komplikasi ibu hamil, ibu nifas dan bayi baru lahir dalam Program Jampersal Baru di kabupaten TTU tahun 2016 C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Implementasi Program Jampersal Baru di kabupaten TTU tahun 2016? D. Manfaat Penelitian 1. Bagi pemerintah Daerah Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk pembangunan kesehatan serta peningkatan pengelolaan Program Jampersal Baru di kabupaten TTU Provinsi NTT 2. Bagi Dinas Kesehatan Penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam perbaikan pengelolaan Program Jampersal Baru di dinas kesehatan kabupaten TTU Provinsi NTT 3. Bagi Masyarakat Penelitian ini bisa dijadikan bahan yang dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang Program Jampersal Baru kepada masyarakat
6 4. Bagi peneliti lain Peneliti lain dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan referensi Program Jaminan Persalinan Baru. E. Keaslian Penelitian 1. Purwitasari (2012), meneliti tentang Implementasi kebijakan program Jampersal di kabupaten Lebak propinsi Banten. Jenis penelitian ini adalah desain kualitatif dan metode analisa yang digunakan adalah content analisis berdasarkan triangulasi metode, triangulasi sumber dan triangulasi data. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektifitas implementasi kebijakan program Jampersal. Hasil dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa implementasi kebijakan dilakukan sudah berjalan dengan baik, hanya saja masih ada hambatan terkait kendala seperti terhambatnya laporan ke dinas kesehatan provinsi, rendahnya tarif, ketersediaan fasilitas, sebagian bidan desa yang tidak berada di tempat dan geografis. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah pada sasaran pemanfaatan program Jampersal tahun 2016 yang aturan dan penggunaanya berbeda dengan pemanfaatan Jampersal yang lama, variabel penelitian, metode penelitian dan lokasi penelitian. 2. Vallely et al., (2013), meneliti tentang exploring women's perspectives of access to care during pregnancy and childbirth: A qualitative study from rural Papua New Guinea, Jurnal Midwifery. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi persepsi dan pengalaman kehamilan dan persalinan perempuan dalam masyarakat pedesaan di PNG. Hasil dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa jarak, medan dan transportasi serta proses pengambilan keputusan dan keyakinan adat mempengaruhi seorang wanita mencapai fasilitas kesehatan untuk melahirkan. Sementara isu yang lebih luas dari ketersediaan dan lokasi layanan kesehatan dan penguatan sistem kesehatan jangka pendek, intervensi berbasis masyarakat bisa bermanfaat. Intervensi ini harus mencakup pesan kesiapsiagaan kelahiran yang aman bagi ibu dan
7 disebarluaskan kepada perempuan, laki-laki dan informan kunci dalam keluarga dan masyarakat. Persamaan dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian tentang akses pemanfaatan layanan kesehatan di daerah pedesaan. Perbedaan dengan penelitian terdahulu pada variabel penelitian, pada metode yang digunakan dan lokasi penelitian. 3. Panai (2014), meneliti tentang hambatan pemanfaatan jampersal di puskesmas wilayah kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain studi kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan hambatan pemanfaatan jampersal di kabupaten Bone Bolango. Hasil dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa hambatan pemanfaatan jampersal disebabkan kurang sosialisasi, adat dan kebiasaan masyarakat, ketersediaan layanan persalinan berupa kesiapan petugas dan fasilitas pelayanan persalinan, serta rumitnya proses administrasi pengklaiman dana jampersal. Perbedaan dengan penelitian terdahulu pada sasaran pemanfaatan program Jampersal tahun 2016 yang aturan dan penggunaanya berbeda dengan pemanfaatan Jampersal yang lama, pada teori yang digunakan dan lokasi penelitian. 4. Pilasant et al., (2016), meneliti tentang Maternal and Child Health Voucher Scheme (MCHVS) in Myanmar Tahun 2013, Jurnal BMC Health Service Research. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kuantitatif sekunder untuk mengukur cakupan dan pemanfaatan program. Wawancara semi-terstruktur dilakukan dalam kelompok-kelompok dan individual dengan 79 informan kunci untuk mengeksplorasi informasi kualitatif pada komunikasi voucher, penerima manfaat identifikasi, distribusi voucher, dan tantangan untuk penerima manfaat dan penyedia MCHVS. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hasil dari program dan hambatannya. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa secara umum, program percontohan MCHVS adalah inisiatif yang menjanjikan untuk meningkatkan akses dan pemanfaatan pelayanan KIA bagi ibu hamil dan bayi di Myanmar. Namun, meningkatkan cakupan program dan mengatasi hambatan harus dianggap sebagai masalah
8 prioritas utama yang perlu ditangani. Persamaan dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hasil dari program dan hambatannya serta pendekatan untuk meningkatkan akses layanan bagi ibu hamil yang tinggal di daerah terpencil. Perbedaan dengan penelitian terdahulu pada sasaran pemanfaatan program MCHVS, pada metode yang digunakan dan lokasi penelitian.