BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dunia ini. Aristoteles (dalam Bertens, 1993) menjelaskan bahwa kesejahteraan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebab kebanyakan mereka ditemukan di kota-kota besar. Mereka banyak

KESEJAHTERAAN SISWA YANG BERSEKOLAH DI YAYASAN ANAK JALANAN DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. didik, sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia

tindakan kekerasan, diskriminasi, dan bullying, supaya anak dapat mengembangkan potensi yang dimiliki. Para pendidik dan tenaga kependidikan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

PENGERTIAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN adalah tugas - tugas yang harus dilakukan oleh seseorang dalam masa-masa tertentu sesuai dengan norma-norma masyar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebijakan publik tentang masalah anak dan rencana anak, isu utama kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. harkat dan martabat bangsa dapat terjaga. Pemerintah telah mencanangkan program

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. positif dan dampak negatif dalam kehidupan kita. Berbagai macam orang dari

Grafik 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia, 2014 (ribu orang)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dengan. remaja merupakan pengembangan dan perluasan kemampuan-kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Masa akhir

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. dewasa, anak juga memiliki harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya,

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

Perkembangan Sepanjang Hayat

faktor eksternal. Berjalannya suatu pendidikan harus didukung oleh unsur-unsur pendidikan itu sendiri. Unsur-unsur pendidikan tersebut adalah siswa,

PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017

Panti Asuhan Anak Terlantar di Solo BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan suatu tempat dimana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam

Psikologi Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun warga di luar sekolah yaitu orang tua, akademisi, dan pihak pihak lain.

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

Kode Etik Guru Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari eksistensi manusia di dunia. Kebahagiaan itu sendiri dapat dicapai dengan

PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Kewarganegaraan. Diajukan Oleh: ERMAWATIK A

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak prasekolah merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA SEKOLAH DASAR

H, 2016 HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. dilihat dari beberapa sekolah di beberapa kota di Indonesia, sekolah-sekolah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Selain mendididik siswa untuk. pemahaman, daya pikir, keterampilan dan kemampuan-kemampuan lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASER NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. strategis di era globalisasi. Dengan adanya kemajuan tersebut, sesungguhnya

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Menurut Djamarah (2000: 22) Pendidikan

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. minat, bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa. Melalui kegiatan olahraga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. ). Sedangkan Semua agama ( yang diakui ) di Indonesia tidak ada yang. menganjurkan untuk menceraikan istri atau suami kita.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan adalah sebuah keadaan yang diinginkan oleh semua orang di dunia ini. Aristoteles (dalam Bertens, 1993) menjelaskan bahwa kesejahteraan merupakan tujuan utama dari eksistensi manusia di dunia. Keseja hteraan dapat dicapai dengan terpenuhinya kebutuhan hidup dan ada banyak cara yang ditempuh oleh masing-masing individu. Untuk mencapainya orang bekerja untuk memperoleh penghasilan dan pencapaian karier. Orang berkeluarga untuk memenuhi kebutuhan akan cinta dan kasih sayang. Begitu pula orang belajar untuk memenuhi kebutuhan akan ilmu pengetahuan. Semua kegiatan tersebut dilakukan untuk memperoleh satu tujuan, yaitu kesejahteraan. Kesejahteraan adalah erat kaitannya dengan perasaan bahagia, aman, bebas dari ancaman dan dapat memenuhi semua harapan dan kebutuhan dalam hidupnya (Marshall, 2004). Secara psikologis, masa remaja merupakan usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam hal hak-hak yang harus terpenuhi, selain itu pada masa ini remaja mulai dapat berfikir lebih peka dan berinteraksi terhadap lingkungan sekitarnya (Piaget dalam Hurlock, 2008). Kesejahteraan sangat penting untuk siswa hal ini didasarkan pada teori yang dikemukakan oleh Hurlock (2008) terkait tugas perkembangan remaja, 1

2 dimana tugas yang muncul pada periode tertentu dari kehidupan individu dan jika berhasil maka akan menimbulkan fase bahagia dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas -tugas selanjutnya. Sebaliknya jika gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas dalam masa perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan tersebut diantaranya munc ul sebagai akibat dari kematangan fisik, sedangkan yang lainnya tumbuh dan berkembang karena nilai-nilai dan aspirasi individu. Adapun kaitannya dalam penelitian ini, menurut Hurlock (2008) tugas perkembangan seorang anak dalam lingkungan sekolahnya adala h belajar ketangkasan fisik untuk bermain, pembentukan sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai individu yang sedang tumbuh, belajar bergaul dan bersahabat dengan teman sebayanya, belajar peranan terkait jenis kelaminnya, mengembangkan dasar-dasar kecakapan membaca, menulis dan berhitung, mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan dalam proses kehidupannya sehari-hari, mengembangkan kata hati moralitas dan skala nilainilai, belajar membebaskan ketergantungan diri, mengembangkan sikap sehat terhadap kelompok-kelompok dan lembaga -lembaga. Selanjutnya tugas perkembangan anak pada masa remaja adalah : menerima keadaan jasmaniah dan menggunakan secara efektif, menerima peranan sosial dilihat dari jenis kelamin sebagai pria atau wanita, menginginkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab sosial, mencapai kemandirian emosional dari orang tua lainnya, belajar bergaul dengan kelompok anak-anak wanita dan anak-anak laki-laki, perkembangan skala nilai, secara sadar

3 mengembangkan gambaran dunia yang lebih adekuat,dan pe rsiapan mandiri secara ekonomi. (Hurlock, 2008). Dalam perspektif undang-undang, remaja adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memilikni peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khus us yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan. Setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak mulia, perlu dilakukan upaya perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi. (Undang-undang No 23 Tahun 2002). Perlindungan terhadap kesejahteraan anak diperlukan dukungan kelembagaan dan peraturan perundang-undangan yang dapat menjalin pelaksanaanya. Untuk itu Presiden selaku kepala negara dan pemimpin tertinggi dalam sebuah lembaga pemerintahan mengesahkan dibentuknya undang undang tentang perlindungan anak dengan nomor: 23 tahun 2002 (23/2002). Mengenai kesejahteraan pada anak dalam undang undang ini dimuat dalam BAB II tentang asas dan tujuan. Pasal 2, penyelenggaraan perlindungan anak berdasarkan Pancasila dan berlandaskan Undang-Undang Dasar 1945 serta prinsip-prinsip dasar Konvensi Hak-Hak anak yang meliputi : nondiskriminasi, kepentingan yang terbaik bagi anak, hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan, penghargaan terhadap pendapat anak. Pasal 3, perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh,

4 berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berahlak mulia, dan sejahtera. Dalam konteks penelitian ini, akan lebih mengacu pada pandangan kesejahteraan dari pemahaman anak. Hal ini penting mengingat secara psikologis anak memiliki tahapan kognitif, afektif, yang khas, sehingga upaya untuk meningkatkan kesejahteraan anak juga perlu memperhatikan hal tersebut. Pemahaman dari mereka mengenai apa arti kesejahteraan bagi dirinya sendiri. Pada wawancara acak tentang kesejahteraan, siswa memandang kesejahteraan sebagai sesuatu yang multidimensi, sebagai contoh berikut adalah pengertian sejahtera dari salah satu subjek dengan inisial, PAS. subjek adalah seorang anak laki-laki yang berusia 13 tahun dan saat ini adalah siswa dari SMP N 2 Surakarta. Subjek adalah siswa SMP yang pertama peneliti wawancarai. Dari wawancara awal yang dilakukan pada September 2013, subjek memberikan penjelasan mengenai sejahtera menurutnya adalah ketika dapat terpenuhi beberapa kebutuhan pokoknya dalam kesehariannya. Seperti dapat sandang, pangan dan papan atau tempat untuk tinggal dengan nyaman. Tampaknya sebuah kondisi yang nyaman, dengan terpenuhinya semua kebutuhan hidup merupakan sebuah gambaran mengenai pengertian apa itu arti sebuah kesejahteraan. Sama halnya dengan jawaban subjek yang pe rtama, masih berhubungan dengan pengertian sejahtera, dari wawancara awal yang peneliti lakukan pada

5 September 2013, sejahtera menurut subjek dengan inisial GKAB, subjek berusia 13 tahun dan berasal dari SMP N 2 Sukoharjo Kesejahteraan adalah aaaa...apa itu, kesejahteraan adalah suatu warga yang membuat kita sejahtera. Jadi dalam sudut pandang subjek ini, sejahtera itu apabila kita sudah benar-benar dan bisa merasakan kesejahteraan dalam berbagai aspek. Warga yang sejahtera itu adalah yaa, gemar organisasi yang positif, Organisasi yang positif itu kalau sekolah ya yang ikut OSIS, kalau bidangnya bidang pemusik ya ikut musik. Alasannya, karena itu semua organisasi adalah positif, Buat, kita bisa gak macem-macem, Maksudnya positif itu, bisa meluangkan waktu luang untuk memanfaatkan waktu. Dalam pandangan subjek ini kesejahteraan, adalah perasaan nyaman apabila dapat meluangkan waktunya untuk hal yang positif dan tentunya masih dalam lingkungan yang positif pula, mana kala dia berada di lingkungan sekolah subjek sangat antusias dan merasa sejahtera apabila meluangkan waktu luangnya untuk kegiatan yang posistif disekolahnya, seperti saat mengikuti Osis, Pramuka, PMR, PKS. Berlanjut dengan jawaban subjek dengan inisial ACS, subjek adalah perempuan berusia 13 tahun dan berasal dari SMP Muhammadiyah 1 Surakarta. Sejahtera saat semua kebutuhan terpenuhi,tenang tanpa masalah, bebas memilih sesuatu dan bebas dari ancaman, merasa semua satu keluarga, merasakan satu kebahagiaan. Menurut ACS, sejahtera ada lah saat semua kebutuhannya dapat terpenuhi, hidup tenang tanpa adanya sebuah masalah, bebas dari sebuah ancaman dan kebahagiaan yang ia rasakan khususnya kebahagiaan didalam lingkungan keluarganya. Siswa yang memiliki tingkat kesejahteraan yang tinggi memiliki kemampuan penyelesaian masalah yang lebih baik, menunjukkan performa kerja

6 yang lebih baik dan maksimal, memiliki hubungan sosial yang bersifat lebih positif dan bermakna, menampilkan kebajikan seperti pengampunan dan kemurahan hati, lebih tahan terhadap stres, dan pengalaman kesehatan fisik dan mental yang lebih baik. (Frisch dalam Ottawa Carleton District School Board, 2013). Ketika sekolah dapat menciptakan keadaan yang positif untuk siswa, hal tersebut akan membuat siswa selalu semangat untuk datang ke sekolah, memiliki hubungan pertemanan yang dengan siswa lain, dan dapat mengoptimalkan potensinya di sekolah (Bungin, 2004). Semua pengalaman siswa di sekolah adalah hal yang menyenangkan, siswa sangat menikmati pengalaman belajarnya disekolah dengan senang hati, kebersamaan dengan teman yang lain membuat saya merasa nyaman, ketika berada dalam sebuah kondisi yang tertekan siswa tetap tenang, kebanyakan waktu siswa di sekolah memberikan pengalaman yang menyenangkan, siswa menyukai sekolahnya, siswa merasa lebih senang ketika berangkat ke sekolah dari pada tidak berangkat ke sekolah, siswa merasa dapat mengerjakan tugas sekolah yang sulit jika siswa tersebut mau untuk mencoba mengerjakan tugas sekolah tersebut, jika siswa mempunyai cukup waktu siswa akan menyelesaikan tugasnya dengan baik, siswa dapat menyelesaikan semua tugas sekolah jika siswa terus mencoba dan tidak menyerah. Hal-hal tersebut adalah gambaran siswa yang merasakan kesejahteraan ( MacDonald 2013). The Department of Education and Early Childhood Development Victoria Australia (Frost & Smith, 2010) yang melalukan kajian terhadap kesejahteraan siswa, merumuskan kesejahteraan siswa sangat dipengaruhi oleh pengalaman saat

7 belajar di dalam kelas, pengalaman siswa secara keseluruhan baik dari lingkungan sosialnya dari dan efektivitas pembelajaran guru. Oleh karena itu hubungan positif dengan teman di sekolah, lingkungan keluarga, kedua orang tua, dan hubungan dengan guru sangatlah berdampak positif bagi kesejahteraan siswa. Siswa yang merasakan sejahtera akan menjadi lebih berkarakter, dapat memiliki pribadi yang kuat dalam berbagai macam kondisi yang buruk sekalipun, memiliki perilaku yang baik dan positif dalam kehidupan sosialnya, dapat berkomunikasi dengan siswa lain disekolah, guru, lingkungan sosialnya dan kedua orang tuanya, dapat berfikir dengan baik dan menemukan solusi ketika dihadapkan pada sebuah permasalahan, memiliki kreativitas dan dapat mengembangkan potensi pada diri siswa secara maksimal, berada dalam lingkungan yang damai, bebas dari tekanan yang dapat mengganngu atau bahkan merugikan diri siswa baik dari sisi fisik dan mentalnya, hingga siswapun dapat berprestasi dan mewujudkan cita -cita dan harapannya (MacDonald 2013). Siswa yang kurang terpenuhi kesejahteraannya, dapat berpengaruh pada prestasi pendidikan yang menurun karena kurang maksimalnya siswa untuk belajar di sekolah hal ini disebabkan oleh lingkungan sekolah yang kurang kondusif untuk siswa, sering mendapat gangguan dari teman dimarahi guru dan orang tua ketika mendapatkan nilai yang kurang memuaskan, hal tersebut membuat kondisi siswa menjadi tertekan dan kurang dapat mengembangkan potensi yang ada. Selain itu masih terdapat siswa yang mengalami kondisi fisik yang kurang sehat akibat kurang terpenuhinya asupan gizi karena keadaan ekonomi keluarga yang kurang tercukupi. Hal tersebut berlanjut pada belum

8 terpenuhinya kepuasan pribadi dalam diri siswa dan membuat pengalaman tersebut menjadi pengalaman negatif yang cenderung membuat siswa merasa tertekan. Marie dan Sienad, (2005). Berdasarkan masalah tersebut maka perlu diteliti faktor -faktor atau hal yang dapat menghambat kesejahteraan siswa. Sebuah Wawancara awal yang telah dilakukan terhadap subjek dengan inisial CAB yang berusia 13 tahun dan berasal dari SMP Muhammadiyah 1 Surakarta mengenai hal-hal yang dapat membuat siswa belum merasa sejahtera, antara lain, ketika bermusuhan dengan teman hingga membuatnya harus bertengkar dengan teman, kondisi tersebut membuatnya kurang sejahtera. Lain halnya dengan subjek yang berinisial DRP dengan jenis kelamin perempuan berusia 13 tahun dan berasal dari SMP Muhammadiyah 1 Surakarta, dimarahi orang tua, merasa tidak nyaman saat mendapat gangguan dari temannya saat belajar di kelas, dan alat tulisnya selalu hilang di kelas, siswa dengan inisial ZCR yang berusia 13 tahun dan berasal dari SMP Muhammadiyah 1 Surakarta, merasa tidak sejahtera saat tidak rukun dengan teman, dijahili dan diganggu temanya, lain halnya dengan siswa dengan inisial CAB, saat fasilitas dalam kelas masih belum terpenuhi dengan baik seperti kipas angin yang mati, layar LCD yang belum ada membuatnya kurang nyaman ketika belajar di kelas tersebut. Kemudian dari subjek dengan inisial K, saat nilainya buruk dan diejek teman adalah sebuah kondisi yang membuatnya tidak sejahtera. Secara umum sekolah seharusnya menjadi lingkungan yang positif untuk siswa, akan tetapi di satu sisi siswa belum sepenuhnya merasa sejahtera, ketika berada di lingkungan sekolah para siswa justru mendapat perlakuan yang

9 membuatnya merasa tertekan dan kurang nyaman ketika proses belajar siswa yang harusnya dapat diikuti dengan keadaan yang nyaman dan aman (Kumara, 2012). Sekolah tempat dimana para siswa menuntut ilmu dan mendapatkan pengajaran yang baik, harusnya benar-benar menjadi sebuah tempat yang mampu mengoptimalkan kemampuan siswa untuk belajar dengan baik dan memberikan hal yang membuat para siswa merasa sejahtera saat belajar di sekolah, bukan malah menjadi sebuah penghambat potensi yang dimiliki para siswa untuk berprestasi lebih baik lagi. Sekolah yang baik harus dapat memberikan peranan yang positif untuk kesejahteraan para siswanya dengan sistem pengajaran yang baik. Mengerti hubungan baik antara murid dalam kaitannya dengan keadaan kesehatan fisik, mental, keselamatan siswanya membantu siswa ketika mendapatkan sebuah masalah. sekolah yang baik bekerjasama dengan semua pihak baik orang tua, organisasi masyarakat, lembaga yang lain untuk menciptakan lingkungan yang aman, nyaman dan sehat. Sekolah harus didedikasikan untuk menciptakan siswa yang mampu, percaya diri, dan siap untuk menghadapi persoalan yang diperoleh dalam kehidupan. Sekolah harus fokus pada pengembangan kesejahteraan siswa, dengan cara membuat keadaan siswa menjadi bahagia, sehat, lebih produktif dan dapat berkemba ng sesuai fungsinya sebagai manusia. (MacDonald 2013). Peningkatan kesejahteraan siswa yang muncul sebagai pendekatan penting untuk perkembangan kehidupan sosial, emosional dan kompetensi akademik dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap siswa untuk mencegah depresi,

10 bunuh diri, mencederai diri, perilaku antisosial (termasuk bullying dan kekerasan) dan penyalahgunaan zat psikotropika (Noble dan Wyatt 2008). Berdasarkan masalah tersebut serta wawancara awal terhadap 3 anak remaja yang telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan kesejahteraan siswa SMP di kota Surakarta. Fokus penelitian ini adalah: faktor -faktor apa saja yang dapat menjadi penghambat kesejahteraan siswa. B. Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan pengertian kesejahteraan siswa sesuai dengan pemahaman siswa 2. Memahami faktor-faktor yang menjadi penghambat kesejahteraan pada siswa. C. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis: 1. Bagi Siswa Siswa diharapkan mendapatkan informasi mengenai hal-hal yang dapat menjadi penghambat dalam kesejahteraan siswa. 2. Bagi Guru, dan Orang tua Manfaat utama penelitian ini adalah untuk Guru di sekolah, dan Orang Tua agar dapat memahami hal-hal yang dapat membuat siswa merasakan sejahtera dan terhindar dari faktor-faktor yang dapat membuat siswa tidak sejahtera.

11 3. Bagi Peneliti selanjutnya Sebagai masukan dan acuan bagi peneliti selanjutnya sehingga dapat digunakan sebagai rujukan dalam melakukan penelitian selanjutnya dengan topik yang serupa.