BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sebuah alat komunikasi antar anggota masyarakat. Bahasa juga merupakan sebuah alat untuk komunikasi, yang berupa rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar, dan diatur oleh suatu sistem. Seseorang dapat menyampaikan pikiran, dan keinginannya kepada orang lain dengan bahasa. Bahasa adalah alat untuk komunikasi, yang mampu menampung perasaan dan pikiran pemakaiannya, serta mampu menimbulkan adanya saling pengertian antara penutur dengan pendengar atau antara penulis dengan pembacanya. Bila kita ditempatkan di tengah-tengah suatu lingkungan masyarakat yang menggunakan suatu bahasa yang tak kita pahami sama sekali, serta mendengar percakapan antar penutur-penutur bahasa itu, maka kita mendapat kesan bahwa apa yang merangsang alat pendengar kita itu merupakan suatu arus-bunyi yang di sana-sini diselingi perhentian sebentar atau lama menurut kebutuhan penuturnya. Setiap bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap belum bisa dikatakan bahasa, bila tidak terkandung makna di dalamnya. Setiap kelompok masyarakat bahasa, baik kecil maupun besar, secara konvensional telah sepakat bahwa setiap struktur bunyi ujaran tertentu akan mempunyai arti tertentu pula (Keraf, 15:1991) Betapa pentingnya bahasa bagi manusia kiranya tidak perlu diragukan lagi. Hal itu tidak saja dapat dibuktikan dengan menunjuk pemakaian bahasa dalam 1
2 kehidupan sehari-hari, tetapi dapat juga dibuktikan dengan menunjuk banyaknya perhatian para ilmuwan dan praktisi terhadap bahasa. Bahasa sebagai objek ilmu tidak dimonopoli oleh para ahli bahasa. Para ilmuwan dalam bidang lain pun menjadikan bahasa sebagai objek studi karena mereka memerlukan bahasa sekurang-kurangnya sebagai alat bantu untuk mengkomunikasikan berbagai hal (Lamuddin, 2004: 1). Pada umumnya kata di dalam bahasa Indonesia terdiri atas kata dasar dan kata jadian. Kata jadian dibentuk dari dua macam dasar, yakni (1) dasar yang tanpa imbuhan apa pun, yang termasuk kategori sintaksis dan memiliki makna yang independen, yang disebut dasar bebas, contohnya mandi, marah, bangun, murah, laut, darat, langit, rumah, batu, dan sungai, dan (2) dasar yang termasuk kategori sintaksis yang maknanya dapat ditentukan hanya apabila kata dasar itu telah diberi imbuhan. Kata dasar tersebut disebut juga dasar terikat, contohnya sua, temu, dan juang, dan selenggara. Kata dasar terikat seperti sua, temu, dan jauh disebut juga dasar yang bersifat prakategorial. Semua kategori dasar tersebut akan berubah bentuk dan maknanya apabila mengalami proses morfologis (Junaiyah dalam Arifin, Zaenal 2007: 14). Morfologi merupakan bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan tentang bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata, atau dengan kata lain morfologi mempelajari bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
3 Bahasa Melayu berasal dari satu induk bahasa di Asia berdasarkan temuan bahwa daratan Asia merupakan tanah asal nenek moyang bangsa Melayu. Walaupun sudah terdapat beberapa kajian terhadap asal usul bangsa Melayu, tetapi kata sepakat para ahli belum dicapai. Pandangan yang pertama menyatakan bahwa bangsa Melayu berasal dari utara (Asia Tengah) dan pandangan yang kedua menyatakan bahwa bangsa Melayu memang sudah tinggal lama di Kepulauan Melayu atau Nusantara ini. Bahasa Melayu khususnya Patani adalah bahasa yang dipakai sehari-hari di tiga daerah di Thailand selatan yaitu daerah Yala, Patani, dan Narathiwat. Bahasa Melayu lazim dipergunakan sebagai bahasa lisan di daerah tersebut. Tempatnya bahasa Melayu menunjukkan bentuk yang berbeda dengan bahasa Indonesia karena itu peneliti ingin memperbandingkan bentuk kata. Perbandingan yang dimaksud pada peneliti ini bukanlah perbandingan kosakata antara bahasa Melayu Patani dan bahasa Melayu Indonesia, namun cara penyebutan orang Thailand selatan dan Indonesia untuk perkataan yang sama, karena peneliti menemukan adanya bentuk kata yang sama dan juga bentuk kata yang berbeda dalam pengucapan di daerah Patani. Penelitian terdahulu tentang perbandingan bahasa Indonesia dan bahasa Melayu Patani pernah diteliti sebelumnya oleh Bukaa (2013) dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Budi Utomo Malang yang menulis penelitian tentang Perbandingan Kosa Kata Umum Bahasa Indonesia dengan Bahasa Melayu Thailand Selatan. Penelitian tersebut memaparkan beberapa hal tentang Perbandingan Kosa Kata Umum Bahasa Indonesia Dengan Bahasa
4 Melayu Thailand Selatan di antaranya: kosa kata umum di bidang transpotansi, di bidang kuliner, dibidang pendidikan, dibidang kesihatan, dan dibidang petani. Perbandingannya antara penelitian sebelumnya memfokuskan pada kosa kata umum di antaranya yaitu kosa kata umum di bidang transpotansi, di bidang kuliner, di bidang pendidikan, di bidang, dan di bidang petani sedangkan penelitian ini penelini lebih memfokuskan pada perbandingan bentuk afiksasi (imbuhan) dari kata kerja dengan mengemukakan gembaran tentang penggunaan dalam percakapan sehari-hari. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian guna mendeskripsikan perbandingan antara bahasa Indonesia dengan Bahasa Melayu Patani. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti memberi judul Perbandingan Bentukan Kata Bahasa Indonesia Dan Bahasa Melayu-Patani (Sebuah Kajian Morfologis) 1.2 Fokus Penelitian Penelitian ini difokuskan pada perbandingan bentuk afiksasi (imbuhan) sebagai suatu kajian atau analisis pada tata bentuk kata yang sama dan berbeda dalam bahasa Indonesia dengan bahasa Melayu Patani. Persamaan dan perbedaan tersebut dilihat dari proses bahasa Indonesia dan bahasa Melayu Patani, sebuah kajian morfologis.
5 1.3 Rumusan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah dan berhasil, perlu dirumuskan masalahannya. Rumusan masalah tersebut dipaparkan berikut ini. 1) Bagaimanakah bentukan kata dalam bahasa Indonesia dan bahasa Melayu Patani? 2) Bagaimanakah perbedaan dan persamaan bentukan kata dalam bahasa Indonesia dan bahasa Melayu Patani? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Menjelaskan bentukan kata dalam bahasa Indonesia dan bahasa Melayu Patani. 2) Menjelaskan perbedaan dan persamaan bentukan kata dalam bahasa Indonesia dan bahasa Melayu Patani. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Penelitian Secara Teoritis Manfaat penelitian ini secara teoritis adalah memperoleh data tentang perbandingan bentukan kata bahasa Indonesia dan bahasa Melayu Patani sebuah kajian morfologis. Selain itu, hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai pilihan untuk ide awal penelitian-penelitian selanjutnya.
6 1.5.2 Manfaat Penelitian Secara Praktis Manfaat penelitian ini secara praktis adalah memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang perbandingan bentukan kata bahasa Indonesia dan bahasa Melayu Patani sebuah kajian morfologis dalam percakapan sehari-hari pada tiga daerah di Thailand selatan. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk lebih memahami tentang perbandingan bentukan kata bahasa Indonesia dan bahasa Melayu Patani sebuah kajian morfologis. 1.6 Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran terhadap istilahistilah yang digunakan, maka perlu adanya penegasan istilah. Penegasan istilah yang dimaksud dipaparkan sebagai berikut ini. a. Bentukan Kata adalah proses pembentukan kata menghasilkan bentuk kata dasar, bentuk kata berimbuhan, bentuk kata ulang dan bentuk kata majemuk (Arifin, Zaenal dan Junaiyah, 2007: 14). b. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. c. Bahasa Melayu adalah anggota terpenting dari kerabat Bahasa Austronesia yang memiliki batasan luas, dilancurkan dari peradaban Asia Timur pada sepuluh ribu tahun yang lalu (Collins, Jamest T., 2005: 1)
7 d. Bahasa Melayu Patani adalah bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari di daerah Thailand selatan yaitu daerah Yala, Patani, dan Narathiwat. e. Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata atau morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik (Ramlan, 1983: 16-17). f. Afiksasi adalah penambahan imbuhan (sufiks, prefiks dan sebagainya) (Daryanto, 1997:20)