BAB I PENDAHULUAN. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus

dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan satunya dilaksanakan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mandi, handuk, sisir haruslah dihindari (Depkes, 2002).

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. sehat,tidak bau, tidak menyebarkan kotoran atau menyebabkan penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Berbagai program telah dilaksanakan oleh pemerintah guna menurunkan

BAB I PENDAHULUAN. dan berat dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya (Golant dikutip

BAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya. Masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku

BAB I PENDAHULUAN. tubuh dari pengaruh lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat tubuh

BAB I LATAR BELAKANG

PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J

BAB I PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisa

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (DepKes RI, 2009).

I. PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes

BAB I PENDAHULUAN. pesantren di Jawa Timur ada 3800-an. Jumlah ini. lembaga pembinaan moral, lembaga dakwah dan yang paling populer adalah institusi

BAB I PENDAHULUAN. pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia beriklim tropis (Utomo, 2004). Iklim tersebut dapat mempermudah

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh tungau yaitu Sarcoptes scabiei yang berada di liang bawah

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011).

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

HUBUNGAN PENGETAHUAN SANTRIWATI TENTANG PENYAKIT SKABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat 2010 (Mubarak dan Chayatin, 2007).

Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. Bina Suasana (Social Support) dan Gerakan Masyarakat (Empowerment) sehingga. meningkatkan kesehatan masyarakat Depkes RI (2002).

DAFTAR ISI. xii. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga xii. Tesis WA RINA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA

BAB III METODE PENELITIAN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini di Indonesia terdapat lebih dari sekolah negeri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari personal hygiene merupakan hal

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007)

BAB 1 : PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. (PHBS) dapat dilaksanakan di masyarakat, rumah tangga, dan sekolah. PHBS

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap

sekolah dengan upaya promotif dan preventif (Simon, 2007).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SCABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AS AD OLAK KEMANG SEBERANG KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. maju adalah mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara

Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

gatal-gatal (Yulianus, 2005). Walaupun tidak sampai membahayakan jiwa, penyakit skabies perlu mendapatkan perhatian karena tingkat penularannya yang

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

BAB I PENDAHULUAN. M. Federspiel, salah seorang pengkaji ke-islaman di Indonesia, menjelang

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. Organization/WHO), sekitar 2,2 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

PENGARUH KEBIASAAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP KEJADIAN SKABIES

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. secara adil serta merata (Depkes RI, 2009). Masalah penyehatan lingkungan

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Saat ini penduduk dunia yang tinggal di perkotaan bertambah banyak. Pada

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh

BAB V PEMBAHASAN. A. Hubungan antara Pengetahuan dengan Praktik Sanitasi dan Higiene

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PEMBAHASAN. penelitian ini menggunakan desain penelitian case control study sehingga kemungkinan

PERILAKU MASYARAKAT TENTANG RUMAH SEHAT DI DUSUN NGUMPAK DESA JABON KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, di antaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah hak asasi bagi setiap makhluk hidup baik fisik maupun mental.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya

BAB 1 PENDAHULUAN. (Heukelbach et al. 2006). Skabies terjadi pada kedua jenis kelamin, di segala usia,

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut WHO (1947) adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental

BAB 1 PENDAHULUAN. berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Wujud

BAB 1 PENDAHULUAN. sensitisasi ektoparasit yaitu Sarcoptes scabiei varietas hominis. Skabies dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka memperbaiki kualitas

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN CIPASUNG KABUPATEN TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

HUBUNGAN ANTARA KEBERSIHAN DIRI DAN LAMA TINGGAL DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES DI PON-PES AL- HAMDULILLAH REMBANG

BAB I PENDAHULUAN. harapan bangsa yang akan bisa melanjutkan cita-cita bangsa menuju Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. perilaku hidup bersih dan sehat. Pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan bagian terpenting dan mendasar kehidupan manusia. Sejak dilahirkan manusia sudah berada dalam lingkungan baru dan asing baginya. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya. Lingkungan yang baik akan membentuk pribadi yang baik, sementara lingkungan yang buruk akan membentuk sifat dan perilaku yang buruk pula. Sebagaimana dinyatakan oleh Henrik, 1984 dalam Aminuddin, (1993) bahwa lingkungan khususnya lingkungan sosial dengan kata lain lingkungan akan mengubah dan membentuk perilaku manusia yang ada di dalamnya. Menurut Rachmad, (2008) lingkungan sosial (social enviroment) adalah manusia baik secara individu atau perorangan maupun kelompok yang ada di luar diri kita seperti keluarga, teman, para tetangga, penduduk sekampung sampai manusia antar bangsa yang mempengaruhi terhadap perubahan dan perkembangan kehidupan kita. Lingkungan pondok pesantren sebagai wadah pendidikan tidak akan lepas dari lingkungan sosial dan non sosialnya. Keadaan lingkungan pondok pesantren merupakan lingkungan sehari-hari yang di dalamnya terdiri dari kiai, ustadz/ustadzah dan santri. Biasanya santri terdiri dari dua kelompok, yaitu santri mukim dan non mukim, Nursai, (2007). Santri non mukim merupakan bagian santri yang tidak menetap dalam pondok tetapi pulang ke rumah masing-masing sesudah selesai mengikuti suatu pelajaran di pesantren. Santri non mukim biasanya berasal dari daerah-daerah sekitar pesantren jadi tidak keberatan kalau sering pergi pulang. Makna santri mukim ialah

putera atau puteri yang menetap dalam pondok pesantren dan biasanya berasal dari daerah jauh. Pada masa lalu, kesempatan untuk pergi dan menetap di sebuah pesantren yang jauh merupakan suatu keistimewaan untuk santri, kareana memiliki keberanian yang cukup dan siap menghadapi sendiri tantangan yang akan dialaminya di pesantren (Nursai, 2007). Lingkungan sosial pondok pesantren yang memiliki komponen-komponen tersebut akan memberi pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan dan perilaku manusia. Secara umum untuk meningkatkan dan mengembangkan perilaku manusia adalah dengan meningkatkan pengetahuan santri. Perilaku di dalam aspek kesehatan dibagi menjadi tiga yaitu : perilaku sehat, perilaku peran sakit, dan perilaku sakit. Perilaku sehat sendiri mendapat perhatian oleh pemerintah dalam mewujudkan derjat kesehatan. Untuk meningkatkan derajat kesehatan santri perlu adanya upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat. Salah satunya melalui program perilaku hidup bersih dan sehat (phbs) (Depkes, 2000). Perilaku hidup bersih dan sehat untuk selanjudnya di singkat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (sosial support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat (Dinkes, 2006). Adapun tujuan perilaku hidup bersih dan sehat menurut (Amalia, 2009) adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemauan masyarakat agar hidup sehat, serta meningkatkan peran aktif masyarakat swasta dan dunia usaha, dalam upaya mewujudkan derajat hidup yang optimal.

Dalam kehidupan sosial di lingkungan pesantren perilaku hidup bersih dan sehat perseorangan di pondok pesantren pada umumnya kurang mendapatkan perhatian dari santri (Depkes, 2000). Sebagaimana dinyatakan oleh (Nugraheni, 2008) bahwa tinggal bersama sekelompok orang seperti pesantren memang pribadi dan lingkungan tidak terjaga dengan baik. Faktanya, Lingkungan pondok pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan kurang teratur, ukuran kamar 3x3 berisi lima belas orang, tempat mandi dan WC yang kotor, lingkungan yang lembab, dan sanitasi yang buruk. Selain itu, kesadaran dan kebiasaan santri untuk berperilaku hidup bersih dan sehat kurang baik, seperti membuang sampah sembarangan, menggantungkan pakaian di kamar dan bertukar pakaian benda pribadi sesama teman. Hal ini di pengaruhi oleh lingkungan sosial yang kurang baik. Sebagaimana dinyatakan oleh (Marsono, 2008). Perilaku manusia tidak bisa dipisahkan dari kontek setting sosialnya. Berdasarkan hasil observasi awal terhadap perilaku hidup bersih dan sehat di pondok pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan diketahui bahwa 70% santri tidak menerapkan PHBS, dan 30% santri sudah menerapkan PHBS dengan baik. Ditinjau dari perilaku kebersihan perorangan santri terhadap berperilaku hidup bersih dan sehat di pondok pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan, santri mempunyai kebiasaan seperti mebuang sampah sembarangan, menggantung pakaian kotor di kamar, saling bertukar barang pribadi seperti pakaian, sisir dan handuk. Hal ini menjadi pemandangan perilaku yang tidak baik bagi santri di pondok pensantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan. Observasi awal ini dilakukan pada 10 santri lakilaki. Hal ini dikarenakan peraturan yang berlaku di lingkungan pondok pesantren ada batasan antara pria dan wanita maka peniliti memutuskan untuk memilih santriwan sebagai responden dalam penelitian karena peneliti berjenis kelamin laki-laki dan

dikarenakan keterbatasan peneliti. Observasi ini dilakukan selama 3 (tiga) hari, mulai tanggal 15 sampai tanggal 17 April 2013. Penyakit yang biasa di derita oleh santri yang berada di pondok pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan antara lain alergi gatal (skabies), diare, gastritis, typoid, obs febris, ispa, konjungtivitis, herpes, dan cacar. Berdasarkan data dari Puskesmas Bangkalan tahun 2011 sampai 2012, santri yang berkunjung ke puskesmas dengan observasi dan diagnosa sementara, didapatkan 19 santri menderita konjungtivits, 45 santri menderita dermatitis, 64 santri menderita GEA, 84 santri menderita alergi, 18 santri menderita scabies, 65 santri menderita gastritis, 101 santri menderita typoid, 121 santri menderita ISPA, dan 352 santri menderita obs febris. Dari jumlah 2000 santri laki-laki dan perempuan. Upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat khususnya di lingkungan santri yang berada di sebuah pondok pesantren. perlu mendapatkan perhatian seksama, baik dari kalangan psikologi kesehatan, sosiologi kesehatan, atau tenaga kesehatan itu sendiri. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbedaan perilaku hidup bersih dan sehat antara santri mukim dan non mukim di pondok pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan. 1.2 Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana perilaku hidup bersih dan sehat antara santri mukim dan non mukim di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan. 2. Apakah ada perbedaan perilaku hidup bersih dan sehat antara santri mukim dan non mukim di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan.

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum dan tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui perbedaan perilaku hidup bersih dan sehat antara santri mukim dan non mukim di pondok pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengindentifikasi karakteristik santri mukim dan non mukim di pondok pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan? 2. Mengindentifikasi perilaku hidup bersih dan sehat antara santri mukim dan non mukim di pondok pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan? 3. Menganalisis perbedaan perilaku hidup bersih dan sehat antara santri mukim dan non mukim di pondok pesantren Syaichona moh. Cholil bangkalan? 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Sebagai pengalaman proses belajar mengajar khususnya dalam melakukan penelitian dan untuk mengaplikasikan ilmu keperawatan khususnya dalam bidang keperawatan komunitas. 2. Bagi Santri Para santri mukim dan non mukim dapat mengetahui kebiasaankebiasan perilaku yang kurang baik terhadap kesehatan di lingkungan sosial pondok pesantren yang dapat menyebakan penyakit dan juga

harapannya santri dapat menanamkan pola perilaku hidup bersih dan sehat tentang kebersihan diri dan lingkungan sekitar Asrama sehingga terbebas dari penyakit. 3. Bagi Pondok Pesantren Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan memberi informasi kepada pengurus pondok pesantren, khususnya pengurus bagian kesehatan untuk meningkatan mutu pelayanan dan mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat, dengan memberikan fasilitas di pondok yang sesuai kepada santrinya. 4. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai sumbangan referensi dan kepustakaan jurusan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UMM. 1.5 Keaslian Penelitian Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ma rufi, (2005), di dapat kan hasil bahwa faktor sanitasi lingkungan yang berperan terhadap tingginya prevalensi penyakit Skabies dikalangan para santri Ponpes di Kabupaten Lamongan adalah sanitasi Ponpes (terutama sanitasi dan ventilasi kamar tidur para santri), perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat terhadap penyakit Scabies, serta hygiene perorangan Variabel yang digunakan dalam penelitian. Variabel independen terdiri dari : 1. Sanitasi lingkungan Pondok pesantren yang terdiri dari lokasi dan konstruksi Ponpes, penyediaan air bersih, ketersediaan jamban, pengelolaan sampah, system pembuangan air limbah, sanitasi dan kepadatan pemondokan, sanitasi ruang belajar santri, dan sanitasi masjid Pondok pesantren.

2. Higiene perorangan meliputi frekuensi mandi, sabun dan handuk yang di pergunakan, kebiasaan sikat gigi, cuci tangan setelah kegiatan, dan mencucipakaian. 3. Perilaku santri mencakup pengetahuan, sikap dan praktek yang mencegah penularan penyakit Scabies. Variabel dependen adalah angka prevalensi penyakit Scabies pada santri. Pada penelitian tersebut, peneliti menggunakan rancangan penelitian observasional yang dilakukan secara cross-sectional. Pengambilan sampel dilakukan secara multistage random sampling. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah faktor sanitasi lingkungan yang berperan terhadap tingginya prevalensi penyakit Scabies dikalangan para santri Ponpes di Kabupaten Lamongan adalah sanitasi Pondok pesantren (terutama sanitasi dan ventilasi kamar tidur para santri), perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat terhadap penyakit Scabies, serta hygiene perorangan yang buruk dari para santri. 1.6 Batasan Penelitian Peneliti membatasi masalah penelitian ini hanya pada perbedaan perilaku hidup bersih dan sehat antara santri mukim dan non mukim di pondok pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan. 1. Perilaku hidup bersih dan sehat yang diteliti Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan

pimpinan (advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat (Dinkes, 2006). Sehingga, perilaku hidup bersih dan sehat yang akan diteliti adalah perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan rumah tangga dan tatanan pondok pesantren. Sedangkan, indikator yang akan diteliti adalah kebersihan perorangan. 2. Santri yang di teliti adalah santri mukim dan non mukim. a. Santri mukim Santri mukim ialah putera atau puteri yang menetap dalam pondok pesantren dan biasanya berasal dari daerah jauh. Pada masa lalu, kesempatan untuk pergi dan menetap di sebuah pesantren yang jauh merupakan suatu keistimewaan untuk santri karena dia harus penuh cita-cita, memiliki keberanian yang cukup dan siap menghadapi sendiri tantangan yang akan dialaminya di pesantren (Nursai, 2007). b. Santri non mukim Santri non mukim merupakan bagian santri yang tidak menetap dalam pondok tetapi pulang ke rumah masing-masing sesudah selesai mengikuti suatu pelajaran di pesantren. Santri non mukim biasanya berasal dari daerah-daerah sekitar pesantren jadi tidak keberatan kalau sering pergi pulang (Nursai, 2007).