BAB I PENDAHULUAN. Good Governance Government adalah pemerintahan yang paling. diimpikan oleh seluruh masyarakat Indonesia, dimana pemerintahannya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

Kata Sambutan Kepala Badan

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan sejak tahun 1981 sudah tidak dapat lagi mendukung kebutuhan Pemda

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi ekonomi, sosial dan politik adalah dengan mengembalikan kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah harus memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

dalam pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Sejak diberlakukannya otonomi desantralisasi mendorong perlunya perbaikan dalam pengelolaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang menyajikan laporan keuangan diharuskan memberi pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi merupakan salah satu perkembangan yang terjadi ditiaptiap

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik

BAB I PENDAHULUAN. mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Pola-pola lama

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

I. PENDAHULUAN. melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan merupakan salah satu kriteria dalam sistem reward. yang dapat menunjukkan kondisi sebenarnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Susilawati & Dwi Seftihani (2014) mengungkapkan bahwa perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. melalui UU No. 22 Tahun Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang

BAB I PENDAHULUAN. pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam mengelola keungan dengan sebaik-baiknya guna mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Rochmansjah (2010) ditandai dengan adanya penyelenggaraan manajemen

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat tersalurkan. Selain itu dalam Pemerintahan yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk penyelenggaraan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Nasution (2007) menyatakan beberapa kelemahan yang ditemukan pada

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi yang jelas tentang aktivitas suatu entitas ekonomi dalam

Kepala Auditorat V.A

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan tujuan penting dalam reformasi akuntansi dan administrasi

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2006, hal 17). Pemerintah harus mampu untuk

PIDATO MENTERI KEUANGAN PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI POKOK-POKOK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik yang disebut. dengan laporan keuangan (Mardiasmo, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik. Informasi akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

ANALISIS HASIL AUDIT LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No.105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Good governance merupakan function of governing, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengeluarkan Undang Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi di Indonesia setidaknya telah mengeluarkan dua undangundang

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia namun juga di negara-negara lain (Indra Bastian, 2010:5).

BAB I PENDAHULUAN. Good governace merupakan function of governing, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mewujudkan suatu tata kelola pemerintahan yang baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (BPK RI, 2010). Tabel 1.1 Daftar Opini Audit BPK atas LKPD Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. nepotisme mengakibatkan kerugian negara dan tidak maksimalnya kinerja

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menunjukan kualitas yang semakin baik setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjalankan pemerintahannya. Pemerintah pusat memberikan kewenangan

BAB 1 PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus. Untuk bisa memenuhi ketentuan Pasal 3. Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang keuangan, negara

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB 1 PENDAHULUAN. kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Good Governance Government adalah pemerintahan yang paling diimpikan oleh seluruh masyarakat Indonesia, dimana pemerintahannya berjalan dengan baik tanpa adanya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme yang dilakukan oleh pejabat daerahnya. Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan pengelolaan keuangan yang baik sesuai dengan yang dijelaskan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah bahwa Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 dijelaskan bahwa dalam pengelolaan keuangan harus diselenggarakan secara profesional, terbuka, dan bertanggungjawab. Baik tidaknya pengelolaan keuangan yang dilakukan pemerintah dapat dilihat dari kualitas laporan keuangannya, semakin baik pengelolaan keuangan pemerintahan maka kualitas laporan keuangan pun akan meningkat. Oleh karena itu pada saat proses pengelolaan keuangan diadakan pemeriksaan berdasarkan standar pemeriksaan oleh Badan pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri. Pada Undang Undang 1

Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara disebutkan bahwa pada saat proses pemeriksaan, BPK memiliki wewenang untuk mendapatkan data yan diperlukan untuk diperiksa dan hasil dari pemeriksaannya harus ditindak lanjuti, sehubungan dengan itu, BPK perlu memantau dan menginformasikan hasil pemantauan atas tindak lanjut tersebut. Pada saat melakukan pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, Badan Pemeriksa Keuangan selalu memberikan opini untuk mengelompokkan Laporan Keuangan mana saja yang telah memiliki informasi yang relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami. Opini yang diberikan oleh BPK untuk Laporan Keuangan yang telah diperiksanya adalah WTP (Wajar Tanpa Pengecualian), WDP (Wajar Dengan Pengecualian), TW (Tidak Wajar) serta TMP (Tidak Memberikan Pendapat/Disclaimer). Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah perlu menerapkan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, menurut PP No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dijelaskan bahwa, untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efisien, efektif, transparan, dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur dan bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan atas kegiatan pemerintah. Sistem pengendalian intern pemerintah memiliki fungsi untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi terciptanya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan 2

penyelenggaraan pemerintah negara, keandalan laporan keuangan, pengamanan aset negara dan ketaatan terhadap undang-undang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Sistem Pengendalian Intern Pemerintah diterapkan guna mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan yang kemudian dapat menurunkan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Selain itu, Pemerntah juga perlu menerapkan Akuntabilitas Publik dalam penyusunan laporan keuangan. Dimana Akuntabilitas Publik merupakan Suatu pertanggungjawaban yang dilakukan oleh Entitas Pelaporan terhadap pengelolaan keuangan serta pelaksanaan kebijakan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik. Sehingga dengan adanya akuntabilitas publik pemerintah daerah dan pusat wajib mempertanggungjawabkan segala aktivitas dalam pengelolaan keuangan daerah dengan memberikan hasil yang baik tidak hanya dalam bentuk laporan keuangan tetapi dengan adanya bukti secara fisik di wilayah kota/provinsi. Berdasarkan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2017, BPK memeriksa 537 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Tahun 2016. Dari pemeriksaan yang dilakukan BPK memberikan opini WTP atas 375 LKPD (70%), opini WDP atas 139 LKPD (26%), dan opini TMP atas 23 LKPD (4%). Berdasarkan tingkat Pemerintahan, opini WTP dicapai oleh 31 dari 34 Pemerintah Provinsi, 272 dari 415 Pemerintah Kabupaten dan 72 dari 93 Pemerintah Kota. 3

Apabila dilihat secara lebih menyeluruh, opini LKPD dalam 6 tahun terakhir (2011-2016) mengalami perbaikan. Hal itu dapat dilihat dari tabel 1.1 yang diambil dari website BPK dan diringkas kembali oleh penulis. Berikut adalah tabel yang menggambarkan perkembangan opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi dari Tahun 2011-2016. OPINI BPK TAHUN WTP PERSENTASE WDP PERSENTASE TMP PERSENTASE TW PERSENTASE JUMLAH 2011 67 13% 349 67% 100 19% 8 1% 524 2012 120 23% 319 61% 79 15% 6 1% 524 2013 156 30% 311 59% 46 9% 11 2% 456 2014 251 50% 230 46% 19 4% 4 1% 504 2015 312 58% 187 36% 30 5% 4 1% 533 2016 375 70% 139 26% 23 4% 537 (sumber: Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2017) Tabel 1. 1 Perkembangan Opini LKPD Tahun 2011-2016 Perkembangan opini pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ini terjadi karena Pemerintah Daerahnya terus melakukan perbaikan atas temuan dari BPK dan menindaklanjuti rekomendasi dari BPK sehingga kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah terus meningkat. Meskipun secara umum Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah mengalami peningkatan, masih ada beberapa LKPD yang mengalami penurunan opini, yakni Kabupaten Bengkulu Tengah, Kepahiang, Tanggamus, Kebumen, Klaten,Manado, Jember, Gorontalo Utara, Nias Barat, dan sebagainya. Selain itu, masih ada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang masih mendapatkan opini TMP (Disclaimer). Hal ini menunjukkan bahwa masih ada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah 4

yang belum berkualitas dan perlu melakukan perbaikan dalam pengelolaan keuangannya. Berdasarkan hasil dari pemeriksaan, BPK mengungkapkan terdapat permasalahan kelemahan SPI dan ketidak patuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Kelemahan SPI tersebut meliputi antara lain kebijakan akuntansi untuk penerapan SAP berbasis akrual belum memadai, inkosistensi penggunaan tarif pajak yang dapat mengakibatkan kehilangan penerimaan negara dan kelemahan SPI lainnya pada persediaan, piutang, aset tetap, aset tak berwujud, kewajiban serta penyajian laporan perubahan ekuitas dan laporan operasional. (sumber: www.bpk.go.id) Selain itu, BPK menemukan adanya kurang salur dana BOS Pusat dikarenakan pengajuannya terlambat. Menurut Moermahadi, masih ada yang harus diperbaiki Pemprov Jawa Barat dalam LKPD-nya. Ia juga menyebutkan aset yang sudah dibeli (oleh Pemprov Jabar) harus jelas penggunaannya. BPK juga menemukan adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang dilakukan beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD). (sumber: www.monitor.co.id) Ketua BPK Moermahadi Soerja Djanegara mengungkapkan, temun pertama adalah mengenai sistem informasi penyusunan LKPP tahun 2016 yang belum terintegrasi, kedua pelaporan saldo anggaral lebih (SAL) serta pengendalian piutang pajak dan penagihan sanksi administrasi pajak berupa bunga atau denda belum memadai, ketiga penatausahaan persediaan, aset tetap, dan aset tak berwujud belum tertib, keempat pengendalian atas 5

pengelolaan program subsidi kurang memadai, kelima pertanggungjawaban kewajiban pelayanan public kereta api belum jelas, keenam penganggaran dana alokasi khusus (DAK) fisik bidang sarana prasarana penunjang dan tambahan DAK yang dianggap belum memadai, ketujuh temuan mengenai tindakan khusus penyelesaian aset negatif dana jaminan social kesehatan yang dianggap belum jelas, pengembalian pajak tahun 2016 tidak memperhitungkan sebagian piutang pajaknya, pengelolaan hibah langsung berupa uang, barang dan jasa yang tidak sesuai keuntungan, penganggaran pelaksanaan belanja tidak sesuai dengan ketentuan dan penatausahaan utang belum memadai, serta terdapat beberapa temuan lain mengenai pengendalian intern dan kepatuhan terhadap perundang-undangan tidak berpengaruh langsung terhadap kewajaran LKPP Tahun 2016. (sumber: EWS.com) Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut, dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang ada pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah disebabkan oleh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan Akuntabilitas Publik yang kurang memadai. Sehingga menyebabkan turunnya Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Berikut adalah beberapa peneliti sebelumnya yang melakukan penelitian mengenai Kualitas Laporan Keuangan: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Wenda Pregiwa (2013) menunjukkan bahwa kompetensi sumber daya manusia dan sistem pengendalian 6

internal pemerintahan berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Febrian Cahyo Pradono dan Basukianto (2015) menunjukkan bahwa Kompetensi Sumber Daya Manusia, Teknologi Informasi, Rekonsiliasi dan Sistem Pengendalian Intern berpengaruh terhadap Kualitas Laporan Keuangan. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Ayu Wulandari (2014) menunjukkan bahwa akuntabilitas dan transparansi secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Robert O. Opanyi (2016) menunjukan bahwa Standar Akuntansi Sektor Publik berbasis Internasional (IPSAS) berpengaruh terhadap Kualitas Laporan Keuangan. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Tuti Herawati (2014) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari Sistem Pengendalian Intern terhadap Kualitas Laporan Keuangan. 6. Penelitian yang dilakukan oleh Nunuy Nur Afifah dan Dien Noviany Rahmatika (2014) menunjukkkan bahwa Kompetensi Aparat dan Pengendalian Internal berpengaruh terhadap Kualitas Laporan Keuangan. 7. Penelitian yang dilakukan oleh Dadang Suwanda (2015) menunjukkan bahwa Kualitas Sumber Daya Manusia, Penerapan Sistem Pengendalian Internal, Komitmen Organisasi, dan Pemanfaatan 7

Teknologi Informasi berpengaruh terhadap Kualitas Laporan Keuangan. 8. Penelitian yang dilakukan oleh Harry Wibawa (2015) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan dan Akuntabilitas Publik terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bandung. 9. Penelitian yang dilakukan oleh Joseph Babatunde Akeju dan Ahmed Adeshina Babatunde (2017) menunjukkan bahwa Tata Kelola Pemerintahan berpengaruh terhadap Kualitas Laporan Keuangan. Penelitian ini merupakan Replikasi dari penulis yang melakukan penelitian yang sama yakni, Penelitian yang berjudul Pengaruh Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan dan Akuntabilitas Publik terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Penelitian tersebut dilakukan oleh Harry Wibawa (2015). Namun, terdapat perbedaan lokasi yang digunakan sebagai tempat penelitian, pada penelitian yang dilakukan oleh Harry Wibawa dilakukan di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandung. Sementara pada penelitian ini akan dilaksanakan di Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Jawa Barat dan Inspektorat Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan teori dan uraian di atas serta didukung dengan fakta-fakta yang ada, penulis ingin meneliti lebih jauh dan mendalam tentang Pengaruh Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan Akuntabilitas Publik terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah 8

Daerah Provinsi Jawa Barat. (Penelitian pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Jawa Barat serta Inspektorat Provinsi Jawa Barat). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang teruraikan di atas dapat dikemukakan rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Provinsi Jawa Barat 2. Bagaimana Akuntabilitas Publik Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 3. Bagaimana kualitas laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 4. Seberapa besar pengaruh penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 5. Seberapa besar akuntabilitas publik terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 6. Seberapa besar pengaruh Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan akuntabilitas publik terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 1.3 Maksud dan Tujuan Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 9

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 2. Untuk mngetahui bagaimana Akuntabilitas Publik Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 3. Untuk mengetahui Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 5. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Akuntabilitas Publik terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 6. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan Akuntabilitas Publik terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Aspek Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu sumbangan data empiris dalam ilmu akuntansi sektor publik terutama dalam bahasan tentang Akuntansi Pemerintahan, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Akuntabilitas Publik dan Laporan Keuangan Pemerintahan. 10

1.4.2 Aspek Praktis Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menghimpun informasi sebagai bahan sumbangan pemikiran bagi Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah serta Inspektorat Provinsi Jawa Barat untuk dijadikan masukan dan pertimbangan bagi Satuan Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat guna meningkatkan kinerja dalam penyusunan laporan keuangan. 1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penyusunan skripsi ini dilakukan di Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang berlokasi di Jalan Diponegoro No.22, Citarum serta Inspektorat Provinsi Jawa Barat yang berlokasi di Jalan Surapati No.4 Citarum. Penulisan kajian skripsi ini dimulai pada bulan Maret 2017 hingga selesai. 11

12