Seorang pria yang telah 18 tahun dan wanita yang telah 15 tahun boleh

dokumen-dokumen yang mirip
Psl. 119 BW jo. Psl. 124 BW

Calon suami isteri berhak menyimpang atau menghindarkan diri dari aturan menurut UU

Dalam praktek hukum istilah ini acap kali digunakan, tetapi dalam berbagai konteks pengertian, sbb. : mengalami suasana kejiwaan tertentu

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

Pada prinsipnya asas pada Hukum Acara Perdata juga berlaku di PA Asas Wajib Mendamaikan Asas Persidangan Terbuka Untuk Umum, kec.

HUKUM KELUARGA ANAK RAHMAD HENDRA FAKULTAS HUKUM UNRI

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

(van rechtswege nietig)

Notaris adalah Pejabat Umum yang berwenang untuk. kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam UU ini (Pasal 1 ayat 1)

AKIBAT PERKAWINAN & PUTUSNYA PERKAWINAN

FH UNIVERSITAS BRAWIJAYA


BAB I PENDAHULUAN. Dalam fase kehidupan manusia terdapat tiga peristiwa penting yaitu, kelahiran,

Prof. H.T. Syamsul Bahri, SH H. Syahril Sofyan, SH, MKn

PASAL-PASAL DALAM UNDANG-UNDANG YANG AKTA-AKTANYA HARUS DIBUAT DALAM AKTA NOTARIIL. A. Yang tercantum dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW)

HUKUM WARIS PERDATA BARAT

diasuh oleh team-teaching PROGRAM PASCASARJANA USU Program Magister Kenotariatan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya manusia tetap bergantung pada orang lain walaupun sampai

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

Kedewasaan adalah mereka yang telah berumur genap 21 tahun atau telah melakukan perkawinan sah atau bagi mereka yang memperoleh perlunakan (handlichti

BAB IV. pasal 35 dan 36 Undang-undang Nomor 1 tahun Pemisahan harta bersama. harta benda kepada Hakim dalam hal suami dengan berlaku buruk

HUKUM WARIS. Hukum Keluarga dan Waris ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN. (hidup berkelompok) yang biasa kita kenal dengan istilah zoon politicon. 1

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1974 (1/1974) Tanggal: 2 JANUARI 1974 (JAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami berbagai peristiwa hukum.

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

TINJAUAN HUKUM SURAT WASIAT MENURUT HUKUM PERDATA M. WIJAYA. S / D

BAB III KEPENGURUSAN HARTA PERSATUAN

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana diketahui bahwa setiap perkawinan masing-masing pihak dari suami

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dalam perjalanan di dunia mengalami 3 peristiwa yang


b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB V PENUTUP. dengan membuat Permohonan penetapan kepada Pengadilan Negeri. Surabaya yang isinya menyatakan bahwa benar telah didaftarkannya

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERJANJIAN PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

FUNGSI PERJANJIAN KAWIN TERHADAP PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

Judul buku: Kebatalan dan pembatalan akta notaris. Pengarang: Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum. Editor: Aep Gunarsa

(Reglement op het Notarisambt in Indonesie) Ordonansi tgl. 11 Januari 1860 Stb. 1860/3

PERJANJIAN KAWIN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN TERHADAP PIHAK KETIGA (PASCA PUTUSAN MAHKMAH KONSTITUSI NOMOR 69/PUU-XIII/2015) Oleh

BAB III HAK WARIS ANAK SUMBANG. A. Kedudukan Anak Menurut KUH Perdata. Perdata, penulis akan membagi status anak ke dalam beberapa golongan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling ketergantungan antara manusia yang satu dengan manusia yang

The Enactment of Marriage Agreement Post Constitutional Court Verdict

BAB I PENDAHULUAN. menurut Mr.A.Pitlo adalah rangkaian ketentuan-ketentuan, dimana,

BAB II LATAR BELAKANG DILAKUKANNYA PERJANJIAN KAWIN SEBELUM NIKAH. ialah hukum agama, hukum adat dan hukum lainnya.

BAB IV WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF. dan ditegakkan oleh atau melalui pemerintah atau pengadilan dalam negara

JENIS SITA. Sita Jaminan thdp barang milik Debitur/Tergugat (Conservatoir Beslag) Sita Jaminan thdp barang bergerak milik Penggugat :

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DI KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya mengalami 3 peristiwa penting, yaitu peristiwa

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK ANGKAT ATAS HARTA YANG DIPEROLEH DARI HIBAH SETELAH ORANG TUA ANGKATNYA MENINGGAL DUNIA RESUME TESIS

PROSEDUR BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA JEMBER

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PERJANJIAN KAWIN YANG DAPAT DILAKUKAN SELAMA PERKAWINAN BERLANGSUNG

BAB IV PEMBAHASAN. Dasar pertimbangan hakim dalam mengabulkan permohonan dispensasi nikah dibawah umur di Pengadilan Agama Bantul

BAB III HUTANG PIUTANG SUAMI ATAU ISTRI TANPA SEPENGETAHUAN PASANGANNYA MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA

Perbandingan Hukum Orang di Belanda dan Indonesia.

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan penjelasan-penjelasan pada bab sebelumnya, maka. dapat disimpulkan bahwa:

bismillahirrahmanirrahim

Psl. 463 BW tidak memberikan definisi ketidakhadiran, melainkan hanya memberikan gambaran kapan ketidakhadiran itu dapat terjadi menurut hukum

BAB IV PENDAFTARAN BOEDEL. seseorang, dalam arti keseluruhan aktiva dan pasiva. mengkonstatir harta boedel (mencari tahu isi dari boedel).

PENERAPAN LEGITIME FORTIE (BAGIAN MUTLAK) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MENURUT KUH PERDATA. SULIH RUDITO / D

ÉÄx{M. Joeni Arianto Kurniawan, S. H.

BAB I KASUS POSISI DAN PERMASALAHAN HUKUM. sah menimbulkan akibat berupa hak-hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak

BAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7

AKIBAT HUKUM PERJANJIAN PERKAWINAN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN BERLANGSUNG

BAB II PERJANJIAN PERKAWINAN MENURUT PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

BAB II PROSEDUR PEMBUATAN AKTA KEPUTUSAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM

Ditulis oleh Administrator Kamis, 07 Oktober :57 - Terakhir Diperbaharui Kamis, 28 Oktober :12

BAB II KEDUDUKAN HUKUM BILA PENANGGUNG KEHILANGAN KECAKAPAN BERTINDAK DALAM PERJANJIAN PENANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan

bismillahirrahmanirrahim

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN) disebutkan bahwa y

Dimyati Gedung Intan: Prosedur Pemindahan Hak Atas Tanah Menuju Kepastian Hukum

BAB5 PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG PERKAWINAN NOMOR 1 TAHUN 1974.

ALTERNATIF HUKUM PERKAWINAN HOMOSEKSUAL

PEDOMAN PRAKTIS BERPERKARA

REVISI UNDANG-UNDANG PERKAWINAN

bismillahirrahmanirrahim

PERWALIAN MENURUT K.U.H.P. PERDATA DAN U.U. NO. 1 TAHUN 1974 SUNARTO ADY WIBOWO. Program Studi Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

Pemisahan dan Pembagian Harta Peninggalan Nomor :

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BISMILLAHIRAHMANNIRAHIM

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KUMULASI GUGATAN. Secara istilah, kumulasi adalah penyatuan; timbunan; dan akumulasi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN, PERJANJIAN PERKAWINAN DAN PEGAWAI PENCATAT PERKAWINAN

SISTEMATIKAN HUKUM PERDATA. Andri Budi Santosa, Drh, MBA

KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA (Burgerlijk Wetboek voor Indonesie) BUKU KESATU ORANG

STIE DEWANTARA Subyek Hukum Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG BALAI HARTA PENINGGALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RAHMAD HENDRA FAKULTAS HUKUM UNRI

Transkripsi:

Seorang pria yang telah 18 tahun dan wanita yang telah 15 tahun boleh mengikatkan diri dalam perkawinan dan untuk membuat perjanjian kawin mereka wajib didampingi oleh orang-orang yang wajib memberikan izin kawin kepada mereka (Psl. 29 BW jo. Psl. 42 BW)

Psl. 119 BW jo. Psl. 124 BW Pada asasnya dalam suatu perkawinan (keluarga) terdapat satu kekompok harta (harta persatuan) dan hak melakukan beheer atas harta tersebut dilakukan oleh suami. Penyimpangan terjadi dalam hal satu pihak menerima warisan atau hibah dari pihak-ketiga, dgn syarat warisan atau hibah itu tidak akan masuk kedalam harta persatuan (Psl. 120 BW)

Psl. 35 UU No. 1/1974 Harta bawaan dari masing-masing suami dan isteri dan harta-benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adalah dibawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain (ayat-2)

(Psl.119 BW jo. Psl.139 BW jo. Psl. 29 UU No. 1/1974)

ditentukan oleh pemberi hibah atau pemberi hibah-wasiat (Pihak-Ketiga) dalam syaratsyarat yang terdapat pada aktaakta yang dibuat untuk membuktikan perbuatan hukum yang berkenaan

PERJANJIAN PERKAWINAN Persetujuan antara calon suami-isteri, untuk mengatur akibat perkawinan terhadap harta kekayaan mereka, yang menyimpang dari persatuan harta kekayaan, dengan atau tanpa disertai dengan penyimpangan atas asas beheer atau pengelolaannya, yang dalam perkawinan dengan persatuan harta secara bulat, ada ditangan suami

Bentuk Akta Perjanjian Perkawinan (huwelijkse voorwraarden) dibuat dengan akta yang dibuat dihadapan Notaris (Notariel) tak dpat dibuat secara dibawah tangan. Pasal-29 UU No. 1/1974 tak menyebutkan bentuk perjanjian kawin hanya mensyaratkan dibuat secara tertulis

Perjanjian Perkawinan itu sendiri dapat diadakan, baik dalam hal suami-isteri akan kawin dengan campur harta secara bulat, maupun dalam hal mereka memperjanjikan adanya harta yang terpisah, artinya adanya harta kekayaan tersendiri di luar harta persatuan

Dalam hal mereka kawin dengan persatuan harta secara bulat, maka yang diperjanjikan adalah pengelolaan atau beheernya (Psl. 140 ayat 2 dan 3 BW) baik dalam bentuk mengesampingkan pengurusan atau beheer suami atas harta isteri maupun membatasinya

Apabila calon suami dan/atau calon isteri pada saat akan menikah memang telah mempunyai harta atau selama perkawinan mengharapkan atau melihat kemungkinan didapatnya harta kekayaan

agar isteri terlindung dari kemungkinan tindakan beheer suami yang tak baik, yang meliputi tindakan beschikking (atas harta tetap dan harta bergerak tertentu lainnya) yang dibawa isteri ke dalam perkawinan.

Tanpa ada pembatasan yang diperjanjikan isteri dalam perjanjian kawin, suami memiliki wewenang penuh bahkan tanpa harus memberikan pertanggungjawaban atas tindakantindakan beheernya atas harta persatuan, dalam persatuan mana termasuk semua harta, baik bergerak maupun tetap, yang dibawa pihak isteri ke dalam persatuan tersebut

Untuk menghindarkan kemungkinan adanya tindakan tindakan beschikking atas barang-barang tak bergerak dan surat-surat berharga tertentu milik isteri, yang dianggap oleh isteri bisa merugikan dirinya, dapatlah isteri memperjanjikan dalam perjanjian kawin bahwa tanpa izinnya maka sang suami tak diperkenankan mengalihkan atau membebani barang-barang tetap dan surat-surat berharga lain atas nama si isteri

Agar barang-barang tertentu atau semua barang yang dibawa suami atau isteri ke dalam perkawinan tidak masuk dalam persatuan harta perkawinan dan dengan demikian tetap menjadi harta pribadi isteri atau suami

Adanya perjanjian yang demikian merupakan perlindungan bagi isteri, terhadap kemungkinan dipertanggungjawabkan nya harta tersebut terhadap hutang-hutang yang dibuat oleh suami dan sebaliknya

Agar harta pribadi tersebut terlepas dari beheer suami, dan isteri dapat mengurusnya sendiri atas harta tersebut. Untuk mewujudkan maksud ini maka dalam perjanjian kawin harus dibuat secara tegas. Jadi yang diperjanjikan disini adalah adanya harta pribadi dan atau beheer atas harta pribadi

BW tak menentukan penyimpanganpenyimpangan yang bagaimana saja yang boleh diperjanjikan antara calon suami-isteri tersebut, tetapi hanya menetapkan dalam beberapa ketentuan apa saja yang dilarang untuk dikesampingkan dengan perjanjian kawin

1. Yang mengenai diri pribadi 2. Cara pembuatan akta dari mulai berlakunya perjanji an kawin 3. Mengenai isi perjanjian kawin

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh diri pribnadi orang yang akan membuat perjanjian, kecuali dalam peraturan khusus ditentukan lain. Perjanjkian kawin adalah meruipakan perjanjian dan karena harus memenuhi persyaratan umum suatu perjanjian ex Psl. 1320 BW khususnya butir b I.c. kecakapan untuk mengikatkan diri

Orang dewasa memiliki kecakapan bertindak yang meliputi tindakan mengikatkan diri secara sah kepada orang atau badan lain. Juga dalam perjanjian kawin calon suami/isteri yang sudah berumur 21 tahun berwenang membuat perjanjian demikian. Khusus untuk membuat perjanjian kawin UU membuka kemungkinan bagi mereka yg belum dewasa dgn syarat tertentu membuat perjanjian kawin

1. Telah memenuhi syarat untuk melangsungkan pernikahan 2. Dibantu oleh mereka yang izinnya diperlukan untuk melangsungkan pernikahan. Calon suami-isteri itu memerlukan bantuan untuk melakukan tindakan hukum tersebut 3. Dalam hal perkawinannya berlangsung dgn izin Hakim, maka rencana perjanjian kawin tersebut harus disetujui pengadilan (Psl. 151 BW)

Apabila saat perjanjian kawin dibuat salah satu calon suami-isteri tersebut atau keduanya belum mencapai umur yang disyaratkan oleh UU untuk kawin, maka perjanjian itu tidak sah, meskipun perkawinan itu kemudian dilangsungkan sesudah mereka mencapai usia yang cukup untuk menikah. Pernikahannya itu sendiri sah tetapi perjanjian kawinnya tak sah

Bantuan disini dimaksudkan adalah dalam bentuk turut hadirnya orang yang membantu tindakan hukum tersebut dan turut menanda-tangani akta perjanjian kawin, atau berupa izin tertulis, yang menyatakan persetujuan akan isi perjanjian kawin

Sebelum kedua calon suami-isteri itu mencapai umur untuk menikah, tak dapat dibuat perjanjian kawin yang sah, demikian juga tidak dapat dibuat, sekalipun yang bertindak dan bertandatangan adalah orang tua atau walinya demi untuk kepentingan mereka. Sebaliknya mereka yang telah berusia 21 tahun cakap untuk membuat perjanjian kawin, tanpa bantuan orang tua atau walinya, sekalipun untuk menikah mereka memerlukan izin orang tua atau walinya

Apabila calon suami isteri itu telah cukup umur untuk menikah tetapi orang tua atau walinya menolak untuk menyetujui perjanjian kawin yang mereka buat, maka mereka hanya dapat menikah dengan persatuan harta secara bulat (algehele gemeenschaap van goederen)

1. Perjanjian kawin harus dibuat dengan akta notaris 2. Perjanjian kawin itu harus dibuat sebelum perkawinan dilangsungkan (Psl. 147 BW jo. Psl. 149 BW)

1. Perjanjian kawin itu dituangkan ke dalam akta otentik berkekuatan pembuktian yang kuat 2. Agar terdapat kepastian hukum 2. Agar terdapat kepastian hukum tentang hak dan kewajiban suamiisteri atas harta benda mereka mengingat perjanjian kawin mempunyai konsekwensi yang luas dan menyangkut kepentingan keuangan yang besar sekali

Untuk membuat perjanjian kawin diperlukan keahlian khusus yaitu pemahaman yang akurat tentang hukum harta perkawinan dan dapat merumuskan semua beding atau syaratsyarat dlm akta dgn teliti sekali. Ini berkaitan erat dgn ketentuan bahwa bentuk harta perkawinan dalam keluarga ex BW harus tetap sepanjang perkawinan tsb. Kekeliruan dlm merumuskan beding (syarat) dlm perjanjian kawin, tak dapat diperbaiki lagi sepanjang perkawinan (masih dapat diperbaiki sebelum perkawinan)

UU tak menentukan jaraknya tetapi mengingat bahwa orang tua atau wali yang memberi izin untuk kawin harus sama dengan orang tua atau wali yang membantu pembuatan perjanjian kawin, sebaiknya perjanjian kawin tersebut dibuat sedekat mungkin dengan waktu akan diselenggarakannya upacara perkawinan

Maksudnya untuk menjaga agar jangan sampai terjadi sesudah perjanjian kawin selesai dibuat, sementara menunggu proses perkawinannya berlangsung, orang tua atau wali yang membantu waktu membuat perjanjian perkawinan, meninggal dunia Kalau meninggal maka Perjanjian Perkawinan harus diulangi kembali. Perubahan syaratsyarat perjanjian kawin hanya dapat dibuat sebelum perkawinan berlangsung dgn mengikuti syarat UU (Pasal-148 BW)