METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

dokumen-dokumen yang mirip
METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas

Gambar 4.1 Bagan alir penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan

III. METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, penelitian ini

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. aspal dan bahan tambah sebagai filler berupa abu vulkanik.

BAB IV Metode Penelitian METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

optimum pada KAO, tahap III dibuat model campuran beton aspal dengan limbah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian pada penulisan ini merupakan serangkaian penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dipresentasikan pada gambar bagan alir, sedangkan kegiatan dari masing - masing

dahulu dilakukan pengujian/pemeriksaan terhadap sifat bahan. Hal ini dilakukan agar

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

PENGARUH UKURAN BUTIRAN MAKSIMUM 12,5 MM DAN 19 MM TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-WC

BAB IV. HASIL dan ANALISA Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

BAB IV PENGUJIAN JOB MIX FORMULA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun tahapan pelaksanaan pekerjaan selama penelitian di laboratorium adalah sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. (AASHTO,1998) dan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan tahun 2010.

BAB III LANDASAN TEORI

Penelitian ini dilakukan sesuai dengan diagram alur seperti pada gambar 5.1.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

3. pasir pantai (Pantai Teluk Penyu Cilacap Jawa Tengah), di Laboratorium Jalan Raya Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam

HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut adalah diagram alir dari penelitian ini : MULAI. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di 2 lokasi yaitu di ruas jalan Ketapang Labuan

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

PENGGUNAAN SPEN KATALIS PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRTE-WEARING COURSE ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. perihal pengaruh panjang serabut kelapa sebagai bahan modifier pada campuran

DAFTAR PUSTAKA. 1. Bina Marga Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Beton. Saringan Agregat Halus Dan Kasar, SNI ;SK SNI M-08-

BAB III METODE PENELITIAN

Zeon PDF Driver Trial

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

Penelitian ini menggunakan tiga macam variasi jumlah tumbukan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. aspal optimum pada kepadatan volume yang diinginkan dan memenuhi syarat minimum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

M. M. ADITYA SESUNAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2010

Bahan/material yang digunakan pada penelitian Asbuton ini berasal dari : Agregat batuan berasal dari Laboratorium Jalan Raya Jurusan Teknik

BAB 3 METODE PENELITIAN

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Pada pembuatan aspal campuran panas asbuton dengan metode hot mix (AC

Lampiran 1. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar. 1/2" (gram)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Yogyakarta dapat disimpulkan sebagai berikut : meningkat dan menurun terlihat jelas.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. pemeriksaan mutu bahan yang berupa serat ijuk, agregat dan aspal, perencanaan

GRAFIK PENGGABUNGAN AGREGAT

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA

Dengan kata lain, penelitian eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan

Metodologi Penelitian

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

Bab IV Penyajian Data dan Analisis

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini dilakukan serangkaian pengujian yang meliputi :

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

DAFTAR PUSTAKA. Abdullah.(1998):Pemanfaatan Asbuton untuk Lasbutag dan Latasbusir, Direktorat

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rencana kerja ditunjukkan oleh Gambar 3.1, yang merupakan bagan alir

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III LANDASAN TEORI

Pemeriksaan BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR. Penanggung Jawab. Iman Basuki

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PERENCANAAN PERSENTASE AGREGAT CAMPURAN. Dalam memperoleh gradasi argegat campuran yang sesuai dengan spesifikasi

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

Transkripsi:

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Agregat kasar yang digunakan berasal dari Tanjungan Lampung Selatan. 2. Agregat halus yang digunakan berasal dari Tanjungan Lampung Selatan. 3. Aspal yang digunakan pada penelitian ini adalah aspal keras produksi pen 60/70. 4. Filler atau material lolos saringan No.200 yang digunakan dalam penelitian ini adalah Portland Cement. C. Peralatan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Satu Set Saringan (Sieve) Alat ini digunakan untuk memisahkan agregat berdasarkan gradasi agregat 2. Alat uji pemeriksaan aspal.

32 Alat yang digunakan untuk pemeriksaan aspal antara lain: alat uji penetrasi, alat uji titik lembek, alat uji kehilangan berat, alat uji daktilitas, alat uji berat jenis (piknometer dan timbangan). 3. Alat uji pemeriksaan agregat. Alat uji yang digunakan untuk pemeriksaan agregat antara lain mesin Los Angeles (tes abrasi), alat pengering (oven), timbangan berat alat uji berat jenis (piknometer, timbangan, pemanas). 4. Alat karakteristik campuran agregat aspal Alat uji yang digunakan adalah seperangkat alat untuk metode Marshall, meliputi : a. Alat tekan Marshall yang terdiri dari kepala penekan berbentuk lengkung, cincin penguji berkapasitas 22,2 KN (5000 lbs) yang dilengkapi dengan arloji pengukur flowmeter. b. Alat cetak benda uji berbentuk silinder diameter 4 inchi (10,16 cm) dan tinggi 3 inchi (7,5 cm). c. Marshall automatic compactor yang digunakan untuk pemadatan campuran sebanyak 75 kali tumbukan tiap sisi (atas dan bawah). d. Ejektor untuk mengeluarkan benda uji setelah proses pemadatan. e. Bak perendam (water bath) yang dilengkapi pengatur suhu. f. Alat-alat penunjang yang meliputi penggorengan pencampur, kompor pemanas, termometer, sendok pengaduk, sarung tangan anti panas, kain lap, timbangan, ember untuk merendam benda uji, jangka sorong, dan tipe-ex yang digunakan untuk menandai benda uji.

33 D. Tahap-Tahap Penelitian Tahap-tahap penelitian yang akan dilakukan mulai dari awal sampai akhir seperti pada gambar (gambar alir penelitian) yang dijelaskan sebagai berikut : 1. Persiapan Persiapan yang dilakukan yaitu persiapan bahan, dan juga persiapan alatalat yang digunakan. Persiapan bahan (aspal keras, agregat kasar, agregat halus, filler) dengan mendatangkan bahan-bahan yang diperlukan ke laboratorium inti jalan raya Fakultas Teknik Universitas Lampung dan menyiapkan serta mengecek peralatan tersebut sebelum digunakan. 2. Pengujian bahan a. Aspal Shell 60/70 Pada aspal dilakukan uji penetrasi, titik lembek, daktilitas, berat jenis, dan kehilangan berat. Standar pengujian aspal seperti tertera pada Tabel 6 dibawah. Tabel 6. Standar Pengujian Aspal No Jenis Pengujian Standar Uji 1 Penetrasi 25⁰C (mm) SNI 06-2456-1991 2 Titik Lembek (⁰C) SNI 06-2434-1991 3 Daktilitas pada 25⁰ (cm) SNI 06-2432-1991 4 Berat Jenis SNI 06-2441-1991 5 Kehilangan Berat SNI 06-2440-1991 Sumber: Direktorat jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia, Spesifikasi Umum 2010 Divisi 6 hal 38 b. Agregat kasar, Agregat halus, dan filler Agregat diperlukan sebagai bahan pengisi pada campuran beraspal dengan komposisi gradasi sesuai dengan gradasi terpakai yang

34 memenuhi spesifikasi yang ada. Untuk agregat kasar, agregat halus, dilakukan pengujian analisa saringan, berat jenis, penyerapan dan filler yang digunakan adalah semen. Tabel 7. Standar Pemeriksaan Agregat No Jenis Pengujian Standar Uji 1 Analisa saringan SNI 03-1968-1990 2 3 Berat jenis (Berat jenis Bulk, Berat jenis SSD dan Berat Jenis Semu ) dan penyerapan agregat halus Berat jenis (Berat jenis Bulk, Berat jenis SSD dan Berat Jenis Semu ) dan penyerapan agregat kasar SNI 03-1970-1990 SNI 03-1969-1990 4 Los Angeles Test SNI 03-2417:2008 Sumber: Direktorat jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia, Spesifikasi Umum 2010 Divisi 6 3. Perencanaan Campuran Untuk mendapatkan campuran yang ideal dan memberikan kinerja perkerasan yang optimal maka sebelum membuat campuran diperlukan perencanaan campuran untuk menentukan komposisi masing-masing bahan penyusun campuran agar diperoleh campuran beraspal yang memenuhi spesifikasi antara lain : a. Pada Penelitian ini gradasi campuran agregat yang digunakan adalah gradasi campuran AC-BC. Perencanaan campuran beraspal AC-BC bergradasi halus dilakukan dengan mengambil batas atas dan batas tengah dari setiap persen berat lolos saringan, sesuai dengan spesifikasi Bina Marga 2010. b. Melakukan analisa perhitungan komposisi yang ideal dan memenuhi persyaratan spesifikasi.

35 c. Setelah didapat komposisi masing-masing persen agregat,kemudian mengayak agregat sesuai dengan nomor saringan yang dibutuhkan. d. Variasi kadar aspal dan jumlah benda uji Dalam penelitian ini digunakan kadar aspal penetrasi 60/70 yang diproduksi didalam negeri. Pada gradasi % lolos batas tengah didapat kadar aspal yang dipakai adalah Pb -1.0(%), Pb-0,5(%), Pb (%), Pb+0,5(%), Pb+1,0(%). Untuk masing-masing campuran, dibuat benda uji sejumlah 3 sampel. Sehingga dihasilkan lima belas sampel dari lima kadar aspal. Dengan perlakuan yang sama pada setiap gradasi atau dua benda uji lainnya maka jumlah seluruh sampel yang dibuat untuk KAO adalah 30 sampel. Sedangkan untuk jumlah sampel pembuatan dengan penambahan limbah botol plastik(pet) untuk masing masing batas prosentase nya 0%, 1,5%, 2,5%, 3,5%, 4,5%, 5,5%, 6,5%. Untuk masing masing kadar Campuran dibuat Tiga sampel, sehingga dihasilkan 21 sampel untuk 7 kadar PET, pada lolos saringan batas tengah, dengan perlakuan yang sama untuk batas atas. jadi jumlah sampel keseluruhan untuk batas tengah dan batas atas adalah 42 sampel. Jadi jumlah sampel keseluruhan yang akan di buat untuk percobaan sebanyak 72 sampel. 4. Tahapan dalam merencanakan campuran aspal sebagai berikut : a. Menghitung perkiraan awal kadar aspal optimum (Pb) sebagai berikut:

36 Pb = 0,035 (%CA) + 0,045 (%FA) + 0,18 (% FF) + Konstanta Keterangan: Pb CA FA : Kadar aspal tengah/ideal, persen terhadap berat campuran : Persen agregat tertahan saringan No.8 (2,36 mm) : Persen agregat lolos saringan No.8 (2,36 mm) dan tertahan saringan No.200 (0,075 mm) Filler K : Persen agregat minimal 75 % lolos No.200 (0,075 mm) : Nilai Konstanta Nilai konstanta kira-kira 0,5 sampai 1,0 untuk Laston dan 2,0 sampai 3,0 untuk Lataston. Untuk jenis campuran lain gunakan nilai 1,0 sampai 2,5. b. Bulatkan perkiraan nilai P b sampai 0,5% terdekat. Jika hasil perhitungan diperoleh 5,85 % maka dibulatkan menjadi 6 %. c. Siapkan benda uji Marshall pada kadar aspal sebagai berikut: 1. Pada dua kadar aspal diatas nilai Pb 2. Pada dua kadar aspal dibawah nilai Pb Kadar aspal (Pb) 1,0% Kadar aspal (Pb) 0,5% Kadar aspal (Pb) Kadar aspal (Pb) + 0,5% Kadar aspal (Pb) + 1,0% d. Setelah didapat nilai kadar aspal, selanjutnya berat jenis maksimum (BJ Max) dihitung dengan mengambil data dari percobaan berat jenis agregat kasar dan agregat halus.

37 e. Jika semua data telah didapatkan, yang dilakukan berikutnya adalah menghitung berat sampel, berat aspal, berat agregat dan menghitung kebutuhan agregat tiap sampel berdasarkan persentase tertahan. f. Mencampur agregat dengan aspal pada suhu optimum 155 0 C pada gradasi kasar pada batas atas dan batas tengah. 5. Pembuatan Benda Uji a. Menimbang agregat sesuai dengan persentase agregat campuran yang telah dihitung, kemudian benda uji dibuat sebanyak tiga buah pada masing-masing variasi kadar aspal. b. Memanaskan aspal untuk pencampuran, agar temperatur pencampuran agregat dan aspal tetap maka pencampuran dilakukan diatas pemanas dan diaduk hingga rata. Suhu pencampuran antara agregat dengan aspal dilakukan pada suhu 155 0 C dan pemadatan suhu nya berkisar antara 145 o C. c. Sebelum dilakukan pemadatan, terlebih dahulu memanaskan cetakan benda uji dengan tujuan agar tidak terjadi penurunan suhu campuran yang terlalu cepat. Benda uji yang dibuat berbentuk silinder dengan tinggi standar 6,35 cm dan diameter 10,16 cm. d. Kemudian melakukan pemadatan standar dengan alat Marshall Automatic Compactor dengan jumlah tumbukan 75 kali dibagian sisi atas kemudian 75 kali tumbukan pada sisi bawah mold. e. proses pemadatan selesai benda uji didiamkan agar suhunya turun, setelah dingin benda uji dikeluarkan dengan ejektor dan diberi kode dengan menggunakan tipe-ex.

38 f. Benda uji dibersihkan dari kotoran yang menempel dan diukur tinggi benda uji dengan ketelitian 0,1 mm di keempat sisi benda uji dengan menggunakan jangka sorong dan ditimbang beratnya untuk mendapatkan berat benda uji kering. g. Benda uji direndam dalam air selama 16 24 jam supaya jenuh. h. Setelah jenuh benda uji ditimbang dalam air untuk mendapatkan berat benda uji dalam air. i. Kemudian benda uji dikeluarkan dari bak perendam dan dikeringkan dengan kain lap sehingga kering permukaan dan didapatkan berat benda uji kering permukaan jenuh (saturated surface dry, SSD) kemudian ditimbang. 6. Pengujian dengan alat Marshall Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan (stabilitas) terhadap kelelehan (flow) dari campuran aspal sesuai dengan prosedur SNI 06-2489-1991. Berikut langkah-langkah pengujian dengan alat Marshall : a. Benda uji direndam dalam bak perendaman pada suhu 60ºC ± 1ºC selama 30 menit b. Bagian dalam permukaan kepala penekan dibersihkan dan dilumasi agar benda uji mudah dilepaskan setelah pengujian. c. Benda uji dikeluarkan dari bak perendam, letakkan benda uji tepat di tengah pada bagian bawah kepala penekan kemudian letakkan bagian atas kepala penekan dengan memasukkan lewat batang penuntun, kemudian letakkan pemasangan yang sudah lengkap tersebut tepat di

39 tengah alat pembebanan, arloji kelelehan (flow meter) dipasang pada dudukan diatas salah satu batang penuntun. d. Kepala penekan dinaikkan hingga menyentuh alas cincin penguji, kemudian diatur kedudukan jarum arloji penekan dan arloji kelelehan pada angka nol. e. Pembebanan dilakukan dengan kecepatan tetap 51 mm (2 inch.) per menit, dibaca pada saat arloji pembebanan berhenti dan mulai kembali berputar menurun, pada saat itu pula dibaca arloji kelelehan. Titik pembacaan pada saat arloji pembebanan berhenti dan mulai kembali menurun, itu merupakan nilai stabilitas Marshall. f. Setelah pengujian selesai, kepala penekan diambil, bagian atas dibuka dan benda uji dikeluarkan. 7. Menghitung Parameter Marshall Setelah pengujian Marshall selesai serta nilai stabilitas dan flow didapat, selanjutnya menghitung parameter Marshall yaitu VIM, VMA, dan paremeter lainnya sesuai parameter yang ada pada spesifikasi campuran. 8. Pengolahan dan Pembahasan Hasil Dari data hasil penelitian di Laboratorium akan membandingkan nilai stabilitas dan karakteristik campuran (rongga dalam campuran, rongga antar agregat dan rongga terisi aspal) akibat pengaruh penambahan limbah PET pada campuran AC-BC bergradasi halus dengan variasi prosentase 0%, 1,5%, 2,5%, 3,5%, 4,5%, 5,5%, 6,5. serta hasil pengolahan akan diuraikan dalam bentuk grafik hubungan antara kadar aspal dan parameter Marshall, yaitu gambar grafik hubungan antara:

40 a. Kadar aspal terhadap Kepadatan b. Kadar aspal terhadap VIM c. Kadar aspal terhadap VMA d. Kadar aspal terhadap VFA e. Kadar aspal terhadap stabilitas f. Kadar aspal terhadap flow g. Kadar aspal terhadap Marshall Quotient (MQ)

41 E. Diagram Alir Penelitian Persiapan Pengujian bahan Agregat Aspal Shell pen 60/70 Pengujian Karakteristik Mutu: 1. Pengujian aspal (penetrasi, titik lembek, daktilitas, berat jenis, kehilangan berat) didapat dari data sekunder. 2. Pengujian agregat (analisa saringan, berat jenis dan penyerapan agregat kasar, berat jenis dan penyerapan agregat halus, Los Angeles Test) didapat dari data sekunder. Memenuhi Spesifikasi Tidak Pembuatan benda uji gradasi batas atas sebanyak 15 sampel Ya Pembuatan benda uji gradasi batas tengah sebanyak 15 sampel Uji Marshall (VMA, VIM, VFA, MQ, stabilitas, flow) Penentuan KAO Penambahan campuran PET (0%, 1,5%, 2,5%, 3,5%, 4,5%, 5,5%, 6,5%) Pembuatan benda uji gradasi batas atas dengan penambahan PET sebanyak 21 sampel Pembuatan benda uji gradasi batas tengah dengan penambahan PET sebanyak 21 sampel Uji Marshall (VMA, VIM, VFA, MQ, stabilitas, flow) Hasil dan Analisa Kesimpulan dan Saran Selesai Gambar 1. Diagram penelitian