Penggunaan Model Pembelajaran Examples Non-Examples untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMK Negeri 1 Bireun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. : Model Pembelajaran Guided Note Taking (GNT)

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

NASKAH PUBLIKASI. Strata 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh: ATIK SETYAWAN NIM : A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

pengetahuan dan teknologi perlu adanya pembaharuan dalam sistem pendidikan secara terarah dan terencana maka Undang-Undang Republik Indonesia No 20

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Surakarta. Keperluan korespondensi, telp: ,

PENERAPAN MODEL ASSURE DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 AMBALRESMI TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

NASKAH PUBLIKASI. Oleh : SRI MUJAYANTI A54A100126

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah pilar kehidupan suatu bangsa. Masa depan suatu bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi

Fariyani Eka Kusuma Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

KALAM CENDEKIA, Volume 4, Nomor 5.1, hlm

JURNAL PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Reni Rasyita Sari Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

Naskah Publikasi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Feni Maelani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI IPA DI KELAS VI SD BK TANAPOBUNTI.

JURNAL. Oleh: SUYATI NPM Dibimbing oleh : 1. Dra. Budhi Utami, M.Pd. 2. Dra. Dwi Ari Budiretnani, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. dan norma-norma yang diakui. Dalam pernyataan tadi tersurat dan

Ramlah, dan Dani Firmansyah Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Singaperbangsa Karawang

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan. Arti penting itu bertolak

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Jurnal SAINSTECH Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : Volume 4 Nomer 2 Desember 2017

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

Esty Setyarsih Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan memang bukanlah satu-satunya hal

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

Noorhafizah dan Rahmiliya Apriyani

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

Guru mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pelaksanaan belajar mengajar, dimana tugas guru tidak hanya merencanakan, melaksanakan dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

Evi Puji Rahayu, Nuraedah, dan Jamaludin Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

JURNAL SKRIPSI TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI. Oleh : Aditya Surya Pratama K PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh SISWANTI A

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hasim Bisri, 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

Agung Listiadi dan Friska Imelda Sitorus Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya ABSTRAK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

Keywords: Teams Games Tournament (TGT), visual media, social science

YENY SURYA DEWI A 54B FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

VOL. 8 NO. 1 MARET 2018 ISSN: ISSN: RIYANTON

BAB III METODE PENELITIAN

PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DI KELAS V SD

Transkripsi:

28 Penggunaan Model Pembelajaran Examples Non-Examples untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMK Negeri 1 Bireun Budiono SMK Negeri 1 Bireun email: budionosmkbir@gmail.com ABSTRAK Kualitas pembelajaran dalam sebuah lembaga pendidikan merupakan salah satu indikator keberhasilan peningkatan mutu pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Apakah penerapan pembelajaran model example nonexample dapat meningkatkan hasil belajar materi gambar interior dan eksterior bangunan gedung pada siswa kelas XII Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri I Bireuen tahun ajaran 2015/2016. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas 2 siklus. Subyek penelitian adalah siswa kelas XII Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Bireuen tahun 2015/2016 sebanyak 29 siswa. Analisis data menggunakan teknik analisis diskriptif komparatif dengan membandingkan kondisi awal dengan hasil-hasil yang dicapai pada setiap siklus, dan analisis deskriptif kualitatif hasil observasi dengan membandingkan hasil observasi dan refleksi pada siklus I dan siklus II. Pada akhir siklus II diketahui telah terjadi peningkatan rata-rata kelas 33,04%, yaitu dari rata- rata tes kondisi awal 55 menjadi 82. Sedangkan ketuntasan belajar siswa ada peningkatan sebesar 200 %, dari kondisi awal yang sudah tuntas hanya 9 siswa menjadi 27 siswa. Dengan demikian sebagian besar siswa kelas XII Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri I Bireuen mengalami peningkatan hasil belajar pada materi interior dan eksterior bangunan gedung. Kata Kunci: Model Example Non-Example, Hasil Belajar Siswa PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia, dan dalam kondisi apapun yang tidak dapat ditolak oleh manusia dari penerapan pendidikan. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 (1) disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya guna mencapai tujuan pendidikan. Secara jelas tujuan pendidikan nasional merupakan sumber dari sistem nilai Pancasila yang dirumuskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 3. Dimana dalam UU tersebut dijelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu pendidikan nasional juga memiliki tujuan lain yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dengan adanya tujuan pendidikan akan menentukan kemana arah peserta didik akan dibawa. Maka kita harus benar-benar memahami tujuan pendidikan yang nantinya akan dicapai. Peningkatan mutu pendidikan dirasakan sebagai suatu kebutuhan bangsa yang ingin maju. Bahwa pendidikan yang bermutu dapat menunjang pembangunan di segala bidang atau aspek. Pendidikan harus memberikan jaminan bagi perwujudan hakhak azasi manusia untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal guna kesejahteraan hidup di masa depan. Penjelasan lain dari Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pendidik memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran dan merupakan salah satu komponen yang menentukan keberhasilan proses belajar. Sebab, guru merupakan ujung tombak yang secara langsung berhubungan dengan siswa. Keberhasilan proses belajar mengajar tidak pula lepas dari kesadaran siswa akan pentingnya pendidikan. Bagi siswa yang sadar akan pentingnya pendidikan, akan memperjuangkan dengan sungguh-sungguh untuk meningkatkan prestasinya. Keberhasilan belajar dapat diukur dari keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dalam proses pembelajaran diperlukan adanya dukungan yang cukup bagi siswa, sehingga diharapkan mampu mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik. Teknik Gambar Bangunan merupakan salah satu jurusan yang diselenggarakan oleh SMK Negeri 1 Bireuen. Dengan tujuan untuk membekali siswa dengan dasar akademik dan kemampuan keterampilan agar siswa dapat bekerja sesuai dengan keahliannya. Dalam mata pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung, siswa dituntut untuk dapat menggambar desain interior ruangan berdasarkan konsep tema dan ragam gaya. Namun fakta pelaksanaan di lapangan, pada mata pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung khususnya di SMK Negeri 1 Bireuen cenderung kurang maksimal. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh kurang mencapai batas ketuntasan minimal yang ditentukan. Terkadang pengajar dalam menyampaikan informasi atau ilmu kurang bisa menciptakan suasana kelas yang kondusif. Dengan kata lain siswa lebih cenderung pasif karena pembelajaran hanya berpusat pada guru. Hal tersebut terlihat pada sikap siswa saat mengikuti proses pembelajaran, yaitu ditemukannya bahwa siswa masih asik mengobrol dengan temannya, kurang merespon terhadap materi yang disampaikan, dan tidak memperhatikan guru saat pembelajaran. Selain itu dalam menyampaikan materi pengajar tidak menampilkan contoh-contoh berupa gambar sehingga siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami materi. Sedangkan dalam pembelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung (khususnya pada pokok bahasan konsep tema dan ragam gaya) menuntut pemahaman siswa bukan hanya sekedar hafalan. Dari data yang diperoleh hasil observasi di SMK Negeri 1 Bireuen pada mata pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung khususnya pada pokok bahasan konsep tema dan ragam gaya hanya ada 34,48% (10 siswa) dari 29 siswa yang mendapat nilai sesuai KKM yang ditentukan yaitu 80. Untuk mengatasi masalah di atas perlu diupayakan pembelajaran dengan menggunakan metode yang lain, sehingga siswa dapat berperan aktif dalam 29

Budiono melaksanakan proses pembelajaran. Proses dalam pembelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung menggunakan model Examples Non-Examples mampu melibatkan keaktifan siswa untuk melakukan penemuannya sendiri dalam menganalisis materi. Sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut tidak hanya berpusat pada guru melainkan siswa juga dituntut untuk aktif serta dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran menggunakan model Examples Non-Examples siswa dapat berkomunikasi dan bekerjasama antar siswa. Sehingga hal ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keaktifan belajar siswa dan peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung pokok bahasan konsep tema dan ragam gaya desain interior dengan model pembelajaran Examples Non-Examples di kelas XII TGB SMK Negeri 1 Bireuen. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 1 Bireuen, Kabupaten Bireuen. Penelitian dilaksanakan lebih kurang selama 4 bulan, mulai dari bulan September sampai dengan bulan Desember 2015. Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi, penugasan, dan tes yang dilakukan terhadap siswa kelas XII TGB SMK N 1 Bireuen berkaitan dengan pemahaman siswa mengenai mata pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung setelah diterapkannya model pembelajaran Examples Non-Examples. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung dan siswa kelas XII TGB SMK N 1 Bireuen sebagai mitra peneliti serta seluruh komponen sekolah. Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi, penugasan, dan tes yang dilakukan terhadap siswa kelas XII TGB SMK N 1 Bireuen berkaitan dengan pemahaman siswa mengenai mata pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung setelah diterapkannya model pembelajaran Examples Non-Examples. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung dan siswa kelas XII TGB SMK N 1 Bireuen sebagai mitra peneliti serta seluruh komponen sekolah. Teknik Analisis Data Pada penelitian ini teknik analisis data yang dilakukan secara analisis interaktif, yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dalam bentuk interaktif dengan pengumpulan data sebagai suatu proses siklus. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pra Siklus Pada tahap awal, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi terhadap pelaksanaan proses pembelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung. Observasi tahap awal dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran dan hasil 30

belajar siswa kelas XII TGB SMK Negeri 1 Bireuen pada mata pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil nilai ulangan harian semester I sebelum diterapkannya model pembelajaran dari siswa berjumlah 29 orang, yang mencapai nilai > 80 baru 10 orang siswa sedangkan 19 orang lainnya nilainya kurang dari 19 siswa. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 66,64. Persentase ketuntasan hanya 34,48 persen. Hasil Siklus I. Keaktifan Siswa Perencanaan penelitian tindakan kelas siklus I ini berdasarkan hasil pra siklus yang dilakukan pada saat peneliti melakukan pembelajaran dengan pokok bahasan yang berbeda di kelas XII TGB SMK Negeri 1 Bireuen. Dalam pelaksanaan penelitian siklus I meliputi beberapa tahap. Mulai dari tahap perencanaan sampai tahap refleksi penelitian dan dilaksanakan secara bertahap. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada saat proses pembelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung siswa sudah cukup aktif dalam melaksanakan tugas diskusi kelompok. Keaktifan siswa level 4 dalam hal diskusi dan bertanya masing masing ada 9 siswa. Keaktifan siswa level 3, keaktifan diskusi ada 19 siswa dan keaktifan bertanya ada 16 siswa. Keaktifan level 2, sebanyak 1 orang dalam keaktifan diskusi dan 4 orang dalam keaktifan bertanya. Sedangkan keaktifan level 1 tidak ada. Tabel 4.2. Hasil Analisis Data Keaktifan Siswa Siklus I Predikat Objek yang diamati Keaktifan Diskusi Keaktifan Bertanya KS 4 9 Siswa 9 Siswa KS 3 19 Siswa 16 Siswa KS 2 1 Siswa 4 Siswa KS 1 0 Siswa 0 Siswa Gambar Data Keaktifan Siswa Hasil Belajar Hasil belajar ini diperoleh melalui ujian tertulis. Dari hasil tes tertulis 22 orang siswa sudah mendapatkan nilai lebih dari 80 dan 7 orang mendapatkan nilai kurang dari 80. Sedangkan nilai rata rata kelas diperoleh sebesar 80,35. Siswa yang tuntas belajar 31

Budiono sebesar 75,86 persen siswa, sedangkan yang belum tuntas belajar sebesar 24,14 persen siswa. Tabel 4.3. Hasil Data Siklus I Ranah Kognitif No. Uraian Pencapaian Hasil Belajar Ranah Jumlah/Nilai Kognitif 1 Siswa yang mendapat nilai > 80 22 siswa 2 Siswa yang mendapat nilai < 80 7 siswa 3 Rata-rata kelas 80,35 4 Persentase siswa tuntas 75,86% 5 Persentase siswa tidak tuntas 24,14% Gambar 4.4 Diagram Persentase Ketuntasan Siklus I Hasil Siklus II Penelitian tindakan kelas siklus II ini dilaksanakan untuk memperbaiki hasil dari siklus I. Pada tahap siklus II ini perencanaan dan penelitian tindakan dilaksanakan berdasarkan hasil yang dicapai pada siklus I. Materi yang disampaikan pada siklus II adalah materi lanjutan dari siklus I yaitu mengenai ragam gaya desain interior. Keaktifan Siswa Berdasarkan observasi yang dilakukan pada saat proses pembelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung dalam pelaksanaan siklus II, siswa sudah cukup aktif dalam melaksanakan tugas diskusi kelompok. Keaktifan siswa level 4 dalam hal diskusi ada 21 orang siswa dan keaktifan bertanya ada 18 siswa. Keaktifan siswa level 3, keaktifan diskusi ada 7 orang siswa dan keaktifan bertanya ada 11 orang siswa. Keaktifan level 2, sebanyak 1 orang dalam keaktifan diskusi dan tidak ada lagi keaktifan level 2 dalam hal bertanya. Sedangkan keaktifan level 1 tidak ada lagi dalam hal keaktifan diskusi maupun keaktifan bertanya. 32

Tabel 4.2. Hasil Analisis Data Keaktifan Siswa Siklus I Predikat Objek yang diamati Keaktifan Diskusi Keaktifan Bertanya KS 4 9 Siswa 9 Siswa KS 3 19 Siswa 16 Siswa KS 2 1 Siswa 4 Siswa KS 1 0 Siswa 0 Siswa Gambar 4.3. Masing-masing kelompok melakukan diskusi untuk menganalisa gambar Hasil Belajar Hasil belajar ini diperoleh melalui ujian tertulis. Dari hasil tes tertulis pada siklus II, sebanyak 28 orang siswa sudah mendapatkan nilai lebih dari 80 dan dan hanya 1 orang siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 80. Sedangkan nilai rata rata kelas diperoleh sebesar 89,45. Siswa yang tuntas belajar sebesar 96,55 persen siswa, sedangkan yang belum tuntas belajar sebesar 3,45 persen siswa. Pembahasan Hasil Penelitian Pra Siklus Proses pelaksanaan tindakan pra siklus peneliti mengadakan observasi kondisi kelas sebelum menggunakan model pembelajaran example-non example. Hasil yang diperoleh bahwa siswa cenderung pasif dalam mengikuti proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran masih terdapat beberapa siswa yang sibuk dengan kegiatannya sendiri baik itu mengobrol dengan teman ataupun tiduran pada saat melaksanakan proses pembelajaran. Pada hasil belajar ranah kognitif didapat nilai rata-rata kelas sebesar 66,64 dengan persentase ketuntasan 34,48% (10 siswa dari 29 siswa). Dimana nilai rata-rata kelas yang diperoleh masih jauh dari KKM yaitu sebesar 80. Dari keaktifan siswa dan hasil belajar siswa yang diperoleh masih jauh dengan indikator yang telah ditetapkan. Hal ini terjadi karena siswa dalam mengikuti pembelajaran masih kurang aktif. Untuk menumbuhkan keaktifan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran maka dilakukan adanya model pembelajaran baru dengan 33

Budiono menggunakan model Examples Non-Examples. Dalam pembelajaran model Examples Non-Examples siswa dapat berkomunikasi dan bekerjasama antar siswa. Sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Siklus I Data hasil penelitian siklus I merupakan penerapan model pembelajaran Examples Non-Examples, diperoleh sebagai berikut : Keaktifan Siswa Keaktifan siswa dalam pelaksanaan siklus I dalam mengikuti tugas diskusi kelompok sudah cukup aktif. Keaktifan diskusi dan keaktifan bertanya sudah cukup baik hal ini dapat dilihat dari berkurangnya siswa yang kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Contohnya pada keaktifan diskusi hanya terdapat 1 siswa yang kurang aktif dalam mengikuti diskusi dan untuk keaktifan bertanya masih ada 4 siswa yang malu bertanya apabila menemukan permasalahan. Hasil Belajar Pada hasil ranah kognitif didapat rata-rata sebesar 80,35 dengan persentase ketuntasan 75,86% dengan 22 siswa dari 29 siswa. Hasil belajar ini masih harus ditingkatkan, sehingga mampu mencapai target yang ditentukan yaitu 80%. Siklus II Data hasil penelitian siklus II merupakan hasil refleksi dari siklus I untuk melakukan perbaikan atau kekurangan pada siklus II. Pada siklus II mengalami peningkatan yang sangat baik dalam keaktifan siswa dan hasil belajar yang dicapai juga meningkat sudah mencapai indikator penelitian yang ditentukan. Berikut data hasil penelitian siklus II : Keaktifan Siswa Keaktifan siswa dalam pelaksanaan siklus II mulai mengalami peningkatan. Pada siklus II pelaksanaan tugas diskusi dibagi menjadi 7 kelompok setiap kelompok terdiri dari 4-5 anggota dari sini keaktifan siswa yang dicapai mengalami peningkatan. Masing-masing kelompok sudah bertanggung jawab dalam pelaksanaan tugas diskusi. Adanya bimbingan dari guru apabila mengalami kesulitan membuat siswa berani untuk bertanya. Keaktifan siswa dan hasil belajar siswa siklus II mengalami peningkatan sangat baik. Siswa sangat antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam bertanya ketika mengalami kesulitan dalam penyelesaian tugas diskusi kelompok maupun pada saat presentasi kelompok. Siswa tidak lagi malu bertanya kepada guru apabila mengalami kesulitan dan aktif memberikan pendapat maupun pertanyaan pada kelompok saat presentasi. Kerjasama antar siswa sangat menonjol dalam menganalisis gambar. Hasil Belajar Pada hasil belajar didapat rata-rata sebesar 89,45 dengan persentase ketuntasan 96,88% dengan 28 siswa dari 29 siswa. Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah 34

psikomotorik semua mengalami kenaikan baik dari persentase ketuntasan maupun rata-rata kelas. Hasil penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Examples Non- Examples pada kelas XII TGB SMK Negeri 1 Bireuen terbukti dapat meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa. Semua aspek hasil belajar seperti ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik mengalami peningkatan nilai ketuntasannya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Mereka menyimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Examples Non-Examples dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan mempunyai pengaruh dalam keaktifan siswa. PENUTUP Hasil penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Examples Non- Examples pada kelas XII TGB SMK Negeri 1 Bireuen terbukti dapat meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa. DAFTAR PUSTAKA Adapa, S. (2015). Integrating Resource and Assessment Tasks to Enhance Student Experience. International Journal of Learning, Teaching and Educational Research. University of New England. Diperoleh 20 April 2014 pukul 06.14 WIB ari http://www.ijlter.org/index.php/ ijlter/article/view/287/pdf. Arikunto, S. (2013). Proseur Penelitian Suatu pendekatan Praktik.Rineka Cipta Jakarta Kupczynski, Marie, dkk. 2012. Cooperative Learning In Distance Learning: A Mixel Methods Study. USA: Texas A & M University- Kingsville. International Jurnal Of Instruction Volume 5 No. 2. Diperoleh 7 Maret 2015, dari http://ww.eiji.net/dosyalar/iji_2012_ 2_5.pdf. Mulyono, H., Astuti, MG. D., & Lestari, L.(2012). Modul PLPG Model, Media dan Evaluasi Pembelajaran Guru Sekolah Dasar. Surakarta: Rayon 113 UNS. Oktiningrum,FD.(2011). Penerapan Metode Pembelajaran Guided Note Taking dalam Meningkatkan Kualitas Hasil Belajar Gambar Perespektif siswa kelas XI Teknik Gambar Bangunan (TGB) SMK Negeri 2 Surakarta. Skripsi. FKIP. Universitas Sebelas Maret. Sanjay,Wina.(2013). Penelitian Pendidi- kan, Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta : Kencana Prenada media Group. Silberman, M. (2010). 101 Cara Pelatihan Dan Pembelajaran Aktif. Jakarta: PT Indeks Slameto. (2010). Belajar & Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana, N. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sundari, E. (2013). Penggunaan Metode Guided Note Taking untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Masalah Sosial pada Siswa Kelas IV SDN Pakem 2 Dukun Magelang Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi. FKIP. Universitas Sebelas Maret. Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 35

Budiono Zaini, H., Munthe, B., & Aryani, S.A. (2007). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD (Center for Teaching Staff Development) 36