I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENGANTAR. laju pembangunan telah membawa perubahan dalam beberapa aspek kehidupan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KAWASAN PESISIR KOTA TEGAL

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAMPAK AKTIVITAS PELABUHAN DAN SEBARAN PENCEMARAN LINGKUNGAN PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG DAN KAWASAN SEKITARNYA

SEBARAN CEMARAN AIR PT. BATAMTEX BERDASARKAN PERPSEPSI MASYARAKAT DI WILAYAH INDUSTRI BABADAN, UNGARAN, KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai Negara Kepulauan (Archipilagic State) terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. (Barus, 1996). Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. Masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mengalami perkembangan

dari tumpahan minyak-minyak kapal.akibatnya, populasi ikan yang merupakan salah satu primadona mata pencaharian masyarakat akan semakin langka (Medan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung sebagai kota pesisir, terletak pada posisi 5º20-5º31 LS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Propinsi Sumataera Utara memiliki 2 (dua) wilayah pesisir yakni, Pantai

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS PENGGUNAAN LAHAN PESISIR SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ARI KRISTIANTI L2D

I. PENDAHULUAN. Wilayah pesisir kota Bandar Lampung merupakan suatu wilayah yang mempunyai

memenuhi kebutuhan manusia yang terus meningkat.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

I. PENDAHULUAN. masalah yang sangat krusial bagi negara maju dan sedang berkembang. Terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang penting bagi kehidupan di

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi sehingga disebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

I. PENDAHULUAN. Sungai merupakan suatu badan perairan tawar yang memiliki karakter air mengalir yang

BAB I PENDAHULUAN. baik di darat, laut maupun di udara. Dengan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia

PENDAHULUAN. sumberdaya kelautan yang sangat potensial untuk dikembangkan guna

I. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air. Salah satu faktor terpenting

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun

barang tentu akan semakin beraneka ragam pula hasil buangan sampingnya. Dari

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki daya tarik tersendiri untuk

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang...

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

pada akhirnya dapat mengganggu keseimbangan biogeokimia perairan laut terutama di areal sepanjang pantai. Bahkan sejalan dengan berbagai pemanfaatan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DESAIN SISTEM PENGENDALIAN PENCEMARAN PERAIRAN PANTAI KOTA (Studi Kasus Perairan Pantai Kota Makassar) MUH. FARID SAMAWI

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai sub tropis. Menurut Spalding et al. (1997) luas ekosistem mangrove di dunia

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dengan kurang lebih 17.508 buah pulau dan mempunyai panjang garis pantai 81.791 km (Supriharyono, 2002). Hampir sebagian besar ibukota Provinsi Indonesia terletak di wilayah pantai, seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Kawasan kota pantai merupakan tempat konsentrasi penduduk yang paling padat. Sekitar 75% dari total penduduk dunia bermukim di kawasan pantai. Dua pertiga dari kota-kota di dunia dengan penduduk lebih dari 2,5 juta jiwa terdapat di wilayah pantai (UNESCO, 1993; Edgern, 1993 dalam Kay dan Alder, 1999). Keadaan serupa juga terjadi di Indonesia, yang mengakibatkan hampir 60% jumlah penduduk di kota-kota besar (seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, Medan dan Makassar) menyebar di kawasan pantai (Dahuri, dkk. 2001). Pemusatan penduduk, kegiatan pariwisata dan industrialisasi serta aktivitas pelabuhan di kota pantai merupakan sumber pencemaran perairan pantai. Aktivitas-aktivitas ini menghasilkan limbah yang baik secara langsung maupun tidak langsung sering menganggu kehidupan di perairan pantai. Dampak negatif pencemaran tidak hanya dapat menimbulkan kerugian ekonomis dan ekologis berupa penurunan produktivitas hayati perairan, kematian ikan dan biota laut lainnya, kerusakan atau penurunan nilai estetika, tetapi juga dapat membahayakan kesehatan bahkan kematian manusia yang memanfaatkan perairan pantai kota atau manusia yang mengkonsumsi biota laut di dalamnya. Pendapat yang menyatakan bahwa laut sebagai tempat sampah yang mampu menguraikan dan melarutkan bahan-bahan yang dibuang ke dalamnya menyebabkan banyak limbah dibuang ke laut. Pendapat ini perlu diluruskan mengingat sebagai suatu sistem, laut memiliki keterbatasan dalam kemampuan menampung dan mengurai (carrying capacity) limbah, seharusnya laut merupakan halaman rumah kita yang harus dijaga kebersihannya. Kemampuan perairan pantai dalam menampung dan mengurai limbah yang terbatas dapat menimbulkan penumpukan limbah yang lambat laun menimbulkan pencemaran perairan pantai.

2 Meningkatnya perkembangan pembangunan industri dan pariwisata pada kota pantai di Indonesia menimbukan urbanisasi. Pertumbuhan penduduk akibat perkembangan kota ini membutuhkan sarana penunjang seperti perumahan, perkantoran, hotel, rumah peribadatan, restoran dan lain-lain. Aktifitas sarana ini menghasilkan limbah organik dan anorganik yang akhirnya memberi tekanan terhadap perairan pantai kota itu berada. Menurut Agenda 21, makin tingginya jumlah penduduk di wilayah perkotaan akibat urbanisasi, mengakibatkan limbah padat dan cair semakin meningkat. Kontribusi pencemar organik di berbagai sungai oleh limbah cair yang berasal dari manusia telah mencapai 50% sampai 75% dari limbah cair total. Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa perairan kota pantai di Indonesia telah mengalami pencemaran yang menimbulkan kerugian baik secara moril maupun materil. Pada tahun 1997 perairan pantai Kota Jakarta telah mengalami pencemaran bahan organik (BOD 5 ), nitrat, fosfat, Pb dan Zn (Anna, 1999), dan pada tahun 2005 pencemaran di perairan pantai Jakarta semakin meningkat nampak dari tingginya nilai BOD 5, amonia, nitrit, nitrat, fosfat, Pb, Cd dan Cr (Riani dkk., 2005). Demikian pula dengan perairan pantai Kotamadya Semarang, telah mengalami pencemaran bahan organik dan anorganik (Sulardiono, 1997). Perairan pantai Kota Makassar mengalami peningkatan kekeruhan, kadar nitrat dan fosfat serta kandungan bahan organik akibat penutupan salah satu aliran Sungai Jeneberang (Samawi, 2001). Bapedalda Makassar (2003) melaporkan bahwa perairan pantai Kota Makassar juga telah mengalami pencemaran bahan organik, hara nitrogen dan fosfat serta logam Pb (BAPEDALDA, 2003). Beban pencemaran merupakan salah satu penyebab menurunnya biomassa dan keanekaragaman perairan laut (Duda, 2006). Pencemaran terhadap perairan pantai menghasilkan nilai ekonomi yang rendah dan biaya sosial yang cukup tinggi yang pada akhirnya mengakibatkan skor ekonomi yang rendah (Anna, 2003). Sejalan pernyataan tersebut Islam dan Tanaka (2004) menyatakan bahwa pencemaran pantai dan laut telah menjadi penyebab utama perubahan struktur dan fungsi dari fitoplankton, zooplankton, bentos dan komunitas ikan pada area yang luas, termasuk dampak terhadap kesehatan masyarakat, khususnya pada perikanan dan penggunaan komersil habitat pantai dan laut. Penelitian penelitian tersebut telah membuktikan pencemaran pantai

3 perlu segera ditangani secara serius dan sistematik agar tidak meluas dan semakin parah di kemudian hari. Kota Makassar sebagai kota pantai perlu segera melakukan upaya untuk mengendalikan pencemaran perairan pantai. Mengingat pertumbuhan penduduk sebesar 1,53% per tahun dan pertumbuhan industri merupakan faktor penting penyebab terjadinya pencemaran. Pertumbuhan tersebut diikuti pula oleh pertumbuhan sektor lain sebagai pendukung, seperti: pertokoan, restoran, rumah sakit, perhotelan dan pedagang kaki lima. Dalam rangka mewujudkan pembangunan Kota Makassar berkelanjutan diperlukan upaya untuk menyeimbangkan dimensi sosial-ekonomi-budaya, dimensi lingkungan, dimensi sosial politik dan dimensi hukum kelembagaan (Dahuri, dkk. 2001) dalam setiap kegiatan pembangunan. Pemerintah Kota Makassar untuk menjaga kelestarian lingkungan perairan pantai sebagai indikator terlaksananya pembangunan berkelanjutan telah melakukan upaya pencegahan dengan mengeluarkan Peraturan Daerah No. 14 tahun 1999 tentang larangan membuang sampah ke perairan pantai. Kegiatan penyadaran terhadap masyarakat telah dilakukan melalui pemasangan spanduk dan papan iklan pada lokasi strategis di Kota Kegiatan aksi bersih pantai (clean up the world), pembersihan drainase (kanal), dan program kali bersih (Prokasih). Upaya meningkatkan kualitas lingkungan ini telah dilakukan oleh berbagai pihak seperti Lembaga Pemberdayaan Masyarakat. Namun hasil yang diharapkan belum maksimal dan masih saja terjadi pencemaran terhadap perairan pantai. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh belum optimalnya penyelesaian masalah pencemaran perairan pantai Kota Limbah kota umumnya bersumber dari berbagai aktifitas pembangunan di daratan. Oleh karena perlu dikaji melalui pendekatan sistem dengan melibatkan berbagai faktor yang berpengaruh, sehingga diharapkan dapat menghasilkan suatu strategi pengendalian yang menyeluruh dan dapat dilaksanakan oleh berbagai pihak utamanya pemerintah daerah Kota Berdasarkan penjelasan tentang keterkaitan antara kegiatan pembangunan pada kota pantai dan ekosistem perairan pantai serta upaya pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan. Perlu dirumuskan suatu stategi pengendalian pencemaran perairan pantai kota yang sistematis untuk menekan beban pencemaran terhadap perairan pantai Kota Makassar di masa datang.

4 1.2. Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah mendesain sistem pengendalian pencemaran perairan pantai dalam rangka pembangunan Kota Makassar berkelanjutan. Tujuan operasional dari penelitian adalah untuk: 1. Menentukan kondisi eksisting lingkungan perairan pantai Kota Makassar 2. Mendesain model sistem pengendalian pencemaran perairan pantai Kota 3. Menyusun skenario pengendalian pencemaran perairan pantai Kota 4. Merumuskan strategi dalam upaya pengendalian pencemaran perairan pantai Kota 1.3. Kerangka Pemikiran Kota Makassar sebagai kota pantai mempunyai upaya untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan dengan menetapkan visi pembangunan yaitu sebagai kota maritim, niaga, pendidikan, budaya dan jasa yang berorientasi global berwawasan lingkungan dan paling bersahabat. Sebagai upaya mewujudkan visi tersebut, maka pemerintah Kota Makassar mengeluarkan kebijakan pengelolaan lingkungan. Salah satunya terkait dengan upaya pengendalian pencemaran pantai. Kota Makassar memiliki banyak faktor penunjang secara finansial dan kemudahan. Hal ini menyebabkan peningkatan pertumbuhan penduduk, industri dan pelayanan jasa. Pesatnya perkembangan penduduk, industri dan jasa menjadi sumber limbah cair perkotaan. Limbah ini masuk ke perairan pantai kota Makassar melalui sistem drainase kota berupa sungai dan kanal. Limbah yang masuk ke perairan pantai mengakibatkan perubahan kondisi fisik, kimia dan biologi perairan. Perubahan tersebut lambat laun akan mengganggu kestabilan ekosistem. Terganggunya kestabilan ekosistem pantai dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran perairan pantai. Pengetahuan tentang karakteristik daerah aliran beban limbah dalam bentuk tipologi menjadi sangat penting. Mengingat perbedaan tipologi ini akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas beban limbah yang masuk ke perairan pantai. Upaya mengendalikan pencemaran yang dilakukan akan lebih efektif dan tepat pada sasaran.

5 Upaya mengendalikan pencemaran pantai merupakan suatu masalah yang kompleks, ditambah lagi komponen dan stakeholder terkait didalamnya. Metode yang efektif tanpa mengganggu sistem yang sudah berjalan mutlak diperlukan. Metode pendekatan sistem merupakan metode yang dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah pencemaran pantai kota. Metode pendekatan sistem memandang objek sebagai suatu sistem yang terdiri berbagai komponen yang saling terkait dan berinteraksi. Tahap pertama diawali dengan menganalisis kebutuhan seluruh stakeholder yang terkait. Selanjutnya memformulasi permasalahan yang dihadapi oleh seluruh stakeholder. Hasil identifikasi faktor-faktor dalam sistem yang dikaji dan digambarkan dalam bentuk diagram sebab akibat dan diagram black box. Pemodelan terhadap sistem dilakukan untuk melihat perilaku sistem di masa depan. Pemodelan merupakan bentuk penyederhanan sistem pengendalian pencemaran yang begitu kompleks. Pemodelan dilakukan untuk melihat kecenderungan dari sistem yang ada untuk 10 tahun ke depan agar dapat dipertimbangkan dalam merumuskan strategi. Faktor-faktor yang dominan berpengaruh dalam sistem pengendalian pencemaran perairan pantai Kota Makassar ditentukan dengan metode prospektif. Metode ini didasarkan pada pilihan pakar (expert choice) yang mempunyai pengetahuan luas dan mendalam dalam upaya pengendalian pencemaran perairan pantai. Pemilihan faktor-faktor dominan ditujukan untuk memfokuskan kajian pada faktor penting yang berpengaruh saja. Penyusunan skenario untuk melihat fenomena yang akan terjadi di masa depan didasarkan pada hasil analisis prospektif dan pemodelan yang disimulasikan dengan program powersim. Hasil proses ini berupa pilihan rekomendasi yang kemudian dijabarkan dengan analisis morfologi untuk mendapatkan strategi yang diterapkan. Selanjutnya dengan bantuan pakar (expert judgment) ditentukan strategi yang dilaksanakan saat ini dan di masa depan. Kerangka pemikiran penelitian yang dibangun diperlihatkan pada Gambar 1. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat pada pengembangan ilmu pengetahuan dalam menerapkan cara berpikir sistematik sebagai metode penyelesaian berbagai masalah

6 pembangunan khususnya menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan perairan pantai kota. Selain itu juga sumbangan kepada pemerintah daerah sebagai masukan dalam upaya pengendalian pencemaran perairan pantai Kota VISI KOTA MAKASSAR Kota Maritim, niaga, pendidikan, budaya dan jasa yang berorientasi global berwawasan lingkungan dan paling bersahabat Kebijakan pengelolaan lingk ngan pantai Kondisi eksisting: Kimia fisik dan biologi perairan pantai Sosial, budaya, ekonomi Kelembagaan Kondisi eksisting Analisis tipologi Tipologi Pemodelan sistem pengendalian pencemaran pantai kota Analisis kebutuhan Formulasi masalah Identifikasi sistem Analisis dinamik Model sistem pengendalian pencemaran pantai kota Analisis P k if Strategi pengendalian pencemaran perairan pantai Kota Makassar Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian pengendalian pencemaran perairan pantai Kota Makassar melalui pendekatan sistem 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini merupakan upaya pengendalian pencemaran perairan pantai Kota Kompleksitas sistem yang dikaji dengan melibatkan banyak pihak (stakeholders), menyebabkan rumusan strategi pengendalian dilakukan dengan pendekatan sistem. Pendekatan sistem diharapkan dapat memberikan suatu keputusan yang operasional dan efektif sesuai tujuan yang diharapkan.

7 Kondisi eksisting lingkungan mencakup kondisi aliran beban limbah yang berasal dari Sungai Tallo, Sungai Jeneberang, Kanal Panampu, Kanal Benteng, Kanal Haji Bau, Kanal Jongaya di Kota Analisis tingkat pencemaran perairan pantai dilakukan terhadap perairan yang menerima beban limbah. Persepsi dan partisipasi masyarakat yang bermukim di sekitar aliran sungai dan kanal terhadap upaya pengendalian pencemaran pantai. Pendekatan sistem dikaji melalui tahapan analisis kebutuhan, formulasi permasalahan, identifikasi sistem, pemodelan sistem, verifikasi model dan implementasi. Penentuan faktor-faktor yang berpengaruh dalam sistem dilakukan menggunakan pendapat pakar (expert Judgment) dibantu dengan model sistem pengendalian yang terdiri dari submodel penduduk, submodel hotel dan submodel industri serta submodel IPAL. Indikator pencemaran dalam penelitian ini difokuskan pada kondisi kimia-fisik perairan pantai Kota Makassar 1.7. Novelty (Kebaruan) Kebaruan dari penelitian ini adalah menghasilkan model sistem pengendalian pencemaran perairan pantai Kota Memberikan sumbangan pada ilmu pengetahuan untuk menjawab masalah global dalam hal degradasi perairan pantai kota.