BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan analisis struktur novel model Robert Stanton yang meliputi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN. menggunakan teori struktur novel Robert Stanton yang meliputi fakta-fakta cerita,

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan analisis terhadap novel Titik Nol karya Agustinus Wibowo

SEMANGAT NASIONALISME TOKOH TEYI DALAM NOVEL GADIS TANGSI KARYA SUPARTO BRATA DI ANTARA MASYARAKAT MULTIKULTUR

masa penjajahan Belanda. Secara lebih spesifik, Gadis Tangsi memotret yang tinggal di dalam tangsi tersebut rata-rata berasal dari pedesaan Jawa yang

PEREMPUAN DALAM TRILOGI GADIS TANGSI KARYA SUPARTO BRATA: MIMIKRI DALAM HUBUNGAN BANGSAWAN DENGAN RAKYAT BIASA 1 **)

BAB V KESIMPULAN. dilakukan pada bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. ada. Sastra merupakan suatu karya fiksi yang memiliki pemahaman mendalam,

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI)

BAB V PENUTUP. struktural adalah menjelaskan sedetail mungkin unsur-unsur pembangun sebuah

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti pernah mengalami konflik di dalam hidupnya. Konflik

BAB I PENDAHULUAN. pengarang. Wujud formal karya sastra itu berupa kata-kata. Karya sastra, dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tetapi penelitian yang di fokuskan pada plot masih jarang dilakukan. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. muncul karena adanya realitas sosial yang terjadi dalam masyarakat. Realitas

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

BAB VI KESIMPULAN. Karya sastra seperti novel memiliki unsur-unsur yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

ASPEK-ASPEK TEMATIS DALAM BUKU KAMBING JANTAN KARYA RADITYA DIKA: Tinjauan Struktural Robert Stanton

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

ANALISIS NILAI RELIGIUS NOVEL WO AI NI, ALLAH KARYA VANNY CHRISMA W. DAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS STRUKTURAL NOVEL BERLAYAR KE SURGA KARYA RAMADHA TSULATSI HAJAR DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam, dan setting cerita yang

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA NOVEL 99 HARI DI PRANCIS KARYA WIWID PRASETIYO DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan.

BAB V KESIMPULAN. masalah, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama,

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, banyak sekali bermunculan karya-karya sastra yang nilai keindahannya

BAB 5 SIMPULAN DAN REKOMENDASI. memuat serangkaian peristiwa yang dijalin dan disajikan secara kompleks. Novel

BAB I PENDAHULUAN. menyimak (listening skills); (2) keterampilan berbicara (speaking skills); (3)

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan struktural (objektif). Metode dan pendekatan ini dianggap

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam batin seseorang (Damono, 2002: 1).

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

ALUR DALAM FIKSI. Kusmarwanti, M. Pd. Bahan mata kuliah Kajian Fiksi

I. PENDAHULUAN. Karya sastra yang berbentuk prosa telah dikenal di dalam dunia kesastraan. Karya

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah

Analisis Struktural Novel Rangsang Tuban Karya Padmasusastra dan Pembelajarannya di SMA

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB V PENUTUP. analisis struktural adalah menjelaskan sedetail mungkin unsur-unsur pembangun

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perasaan manusia serta wadah penyampaian gagasan, ide, dan pikiran pengarang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

BAB I. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu

BAB I PENDAHULUAN. tersebut disusun telah diperhitungkan segi-segi pementasannya dan sewaktu

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan makna atau pesan yang terkandung di dalamnya. Tema dan ide cerita dalam novel juga sangat beragam, misalnya, yang

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Wanita adalah makhluk perasa, sosok yang sensitif dari segi perasaan, mudah

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Akhirnya penulis sampai pada bab kesimpulan setelah menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat kekayaan alam yang melimpah terutama bahan-bahan vital dan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dari banyak sekali karya sastra yang muncul, baik berupa puisi,

: Ainul Khilmiah, Ella yuliatik, Anis Citra Murti, Majid Muhammad Ardi SMART?: SEBUAH TAFSIR SOLUSI IDIOT ATAS PENGGUNAAN TEKNOLOGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang dipentaskan dihadapan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia sehari-hari (Djojosuroto, 2000:3). Persoalan yang menyangkut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan ekspresi jiwa pengarang (Faruk, 2010: 44). Karya

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kata-kata yang indah, gaya bahasa, dan gaya bercerita yang menarik (Zainuddin, 1992:99).

CERITA CALON ARANG KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER: ANALISIS SOSIOSASTRA SKRIPSI NOVA MANDASARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

NILAI PENDIDIKAN KARAKTERNOVEL BURLIANKARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBALAJARANNYA DI SMA

menyampaikan pesan cerita kepada pembaca.

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bukanlah sebuah benda yang kita jumpai, sastra adalah sebuah nama dengan alasan. dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman, 1990: 71).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sejalan dengan perkembangan masyarakatnya. Hal tersebut dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN Berdasarkan analisis struktur novel model Robert Stanton yang meliputi fakta-fakta cerita, tema, dan hubungan antarunsur dalam novel Gadis Tangsi, diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Tokoh-tokoh dalam novel Gadis Tangsi dapat diidentifikasi menjadi 96 tokoh dengan penamaan. Akan tetapi, hanya 24 tokoh yang menggerakkan alur cerita dalam novel ini. Ke-24 tokoh itu dikategorikan ke dalam tokoh utama, tokoh bawahan, tokoh bulat, dan tokoh datar. Tokoh utama dalam novel ini ialah Teyi. Teyi disebut sebagai tokoh utama karena keterlibatannya sangat tinggi dalam peristiwa-peristiwa yang membangun cerita. Selain itu, Teyi juga dikategorikan sebagai tokoh bulat karena sepanjang jalan cerita, mereka mengalami perubahan watak. Konflik-konflik yang dialami dan/atau diciptakan oleh Teyi mendukung jalannya alur sampai menuju klimaks, yaitu keputusan Teyi untuk masa depan kehidupannya. Konflik-konflik yang dialami Teyi juga mendukung tema novel. Tokoh bawahan dalam novel ini ialah Raminem, Wongsodirjo, Keminik, Gemi, Urip, Tesek, Suwarti, Ceplik, Sudarmin, Manguntaruh, Dasiyun, Sumbing, Kamdi, Gepeng, Kapten Sarjubehi, Putri Parasi, Sri Baginda Ingkang Sinuwun, Gusti Bandara Raden Kus Bandarkum, Ninek Jidan, Sapardal, Dumilah, Sersan Suradigdaya, dan Dumiyem. Dari 23 tokoh bawahan tersebut, yang tergolong ke 111

112 dalam tokoh bulat ialah Raminem dan Putri Parasi. Meskipun perubahan watak yang terjadi pada Raminem tidak begitu mencolok, perubahan tersebut tetap memengaruhi jalannya cerita, sedangkan perubahan yang terjadi pada Putri Parasi terlihat cukup jelas dan tentu memengaruhi jalannya cerita. Tokoh-tokoh lainnya tergolong ke dalam tokoh datar karena dalam menggerakkan alur tokoh-tokoh itu hanya menunjukkan satu karakter. Kehadiran tokoh bawahan ini dapat mendukung tokoh utama dalam mengembangkan alur cerita, seperti memperkuat karakter tokoh utama dan menimbulkan ketegangan-ketegangan dalam cerita. Latar dalam novel Gadis Tangsi terdiri dari latar tempat, latar waktu, latar sosial budaya, dan latar suasana (atmosfer). Latar tempat dalam novel ini sebagian besar berada di Sumatera Utara, yaitu Tangsi Lorong Belawan, Simpang Lama, Pasar Medan, dan Kampung Landa. Selain itu, terdapat juga nama-nama daerah, baik di kawasan Sumatera Utara seperti, Tanah Aceh, Lhosukon, Tanjungbalai, dan sebagainya maupun di kawasan Jawa seperti Ngombol, Bagelen, Istana Jayaningratan Surakarta, dan sebagainya. Pengarang memberikan gambaran yang jelas tentang latar tempat cerita meskipun nama-nama daerah itu tidak dijabarkan secara spesifik. Latar waktu yang digunakan dalam novel ini tidak begitu jelas. Penggunaan tanggal dan nama hari tidak disertai dengan penyebutan nama bulan bahkan tahun. Latar waktu novel ini merujuk pada zaman pemerintahan Belanda di Indonesia, tetapi tidak dicantumkan tahun yang pasti untuk menunjukkan kapan hal itu terjadi. Kejelasan latar waktu diperoleh pada keterangan tahun yang tercantum pada salah satu majalah yang dibaca oleh tokoh

113 yakni tahun 1940 sehingga diperkirakan bahwa latar waktu novel ini ialah tahun 1940-an. Latar sosial budaya yang kuat dalam novel ini ialah masyarkat Jawa. Masyarakat Jawa identik dengan keindahan kepribadiannya yang terlihat melalui cara berbicara, cara berpakaian, dan cara berperilaku. Akan tetapi, kehidupan yang serba tidak menentu dan lingkungan tangsi yang tidak begitu baik membuat sebagian besar orang Jawa kehilangan identitasnya, seperti yang dialami oleh Teyi. Teyi terlahir sebagai perempuan Jawa, tetapi tumbuh dan berkembang di lingkungan asing sehingga cara berbicara, berpakaian, dan berperilaku tidak menunjukkan bahwa ia adalah orang Jawa. Akan tetapi, Teyi dalam masa pertumbuhannya bertemu dan berkenalan dengan keluarga Putri Parasi yang memiliki latar belakang keluarga bangsawan Jawa. Sejak berkenalan dengan keluarga Putri Parasi, Teyi sangat mengagumi setiap aspek yang ada di kehidupan keraton, mulai dari cara berbicara, cara berpakaian, sampai dengan cara berperilaku. Oleh sebab itu, Teyi menjadi tertarik dan ingin mempelajarinya supaya dapat menjadi pribadi yang lebih baik. Dalam novel Gadis Tangsi, ditemukan pula latar alat, yakni benda-benda yang digunakan oleh tokoh dalam mengurai peristiwa dan/atau mengalami suatu kejadian. Latar alat yang dominan dalam perjalanan cerita novel tersebut ialah peralatan dan bahan-bahan yang digunakan untuk berjualan pisang goreng, seperti anglo, bajan, arang, minyak, tepung, daun pisang, dan pisang. Alat-alat tersebut tidak selalu dijabarkan secara detail dalam perjalanan cerita, tetapi alat-alat tersebut dapat menunjukkan bahwa kegiatan menjual pisang goreng yang

114 dilakukan oleh keluarga Raminem merupakan kegiatan pokok yang muncul sepanjang perjalanan cerita novel Gadis Tangsi. Latar suasana yang tergambar meliputi suasana kecewa dan iri yang terlihat pada tokoh Teyi ketika ia harus membantu Raminem untuk berjualan pisang goreng setiap hari dan menagih hutang di hari-hari tertentu. Hal ini membuatnya memiliki karakter yang keras. Suasana bahagia sekaligus sedih terlihat ketika Teyi bertemu dan menjalin hubungan dengan Putri Parasi sebelum akhirnya Putri Parasi meninggal dunia. Dalam novel Gadis Tangsi, terdapat tiga episode yang terbagi menjadi 47 peristiwa. Tahapan alur dalam novel ini terbagi menjadi tiga tahap, yaitu awal, tengah, dan akhir. Selain itu, penyajian tahapan alur secara berurutan menjadikan novel tersebut memiliki alur maju. Tahap awal dimulai dari E-1 yang terurai ke dalam P-1 sampai dengan P-22. Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahap awal dapat dikategorikan menjadi pengenalan latar terjadinya peristiwa kemudian pengenalan tokoh sampai dengan cerita-cerita yang menjadi latar belakang terjadinya konflik-konflik. Konflik-konflik yang muncul pada tahap awal merupakan akibat dari pikiran-pikiran tokoh. Tahap tengah dalam novel Gadis Tangsi ialah E-2 yang terbagi ke dalam P- 23 sampai dengan P-37. Konflik-konflik yang sudah terjadi pada E-1 terus mengalami perkembangan pada tahap ini sampai menuju klimaks, yaitu ketika Teyi kehilangan harapannya untuk menjadi bangsawan Jawa (P-37). Perasaan Teyi tersebut masih terurai melalui peristiwa-peristiwa pada tahap akhir yaitu E-3. Namun demikian, pada tahap akhir diceritakan bahwa Teyi kembali memiliki

115 harapannya untuk menjadi bangsawan Jawa ketika bertemu dengan kemenakan Putri Parasi. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam novel Gadis Tangsi memiliki hubungan kausalitas yang erat. Hal itu terlihat bahwa peristiwa yang terjadi sebelumnya menjadi penyebab munculnya peristiwa selanjutnya. Penggunaan backtracking, foreshadowing, dan suspense dalam novel ini menyebabkan munculnya konflik-konflik yang tidak terduga. Sebagian besar konflik yang muncul dalam novel ini ialah konflik batin. Konflik batin terus mengalami perkembangan sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang dialami oleh tokoh sampai akhirnya menuju klimaks pada peristiwa kembalinya harapan Teyi untuk mengubah masa depannya. Konflik sentral dalam cerita novel ini ialah pergolakan batin yang dialami oleh tokoh sehingga menimbulkan berbagai macam masalah sosial. Tema bawahan yang diperoleh dari hasil analisis novel Gadis Tangsi ialah kehidupan masyarakat Tangsi Lorong Belawan dan pertemuan budaya tangsi dengan budaya bangsawan Jawa. Berdasarkan tema-tema bawahan itu, dapat ditemukan bahwa tema utama dari novel ini ialah seseorang yang bertekad untuk mengubah dan memperbaiki kehidupannya akibat dari dorongan masyarakat tempat ia tinggal. Unsur-unsur faktual dalam novel ini saling berhubungan satu dengan yang lain. Hubungan tersebut dapat dilihat melalui hubungan antara alur dengan latar, hubungan alur dengan tokoh, hubungan alur dengan tema, hubungan tokoh dengan latar, hubungan tema dengan latar, dan hubungan tema dengan tokoh. Dari

116 hubungan-hubungan tersebut dapat dilihat bahwa fakta-fakta cerita dan tema saling mendukung dalam menciptakan suatu cerita yang kompleks dan utuh. Pengarang memberikan poin-poin yang dapat digunakan sebagai acuan untuk memahami latar, baik tempat, waktu, maupun suasana.