BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,

KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

RASA BERSALAH PADA REMAJA NAKAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang remaja. Istilah remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan dewasa Sulistyawati (2014). fisik, psikis dan lingkungan Willis (2014). Tuntutan-tuntutan inilah

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja semakin dirasa meresahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurlaela Damayanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tercermin dalam perilaku yang dianggap menimbulkan masalah di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

BAB I PENDAHULUAN. dengan masa remaja, kemudian masa dewasa. Masa remaja adalah masa. fisik, kognitif dan sosial emosional (Santrock, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi

2015 UPAYA GURU PENJASORKES DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA SMA/SMK SE- KECAMATAN MARGAHAYU KABUPATEN BANDUNG

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. Remaja sedang mencari-cari figur panutan, namun figur itu tidak ada didekatnya.

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk berpikir, kemampuan afektif merupakan respon syaraf simpatetik atau

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik bagi masa depan negara. Oleh karena itu banyak pihak yang menaruh

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan salah satu periode penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Remaja di Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

H, 2016 HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada tahap

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terbitan kota Medan seperti Waspada, Posmetro dan lain sebagainya tentang

BAB I PENDAHULUAN. misalnya kecanduan alkohol, obat-obatan terlarang, Narkotika Nasional (BNN), jumlah kasus penyalahgunaan alkohol dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Menurut World Health Organization (WHO (2010) remaja

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak

KENAKALAN REMAJA : PENYEBAB & SOLUSINYA. Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dijelaskan bahwa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai

A. LatarBelakangMasalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja merupakan masa perubahan dari yang semula anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Masa ini juga merupakan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik, psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011), menyebutkan bahwa remaja adalah masa trasnisi dari periode anak ke dewasa, karena itulah masa remaja ini menjadi masa yang penting. Masa transisi ini oleh Hurlock disebut sebagai masa badai dan tekanan, kenakalan anak dari dulu hingga sekarang bahkan seterusnya perlu diperhatikan. Karena saat ini perilaku yang sering masuk ke dalam kenakalan remaja masih banyak dijumpai dilingkungan sekitar kita seperti perkelahian, membolos sekolah, memakai narkoba, berbohong, mencuri, pergi ke luar rumah tanpa pamit, berkelahi dengan teman, sex bebas, tindakan kriminal. Kenakalan remaja biasanya oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan

2 kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungannya, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri (Dra. Rustinah dalam www.ubb.ac.id). Sebagai makhluk sosial individu dalam kehidupan sehari-hari melakukan interaksi dengan individu lain, bertukar pikiran, serta menghasilkan ide-ide baru untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Konsep diri di dalam diri semua remaja diharapkan mampu bekerja dengan baik. Oleh karenanya disamping seseorang individu harus memahami dirinya sendiri, ia juga harus memahami orang lain dan memahami kehidupan bersama di dalam masyarakat, memahami lingkungan serta saling membantu, dan saling menghargai sehingga terbentuk hubungan yang harmonis antara setiap individu. Semakin berkembang kematangan sosial dan tanggung jawab sosial pada usia remaja, diharapkan seorang mampu meminimalisir atau tidak melakukan perilaku yang menyimpang. Berbagai data temuan yang telah dikemukakan ada beberapa orang melakukan perilaku menyimpang, yang dimana perilaku tersebut sama sekali tidak diharapkan untuk semua masyarakat, dapat dipahami bahwa masa remaja memberikan pengaruh sangat kuat pada dorongan seksual remaja, dorongan tersebut ditunjukkan remaja dengan aktivitas seksual tanpa pertimbangan yang benar. Dengan hasil menurut BKKBN diperoleh data bahwa sedikitnya 30% siswa SMP dan SMA di Indonesia sudah melakukan seks bebas secara aktif. Selain itu, sebanyak 12.9% remaja pada usia 13-17 tahun mengalami hamil di luar nikah (Pikiran Rakyat, edisi 30 Juli 2007). Sedangkan perilaku negatif remaja terlihat dari data yang dicatat oleh BKKBN mengenai tingkat aborsi di Indonesia yaitu

3 sekitar 2.4 juta jiwa per tahun dan sekitar 700 ribu diantaranya dilakukan oleh para remaja (BKKBN, 2007). Dilakukan penelitian juga di propinsi Jawa Barat tentang kenakalan remaja yang berusia 13-19 tahun meliputi perilaku remaja dalam mengendarai kendaraan bermotor dengan kecepatan tinggi keterlibatan perkelahian antar remaja, keinginan untuk tidak mengikuti pelajaran di sekolah (membolos), meninggalkan rumah tanpa seizin orang tua. Melakukan tindakan kriminal seperti pemerasan, pencurian. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa dari 1.110 remaja di Jawa Barat (Bandung dan Cianjur) remaja yang pernah mengendarai kendaraan bermotor dengan kecepatan tinggi sebanyak 33%, pengalaman membolos sebanyak 85,6%, menyontek 80%, meninggalkan rumah tanpa izin orang tua sebanyak 96,7%, pemerasan dan pencurian 7,2%. Kenakalan remaja dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Universitas Indonesia (UI) tahun 2007, menunjukkan ada 10 kota yang presentase penyalahgunaan narkoba menempati rangking tertinggi : Palu (8,4%), Medan (6,4%), Surabaya (6,3%), Maluku Utara (5,9%), Padang (5,5%), Bandung (5,1%), Kendari (5%), Yogyakarta (4,1%), dan Pontianak (4,3%). Yang lebih mengejutkan adalah biaya ekonomi terbesar di sepuluh kota itu justru untuk pembelian narkoba yang mencapai Rp. 3,6 trilliun dan mayoritas penggunanya adalah remaja. Berdasarkan fenomena yang peneliti lihat di lapangan pada hari selasa tanggal 4 November 2014 sekitar Pk: ±09.00 12.00 WIB dengan menggunakan metode wawancara dan observasi di SMA Muhammadiyah 2 Gemolong, ada

4 banyak perilaku menyimpang yang dilakukan oleh para remaja tersebut dan makin mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari, perilaku tersebut antara lain suka bolos di jam sekolah, merokok, melakukan kriminal, bermusuhan antara sekolah dan antara golongan (geng). Perilaku remaja tersebut merupakan perilaku yang menyimpang terhadap norma-norma yang berlaku di masyarakat. Data awal hasil observasi dan interview yang dilakukan oleh peneliti, kebanyakan siswa yang berada di SMA Muhammadiyah 2 Gemolong melakukan hal tersebut di atas, dikarenakan kurangnya kontrol dari pihak sekolah, orang tua sehingga peristiwa tersebut bisa saja terjadi. Seperti yang sudah dilihat sendiri oleh peneliti banyak siswa melakukan kenakalan yang membahayakan orang lain dan diri sendiri, yaitu di waktu istirahat pada pukul ± 09.00 WIB terlihat jelas peneliti melihat ada beberapa siswa ±15 laki-laki kelas XI sedang merokok di dalam kantin yang berada di sekolah tersebut. Selain itu, di daerah parkiran sekolah tersebut ± 13 siswa laki-laki kelas XI jurusan IPS yang membentuk seperti geng yang juga melakukan aktivitas merokok. Dari hasil yang sudah diberikan, subjek mulai merokok pada saat masih SMP kelas VII. Dan di waktu proses pembelajaran sekitar pukul ± 11.00 WIB ada siswa ± 8 laki-laki dan perempuan yang berbeda kelas tidak mengikuti atau membolos jam pelajaran dan mereka berada di kantin sekolah. Kenakalan yang terjadi di SMA Muhammadiyah 2 Gemolong yaitu membolos sekolah. Terlihat dari data yang menunjukkan ketidakhadiran tanpa alasan jelas (alpha) yang tinggi. Terkadang dari rumah, siswa tetap berangkat ke sekolah namun tidak sampai ke sekolah.

5 Hari Rabu tanggal 5 November 2014 peneliti datang kembali sekitar Pk: ±11.00 12.00 WIB datang lagi ke sekolah atau SMA tersebut untuk melihat perilaku menyimpang apalagi yang dilakukan oleh siswa-siswi tersebut. Ternyata di waktu istirahat kedua sekitar pukul 11.45 WIB, terjadi suatu kenakalan remaja yang menurut peneliti masuk ke dalam kenakalan yang menimbulkan korban fisik atau bias disebut dengan pelecehan. Karena terlihat jelas ada 1 siswi kelas XI yang hendak pergi ke toilet dan waktu itu melewati salah satu kelas yang dimana depan kelas tersebut ada ± 2 siswa laki-laki yang sedang nongkrong, lalu siswi tersebut melewatinya dan salah satu siswa laki-laki tersebut memukul pantat perempuan itu. Namun, anehnya siswi perempuan tersebut sama sekali tidak marah dan dia hanya membalasnya dengan senyuman. Kenakalan remaja disebabkan kegagalan remaja mengintegrasikan perasann konsistensi atas kehidupan dengan pencapaian identitas peran. Remaja yang dikuasai oleh lingkungan terhadap peran sosial (yang semestinya dapat diterima remaja), membuat remaja merasa tidak mampu menerima tuntutan sosial yang dibebankan kepadanya (Erikson dalam Santrock, 1997). Menurut Mandel (2009), konsep diri yang negatif juga merupakan salah satu faktor kontribusi bagi kenakalan remaja. Ketika remaja memiliki konsep diri yang negatif, maka dalam perkembangannya remaja melihat lingkungan, orangtua dan kehidupan secara negatif. Dengan memiliki konsep diri yang positif, maka remaja mampu melaksanakan tuntutan yang diberikan oleh lingkungan (Maria, 2005).

6 Perbandingan perilaku delinkuen remaja laki-laki dengan perempuan diperkirakan 50:1 (Kartono, 2010). Remaja laki-laki pada umumnya melakukuan perilaku delinkuen dengan jalan kekerasan, perkelahian, penyerangan, perusakan, pengacauan, perampasan, dan agresivitas. Hal ini didukung oleh Kelly et al., (2007) yang menyatakan anak laki-laki memiliki resiko yang lebih besar untuk munculnya perilaku merusak (dalam Zahra, 2011). Seiring diungkapkan bahwa laki-laki lebih agresif daripada perempuan, ini dibuktikan dari banyaknya penelitian yang berbeda dengan indikator yang sama. Penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Bandura menguatkan pernyataan, bahwa laki-laki lebih agresif dari pada perempuan. Hasil penelitian lintas budaya yang dilakukan oleh Whiting dan Edward (dalam Segall dkk, 1999), dalam penelitian ini menunjukkan bahwa anak lelaki lebih menunjukkan ekspresi dominan, anak laki-laki merespon secara agresif hingga memulai tingkah laku agresif, anak laki-laki lebih menampilkan agresi dalam bentuk fisik atau verbal. Pada anak perempuan, agresivitas diwujudkan secara tidak langsung. Bentuknya adalah menyebarkan gosip atau kabar burung (Baron & Byrne, 1994). Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan diawal, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : apakah ada hubungan antara konsep diri dengan kenakalan remaja dan apakah ada perbedaan kenakalan remaja ditinjau dari jenis kelamin, Penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul Kenakalan Remaja ditinjau Dari Konsep Diri dan Jenis Kelamin.

7 B. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui hubungan antara konsep diri dengan kenakalan remaja 2. Mengetahui perbedaan antara kenakalan remaja ditinjau dari jenis kelamin 3. Mengetahui tingkatan konsep diri 4. Mengetahui tingkatan kenakalan remaja C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Manfaat Teoritis Manfaat penelitian ini adalah untuk menambah kajian tentang kenakalan remaja dan konsep diri yang penting bagi dunia pendidikan, juga memberikan manfaat teoritis untuk psikologi pendidikan, kepribadian, sosial, dan perkembangan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah Penelitian ini diharapkan agar sekolah lebih memperhatikan pembelajaran pendidikan karakter dan budi pekerti pada anak-anak dan juga diharapkan berguna bagi para pendidik akan memberikan alternatif cara untuk meminimalisir kenakalan remaja yang ada di sekolahnya.

8 b. Bagi Orang Tua Penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada orang tua untuk mendidik, memilih dan menerapkan konsep dirinya yang lebih baik agar anak tersebut tidak masuk ke dalam perilaku-perilaku yang menyimpang. c. Bagi Siswa Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi siswa dalam upaya untuk meningkatkan konsep dirinya siswa agar menjadi lebih baik. d. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data untuk mendukung penelitian selanjutnya dan bisa dijadikan acuan untuk meneliti tentang tema yang sama.