KEANEKARAGAMAN SELAGINELLA DI JAWA BARAT RAHMADIAN HARLI

dokumen-dokumen yang mirip
KEANEKARAGAMAN SELAGINELLA DI JAWA TENGAH HERLINA PANJAITAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan paku merupakan salah satu tumbuhan tertua yang masih sering kita

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi dan Distribusi Selaginella

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada area bekas tambang batu bara Kecamatan Lahei Barat Barito Utara. tempat pengambilan sampel penelitian.

III. METODE PENELITIAN

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN BAHAN BIOAKTIF Selaginella plana dan S. willdenovii PADA BEBERAPA MEDIA TANAM DWI SUCI SETIYANINGSIH

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan hidup di daerah tropika. Pteridophyta tidak ditemukan di

LAMPIRAN. 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda merupakan tanaman herba aquatic yang termasuk dalam keluarga

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

Pemetaan Pandan (Pandanus Parkins.) di Kabupaten dan Kota Malang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI JENIS SHOREA (MERANTI) MENGGUNAKAN ALGORITME VOTING FEATURE INTERVALS 5 BERDASARKAN KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAUN EVI SUSANTI

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Lampiran 1 Peta Kebun Raya Bogor

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan paku dikelompokkan dalam satu divisi yang jenis-jenisnya. obatan hingga perananya sebagai keseimbangan ekosistem.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhamad Adnan Rivaldi, 2013

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif eksploratif yaitu suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelestarian fungsi danau. Mengingat ekosistem danau memiliki multi fungsi dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anacardiaceae

III. METODE PENELITIAN

SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada September - Desember 2013 di dua lokasi, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS.

BAB I PENDAHULUAN. dikenal sebagai negara megabiodiversity. Sekitar 10 % jenis-jenis tumbuhan

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. semula dikenal sebagai tumbuhan hias. Dalam perkembangan selanjutnya,

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU EPIFIT DI KAWASAN HUTAN PINUS KRAGILAN KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

MENGENAL ORSINA SEBAGAI VARIETAS BARU TANAMAN KUMIS KUCING

Periode Juli-September 2016 ISSN ONLINE : Jenis-Jenis Polypodiaceae di Hutan PT. CPI Rumbai Provinsi Riau Berdasarkan Karakter Morfologi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

PENGARUH SALINITAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN BIOMASSA SEMAI NON-SEKRESI Ceriops tagal DAN KANDUNGAN LIPID PADA TINGKAT POHON

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

PEMBERIAN PUPUK P DAN Zn UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN P DAN Zn DI TANAH SAWAH SKRIPSI OLEH : KIKI DAMAYANTI

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR

EVALUASI LAPANGAN KERAGAMAN GENOTIPE-GENOTIPE SOMAKLONAL ARTEMISIA (Artemisia annua L.) HASIL INDUKSI MUTASI IRADIASI SINAR GAMMA

BAB II TINJAUAN UMUM

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae,

III. KONDISI UMUM LOKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KERAGAAN KARAKTER PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk.) HASIL INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA DI TIGA LOKASI. Oleh Muhammad Yusuf Pulungan A

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati tersebut harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan

Eksplorasi dan Karakterisasi Keanekaragaman Plasma Nutfah Mangga (Mangifera) di Sumatera Tengah

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

TINJAUAN PUSTAKA. tinggi yang tersebar di ekosistem hutan dataran rendah Dipterocarpaceae sampai hutan

BAB I PENDAHULUAN. mengeksplor kekayaan alam Indonesia. kehendak Allah SWT yang tidak ada henti-hentinya memberikan keindahan

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, warna serta ciri lainnya yang tampak dari luar. Seiring dengan

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

KONDISI HABITAT Rafflesia sp DI IUPHHK PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk SEKTOR TELE, KABUPATEN SAMOSIR, SUMATERA UTARA

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

Ekologi Padang Alang-alang

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. beberapa Kecamatan yaitu Kecamatan Kota Tengah, Kecamatan Kota Utara dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian yang bersifat

BAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

Ringkasan Materi Pelajaran

EKSPLORASI KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU DI KAWASAN HUTAN GIRIMANIK KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI TANAMAN PEKARANGAN RUMAH PENDUDUK DI KECAMATAN PACIRAN DAN LAREN, KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR MOH.

BAB I PENDAHULUAN. dunia, termasuk juga keanekaragaman Arthropodanya. 1. Arachnida, Insecta, Crustacea, Diplopoda, Chilopoda dan Onychophora.

PERBAIKAN TEKNIK GRAFTING MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SOFIANDI

Transkripsi:

KEANEKARAGAMAN SELAGINELLA DI JAWA BARAT RAHMADIAN HARLI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

ABSTRAK RAHMADIAN HARLI. Keanekaragaman Selaginella di Jawa Barat. Dibimbing oleh TATIK CHIKMAWATI dan HILDA AKMAL. Selaginella merupakan salah satu marga tumbuhan paku dari suku Selaginellaceae yang memiliki ciri khas berupa mikrofil dan sporangium mengumpul di ujung tiap cabang. Penduduk di Jawa Barat sudah lama memanfaatkan Selaginella untuk sayuran dan tanaman obat, namun informasi taksonomi Selaginella di Jawa Barat belum memadai. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap keanekaragaman Selaginella di Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan 316 spesimen herbarium Selaginella dari koleksi Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Departemen Biologi FMIPA IPB dan Litbang Botani LIPI Cibinong. Dari setiap spesimen diamati karakter morfologi, dicatat lokasi sebaran, diidentifikasi, selanjutnya disusun kunci identifikasi. Hasil dari penelitian ini ditemukan sebanyak 18 jenis Selaginella di Jawa Barat yaitu S. aristata, S. biformis, S. ciliaris, S. frondosa, S. intermedia, S. involvens, S. mayeri, S. opaca, S. ornata, S. plana, S. remotifolia, S. rothertii, S. subalpina, S. subspinulosa, S. uncinata, S. willdenovii, S. zollingeriana and Selaginella sp 1. Selaginella mampu hidup pada ketinggian yang beragam mulai dari 20 mdpl hingga > 2500 mdpl dengan habitat yang bervariasi diantaranya hidup di hutan, tepi sawah, dekat aliran air, di atas bebatuan, dan di tempat terbuka. Dari penelitian ini juga dihasilkan kunci identifikasi Selaginella di Jawa Barat. Kata kunci : Jawa Barat, kunci identifikasi, Selaginella, taksonomi. ABSTRACT RAHMADIAN HARLI. Diversity of Selaginella in West Java. Supervised by TATIK CHIKMAWATI and HILDA AKMAL. Selaginella is a genus of ferns in the family Selaginellaceae. It is characterized by having small leaves and the spongarium on the tip of each branch. The society of West Java have been a long time used Selaginella as vegetable and dill, but the taxonomic information of Selaginella in West Java is still poorly known. The aim of this research was to describe the diversity of Selaginella in West Java. This research used 316 herbarium specimens of Selaginella collected by Plant Taxonomy Laboratory, Department Biology of Bogor Agricultural University and Herbarium Bogoriense Botanical, Research and Development Cibinong. From each specimen was observed the mophological characters, recorded the spread site, identified, then arranged the identification key. This study showed that 18 species found in West Java, namely S. aristata, S. biformis, S. ciliaris, S. frondosa, S. intermedia, S. involvens, S. mayeri, S. opaca, S. ornata, S. plana, S. remotifolia, S. rothertii, S. subalpina, S. subspinulosa, S. uncinata, S. willdenovii, S. zollingerian and Selaginella sp 1. Selaginella is able to live at altitudes ranging from 20 m above sea level (asl) to > 2500 m asl, with a variety of habitats including primary forest, in the rice fields, near the waterways, and in the open area. An identification key of Selaginella in West Java was provided in this paper. Key words : identification key, Selaginella, taxonomic, West Java.

KEANEKARAGAMAN SELAGINELLA DI JAWA BARAT RAHMADIAN HARLI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen biologi DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

PRAKATA Alhamdulillahirobbil alamin, segala puji bagi Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini mengangkat tema mengenai keanekaragaman jenis Selaginella dan persebarannya di wilayah Jawa Barat dengan judul karya ilmiah Keanekaragaman Selaginella di Jawa Barat. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Tatik Chikmawati, MSi dan Ibu Dra Hilda Akmal, MSi selaku pembimbing yang dengan sangat sabar mengarahkan mulai dari penelitian hingga penyelesaian karya ilmiah, serta terima kasih kepada Bapak Dr Tri Atmowidi, MSi selaku penguji yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Arief Hidayat beserta staf Litbang Botani LIPI Cibinong yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah dan Ibu tercinta, Uni Ria, Adek Mimi, dan Kak Tanto, dan seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Pak Parman, Uncle Jo, Inggit, Fiya, Herlina, Roma, Kak Fafa, Uun, teman-teman Biologi 45, teman-teman Rumah Qur an (Rey, Pipit, Tiwi, Ismi, dkk), kepada sahabat-sahabat seperjuangan (Dinis, Rahma, Fika, Ita, Chichi, Rahmah, Ana, dan Chanchan) atas bantuan dan dukungannya selama ini. Mohon maaf jika terdapat beberapa kekurangan, semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, September 2013 Rahmadian Harli

DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP DAFTAR ISI PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 1 BAHAN DAN METODE 1 Waktu dan Tempat 1 Bahan dan Alat 1 Metode 2 Pengamatan Spesimen 2 Identifikasi 2 HASIL DAN PEMBAHASAN 2 Distribusi dan Habitat 2 Keberadaan Selaginella di Jawa Barat 2 Sebaran Jenis Selaginella 2 Habitat 3 Keanekaragaman Morfologi 3 Habitus 3 Pola percabangan 3 Rhizofor 4 Daun 4 Strobilus 6 Kunci Identifikasi Selaginella di Jawa Barat 6 SIMPULAN DAN SARAN 7 Simpulan 7 Saran 7 DAFTAR PUSTAKA 7 LAMPIRAN 9 viii ix x

DAFTAR GAMBAR 1 Sebaran Selaginella secara horizontal di Jawa Barat. = Daerah ditemukannya Selaginella 2 2 Sebaran Selaginella secara vertikal. a) S. ciliaris, b) S. plana, c) S. willdenovii, d) S. zollingeriana, e) S. frondosa, f) S. biformis, g) S. involvens, h) S. aristata, i) S. intermedia, j) S. ornata, k) S. opaca, l) S. rothertii, m) S. remotifolia 3 3 Percabangan pseudopinnate 3 4 Percabangan flabellate pada S. ciliaris 4 5 Bentuk cabang lateral. a) bulat telur rapat (S. intermedia), b) lanset (S. Involvens), c) bulat telur dengan ujung lancip (S. willdenovii) 4 6 Bentuk daun lateral. a) oblong falcate (S. intermedia), b) elliptic (S. uncinata), c) ovate triangular (S. ciliaris), d) ovate lanceolate (S. rothertii) 5 7 Bentuk ujung daun. a) aristate (S. intermedia), b) acuminate (S. subspinulosa), c) acute (S. rothertii), d) apiculate (S. plana) 5 8 Bentuk pangkal daun aksilar. a) rounded (S. ciliaris), b) auriculate (S. plana), c) cordate (S. ornata) 6 9 Bentuk strobilus pada Selaginella. (a) tetragenous, b) bilateral 6 10 a. Strobilus tetragenous pada S. frondosa b. Strobilus bilateral pada S. intermedia 6

DAFTAR LAMPIRAN 1 Selaginella aristata. A. Habitus, B. Daun lateral, C. Daun median, D. Daun aksilar, E. Strobilus, F. Pola percabangan. 10 2 Selaginella biformis. A. Habitus, B. Daun lateral, C. Daun median, D. Daun Aksilar, E. Strobilus, F. Percabangan. 11 3 Selaginella ciliaris. A. Habitus, B. Daun lateral, C. Daun median, D. Daun aksilar, E. Strobilus, F. Pola percabangan. 12 4 Selaginella frondosa. A. Habitus, B. Daun lateral, C. Daun median, D. Daun aksilar, E. Strobilus, F. Pola percabangan. 13 5 Selaginella intermedia. A. Habitus, B. Daun median, C. Daun lateral, D. Daun aksilar, E. Strobilus, F. Pola percabangan. 14 6 Selaginella involvens. A. Habitus, B. Daun lateral, C. Daun median, D. Daun aksilar, E. Strobilus, F. Pola percabangan. 15 7 Selaginella mayeri. A. Habitus, B. Daun lateral, C. Daun aksilar, D. Pola percabangan. 16 8 Selaginella opaca. A. Habitus, B. Daun lateral, C. Daun median, D. Daun aksilar, E. Pola percabangan. 17 9 Selaginella ornata. A. Habitus, B. Daun lateral, C. Daun median, D. Daun aksilar, E. Strobilus, F. Pola percabangan. 18 10 Selaginella plana. A. Habitus, B. Daun lateral, C. Daun median, D. Daun aksilar, E. Strobilus, F. Pola percabangan. 19 11 Selaginella remotifolia. A. Habitus, B. Daun lateral, C. Daun median, D. Strobilus, E. Pola percabangan. 20 12 Selaginella rothertii. A. Habitus, B. Daun lateral, C. Daun median, D. Daun aksilar, E. Strobilus, F. Pola percabangan. 21 13 Selaginella subalpina. A. Habitus, B. Daun lateral, C. Daun median, D. Daun Aksilar, E. Strobilus, F. Pola percabangan. 22 14 Selaginella subspinulosa. A. Habitus, B. Daun lateral, C. Daun median, D. Strobilus, E. Pola percabangan. 23 15 Selaginella uncinata. A. Habitus, B. Daun lateral, C. Daun median, D. Daun aksilar, E. Pola percabangan. 24 16 Selaginella willdenovii. A. Habitus, B. Daun lateral, C. Daun median, D. Daun aksilar, E. Pola percabangan. 25 17 Selaginella zollingeriana. A. Habitus, B. Daun lateral, C. Daun median, D. Daun aksilar, E. Strobilus, F. Pola percabangan. 26 18 Selaginella sp 1. A. Habitus, B. Daun lateral, C. Daun median, D. Daun Aksilar, E. Strobilus, F. Pola Percabangan. 27 19 Daftar Istilah 28

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bengkulu pada tanggal 05 Desember 1989, putri ke 2 dari Bapak Drs Suharmen MM dan Ibu Dra Yuliza. Tahun 2005 penulis lulus dari MTs Negeri Koto Baru Kabupaten Solok Sematera Barat. Tahun 2008 penulis menyelesaikan studi di SMA Negeri 1 Kota Solok Sumatera Barat, pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi Strata-1 di Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti perkuliahan penulis menjadi Asisten Praktikum Ekologi Dasar di Departemen Biologi FMIPA IPB tahun 2010/2011, Asisten Praktikum Pendidikan Agama Islam pada tahun yang sama. Pada tahun 2010 penulis mengikuti Studi Lapang di Taman Wisata dan Cagar Alam Pangandaran, Ciamis dengan judul Ekologi Lamun di Pantai Pangandaran. Penulis mengikuti kegiatan Praktik Lapangan di Balai Penelitian Buah Tropika Aripan, Solok, Sumatera Barat pada tahun 2011. Penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, pada tahun 2009 penulis menjadi anggota BEM TPB IPB, tahun 2010 dan 2011 menjadi anggota BEM FMIPA IPB, dan pada tahun 2012 penulis menjadi anggota BEM Keluarga Mahasiswa (KM) IPB. Pada tahun 2013 penulis pernah menjadi staf pengajar di Sekolah Dasar Islam Terpadu Umul Quro Bogor.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jawa Barat merupakan salah satu propinsi di Indonesia dengan keanekaragaman hayati yang berlimpah. Tingginya tingkat keanekaragaman hayati tersebut dikarenakan Jawa Barat beriklim tropik dengan suhu terendah 9 o C dan suhu tertinggi 34 o C, curah hujan rata-rata mencapai 1000-6000 mm/th. Daratan Jawa Barat dapat dibedakan atas wilayah pegunungan curam dengan ketinggian > 1500 m dpl, wilayah lereng bukit yang landai dengan ketinggian 100-1500 mdpl, dan wilayah dataran rendah yang luas dengan ketinggian 0-100 m dpl (BPLHD Jabar 2002). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Van Steenis pada tahun 1972 setidaknya terdapat 3.882 jenis tumbuhan berbunga dan tumbuhan paku asli di Jawa Barat. Perbandingan jumlah jenis tumbuhan asli dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur adalah 3.882: 2.851: 2.717 (Backer 1968). Salah satu dari keanekaragaman hayati kelompok flora yang ada di Jawa Barat adalah tumbuhan paku. Banyak dari jenis tumbuhan paku yang belum terungkap keanekaragaman, komposisi maupun distribusinya, salah satunya adalah Selaginella. Selaginella merupakan salah satu marga tumbuhan paku yang memiliki ciri dan bentuk yang khas. Selaginella adalah marga tunggal dari bangsa Selaginellales dari kelas Lycopodinae. Sebagian tumbuhan paku ini mempunyai batang berbaring dan tegak, percabangan menggarpu, anisotom. Pada batang terdapat daun-daun kecil yang tersusun dalam garis spiral atau berhadapan tersusun dalam empat baris. Dua baris terdiri atas daun-daun yang lebih besar dan tersusun ke samping, dua baris lagi terdiri atas daun-daun yang lebih kecil terdapat pada cabang-cabang yang menghadap ke muka. Percabangan seringkali mempunyai susunan dorsiventral. Akar keluar dari bagian batang yang tidak berdaun, dinamakan akar pendukung (Tjitrosoepomo 1994). Selaginella merupakan paku heterospora, sporangium mengumpul di ujung percabangan membentuk strobilus. Jenis Selaginella di Asia Tenggara umumnya tumbuh di tanah yang kaya bahan organik, lembap, terairi dengan baik, ternaungi atau sedikit ternaungi, terkadang tumbuh di dekat sungai, tepi jalan, tepian lembah sampai pegunungan, dan hutan (de Winter & Amoroso 2003). Keanekaragaman tertinggi dijumpai mulai dari dataran rendah sampai ke pegunungan hutan hujan tropik. Selaginella merupakan paku kosmopolitan maka bisa dijumpai juga di daerah subtropik, iklim sedang bahkan daerah artik (Lawrence 1951). Indonesia memiliki sejumlah jenis Selaginella, tetapi informasi mengenai takson ini masih terbatas di pulau Jawa. Pulau Jawa dengan penduduk paling padat dan lingkungan yang paling terdegradasi memiliki 23 jenis Selaginella. Jenisjenis tersebut juga ditemukan di pulau-pulau yang lebih besar yaitu Kalimantan (58 jenis), Nugini (55 jenis), Sumatera (29 jenis), dan Sulawesi (21 jenis), serta pulau-pulau kecil yaitu Maluku (18 jenis) dan Sunda Kecil (9 jenis) (Camus 1997). Alston (1935) melaporkan terdapat 23 jenis Selaginella di Pulau Jawa. Dari jumlah tersebut ditemukan sebanyak 19 jenis Selaginella di Jawa Barat. Setelah tahun 1935, belum ada laporan terbaru mengenai keberadaan jenis Selaginella di Pulau Jawa khususnya di Jawa Barat. Selaginella sudah lama dimanfaatkan oleh masyarakat di antaranya sebagai bahan makanan, obat-obatan, tanaman hias, dan kerajinan (Winter & Amoroso 2003). Di Indonesia, tumbuhan dari marga Selaginella ini belum banyak dieksplorasi, dikaji secara ilmiah, maupun diekspos sebagai tanaman obat, termasuk Selaginella di Pulau Jawa (Chikmawati et al 2009). Selaginella yang berasal dari Pulau Jawa mengandung bahan aktif seperti flavonoid, alkaloid, dan steroid (Chikmawati et al 2012). Banyaknya manfaat dari Selaginella harus diimbangi dengan informasi yang jelas mengenai taksonomi Selaginella, sehingga perlu dilakukan inventarisasi jenis dan pengumpulan data yang lengkap untuk jenis Selaginella di Jawa Barat. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap keanekaragaman dan persebaran Selaginella serta menyusun kunci identifikasi sederhana Selaginella di Jawa Barat. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan April hingga November 2012. Pengumpulan data dan identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Departemen Biologi FMIPA IPB dan di Litbang Botani LIPI, Cibinong. Sampel Selaginella Jawa Barat yang terdapat di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan berasal dari hasil eksplorasi di daerah Gunung Wiru, Cangkuang, Ciloto, Cibeber, Cibodas, Kebun Raya Bogor, Gunung Halimun, Telaga Warna (Puncak) dan Gunung Gede. Bahan dan Alat Bahan tumbuhan yang digunakan yaitu 316 lembar herbarium Selaginella dari koleksi Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Departemen Biologi FMIPA IPB dan koleksi Litbang Botani LIPI Cibinong. Alat yang digunakan yaitu kaca

2 pembesar, mikroskop majemuk, mikroskop stereo, dan kamera digital Nikon COOLPIX P5000. Metode Pengamatan spesimen Diamati sebanyak 162 spesimen Selaginella yang terdapat di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Departemen Biologi FMIPA IPB. Spesimen terlebih dahulu dikelompokkan berdasarkan kemiripan morfologinya, dan diperoleh 9 kelompok spesimen yang memiliki kemiripan morfologi. Dari tiap kelompok diambil 3 sampel untuk diamati. Karakter yang diamati adalah panjang akar, posisi akar, pola pertumbuhan akar, bentuk batang, diameter batang, panjang batang, pola percabangan, jarak antar cabang, panjang cabang, dan karakter dari daun lateral, median dan aksilar. Pada ketiga tipe daun diamati bentuk daun, panjang daun, lebar daun, bentuk ujung, pangkal dan tepi daun. Karakter struktur reproduksi yang diamati adalah bentuk strobilus. Spesimen Selaginella koleksi Litbang Botani LIPI Cibinong yang berjumlah 154 spesimen diamati dan dicatat informasi yang terdapat pada herbarium tersebut, meliputi daerah tempat ditemukannya spesimen, ketinggian tempat, dan kondisi habitat Selaginella. Identifikasi Identifikasi jenis Selaginella dilakukan dengan mengamati morfologi spesimen berdasarkan karakternya dan dibandingkan dengan koleksi herbarium. Identifikasi dilakukan menggunakan kunci khusus identifikasi Selaginella Alston (1935) dan Wong (2008). Dari hasil identifikasi dibuat pertelaan tiap jenis Selaginella. kemudian disusun kunci identifikasi Selaginella di Jawa Barat berupa kunci dikotom dengan tipe sejajar. HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi dan Habitat Keberadaan Selaginella di Jawa Barat Berdasarkan pengamatan spesimen koleksi Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Biologi IPB dan pengamatan spesimen di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong ditemukan sebanyak 18 jenis Selaginella di Jawa Barat (Tabel 1). Dari hasil penelitian ini diketahui telah terjadi perubahan jumlah jenis Selaginella dari hasil publikasi Alston (1935). Dari 18 jenis yang teridentifikasi 15 jenis merupakan catatan lama dan tiga jenis Selaginella merupakan catatan baru yaitu S. uncinata, S. mayeri, dan Selaginella sp 1. Selaginella sp 1 diduga merupakan Selaginella spesies baru di Jawa Barat, karena ciri morfologinya berbeda dari jenis lainnya. Tabel 1 Jenis Selaginella di Jawa Barat berdasarkan Alston (1935) dan hasil pengamatan (Eksplorasi dan Koleksi) No Jenis Alston Koleksi 1 S. ascendens - 2 S. alutacia - 3 S. aristata 4 S. biformis 5 S. ciliaris 6 S. frondosa 7 S. intermedia 8 S. involvens 9 S. mayeri - 10 S. opaca 11 S. ornata 12 S. plana 13 S. remotifolia Spring 14 S. rothertii 15 S. spiringiana - 16 S. stipulata - 17 S. subalpina 18 S. subspinulosa 19 S. uncinata - 20 S. willdenovii 21 S. zollingeriana 22 Selaginella sp 1 - Jumlah 19 18 Sebaran Jenis Selaginella Berdasarkan data yang diperoleh, daerah tempat ditemukannya Selaginella dan jumlah jenis yang ditemukan pada masing-masing lokasi sebagai berikut: Gunung Wiru (3), Cangkuang (6), Cibeber (5), Kebun Raya Cibodas (7), Kebun Raya Bogor (2), Gunung Halimun (6), Telaga Warna (1), Pelabuhan Ratu (3), Cirebon (3), Ciamis (1), Depok (1), dan Gunung Gede (6). Data yang didapatkan menunjukkan persebaran Selaginella di Jawa Barat terutama berada di daerah Kabupaten Bogor (12 jenis) dan Kabupaten Bandung (10 jenis). Kondisi curah hujan yang cukup tinggi yakni > 401 mm/th (BMKG 2012) di daerah Bogor dan Bandung, mempengaruhi kuantitas Selaginella yang ditemukan di daerah tersebut (Gambar 1). Gambar 1 Sebaran Selaginella secara horizontal di Jawa Barat. = Daerah ditemukannya Selaginella.

Ketinggian Tempat (m dpl) 3 S. willdenovii merupakan jenis yang paling banyak ditemukan di berbagai daerah di Jawa Barat. Dari semua lokasi S. willdenovii ditemukan pada delapan lokasi, yaitu Cibeber, Cangkuang, Gunung Wiru, Gunung Gede, Jasinga, Pelabuhan Ratu, Bandung, dan Depok. Selaginella yang jarang ditemukan di Jawa Barat diantaranya S. subspinulosa, hanya ditemukan di dua lokasi yaitu Citambur dan Bandung, S. zollingeriana di Cilua dan Bandung, S. uncinata di Cebeber dan Bandung serta Selaginella Sp 1 di Gunung Halimun. Ketinggian tempat tumbuh Selaginella bervariasi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data ketinggian tempat tumbuh Selaginella mulai dari 20 hingga 2500 m dpl. Daratan Jawa Barat dapat dibedakan atas 3 wilayah yaitu pegunungan yang curam, > 1500 m dpl, lereng bukit yang landai, 100-1500 m dpl, dataran luas 0-100 m dpl (BPLHD Jabar 2002). 2500 2000 1500 1000 500 0 a b c d r f g h i Selaginella spp. Gambar 2 Sebaran Selaginella secara vertikal. a) S. ciliaris, b) S. plana, c) S. willdenovii, d) S. zollingeriana, e) S. frondosa, f) S. biformis, g) S. involvens, h) S. aristata, i) S. intermedia, j) S. ornata, k) S. opaca, l) S. rothertii, m) S. remotifolia. Dari Gambar 2 terlihat bahwa S. willdenovii mampu hidup pada ketinggian yang bervariasi mulai dari rentang ketinggian 0-100 mdpl hingga >1500 mdpl. Selain S. willdenovii, beberapa jenis Selaginella di Jawa Barat juga mampu hidup pada daerah dengan rentang ketinggian yang bervariasi, misalnya S. biformis dan S. remotifolia. Wilayah persebaran Selaginella pun cukup luas. Selaginella tersebar luas secara horizontal mulai dari wilayah sebelah barat hingga timur Jawa Barat (Gambar 1). Hal ini dikarenakan sifatnya yang kosmopolitan, yaitu mudah tumbuh pada habitat dengan kisaran toleransi yang luas (Sari 2011). j k l m cukup hingga di bebatuan dan bukit kapur. Beberapa jenis Selaginella di Jawa Barat ada yang jarang bahkan tidak ditemukan di hutan, namun banyak dijumpai di kebun ataupun rumpun bambu, seperti S. rothertii yang ditemukan di Kebun Raya Bogor dan Kebun Raya Cibodas. Selain itu, ada Selaginella yang hidup pada bebatuan yaitu S. ornata dan S. opaca. Sebanyak 17 jenis Selaginella di Jawa Barat ditemukan hidup terestrial, diantaranya S. willdenovii, S. plana, S. intermedia, S. opaca. Satu jenis Selaginella hidup epifit yaitu S. involvens. S. ciliaris adalah satu-satunya jenis Selaginella yang ditemukan di tempat terbuka. Keanekaragaman Morfologi Berdasarkan deskripsi yang diperoleh, masing-masing jenis Selaginella mempunyai karakter khas yang dapat digunakan untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain. Karakter-karakter tersebut adalah habitus, pola percabangan, posisi rizofor, bentuk daun, bentuk ujung daun, bentuk pangkal daun, tepi daun dan bentuk strobilus. Habitus Selaginella merupakan tanaman herba yang mayoritas hidup pada tempat lembap dan teduh, namun ada juga jenis Selaginella yang hidup epifit pada batu dan tebing (Wong 1982). Selaginella di Jawa Barat merupakan tanaman herba, ditandai dengan batangnya yang mudah patah dan berukuran kecil. Pola percabangan Selaginella memiliki percabangan dikotom yang bervariasi dan pola percabangan yang mudah dikenali (Wong 1982). Berdasarkan pengamatan, pola percabangan pada Selaginella dari Jawa Barat terbagi menjadi dua bentuk yaitu pseudopinnate dan flabellate. Percabangan pseudopinnate ditandai dengan sumbu utama yang terlihat jelas. Dari sumbu utama muncul anak cabang lateral (pinna), di setiap anak cabang muncul anak cabang ke dua yang disebut pinnule (Gambar 3). pinnule Habitat Berdasarkan hasil penelitian, Selaginella di Jawa Barat dijumpai pada hutan primer dan sekunder, di daerah dataran rendah hingga di dataran tinggi, di tanah dengan kondisi hara yang Pinna Gambar 3 Percabangan pseudopinnate.

4 Pada pola percabangan flabellate tidak terlihat bagian sumbu utamanya. Percabangan menggarpu (dikotom), dengan cabang dikotom banyak, terdiri dari 4-6 cabang dikotom pada tiap percabangan (S. uncinata) atau dengan sedikit cabang dikotom, terdiri dari 2-3 cabang dikotom pada tiap percabangan (S. ciliaris dan S. mayeri) (Gambar 4). Gambar 4 Percabangan flabellate pada S. ciliaris. Dari 18 jenis Selaginella yang diamati, masing-masing memiliki pola percabangan yang berbeda-beda. Sebanyak 10 jenis Selaginella memiliki percabangan pseudopinnate dan delapan jenis memiliki percabangan flabellate. Selaginella dengan percabangan pseudopinnate yaitu S. aristata, S. biformis, S. frondosa, S. intermedia, S. involvens, S. ornata, S. plana, S. willdenovii, S. zollingeriana, dan Selaginella sp 1. S. frondosa memiliki percabangan dengan panjang pinna mencapai 20 cm dan pinnule mencapai 8 cm, sistem percabangannya mengumpul di atas batang tegak membentuk setengah lingkaran. Percabangan pada S. intermedia berbentuk bulat telur dan rapat. Pada S. involvens percabangannya berbentuk lanset. S. ornata percabangannya berbentuk sudip, percabangan S. plana dan S. willdenovii berbentuk bulat telur teratur (Gambar 5). a c Gambar 5 Bentuk cabang lateral. a) bulat telur rapat (S. intermedia), b) lanset (S. involvens), c) bulat telur dengan ujung lancip (S. willdenovii). b Percabangan flabellate terdapat pada S. ciliaris, S. mayeri, S. opaca, S. remotifolia, S. rothertii, S. subalpina, S. subspinulosa, dan S. uncinata. Percabangan flabellate dengan banyak cabang dikotom terdapat pada S. uncinata dan S. aristata. Percabangan flabellate dengan sedikit percabangan dikotom terdapat pada S. rothertii, S. ciliaris dan S. subspinulosa. Jenis S. opaca mudah dibedakan dari jenis lain berdasarkan pola pertumbuhan dan percabangannya. S. opaca tumbuh menjalar dengan jarak antar cabang yang renggang. Di bagian aksilar percabangannya tumbuh akar. Rhizofor Posisi rhizofor pada Selaginella di Jawa Barat terdapat pada dua tempat yaitu aksilar dan basal. Perbedaan posisi rhizofor menjadi ciri pembeda bagi masing-masing jenis Selaginella. Rhizofor di bagian basal terdapat pada jenis Selaginella dengan pertumbuhan tegak yaitu pada S. frondosa, S. ornata, dan S. plana. Rhizofor dengan posisi aksilar terdapat pada Selaginella dengan tipe pertumbuhan menjalar yaitu S. opaca, dan Selaginella tipe epifit pada S. involvens. Daun Daun pada Selaginella termasuk daun mikrofil, yaitu daun yang seperti sisik, ukuran kecil (0.9x0.6 mm - 6x2 mm), dan hanya memiliki satu tulang daun. Selaginella memiliki tiga tipe daun, yaitu daun lateral, daun median, dan daun aksilar. Setiap tipe daun memiliki ukuran dan bentuk yang berbeda. Tipe daun dapat menjadi salah satu ciri yang membedakan masing-masing jenis Selaginella. Misalnya, pada S. intermedia ujung daun aksilarnya sangat khas, yaitu berbentuk aristate (seperti ekor) dan meruncing. Daun lateral. Berukuran paling besar dibandingkan dengan daun aksilar dan daun median. Bentuk daun lateral bervariasi, ada yang berbentuk oblong falcate pada S. intermedia, S. plana, S. involvens, S. frondosa, S. willdenovii, S. subalpina dan S. opaca, berbentuk ovate lanceolate pada S. subspinulosa, S. remotifolia, S. ornata dan S. uncinata, dan berbentuk ovate triangular pada S. ciliaris (Gambar 6). Daun lateral menjadi pembeda yang khas antara S. ciliaris dan S. subspinulosa, karena secara sekilas keduanya tampak serupa. Daun lateral S. subspinulosa berbentuk elliptics, sedangkan pada S. ciliaris berbentuk ovate triangular. Pangkal daun lateral kebanyakan berbentuk rounded, kecuali S. involvens memiliki pangkal daun yang berbentuk auriculate. Ujung daun pada daun lateral ada dua variasi yaitu acute dan obtuse. Bentuk tepi daun juga ada dua variasi denticulate

5 dan ciliolate. Kedua bentuk ini biasanya hanya terdapat pada bagian pangkal daun. S. uncinata, S. willdenovii dan S. plana memiliki tepi daun rata. Semua permukaan daun lateral licin. S. involvens dan Selaginella sp 1 memliki posisi daun lateral yang khas. Daun lateral jenis ini memutar 90 0. Pada S. involvens daunnya bertekstur kasar dan kaku. S. intermedia memiliki susunan daun yang sangat rapat. Tepi daun median pada Selaginella bervariasi, kebanyakan denticulate kecuali pada S. opaca, dan S. intermedia berbentuk ciliolate dan rata pada S. uncinata, S. plana dan S. willdenovii. 0,5 mm 0,5 mm a b 1 mm a 1 mm b 0,5 mm 0,5 mm c d 0,5 mm 0,5 mm c d Gambar 6 Bentuk daun lateral. a) Oblong falcate (S. intermedia), b) elliptic (S. uncinata), c) ovate triangular (S. ciliaris), d) ovate lanceolate (S. rothertii). Daun median berbentuk sangat khas dengan bentuk ujung daun yang meruncing dan ukuran panjang daun yang sangat kecil, antara 0.5-3 mm. Daun median terdapat pada bagian adaksial, menutupi batang. Pada S. mayeri daun median berhimpit dua. Beberapa daun median asimetris dengan bentuk daun ovate atau lanceolate. Ujung daun median berbentuk aristate dijumpai pada S. intermedia, S. opaca, Sp 1 dan S. aristata. Ujung daun berbentuk acuminate terdapat pada S. ciliaris, S. frondosa, dan S. subspinulosa, sedangkan bentuk apiculate terdapat pada S. plana, S. uncinata, S. rothertii, S involvens, dan S. ornata (Gambar 7). Pangkal daun berbentuk auriculate, oblique, dan rounded. Bentuk oblique terdapat pada S. ornata, S. plana, dan S. willdenovii, auriculate pada S. involvens dan S. intermedia. Gambar 7 Bentuk ujung daun. a) aristate (S. intermedia), b) acuminate (S. subspinulosa), c) acute (S. rothertii), d) apiculate (S. plana). Daun aksilar hanya dijumpai pada bagian aksilar dari percabangan Selaginella, sehingga jumlah daun aksilar pada Selaginella sedikit. Daun simetrik dengan bentuk lanceolate, elliptic, terkadang ada yang berbentuk ovate lanceolate seperti pada S. opaca, dan berbentuk oblanceolate pada S. willdenovii dan S. plana. Tepi daun aksilar juga bervariasi. Tepi ciliolate pada bagian pangkal ditemukan pada S. ciliaris dan S. opaca. Tepi daun rata pada S. uncinata, S. plana dan S. willdenovii. Tepi daun berbentuk denticulate pada S. ornata, S. involvens, dan S. intermedia. Pangkal daun aksilar kebanyakan rounded, kecuali pada S. plana dan S. willdenovii dengan pangkal daun auriculate serta pada S. Ornata dengan pangkal daun cordate (Gambar 8).

6 a 0,5 mm b 0,5 mm Gambar 9 Bentuk strobilus pada Selaginella. (a) tetragenous, b) bilateral (Sumber Wong 2008). c 1 mm Gambar 8 Bentuk pangkal daun aksilar. a) rounded (S. ciliaris), b) auriculate (S. plana), c) cordate (S. ornata). Strobilus Pada setiap percabangan terdapat satu atau lebih strobilus. Pada percabangan S. plana dijumpai 1-3 strobilus, sedangkan pada S. subalpina mayoritas dijumpai 2 strobilus pada setiap percabangan. Ada 2 tipe stobilus yaitu tetragenous dan bilateral (Gambar 9). Strobilus dengan tipe tetragenous memiliki sporofil dengan bentuk yang seragam dan tersusun sangat rapat, sedangkan tipe bilateral memiliki 2 bentuk sporofil (dimorfik). Tipe tetragenous terdapat pada sembilan jenis Selaginella yaitu S. biformis, S. frondosa, S. involvens, S. mayeri, S. plana, S. remotifolia, S. subalpina, S. willdenovii dan Selaginella Sp 1. Strobilus dengan tipe bilateral terdapat pada sembilan jenis Selaginella yaitu S. aristata, S ciliaris, S. intermedia, S. ornata, S. opaca, S. uncinata, S. rotherti, S. zollingeriana dan S. subspinulosa. Strobilus bilateral memiliki dua tipe sporofil, yaitu pada bagian dorsal dan ventral. Sporofil pada bagian dorsal berukuran lebih besar dari bagian ventral (Gambar 10).. a Gambar 10 a) Strobilus tetragenous pada S. frondosa. b) Strobilus bilateral pada S. intermedia. Kunci Identifikasi Selaginella di Jawa Barat 1. a. Pertumbuhan tegak, akar di pangkal batang... (2) b. Pertumbuhan menjalar, merambat, akar di ketiak... (10) 2. a. Pola percabangan flabellate... (3) b. Pola percabangan pseudopinnate... (5) 3. a. Tinggi batang 3-5 cm... (4) b. Tinggi batang 15-23 cm... S. subalpina 4. a. Daun lateral elliptic...s. subspinulosa b. Daun lateral ovate triangular.. S. ciliaris 5. a. Tepi daun lateral entire... S. plana b. Tepi daun lateral denticulate ciliolate... (6) 6. a. Posisi daun lateral sejajar batang... (7) b. Posisi daun lateral memutar 90 o terhadap batang... Sp 1 7. a. Daun lateral ovate lanceolate... (8) b. Daun lateral oblong falcate... (9) 8. a. Daun median lanceolate, ujung daun aristate... S. aristata b. Daun median ovate, ujung daun b

7 acuminate... S. zollingeriana 9. a. Pecabangan membentuk setengah lingkaran... S. frondosa b. Percabangan membentuk sudip... S.ornata 10. a. Pola percabangan pseudopinnate... (11) b. Pola percabangan flabellate... (14) 11. a. Permukaan batang pubescent...... S.biformis b. Permukaan batang glabrous... (12) 12. a. Tepi daun lateral ciliolate-denticulate... (13) b. Tepi daun lateral entire... S. willdenovii 13. a. Percabangan berbentuk bulat telur dan rapat... S. intermedia b. Percabangan berbentuk lanceolate...... S. involvens 14. a. Tinggi batang 6-8 cm... S. rothertii b. Tinggi batang 15-60 cm... (15) 15. a. Strobilus tetragenous... (16) b. Strobilus bilateral... (17) 16. a. Tepi daun lateral entire... S. mayeri b. Tepi daun lateral ciliolate-denticulate... S. remotifolia 17. a. Ujung daun median acute... S. uncinata b. Ujung daun median aristate...s. opaca SIMPULAN Berdasarkan penelitian ditemukan sebanyak 18 jenis Selaginella di Jawa Barat, yaitu S. aristata, S. biformis, S. ciliaris, S. frondosa, S. intermedia, S. involvens, S. mayeri, S. opaca, S. ornata, S. plana, S. remotifolia, S. rothertii, S. subalpina, S. subspinulosa, S. uncinata, S. willdenovii, S. zollingeriana, dan Selaginella sp 1. Lima belas jenis merupakan catatan lama dan tiga jenis merupakan catatan baru yaitu S. uncinata, S. mayeri, dan Selaginella sp 1. Selaginella di Jawa Barat dapat dijumpai mulai dari ketinggian 20 hingga 2500 m dpl. Jenis Selaginella yang hidup di ketinggian terendah yaitu S. ciliaris (20 m dpl) dan pada ketinggian tertinggi yaitu S. remotifolia (2500 m dpl). Persebaran Selaginella hampir merata di wilayah Jawa Barat, dengan dominasi temuan yaitu di daerah Bogor dan Bandung. Selaginella di Jawa Barat memiliki variasi pada beberapa karakter morfologi meliputi habitus, pola percabangan, posisi rizofor, bentuk daun, bentuk ujung daun, bentuk pangkal daun, tepi daun dan bentuk strobilus. Ciri pembeda utama pada tiap jenis Selaginella dapat dilihat dari pola percabangan serta susunan dan bentuk daun lateral Selaginella. SARAN Perlu dikembangkan penelitian lanjutan pada S. ciliaris dan S. subspinulosa untuk mendapatkan informasi yang tepat mengenai jenis-jenis Selaginella tersebut. Berdasarkan penelitian, kedua jenis ini memiliki banyak kesamaan morfologi yaitu pada tinggi batang, perakaran, pola percabangan, dan ukuran daun. Perbedaannya hanya terdapat pada bentuk daun lateral. Dibutuhkan identifikasi lanjut pada Selaginella sp 1 untuk mengetahui jenis Selaginella tersebut. DAFTAR PUSTAKA Alston AHG. 1935. The Sellaginellae of the Malay Island:I. Java and the Lesser Sunda Island Bull. Jard. Bot. Buitenzorg serie 3, 13:4322-442 Backer CA Jr & Bakhuizen RC Jr. 1968. Flora of Java, Vol. I,II,III. Groningen : P. Noordhof. [BPLHD]. Badan Pengelola Lingkungan Hidup. 2002. Profil Pola Pemanfaatan dan Pelestarian Keanekaragaman Hayati Jawa Barat [Internet]. [diacu 16 Januari 2013). Tersedia dari: www.bplhdjabar.go.id. Camus JM. 1997. The genus Selaginella (Selaginellaceae) in Malesia. In Dransfield, J. (ed.). Plant Diversity of Malesia III:59-69. London: Royal Botanic Garden. Caluff MG, Shelton G. 2009. Review of hairy species of Selaginella (Selaginellaceae) of the West Indies, with description of two new species from Cuba. Willdenowia 39:107-119. Chikmawati T, Wijayanto A, Miftahudin. 2009. Potensi Selaginella sebagai antioksidan. Seminar Nasional Biologi XX, Universitas Islam Negeri Malang [25 Juli 2009]. Chikmawati T, Setiawan AD, Miftahudin. 2012. Phytochemical composition of Selaginella spp. from Jawa Island. Indonesia: Jurnal Makara seri Sains. 16(2):129-133. Lawrence GHM. 1951. Taxonomy of Vascular Plants. New York: Macmillan Co. Sari WDP. 2011. Selaginella di Sumatera Utara [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Tjitrosoepomo G. 1994. Taksonomi Tumbuhan. Jakarta: PT Bharatara Karya Aksara. Steenis CGGJ van. 1972. The Mountain Flora of Java. Leiden:Brill Pub. Winter WP de, Amoroso VB, Editor. 2003. Plant Resources of South-East Asia No. 15(2).

Cryptogram:Fern and Ferns Allies. Bogor: Prosea Foundation. Wijayanto A. 2009. Biodiversitas, Etnobotani, dan Kemampuan Antioksidan Selaginella spp. Asal Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Wong KM. 2008. Flora of Peninsular Malaysia : Selaginellaceae. 3rd ed. Kuala Lumpur: University of Malaysia. 8

LAMPIRAN 9

10 Lampiran 1 Selaginella aristata. A. Habitus, B. Daun lateral, C. Daun median, D. Daun aksilar, E. Strobilus, F. Pola percabangan. Selaginella aristata. Tumbuhan herba dengan pertumbuhan tegak. Pola percabangan pseudopinnate dengan percabangan dikotom, panjang pinna 3-8 cm, pinna menggarpu hingga 2-6 kali. Tinggi batang 14-20 cm, diameter 2-4 mm dengan permukaan licin, memiliki akar pada bagian pangkal. Daun lateral ovate-lanceolate, panjang 1.7-2.3 mm lebar 1-1.2 mm, tepi daun denticulate pada salah satu sisi, ujung daun subacute. Daun median lanceolate, panjang 1.2-1.5 mm, lebar 0.5-0.8 mm, dengan ujung daun aristate (seperti ekor), tepi daun ciliolate denticulate. Daun aksilar elliptic, panjang 1.5 mm lebar 0.8-1 mm, tepi daun licin, ujung acute. Strobilus bilateral dengan sporofil dimorfik. Sporofil berbentuk ovate lanceolate-oblong, sporangium putih pucat. Habitat di tepi jalan, terbuka, ternaungi. Tumbuh pada ketinggian 800-1000 m dpl. Persebaran Catatan : Cicurug, Cisokan, Cidadap, Cibeber, Cikaniki, Bandung. : S. aristata memiliki tipe daun median aristate (panjang seperti ekor).

11 Lampiran 2 Selaginella biformis. A. Habitus, B. Daun lateral, C. Daun median, D. Daun aksilar, E. Strobilus. F. Percabangan Selaginella biformis. Tumbuhan herba terestrial, menjalar. Pola percabangan pseudopinnate, panjang pinna 4-6 cm. Batang, tinggi 8-15 cm, diameter 0.8-1 mm, memiliki indomentum (pubescent). Rhizofor aksilar. Daun lateral oblong falcate, panjang 1.5-2 mm, lebar 0.5-1 mm, ujung daun acute, tepi daun denticulate pada pangkal, permukaan daun lateral puberulent. Daun median elliptic falcate, ujung acuminate, tepi daun denticulate, panjang 0.8-1.2 mm lebar 0.3-0.7 mm. Daun aksilar lanceolate, panjang 1-1.5 mm lebar 0.4-0.8 mm, ujung daun acute. Strobilus seragam, tetragenous, panjang 0.6-2 cm. Sporofil lanceolate, ujung acute, rapat, tepi denticulate. Banyak ditemukan di hutan. Tumbuh pada ketinggian 250-1200 m dpl. Persebaran Catatan : Telaga Warna, Cidadap, Cibeber, Cisokan, Tegal Sapi, Cilendek. : Batang utama dan percabangan pendek, dengan cabang lateral yang rapat.

12 Lampiran 3 Selaginella ciliaris. A. Habitus, B. Daun lateral, C. Daun median, D. Daun aksilar, E. Strobilus, F. Pola percabangan. Selaginella ciliaris. Tumbuhan herba xerofit, pertumbuhan tegak dengan ukuran sangat kecil. Rhizofor aksilar, kecil dan pendek, dengan diameter 0.01-0.1 mm, panjang 1.5-2 cm. Batang bulat, diameter 0.5 mm, tinggi 3.5-5 cm. Pola percabangan monopodial hingga flabellate, cabang membentuk susunan bulat telur acak, panjang pinna 0.5-1.2 cm, terdapat 2-4 kali percabangan hingga ujung. Daun lateral ovate, 1.5-2 x 1 mm, jarak antar daun 0.5 mm, ujung acute, pangkal rounded, permukaan daun licin, tepi daun denticulate. Daun median ovate triangular, ujung acuminate, pangkal rounded, permukaan licin, tepi daun denticulate, ukuran 2/3 panjang daun lateral. Strobilus bilateral, pipih, rapat. Habitat pada tanah kering dan terpapar. Tumbuh pada ketinggian 20-800 m dpl. Persebaran Catatan : Bogor (Tegal Sapi, Gunung Batu, Ciampea), Ciliwung. : Ukuran sangat kecil dengan tinggi 3.5-5 cm, daun lateral ovate triangular.

13 Lampiran 4 Selaginella frondosa. A. Habitus, B. Daun lateral, C. Daun median, D. Daun aksilar, E. Strobilus., F. Pola percabangan. Selaginella frondosa. Tegak. Pola percabangan pseudopinnate, panjang pinna 12-20 cm, pinnule 4-8 cm, percabangan mengumpul di bagian atas batang tegak membentuk setengah lingkaran. Batang, tinggi 30-50 cm diameter 5-8 mm, batang licin. Rhizofor basal. Daun lateral oblong falcate, panjang 2-4 mm lebar 1.2-2 mm, tepi daun ciliolate-denticulate, ujung acute, permukaan daun licin. Daun median elliptic falcate panjang 1.5-1.8 mm, lebar 0.8-1 mm, dengan ujung daun acuminate, tepi daun ciliolate denticulate. Daun aksilar lanceolate, panjang 1.7-2.5 mm lebar 0.7-1.3 mm, tepi daun licin, ujung acute. Strobilus tetragenous dengan sporofil seragam. Sporofil berbentuk ovate lanceolate dengan tepi ciliate denticulate, ujung daun acuminate. Habitat pada hutan primer dan hutan sekunder Persebaran Catatan : Ujung Kulon, Jasinga, Cidadap. : Batang tegak, cukup tinggi, mencapai 50 cm. Percabangan mengumpul di bagian atas batang membentuk setengah lingkaran.

14 Lampiran 5 Selaginella intermedia. A. Habitus, B. Daun median, C. Daun lateral, D. Daun aksilar, E. Strobilus, F. Pola percabangan. Selaginella intermedia. Terestrial, menjalar. Perakaran kuat, rhizofor berjarak 3.5-10 cm antara satu dengan yang lain, diameter 0.3-0.5 mm, panjang 11-14 cm. Batang bulat, berbaring, kadang condong menaik (ascending), permukaan licin, diameter 3.5 mm, tinggi 62 cm. Pola percabangan pseudopinnate, menggarpu (dikotom) berbentuk bulat telur dan rapat. Daun lateral oblong falcate oblong lanceolate, 6 x 2 mm, jarak antar daun 0.275 cm, ujung acute, pangkal rounded, permukaan daun licin, tepi daun ciliatedenticulate pada bagian pangkal. Daun median ovate, panjang 0.5-1x 1 mm, tidak rapat, ujung aristate memiliki panjang lebih dari setengah panjang daun median, pangkal auriculate, permukaan licin, tepi daun denticulate. Daun Aksilar lanceolate, 3-4 x 1-2 mm, ujung acute, pangkal daun rounded, permukaan daun licin, tepi daun denticulate. Strobilus bilateral, warna kuning pucat, panjang 0.2-1 cm. Sporofil dimorfik, ovate lanceolate, ujung acute. Tumbuhan ini tumbuh membentuk rumpun atau soliter. Habitat, kadang ditemukan di tepi jalan. Tumbuh pada ketinggian 800-1300 m dpl. Persebaran Catatan : Gunung Halimun, Cikaniki, Gunung Gede, Cidadap. : Pola percabangan membentuk bulat telur dan rapat di ujung batang.

15 Lampiran 6 Selaginella involvens. A. Habitus, B. Daun lateral, C. Daun median, D. Daun aksilar, E. Strobilus, F. Pola percabangan. Selaginella involvens. Epifit, menjalar. Rhizofor aksilar, panjang merayap, hanya dijumpai di bagian bawah batang, diameter 21-90 µm, panjang ± 7.6 cm. Batang bulat, tegak, permukaan licin, diameter 2.8 mm, tinggi ± 33.4 cm, panjang tumbuhan ini dapat mencapai beberapa meter. Pola percabangan menggarpu (pseudopinnate) berbentuk lanset (meruncing), pinna 5-15 cm, letak pinna tidak merata, jarak pinna 2-5 cm. Daun lateral oblong falcate, 3.5 x 2 mm, ujung acute hingga obtuse, pangkal cordate hingga rounded, permukaan daun licin, tepi daun denticulate hingga ciliolate. Daun median elliptic falcate, 0.5-1.5 x 0.3-1 mm, ujung aristate, pangkal auriculate, permukaan licin, tepi daun denticulate merata. Daun aksilar ovate lanceolate, 1-2.3 x 0.8-1.1mcm, ujung acute, pangkal daun esauriculate, permukaan daun licin, tepi daun denticulate ciliolate pada bagian ujung. Strobilus tetragenous, rapat, panjang 1-6 cm. Habitat hutan pada punggung bukit yang curam (lereng) ternaungi penuh atau sebagian. Tumbuh pada ketinggian 700-1700 m dpl. Peresebaran Catatan : Kebun Raya Cibodas, Cipatat, Cisokan, Cidadap, Cicurug, Garut. : Tekstur daun agak kaku, daun lateral memutar 90 o. pola percabangan membentuk lanset (meruncing).

16 Lampiran 7 Selaginella mayeri. A. Habitus, B. Daun lateral, C. Daun median, D. Pola percabangan. Selaginella mayeri. Terestrial, epifit, menjalar. Pola percabangan flabellate dengan percabangan dikotom, menggarpu 2-5 kali. Batang diameter 0.5-1.5 mm, tinggi 20-60 cm. Rhizofor aksilar diameter 0.09-0.3 mm. Daun lateral ovate-elliptic, panjang 1.5-2.8 mm, lebar 0.8-1.5 mm, tepi rata, ujung acute, permukaan licin. Daun median elliptic falcate, panjang 0.8-1.2 mm, lebar 0.3-0.6 mm, pada tiap ruas terdapat dua daun yang saling menimpa, ujung acuminate-apiculate, tepi daun rata. Strobilus tetragenous, tunggal pada ujung tiap percabangan. Sporofil seragam. Habitat di pinggir jalan, merambat ke pohon palem. Persebaran Catatan : Bogor : Tumbuh menjalar, daun median menutup rapat batang utama, ditemukan 2 daun median pada ruas batang yang sama.

17 Lampiran 8 Selaginella opaca. A. Habitus, B. Daun lateral, C. Daun median, D. Daun aksilar, E. Strobilus, F. Pola percabangan. Selaginella opaca. Herba terestrial, menjalar. Rhizofor aksilar, berjarak 2-3 cm antara satu dengan yang lain, diameter 0.5 mm, panjang 12-15 cm. Batang bulat, diameter 0.8-1 mm, tinggi 27 cm. Pola percabangan flabellate, percabangan tidak banyak, pinna dengan 2-6 kali percabangan, letak pinna merata. Daun lateral oblong falcate, 4-5 x 1-2 mm, ujung acute, pangkal rounded, permukaan daun licin, tepi daun denticulate tapi sangat jarang. Daun median oblong lanceolate, 2-3 x 1-2 mm, ujung aristate, pangkal rounded, permukaan licin, tepi daun denticulate ciliolate. Daun Aksilar lanceolate, 3.2 x 1-1.5 mm, ujung acute, pangkal daun rounded, permukaan daun licin, tepi daun denticulate sangat jarang. Strobilus bilateral, pipih. Sporofil dimorfik. Habitat di tempat yang basah dekat sumber air, di atas bebatuan, di antara rerumputan di tempat panas dan cukup kering. Tumbuh pada ketinggian 1200-1700 m dpl. Persebaran Catatan : Cibodas, Cisurian, Gunung Ciremai, Garut, Gunung Papandayan, Bandung. : Daun lateral jarang, tidak banyak percabangan.

18 Lampiran 9 Selaginella ornata. A. Habitus, B. Daun lateral, C. Daun median, D. Daun aksilar, E. Strobilus, F. Pola percabangan. Selaginella ornata. Tumbuhan herba terrestrial, tegak. Rhizofor aksilar, keluar dari percabangan, terdapat pada setengah batang bagian pangkal, berjarak 1-1.3 cm antara satu dengan yang lain, diameter 0.5 mm, panjang 17-19 cm. Batang bulat, mudah patah, licin, tinggi 25 cm, diameter 1-3 mm. Pola percabangan pseudopinnate, dikotom membentuk sudip, panjang pinna 1-10 cm, jarak antar pinna 0.5-4 cm. Daun lateral oblong falcate 3-4.5 x 1.5-2.5 mm, jarak antar daun 0.45 mm, ujung acute hingga obtuse, pangkal rounded, permukaan daun licin, tepi daun denticulate di daerah pangkal. Daun median ovate lanceolate, ujung aristate hingga acuminate, pangkal rounded, permukaan licin, tepi daun denticulate ciliolate. Daun Aksilar ovate lanceolate, 3 x 1.5-1-1.5 mm, ujung acute, pangkal daun cordate, permukaan daun licin, tepi daun denticulate dekat pangkal. Strobilus bilateral, warna kuning keemasan. Sporofil dimorfik, bagian dorsal lebih besar dibanding ventral. Habitat tempat lembap, ternaungi, di tebing dengan sumber air di sekitarnya. Tumbuh pada ketinggian 1200-1800 m dpl. Persebaran Catatan : Pelabuhan Ratu, Cibodas, Cikaniki, Cianjur, Gunung Salak, Cidadap. : Terdapat rhizofor yang keluar dari percabangan, percabangan dikotom membentuk sudip.

19 Lampiran 10 Selaginella plana. A. Habitus, B. Daun lateral, C. Daun median, D. Daun aksilar, E. Strobilus, F. Pola percabangan. Selaginella plana. Herba terestrial, tegak. Rhizofor basal, hanya pada pangkal batang utama, diameter 0.5 mm, panjang 3-4 cm. Batang bulat, dari batang utama tumbuh cabang yang cukup besar, diameter 1.2 mm, tinggi 15-19 cm, terdapat daun lateral pada batang dengan jarak yang renggang. Pola percabangan pseudopinnate, dengan cabang membentuk susunan bulat telur teratur, pinna berjarak masing-masing 2-5 cm, panjang pinna 4-10 cm, percabangan menggarpu 1-5 kali. Daun lateral oblong falcate, 3 x 1 mm, jarak antar daun 1.7 mm, ujung acute, pangkal auriculate, tepi daun rata. Daun median elliptic falcate-lanceolate, 2 x 0.8 mm, ujung apiculate, pangkal cordate, permukaan daun licin, jarak antar daun 1 mm. Daun aksilar lanceolate, 1-1.5 x 0.8 mm, ujung acute hingga acuminate, pangkal daun auriculate. Strobilus tetragenous, rapat, panjang 0.5-4 cm, pada satu pinnule terdapat 1 atau lebih strobilus. Sporofil seragam, ovate lanceolate, ujung acute. Habitat hutan sekunder, bukit kapur, dekat sawah, tepi sungai. Tumbuh pada ketinggian 20-900 m dpl. Persebaran Catatan : Pelabuhan Ratu, Bogor, Banjar, Tangkuban Perahu, Cianjur, Ciseeng. : Cabang tumbuh agak berjauhan, Percabangan membentuk susunan bulat telur teratur.

20 Lampiran 11 Selaginella remotifolia. A. Habitus, B. Daun lateral, C. Daun median, D. Strobilus, E. Pola percabangan Selaginella remotifolia. Terestrial, menjalar. Pola percabangan flabellate dengan percabangan dikotom, panjang pinna 0.5-5 cm, pinna menggarpu hingga1-4 kali, jarak antar pinna 1-5 cm. Batang, tinggi 15-40 cm diameter 1-3 mm, licin. Rhizofor aksilar. Daun lateral ovate-lanceolate hingga oblong falcate, panjang 1.5-3 mm lebar 1-2 mm, tepi daun denticulate pada salah satu sisi, ujung acute hingga acuminate. Daun median elliptic lanceolate panjang 1.3-2 mm, lebar 1-2 mm, dengan ujung daun aristate hingga acuminate, tepi daun ciliolate denticulate. Daun aksilar elliptic, panjang 1.5-2.2 mm lebar 1.2 mm, tepi daun licin, ujung acute. Strobilus tetragenous dengan sporofil seragam, bentuk sporofil lanceolate, ujung acute. Habitat hutan, tepi jalan setapak, dekat sungai, hutan sekunder ternaungi. Tumbuh pada ketinggian 1400-2500 m dpl. Persebaran Catatan : Cirebon, Cibodas, Tangkuban Perahu, Cikajang, Cidurian. : Percabangan sangat renggang, percabangan pendek 0.5-5 cm. Daun lateral menutupi batang utama.

21 Lampiran 12 Selaginella rothertii, A. Habitus, B. Daun lateral, C. Daun median, D. Daun aksilar, E. Strobilus, F. Pola percabangan. Selaginella rothertii. Terestrial, menjalar, ukurannya kecil. Rhizofor aksilar, menggantung, diameter 0.1 mm, panjang 2-4 mm. Batang bulat, diameter 0.2 mm, tinggi 6-8 cm. Pola percabangan flabellate, dengan sedikit percabangan dikotom, cabang menggarpu hingga 1-5 kali. Daun lateral ovate lanceolate, 2 x 1.1 mm, rapat, ujung acute, pangkal rounded, tepi daun denticulate. Daun median oblanceolate, 1.1 x 0.8 mm, ujung acute, pangkal rounded. Daun aksilar lanceolate,0.7x0.4 mm, ujung acute, pangkal daun rounded. Strobilus bilateral, sangat rapuh. Sporofil dimorfik, sporofil pada dorsal lebih kecil dibanding pada ventral. Habitat, tersebar di rumput yang menutupi permukaan tanah, bercampur dengan rumput yang banyak. Persebaran Catatan : Gunung Gede, Cibodas. : Ukuran tumbuhan kecil, tinggi 6-8 cm. Pola percabangan flabellate, daun lateral rapat.

22 Lampiran 13 Selaginella subalpina. A. Habitus, B. Daun lateral, C. Daun median, D. Daun aksilar E. Strobilus, F. Pola percabangan. Selaginella subalpina. Terestrial, tegak. Rhizofor basal, panjang 3-6 cm. Batang bulat, diameter 1.1 mm tinggi 15-23 cm, daun lateral menutupi batang. Pola percabangan flabellate, percabangan berbentuk bundar, dengan cabang yang tidak teratur. Daun lateral oblong falcate-oblong lanceolate, 2.7 x 0.9 mm, jarak antar daun rapat 0.2-0.8 mm, ujung acute, pangkal rounded, tepi daun denticulate hnya pada satu sisi. Daun median ovate, 0.9 x 0.6 mm, ujung acuminate, pangkal auriculate, tepi daun denticulate, merata pada kedua sisi. Daun aksilar lanceolate, 0.1x0.7 mm, ujung acute, pangkal daun rounded. Strobilus tetragenous. Sporofil dimorfik. Persebaran Catatan : Gunung Halimun. : Percabangan berbentuk bundar, jarak daun lateral sangat rapat.

23 Lampiran 14 Selaginella subspinulosa. A. Habitus, B. Daun lateral, C. Daun median, D. Strobilus, E. Pola percabangan, Selaginella subspinulosa. Tegak, berukuran kecil seperti S. ciliaris. Rhizofor aksilar, menggantung, diameter 0.9 mm, panjang 1.5-2 cm. Batang pipih, menjalar diameter 1-3 mm, tinggi 3-5 cm. Pola percabangan flabellate, dengan percabangan dikotom, percabangan menggarpu 1-4 kali. Daun lateral elliptic, 1-2 x 0.9 mm, jarak antar daun 1.8 mm, ujung acute, pangkal rounded, tepi daun denticulate. Daun median oblanceolate, 0.9 x 0.6 mm, ujung acuminate, pangkal rounded. Daun aksilar lanceolate, 1-0.6 mm, ujung acute, pangkal daun rounded. Strobilus bilateral, pipih. Sporofil dimorfik. Perbedaan dengan S. ciliaris terletak pada bentuk daunnya, daun lateral pada S. subspinulosa berbentuk elliptics, pada S. ciliaris berbentuk ovate triangular. Persebaran Catatan : Citambur, Bandung. : Ukuran tumbuhan sangat kecil, daun lateral berbentuk elliptic.

24 Lampiran 15 Selaginella uncinata. A. Habitus, B. Daun lateral, C. Daun median, D. Daun aksilar, E. Strobilus, F. Pola percabangan. Selaginella uncinata. Herba terestrial, menjalar. Rhizofor aksilar, menggantung, diameter 0.1 mm, panjang 4.8 mm. Batang menjalar, bulat, diameter 1 mm, tinggi 26 cm. Pola percabangan flabellate, jarak antar cabang 2-4 cm, percabangan menggarpu hingga 1-5 kali. Daun lateral elliptic, 2-3 x 1.5-2 mm, jarak antar daun 2 mm, ujung acute, pangkal rounded hingga truncate, permukaan daun licin. Daun median oblanceolate hingga ovate, 2 x 1 mm, ujung acute, pangkal hastate hingga rounded, jarak antar daun 1.8 mm, permukaan licin, Daun aksilar elliptics, 1.5-2 x 1.3 mm, ujung acute, pangkal daun rounded, permukaan daun licin. Strobilus bilateral, sporofil dimorfik. Habitat ditempat ternaungi dan terdapat sumber air. Persebaran Catatan : Cibeber dan Bandung. : Batang menjalar, percabangan mengumpul di ujung, sporofil rapat.

25 Lampiran 16 Selaginella willdenovii. A. Habitus, B. Daun lateral, C. Daun median, D. Daun aksilar, E. Strobilus, F. Pola percabangan. Selaginella willdenovii. Herba tinggi, hingga1-2 meter, terestrial, menjalar. Rhizofor aksilar, di bawah, diameter 0.2-0.6 mm. Batang menjalar, bulat, diameter 0.5-2, tinggi 20-31 cm, permukaan licin. Pola percabangan pseudopinnate dengan anak cabang menyirip, satu pinna terdiri dari 4-8 pinnule, tiap pinnule terdiri dari 2-6 subpinnule, cabang lateral membentuk bulat telur teratur. Daun metallic saat terpapar cahaya. Daun lateral ovate lanceolate, 3-4.5 x 1.8 mm, jarak antar daun 1.5 mm, ujung acute, pangkal rounded, permukaan daun licin, tepi daun rata daun menyebar di sepanjang batang utama. Daun median elliptics, 1.8 x 1.1 mm, ujung acute, pangkal cordate, jarak antar daun 2 mm, permukaan licin, tepi daun rata. Daun aksilar lanceolate, 1.5-2 x 0.8 mm, ujung acute, pangkal daun rounded, tepi daun rata. Strobilus tetragenous, 1-5 strobilus pada satu pinna. Sporofil seragam. Habitat di tanah remah atau padat, ternaungi sebagian atau terpapar. Tumbuh pada ketinggian 20-1600 m dpl. Persebaran Catatan : Cidadap, Cibeber, Bogor, Bandung, Depok, Cileles, Gunung Salak. : Cabang lateral membentuk bulat telur teratur, daun metallic saat terpapar cahaya, pangkal daun aksilar auriculate.

26 Lampiran 17 Selaginella zollingeriana. A. Habitus, B. Daun lateral, C. Daun median, D. Daun aksilar, E. Strobilus, F. Pola percabangan. Selaginella zollingeriana. Herba, tegak. Pola percabangan pseudopinnate dengan percabangan dikotom (menggarpu), percabangan menggarpu sebanyak 1-4 kali, jarak antar cabang 1-3 cm. Batang, tinggi 7-15 cm diameter 1-2 mm, licin. Rhizofor basal. Daun lateral ovate-lanceolate, panjang 1.7-2.5 mm lebar 1-1.2 mm, tepi daun denticulate. Daun median ovate, panjang 1-1.5 mm, lebar 0.8-1 mm, dengan ujung daun acuminate, tepi daun ciliolate ciliate. Daun aksilar elliptic, panjang 1.5 mm lebar 1-1.2 mm, tepi daun licin, ujung acute. Strobilus bilateral, sporofil dimorfik, berbentuk ovate lanceolate-oblong falcate dengan ciliate pada daun ventral dan ciliolate pada daun dorsal, sporangium kuning oranye. Tumbuhan endemik Jawa (Alston 1935). Persebaran Catatan : Cilua dan Bandung. : Daun lateral renggang, rhizofor basal, percabangan mengumpul di ujung batang.

27 Lampiran 18 Selaginella sp 1. A. Habitus, B. Daun lateral, C. Daun median, D. Daun aksilar, E. Strobilus, F. Pola percabangan. Selaginella Sp1. Herba, tegak. Pola percabangan pseudopinnate, panjang pinna 3.3-6.4 cm. Batang tinggi 23-28 cm diameter 1-2 mm, licin. Rhizofor basal. Daun lateral ovate lanceolate, panjang 1.3-2 mm lebar 0.8-1 mm, tepi daun denticulate. Daun median ovate, panjang 1-1.5 mm, lebar 0.8-1 mm, dengan ujung daun aristate, tepi daun ciliolate. Daun aksilar lanceolate, panjang 1.5 mm lebar 0.7-1 mm, tepi daun ciliolate-denticulate, ujung acute. Strobilus tetragenous, sporofil dimorfik. Persebaran Catatan : Gunung Halimun : Susunan daun lateral rapat, tersebar hingga ke batang utama.