perkembangan penyakit DM perlu untuk diperhatikan agar komplikasi yang menyertai dapat dicegah dengan cara mengelola dan memantau perkembangan DM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang albuminuria, yakni: mikroalbuminuria (>30 dan <300 mg/hari) sampai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

kematian sebesar atau 2,99% dari total kematian di Rumah Sakit (Departemen Kesehatan RI, 2008). Data prevalensi di atas menunjukkan bahwa PGK

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

darah. Kerusakan glomerulus menyebabkan protein (albumin) dapat melewati glomerulus sehingga ditemukan dalam urin yang disebut mikroalbuminuria (Ritz

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Chronic Kidney Disease (CKD) adalah gangguan fungsi ginjal yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar oleh karena insidensinya yang semakin meningkat di seluruh dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan kasus sebanyak 300 juta penduduk dunia, dengan asumsi 2,3%

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I.PENDAHULUAN. dengan penurunan glomerular filtrate rate (GFR) serta peningkatan kadar

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

I. PENDAHULUAN. cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nefropati diabetik merupakan komplikasi mikrovaskular diabetes melitus

BAB.I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Diabetes Melitus adalah penyakit kelainan metabolik yang memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) berdasarkan American Diabetes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada pemeriksaan berulang (PERKI, 2015). Hipertensi. menjadi berkurang (Karyadi, 2002).

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN

2003). Hiperglikemia juga menyebabkan leukosit penderita diabetes mellitus tidak normal sehingga fungsi khemotaksis di lokasi radang terganggu.

PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Penelitian. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang memiliki

POLA PENGGUNAAN OBAT GOLONGAN ACEi DAN ARB PADA PASIEN DIABETES NEFROPATI DI RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA

jantung dan stroke yang disebabkan oleh hipertensi mengalami penurunan (Pickering, 2008). Menurut data dan pengalaman sebelum adanya pengobatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah salah satu penyakit dengan risiko

KATA PENGANTAR. dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. 2. Ni Made Pitri Susanti, S.Farm., M.Si.,Apt. selaku Ketua Jurusan Farmasi

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular dan penyebab utama end stage renal disease (ESRD). Kematian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan lambat. PGK umumnya berakhir dengan gagal ginjal yang memerlukan terapi

BAB I PENDAHULUAN. akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO, 1999). Berdasarkan data dari WHO

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan salah satu kondisi kronis yang sering terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan

BAB I PENDAHULUAN. hidup saat ini yang kurang memperhatikan keseimbangan pola makan. PGK ini

PROPORSI ANGKA KEJADIAN NEFROPATI DIABETIK PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PENDERITA DIABETES MELITUS TAHUN 2009 DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah pasien gagal ginjal kronis setiap tahun semakin meningkat,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4.10 Instrumen Penelitian Prosedur Penelitian Manajemen Data Analiasis Data BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai proteksi, pengaturan reseptor

BAB I PENDAHULUAN. dan 8 16% di dunia. Pada tahun 1999 berdasarkan data Global burden of

BAB 1 PENDAHULUAN. sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo,

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

BAB III METODE PENELITIAN. cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Glomerulonefritis akut masih menjadi penyebab. morbiditas ginjal pada anak terutama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah (Benowitz,2012)

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. diperkirakan meningkat mencapai 380 juta jiwa pada tahun Di Amerika

ABSTRAK HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN DERAJAT PROTEINURIA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI NEFROPATI DIABETIK DI RSUP SANGLAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang menjalani hemodialisis reguler

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kematian ketiga terbanyak di negara-negara maju, setelah penyakit jantung dan

BAB I PENDAHULUAN. insulin secara relatif maupun absolut (Hadisaputro & Setyawan, 2007).

Obat Penyakit Diabetes Metformin Biguanide

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. juta orang di seluruh dunia pada tahun World Heath Organization

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN Penyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan suatu masalah kesehatan yang serius di dunia. Hal ini dikarena penyakit ginjal dapat menyebabkan kematian, kecacatan serta penurunan kualitas hidup bagi penderitanya. Menurut National Kidney Foundation (NKF) dan Kidney Dialysis Outcomes and Quality Initiative (K/DOQI), PGK terjadi karena adanya kerusakan ginjal secara progresif dan bersifat irreversible yang ditandai dengan perubahan struktur maupun fungsi ginjal yang terjadi selama 3 bulan atau lebih, dengan atau tanpa penurunan Glomerular Filtration Rate (GFR). Selain itu PGK dapat didefinisikan sebagai terjadinya penurunan laju GFR kurang dari 60 ml/menit/1,73 m 2 selama 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal dan biasanya disertai dengan albuminuria. Menurut data yang diperoleh dari National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES), diabetes melitus merupakan faktor utama penyebab terjadinya PGK yaitu sebesar 40,2% disusul kemudian penyakit jantung sebesar 28,2% dan hipertensi sebesar 24,6% (NKF, 2002; CDC, 2007). Diabetes melitus (DM) menurut American Diabetes Association (ADA) merupakan suatu gangguan metabolisme tubuh yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah (hyperglicemia) sebagai akibat dari defisiensi sekresi insulin, defisiensi aktivitas insulin (sensitivitas) atau defisiensi keduanya. Hal tersebut berhubungan dengan gangguan metabolisme terhadap karbohidrat, lemak, dan protein (ADA, 2009). Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang dapat menyebabkan komplikasi, baik komplikasi makrovaskular (penyakit arteri coroner, penyakit arteri perifer, stroke) maupun mikrovaskular (diabetes retinopati, diabetes nefropati, diabetes neuropati). Oleh karena itu 1

2 perkembangan penyakit DM perlu untuk diperhatikan agar komplikasi yang menyertai dapat dicegah dengan cara mengelola dan memantau perkembangan DM serta penyakit vaskular penyerta lainnya (Fowler, 2008). Komplikasi mikrovaskular yang dapat terjadi pada pasien DM adalah diabetes nefropati. Diabetes nefropati merupakan penyebab utama terjadinya PGK di dunia. Diabetes nefropati terjadi karena adanya kerusakan ginjal secara progresif yang disebabkan oleh DM dan ditandai dengan meningkatnya kadar albumin dalam urin (mikroalbuminuria, 30 sampai 299 mg/hari) (pada pemeriksaan minimal 3 kali, selama 3 sampai 6 bulan) dan disertai dengan menurunnya GFR. Mikroalbuminuria yang menetap merupakan penanda terjadinya tahap awal menurunnya fungsi ginjal pada pasien DM dengan nefropati (ADA b, 2011). Mikroalbuminuria terjadi sebagai manifestasi dari proses hiperfiltrasi dalam ginjal. Proses hiperfiltrasi terjadi karena adanya vasokonstriksi pada arteriol efferen dalam ginjal yang menyebabkan terjadinya hipertensi intraglomerular. Peningkatan tekanan tersebut yang dapat merusak endotel serta sawar filtrasi glomerulus dalam ginjal. Selanjutnya sebagai akibat dari proses hiperfiltrasi akan ditemukannya protein atau albumin dalam urin (proteinuria atau mikroalbuminuria). Selain itu, keadaan hiperglikemi juga dapat berpengaruh terhadap perkembangan nefropati pada pasien DM. Hal ini disebabkan karena hiperglikemi dapat menyebabkan meningkatnya reaksi glikosilasi antara glukosa dan protein-protein pada membran basal glomerulus sehingga memicu sel mesangial untuk mensekresikan kelebihan matriks ekstraseluler. Kelebihan matriks glikosilat tersebut yang menyebabkan pembuluh darah dalam ginjal menjadi tebal sehingga menggangu proses difusi oksigen dalam pembuluh darah. Berkurangnya pasokan oksigen dalam jaringan menyebabkan terjadi iskemia jaringan.

3 Faktor-faktor tersebut yang dapat mempengaruhi perkembangan nefropati pada pasien DM (Jackson, 2006; O Callaghan, 2009). Di Amerika Serikat antara 20 sampai 40% pasien diabetes memiliki potensi berkembang menjadi diabetes nefropati. Menurut data statistik ADA dari 18,8 juta orang yang terdiagnosa DM, sekitar 48.374 orang telah memulai terapi diabetes nefropati tahap akhir atau End Stage Renal Disease (ESRD) dan 202.290 orang telah menjalani dialisis dan transplantasi ginjal akibat diabetes nefropati (ADA a, 2011, ADA b, 2011). Sedangkan di Indonesia menurut penelitian yang dilakukan oleh Liew Kok Leong, menyebutkan bahwa dari 366 pasien DM tipe 2 sekitar 31 pasien (8,5%) menderita nefropati (Leong, 2010). Terapi yang digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit diabetes nefropati adalah dengan mengendalikan kadar glukosa dan tekanan darah secara intensif. Pengendalian kadar glukosa darah dapat menggunakan Obat Hipoglikemik Oral (OHO) atau insulin, sedangkan pengendalian tekanan darah dapat menggunakan obat antihipertensi (Gross, 2005). Pada penderita DM dengan komplikasi hipertensi, kontrol tekanan darah memegang peranan penting dalam perkembangan diabetes nefropati. Berdasarkan The United Kingdom Prospektif Diabetes Study (UKPDS), setiap penurunan tekanan darah 10 mmhg dapat menurunkan rata-rata kematian akibat diabetes nefropati sekitar 13% (JNC 7, 2004; Triplitt, 2008). Menurut United State Renal Data System (USRDS), penggunaan Angiotensin Converting Enzyme inhibitor (ACEi) (Captopril, Lisinopril) dan Angiotensin Receptor Blocker (ARB) (Vasartan, Temisartan, Candesartan) sebagai antihipertensi dapat menurunkan angka kejadian penyakit ginjal dari 5 sampai 10% per tahun menjadi 1% per tahun (Joy, 2008). Oleh karena itu pemberian ACEi dan ARB merupakan terapi yang

4 direkomendasikan untuk pasien DM dengan nefropati selain pemberian OHO. Menurut ADA dan NKF target terapi yang harus dicapai untuk diabetes nefropati adalah penurunan tekanan darah kurang dari sama dengan 130/80 mmhg. Hal ini bertujuan untuk menghambat perkembangan nefropati menjadi ESRD (Triplitt, 2008). Selain itu ACEi dan ARB merupakan renoprotective agent yang bekerja dengan menurunkan kadar albumin dalam urin serta meningkatkan nilai GFR. Efek perlindungan ACEi dan ARB terhadap ginjal yaitu dengan vasodilatasi arteriol efferen sehingga dapat menurunkan tekanan intraglomerular yang memicu rusaknya glomerulus karena proses hiperfiltrasi dalam ginjal. Selain itu, ACEi berperan dalam meningkatkan selektivitas permeabilitas membran sehingga dapat menurunkan stimulasi produksi matriks dan poliferasi pada sel mesangial yang berperan dalam perkembangan nefropati pada pasien diabetes. Menurut penelitian mengenai diabetes nefropati, penurunan 50% kadar albumin dalam urin dapat menurunkan 50% resiko perkembangan nefropati menuju ESRD (Jackson, 2006). Obat golongan ACEi dan ARB dapat diberikan sebagai monoterapi atau kombinasi terapi untuk mencapai target penurunan sekresi albuminuria serta tekanan darah yang diinginkan. Misalnya, kombinasi antara ACEi atau ARB dengan obat diuretik dapat menurunkan resiko terjadinya penyakit kardiovaskular dan perkembangan pada penyakit ginjal. Namun, penggunaan diuretik hemat kalium pada pasien diabetes nefropati perlu dihindari untuk mencegah terjadinya hiperkalemia (Datta, 2010). Oleh karena itu, perlu adanya pemantauan terhadap kadar kalium dalam darah serta penyesuaian dosis pada penggunaan ACEi dan ARB bersama dengan obat diuretik hemat kalium atau suplemen yang mengandung kalium. Efek samping lain yang sering timbul pada penggunaan ACEi sebagai terapi antihipertensi adalah batuk kering pada sekitar 20% pasien pengguna ACEi

5 (Jackson, 2006). Permasalahan lain yang mungkin dapat terjadi pada penggunaan ACEi dan ARB di lapangan meliputi pola regimentasi obat, outcome terapi dan Drug Related Problems (DRPs) yang bervariasi pada setiap pasien. Oleh karena itu, perlu adanya suatu studi mengenai pola penggunaan obat golongan ACEi dan ARB pada pasien diabetes nefropati. Drug Utilization Study (DUS) merupakan studi tentang penggunaan obat yang digunakan untuk menggambarkan perkembangan pola penggunaan obat dalam suatu populasi, baik dalam jangkauan regional, nasional maupun institusional. Selanjutnya dapat dilakukan suatu evaluasi terhadap pola penggunaan obat tersebut sehingga kualitas hidup pasien dapat ditingkatkan (Gamma, 2008). Penelitian dilakukan di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya yang merupakan rumah sakit tingkat 1 dan merupakan rumah sakit rujukan di wilayah Surabaya Timur untuk anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) beserta keluarga dan masyarakat umum disekitarnya. Perumusan masalah pada peneliatian ini adalah bagaimanakah pola penggunaan obat golongan ACEi dan ARB pada pasien diabetes nefropati di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya? Penelitian ini dilakukan dengan tujuan, (1) mengetahui dan mengkaji pola regimentasi obat pada pasien diabetes nefropati, (2) Mengkaji hubungan antara penggunaan ACEi dan ARB dengan outcome terapi pada pasien diabetes nefropati, dan (3) mengidentifikasi dan mengkaji Drug Related Problems (DRPs) yang dapat timbul pada penggunaan ACEi dan ARB dengan obat lain pada pasien diabetes nefropati. Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan informasi mengenai pola penggunaan obat ACEi dan ARB pada pasien diabetes nefropati. Selain itu, dapat digunakan sebagai masukan bagi Komite Farmasi dan Terapi Rumkital Dr. Ramelan Surabaya dalam pemilihan obat untuk pasien khususnya diabetes nefropati.