BADAI DAN PENGARUHNYA TERHADAP CUACA BURUK DI INDONESIA. Drs. Achmad Zakir, AhMG Mia Khusnul Khotimah, AhMG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SIKLON TROPIS YVETTE DAN DAMPAKNYA TERHADAP KONDISI CUACA DI INDONESIA (19 23 Desember 2016) Disusun oleh : Kiki, M. Res Rudy Hendriadi

ANALISA PERGERAKAN SIKLON TROPIS STAN DAN SIKLON TROPIS YVETTE DAN DAMPAKNYA TERHADAP CURAH HUJAN DI SUMBAWA BESAR

Tahun Pasifik Barat Hindia Selatan Teluk Benggala Total

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis wilayah Indonesia terletak di daerah tropis yang terbentang

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang mana secara geografis terletak pada Lintang Utara

PROSPEK KEJADIAN SIKLON TROPIS DI WILAYAH SAMUDERA HINDIA SELATAN INDONESIA PADA MUSIM SIKLON 2016/2017

I. INFORMASI METEOROLOGI

ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

Keywords : tropical cyclone, rainfall distribution, atmospheric conditions. Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

I. INFORMASI METEOROLOGI

Geografi. Kelas X ATMOSFER IV KTSP & K-13. I. Angin 1. Proses Terjadinya Angin

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. INFORMASI METEOROLOGI

DEPRESI DAN SIKLON PENGARUHI CUACA INDONESIA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA

I. INFORMASI METEOROLOGI

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

Peristiwa Alam yang Merugikan Manusia. a. Banjir dan Kekeringan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STASIUN METEOROLOGI PATTIMURA AMBON

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya

1. Kebakaran. 2. Kekeringan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DAERAH RAWAN BENCANA ANGIN KENCANG DI BALI. Oleh. Komang Arthawa Lila, MS

ANALISIS CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI WILAYAH KAB. SUMBAWA TANGGAL 11 FEBRUARI 2017

ANALISIS KEJADIAN HUJAN LEBAT DI KOTA BALIKPAPAN TANGGAL 29 NOVEMBER

KARAKTER CURAH HUJAN DI INDONESIA. Tukidi Jurusan Geografi FIS UNNES. Abstrak PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1.

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS I JUANDA SURABAYA

PRAKIRAAN ANOMALI IKLIM TAHUN 2016 BMKG DI JAWA TENGAH

Analisis Dampak Siklon Tropis Nangka, Parma dan Nida pada Distribusi Curah Hujan di Sulawesi Utara

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

LAPORAN ANALISIS HUJAN DI WILAYAH DKI JAKARTA TANGGAL 04 OKTOBER 2009

Cuaca Ekstrim ( Extreme Weather ) Badai Tornado di Amerika Serikat Oleh : Bhian Rangga JR NIM K P. Geografi FKIP UNS

ANALISIS CUACA EKSTREM LOMBOK NTB HUJAN LEBAT (CH mm) DI LOMBOK TENGAH 15 SEPTEMBER 2016

Executive Summary Laporan Kondisi Cuaca di Wilayah Sumatera Barat dan Sekitarnya tanggal September 2009

IDENTIFIKASI CUACA DAN ANGIN KENCANG DI WILAYAH SABANG, BANDA ACEH DAN ACEH BESAR TANGGAL 23 MEI 2016

KONTRIBUSI CURAH HUJAN TERPENGARUH SIKLON TROPIS TERHADAP CURAH HUJAN BULANAN, MUSIMAN, DAN TAHUNAN DI INDONESIA BAGIAN SELATAN TAHUN

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

ANALISIS KLIMATOLOGI HUJAN EKSTRIM BULAN JUNI DI NEGARA-BALI (Studi Khasus 26 Juni 2017)

ANALISIS KEJADIAN CUACA EKSTRIM TERKAIT HUJAN LEBAT, BANJIR DAN TANAH LONGSOR DI KOTA BALIKPAPAN DAN PENAJAM PASIR UTARA (PPU) TANGGAL 17 MARET 2018

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PROSPEK IKLIM DASARIAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Update: 01 Februari 2016

ANALISIS CURAH HUJAN DASARIAN III MEI 2017 DI PROVINSI NTB

ANALISIS KEJADIAN HUJAN SANGAT LEBAT DISERTAI ANGIN KENCANG DI WILAYAH RASAU JAYA, KAB. KUBU RAYA KALIMANTAN BARAT TANGGAL 10 SEPTEMBER 2017

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 13 Februari 2016 s/d 18 Februari 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS KEJADIAN ANGIN KENCANG DAN HUJAN LEBAT DI KAB. MEMPAWAH KALIMANTAN BARAT TANGGAL 09 AGUSTUS 2017

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

DAMPAK EL NINO DAN LA NINA TERHADAP PELAYARAN DI INDONESIA M. CHAERAN. Staf Pengajar Stimart AMNI Semarang. Abstrak

ANALISIS CUACA EKSTRIM NTB HUJAN LEBAT TANGGAL 31 JANUARI 2018 LOMBOK BARAT, LOMBOK UTARA, DAN LOMBOK TENGAH Oleh : Joko Raharjo, dkk

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

STASIUN METEOROLOGI GAMAR MALAMO GALELA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

TARUNA METEOROLOGI STMKG WAJIB PAHAMI ANALISIS CUACA

LAPORAN POTENSI HUJAN AKHIR JANUARI HINGGA AWAL FEBRUARI 2016 DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

POKOK BAHASAN : ANGIN

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

ANALISIS CURAH HUJAN SAAT KEJADIAN BANJIR DI SEKITAR BEDUGUL BALI TANGGAL 21 DESEMBER 2016

BULETIN METEOROLOGI BMKG STASIUN METEOROLOGI SYAMSUDIN NOOR BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. September Volume V - No.

KAJIAN METEOROLOGI DALAM KEJADIAN BANJIR BIMA TANGGAL 21 DAN 23 DESEMBER 2016

BULETIN METEOROLOGI BMKG STASIUN METEOROLOGI SYAMSUDIN NOOR KELAS II BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Oktober Volume V - No.

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 08 Maret 2016 s/d 13 Maret 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 08 Maret 2016

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Analisis Hujan Lebat pada tanggal 7 Mei 2016 di Pekanbaru

ANALISIS KONDISI ATMOSFER PADA KEJADIAN BANJIR DI WILAYAH JAKARTA SELATAN (Studi kasus banjir, 27 dan 28 Agustus 2016) Abstrak

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BULETIN METEOROLOGI BMKG STASIUN METEOROLOGI SYAMSUDIN NOOR BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Agustus Volume V - No.

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT & PROSPEK CUACA WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR DESEMBER 2016 JANUARI 2017 FORECASTER BMKG EL TARI KUPANG

ANALISIS EKSTRIM DI KECAMATAN ASAKOTA ( TANGGAL 4 dan 5 DESEMBER 2016 )

ANALISIS PERTUMBUHAN, PERGERAKAN, DAN INTENSITAS SIKLON TROPIS MARCIA BERBASIS DATA SATELIT MTSAT

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 17 Februari 2016 s/d 22 Februari 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Northerly Cold Surge: Model Konseptual dan Pemantauannya

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

ANALISIS CUACA KEJADIAN BANJIR TANGGAL 26 OKTOBER 2017 DI BANDARA PONGTIKU KABUPATEN TANA TORAJA

BULETIN METEOROLOGI BMKG STASIUN METEOROLOGI SYAMSUDIN NOOR BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Juni Volume V - No.

Gambar 1. Peta Lintasan Siklon Tropis Dahlia ( Sumber :

KEJADIAN POHON TUMBANG DI PANGKALAN BUN TANGGAL 5 APRIL 2017

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS DAMPAK SIKLON TROPIS TERHADAP POLA DINAMIKA ATMOSFER DI GORONTALO (Studi Kasus Siklon Tropis Haiyan Dan Siklon Tropis Vongfong)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Oktober 2012 Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru. Ir. PURWANTO NIP Buletin Edisi Oktober 2012

ANALISIS ANGIN KENCANG DI ABDYA, ACEH BARAT DAN ACEH SELATAN 05 AGUSTUS 2015

Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 30 Januari 2016 s/d 04 Februari 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Transkripsi:

BADAI DAN PENGARUHNYA TERHADAP CUACA BURUK DI INDONESIA Drs. Achmad Zakir, AhMG Mia Khusnul Khotimah, AhMG Badai Tropis (disebut juga dengan Typhoon atau Tropical Cyclone) adalah pusaran angin kencang dengan diameter Sampai dengan 200 km dan berkecepatan > 200 km/jam serta mempunyai lintasan sejauh 1000 km. Dengan kecepatan angin sedemikian, sebuah badai tropis yang melintasi daratan dapat mengakibatkan kerusakan yang sangat hebat. Tidak hanya pohonpohon yang tercerabut dari akarnya, bangunan-bangunan permanen tersapu, mobil besar, kereta api, dan benda-benda besar atau berat lainnya terangkat dan beterbangan, serta menimbulkan ribuan korban jiwa. Pemberitaan mengenai badai, siklon tropis, dan putting beliung di media massa beberapa bulan terakhir seakan menambah kecemasan baru bagi masyarakat kita yang sudah kenyang diguncang bencana. Apalagi dengan banyaknya informasi simpang siur dan isu-isu yang berkembang seakan-akan terus memupuk kondisi resah dan was-was itu sampai-sampai menimbulkan ketakutan yang berlebihan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Ditambah lagi interpretasi dan analisa meteorologi yang dilakukan secara terburu-buru dan tanpa dasar data yang kuat hanya akan menghasilkan informasi yang salah. Dan pada akhirnya juga akan menimbulkan keresahan bagi masyarakat. Kalimat yang menyatakan bahwa Badai dikirim dari Australia dan akan singgah di Jawa atau Badai yang terjadi saat ini merupakan anomali cuaca, adalah beberapa contoh kesalahan interpretasi dan analisa yang berhasil membuat masyarakat kita lebih panik dan cemas. Analisa parameter-parameter cuaca khususnya yang berkaitan dengan badai (mulai dari sifatnya, geraknya, pertumbuhannya, hingga kerusakan yang mungkin ditimbulkannya) memerlukan pemahaman mendalam mengenai ilmu cuaca. Dan memahami ilmu cuaca tidak hanya bersifat liner tapi bersifat multfungsi dan pemahaman secara kesuluruhan sirkulasi udara serta sebab dan akibatnya.

SEKILAS BADAI TROPIS Meskipun badai itu sendiri sebenarnya sudah ada sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu, kata Badai di telinga masyarakat Indonesia seolah-olah merupakan fenomena yang baru, aneh dan seolah-olah sama dengan badai yang terjadi di Amerika, Australia, Jepang, china dan Filipina. Ini karena badai (yang disamping dapat menimbukan kerugian material sangat besar juga dikenal menelan korban jiwa yang tidak sedikit), akhir-akhir ini seringkali dijadikan sorotan oleh media massa. Sisi positifnya, serbuan informasi tersebut menjadikan masyarakat kita menjadi lebih cerdas, kritis dan aware. Namun juga harus berhati-hati apakah informasi yang sampai kepada masyarakat adalah benar atau hanya sekedar isu. Karena informasi yang salah justru akan membingungkan dan berdampak buruk terhadap kondisi masyarakat itu sendiri. Badai Tropis (disebut juga dengan Typhoon atau Hurricane atau Tropical Cyclone) merupakan pusaran angin kencang dengan diameter sampai dengan 200 km/jam, berkecepatan > 200 km serta mempunyai lintasan sejauh 1000 km. Setiap tahunnya badai tumbuh di atas perairan luas di setiap samudera yang ada di permukaan bumi. Ia bisa tumbuh ketika suhu muka laut berada di atas 27 o C dan bisa dideteksi kemungkinan tumbuhnya sejak tiga hari sebelumnya. Karena bertambahnya faktor kekasaran permukaan dan kehilangan sumber kelembabannya, badai akan melemah ketika masuk ke daratan. Sebuah sistem pusaran angin yang terbentuk di atas samudra luas belum bisa disebut badai jika belum memiliki beberapa kualifikasi. Yang utama, ia tidak akan disebut badai kecuali memiliki kecepatan angin lebih dari 34 knot (63 km/jam) dan berada diskeitra laut. Calon bibit badai ini juga belum tentu akan tumbuh menjadi badai jika tidak ada faktor-faktor meteorologis lain yang mendukung. Suatu Pusat Peringatan Siklon Tropis yang telah ditunjuk sebelumnya oleh Badan Meteorologi Internasional berwenang memberi nama badai ini dan menyebarkan peringatan ke seluruh dunia. Namun untuk sementara ini Indonesia baru akan diberi tanggung jawab sebagai salah satu Pusat Peringatan Siklon Tropis untuk wilayah 0 10 derajat Lintang Selatan dan 90 120 Bujur Timur pada awal tahun 2008.

INDONESIA BUKAN DAERAH LINTASAN BADAI Setiap badai bergerak dengan lintasan mereka masing-masing. Meskipun demikian, pada umumnya badai yang terbentuk di sebelah Utara ekuator bergerak ke arah Barat atau Barat Laut, dan badai yang terbentuk di sebelah Selatan ekuator bergerak ke arah Barat atau Barat Daya. Ini berkaitan banyak faktor termasuk di antaranya arah rotasi bumi dan gaya corioli yang ditimbulkannya. Badai tropis bergerak berbanding lurus dengan besar gaya coriolis bumi. Di sini berlaku fungsi matematik Sinus Ф dengan Ф adalah besar lintang. Karena Indonesia berada di wilayah ekuator dengan sudut lintang rendah, maka harga Sinus yang didapat mendekati nol. Hal tersebut menyebabkan badai tropis apapun tidak mungkin melintasi wilayah Indonesia. Bisa dilihat dari data klimatologi bahwa wilayah tumbuh badai tropis adalah di atas 10 o LS pada bulan Desember sampai April dan diatas 10 o LU pada bulan September sampai November. Indonesia tidak seperti negara-negara yang seringkali menjadi lintasan badai seperti Amerika, Jepang, Australia, Filipina atau negara lainnya. Indonesia hanya akan terkena pengaruh tidak langsung yaitu berupa angin kencang, gelombang tinggi dan hujan pada daerah-daerah yang dekat dengan tempat tumbuhnya badai. Pada saat musim kemarau, Badai Tropis tumbuh di sekitar perairan sebelah Utara Papua Nugini dan bergerak ke arah Filipina dan Korea/ Jepang. Badai jenis ini termasuk di antaranya Badai Tropis Cimaron (6 Oktober 6 November 2006), Badai Tropis Durian (26 November 6 Desember 2006) maupun Badai Tropis Utor (6 14 Desember 2006). Biasanya daerah yang terpengaruh adalah sekitar Sulawesi Utara dan Papua Nugini. Pada saat musim hujan, badai tropis tumbuh di sekitar perairan Laut Timor atau Teluk Carpentaria dan bergerak ke arah Barat atau Barat Daya. Badai jenis ini termasuk di antaranya Badai Tropis Nelson (6 7 Februari 2007), Badai Tropis George (3 9 Maret 2007) maupun Badai Jacob (7 12 Maret 2007). Badai ini mempengaruhi kondisi cuaca di wilayah Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa, Bali dan Sumatera Selatan. Meskipun dikatakan bahwa pengaruh badai di wilayah Indonesia bisa berupa angin kencang, gelombang tinggi dan hujan namun hal ini tidak mutlak selalu terjadi. Selain pengaruh dari posisi dan intensitas badai, timbulnya hujan lebat dan angin kencang tergantung pula pada faktor sirkulasi udara di wilayah Indonesia. Terkadang ketika ada indikasi tumbuh badai, pada berberapa wilayah kecenderungan cuacanya terlihat memburuk. Tapi ketika badai itu sudah matang

atau sudah diberi nama (kecuali daerah yang mempunyai radius 500 km dari pusat badai yang lebih sering mengalami hujan lebat), yang timbul di Indonesia justru hanya angin kencang dan gelombang tinggi. Kemudian di saat badai tersebut sudah menjauhi wilayah Indonesia atau ketika intensitasnya sudah melemah justru cuaca di Indonesia bagian selatan cenderung banyak hujan lebat. Itu semua tidak mutlak terjadi. Tergantung dari sirkulasi udara di atas Indonesia. Dari kenyataan itu dapat ditegaskan sekali lagi bahwa Badai tidak selamanya membentuk cuaca buruk di Indonesia, sehingga diperlukan dalam menganalisa dibuutuhkan prakirawan cuaca yang berpengalaman dan qualified, memahami seluk beluk sirkulasi udara, tidak hanya sekedar melihat satelit awan kemudian menyimpulkan adanya bibit badai akan mengancam Indonesia. KLIMATOLOGI BADAI Sub Bidang Informasi Meteorologi Publik BMG telah mengumpulkan data badai tropis yang pernah terjadi selama 41 tahun dari tahun 1965 2005. Data yang terkumpul khususnya untuk wilayah 0-50 LS dan 90-150 BT. Area ini mencakup wilayah Indonesia bagian selatan ekuator, Samudra Hindia bagian Timur, benua Australia, Papua Nugini dan Sebagian Samudera Pasifik Barat. Data 41 tahun seperti pada grafik dan tabel di atas dapat diketahui bahwa benar dikatakan bahwa bulan Januari, Februari dan Maret adalah periode puncak musim tumbuhnya badai tropis di wilayah 90 150 derajat. Dari tabel dan grafik menunjukkan bahwa pada bulan-bulan tersebut rata-rata terjadi 3 hingga 4 badai tropis. Jumlah terbanyak badai tropis yang pernah terbentuk di bulan Januari adalah 6 badai. Ini terjadi pada tahun 1982. Pada bulan Februari 8 badai tropis pernah terbentuk pada tahun 1971, dan di tahun 1966, 1873, 1974 dan bulan Maret tahun 1990 badai tropis yang terbentuk pernah mencapai angka 6.

BADAI TROPIS PERIODE 2006 2007 NAMA BADAI PERIODE KEJADIAN Jumlah CLARE 7-10 Januari 2006 DARYL 19-23 Januari 2006 2 JIM 28 Januari - 1 Februari 2006 KATE 22-24 Februari 2006 3 EMMA 26-28 Februari 2006 LARRY 18-20 Maret 2006 FLOYD 21-27 Maret 2006 3 GLENDA 28-31 Maret 2006 HUBERT 5-7 April 2006 2 MONICA 17-24 April 2006 ISOBEL 2 3 Januari 2007 1 NELSON 6 7 Februari 2007 1 GEORGE 3-9 Maret 2007 JACOB 7-12 Maret 2007 2 Dari tabel data di atas dapat dilihat bahwa pada bulan Januari 2006 terjadi 3 buah badai tropis, bulan Februari 2006 terjadi 2 kali, 3 buah terjadi di bulan Maret 2006, 2 kali terjadi bulan April 2006, dan bulan Maret 2007 sudah terjadi 2 kali kejadian badai setelah sebelumnya terdapat satu kali kejadian badai masing-masing di bulan Januari dan Februari 2007. Jika dibandingkan dengan periode normalnya (Januari hingga Maret masing-masing 3 hingga 4 kali kejadian badai), memang terjadi penyimpangan. Namun bukannya penyimpangan dalam artian Tahun 2006 atau tahu 2007 ini lebih banyak daripada normalnya, justru yang terjadi adalah sebaliknya, jumlah badai tropis yang terjadi pada bulan Januari dan Februari kurang dari rata-ratanya. Namun demikian penyimpangan yang lebih besar pernah terjadi pada tahun 1991 dan 1995 dimana di bulan Januari sama sekali tidak ada kejadian badai tropis. Bagaimana dengan akhir Maret dan April 2007 ini? Apakah akan tumbuh lagi badai lain? menurut data rata-rata 41 tahun menunjukan bulan maret adalah 3, sementara yang sudah terjadi baru 2 badai, Apakah sampai dengan akhir Maret ini kan tumbuh?, dari modelangin dan model tekanan belum terlihat indikasi akan ada badai, sedangkan bulan April terlalu dini untuk memprakirakannya dan perlu diingatkan bahwa badai dapat diketahui 3 hari sebelumnya. Kita tidak perlu menunggu sampi datangnya badai sebaiknya kita harus waspada dan tetap tenang dan jangan panik, BMG melalui Sub Bidang Informasi Meteorologi Publik akan memberikan informasi jika memang sudah terlihat indikasi datangnya badai.

KESIMPULAN 1. Badai Tropis harus dilihat dari kecepatan angin kemudian baru tekanan bukan dari citra satelit awan 2. Dampak tidak langsung dari Badai Tropis ditentukan sirkulasi udara yang sedang terjadi 3. Cuaca Buruk : hujan lebat, angin kencang dan gelombang tinggi terjadi pada saat sebelum Badai Tropis tumbuh 4. Badai Tropis tidak melintasi Indonesia, dampak tidak langsungnya tergantung arah gerakan dari badai itu sendiri 5. Rata-rata jumlah Badai Tropis pada bulan Maret sebanyak 3 kali, sedangakan bulan April antara 1 atau 2 kali REKOMENDASI : 1. Tidak memberikan informasi Badai jika tidak dilengkapi dengan data yang akurat 2. Agar berkordinasi dengan Sub Bidang Informasi Meteorologi Publik 3. Dalam menganalisa Puting beliung sebaiknya tidak perlu dikaitkan dengan Badai Tropis karena mempunyai skala ruang dan waktu yang sangat berbeda

DAFTAR PUSTAKA 1. Achmad Zakir. Drs, Hujan lebat, Angin Kencang dan Badai, 2005 2. Achmad Zakir. Drs, Badai Angin, 2006 3. Achmad Zakir. Drs, Bagaimana mengetahui adanya Angin Kencang/Putting Beliung, 2006 4. WMO, TD 1129, 2002