BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan masyarakat merupakan kombinasi antara teori (ilmu) dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya angka harapan hidup (life ecpectancy) merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap. lahir dan umumnya dialami pada semua mahluk hidup (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimulai sejak dari awal kehidupan. Usia lanjut adalah sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat di dalamnya adalah posyandu. Posyandu

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. psikososial (Nugroho, 2008). Berdasarkan Undang-undang Nomor 13 tahun

Dinamika Kebidanan vol. 2 no 2. Agustus 2012

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ismawati tahun 2010 (dalam Ariyani dkk, 2012), posyandu

HUBUNGAN PENGETAHUAN KADER DENGAN KINERJA KADER POSYANDU LANSIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. usia (lansia) di dunia. Lansia adalah seseorang yang berumur 60 tahun atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Balita termasuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. perlu dilakukan karena kesehatan bukan tanggung jawab pemerintah saja, namun

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Ayat 1 dan UU NO.36 Tahun 2009) dan sekaligus sebagai investasi, kesehatan yang optimal (Komnas Lansia, 2010).

PERSEPSI KEPALA KELUARGA TERHADAP PENGEMBANGAN DESA SIAGA DI DESA NGEMPLAK KECAMATAN KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta

BAB I PENDAHULUAN. ini diakibatkan oleh peningkatan populasi lanjut usia (lansia) dengan

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI. nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. (Effendy,

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 (Kemenkes RI, 2014). Semakin meningkat usia harapan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan terdepan. Posyandu dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri dan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Fenomena ini dikenal sebagai penuaan penduduk yang terjadi di seluruh dunia. Pada Tahun

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan di Indonesia tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk Indonesia meningkat setiap tahunnya. Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 4,9 persen tahun Tidak terjadi penurunan pada prevalensi. gizi kurang, yaitu tetap 13,0 persen. 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya akan mencapai 36 juta

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia

BAB I PENDAHULUAN. atas yang mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap masalah kesehatan, khususnya terhadap kemungkinan jatuhnya

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Akibatnya jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. Masa golden period, potensi-potensi yang dimiliki seseorang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Lanjut usia adalah seseorang yang usianya lanjut, mengalami perubahan. serta dalam berperan aktif dalam pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bupati dalam melaksanakan kewenangan otonomi. Dengan itu DKK. Sukoharjo menetapkan visi Masyarakat Sukoharjo Sehat Mandiri dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan diseluruh dunia hamil.

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah menumbuh kembangkan pos pelayanan terpadu (posyandu).

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar, karena menyangkut pemenuhan kebutuhan yang sangat vital bagi kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan kesehatan, yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu ukuran fisik. penduduk (Depkes, 2004). Guna menyukseskan hal tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar.

BAB I PENDAHULUAN. oleh lanjut usia dalam proses penyesuaian diri tersebut yaitu permasalahan dalam

BETTY YULIANA WAHYU WIJAYANTI J.

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan karena mengancam kualitas sumber daya manusia yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali posyandu diperkenalkan pada tahun 1985, Posyandu menjadi. salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis

DATA POSYANDU DESA Jumlah seluruh balita di wilayah Jumlah seluruh balita di posyandu. Jumlah balita yang ditimbang bulan ini di wilayah kerja

BAB I PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat, akan berjalan baik dan optimal apabila proses kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk lebih serius dalam menangani masalah kesehatan, baik masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini mencakup 1,4 juta anak balita yang meninggal. Program Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

BAB I PENDAHULUAN. dari jumlah penduduk atau sekitar 19 juta jiwa. Menurut ramalan World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO GODEAN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran, tergantung pada keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jaringan lunak secara perlahan-lahan untuk memperbaiki diri maupun

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anak usia bawah lima tahun (balita) adalah anak yang berusia 0 59 bulan.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANCASAN WILAYAH PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ketertiban dunia yang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Manfaat Penyuluhan Gizi dalam Upaya Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia didunia sebesar 400 juta berada di Asia (Data Informasi &

tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk, dapat mengakibatkan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah pendunduk yang berusia diatas 60 tahun atau lanjut usia

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya bayi dan balita. Tujuan Posyandu adalah menunjang penurunan Angka

SISTEM STUDI TENTANG. Disusun Oleh SRI III GIZI FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI PUSKESMAS KUTA BARO KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2013 SUSI NOVITA

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan

Asti Nurilah Khadar 1, Dewi Hanifah 2

Jurnal Kesehatan Kartika 50

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Hal. masyarakat dan swasta (Depkes RI, 2005).

BAB 1 : PENDAHULUAN. disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk Lanjut Usia (Lansia). World

BAB I PENDAHULUAN. Usia antara 0-5 tahun adalah merupakan periode yang sangat penting

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan lanjut usia Bab 1 Pasal 1, yang dimaksud dengan Lanjut Usia adalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan masyarakat merupakan kombinasi antara teori (ilmu) dan praktik (seni) yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang usia hidup, dan meningkatkan kesehatan penduduk (masyarakat), melalui upaya-upaya pengorgnisasian masyarakat (Notoatmodjo, 2007). Partisipasi masyarakat atau Peran Serta Masyarakat (PSM) di didang kesehatan sangat penting, agar individu, keluarga maupun masyarakat umum bertanggung jawab terhadap kesehatan diri, keluarga, ataupun kesehatan masyarakat lingkungannya. Pada UU RI No. 23 tahun 1992, tentang kesehatan Bab VII pasal 71 diuraikan sebagai berikut, (1) masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan serta dalam penyelenggaraan upaya kesehatan beserta sumber dayanya, (2) pemerintah membina, mendorong, dan menggerakkan swadaya masyarakat yang bergerak di bidang kesehatan agar cepat lebih berdayaguna dan berhasilguna, (3) ketentuan mengenai syarat dan tata cara peran serta masyarakat di bidang kesehatan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Mengenai PSM, Pasal 72 Undang-undang tersebut, menyatakan bahwa (1) peran serta masyarakat adalah untuk memberikan pertimbangan dalam ikut menentukan kebijaksanaan pemerintah pada penyelenggaraan kesehatan dapat dilakukan melalui Badan Pertimbangan Kesehatan Nasional, yang beranggotakan tokoh masyarakat dan pakar lainnya, dan (2) ketentuan mengenai pembentukan, tugas pokok, fungsi dan tata kerja Badan Pertimbangan Kesehatan Nasional ditetapkan dengan Keputusan Presiden. 1

Departemen Kesehatan merumuskan visinya, sebagai Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat dan misinya yaitu Membuat masyarakat sehat, dengan strategi, yaitu menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan yang berkualitas, meningkatkan sistem surveilans, monitoring, dan informasi kesehatan, meningkatkan pembiayaan kesehatan (Depkes RI, 2006). Setiap tahun angka harapan hidup (life ecpectancy) di Indonesia terus meningkat. Hal ini dapat dilihat dari tahun 2011 angka harapan hidup di Indonesia mencapai 69,65 sedangkan dari tahun 2012 sampai 2014 menigkat menjadi 72 tahun. Meningkatnya angka harapan hidup ini justru membawa beban bagi masyarakat, karena populasi penduduk usia lanjut yang meningkat mengakibatkan kelompok resiko dalam masyarakat menjadi lebih tinggi (Kemenkes RI, 2015). Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah lansia pada tahun 2007 sebanyak 18,7 juta jiwa kemudian pada tahun 2010 meningkat menjadi 23,9 juta jiwa dari total populasi. Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah lansia mencapai 28.800.000 dari total populasi (Kemenkes RI, 2015). Menurut BPS 2009, sebaran penduduk lansia menurut provinsi, persentase penduduk lansia di atas 10% ada di provinsi D.I. Yogyakarta (14,02%), Jawa Tengah (10,99%), Jawa Timur (10,92%) dan Bali (10,79%) (Komnas Lansia, 2010). Dari data Kemenkes yang diperoleh pada tahun 2012 banyak keluhan kesehatan yang diderita oleh lansia, yang paling umum diderita oleh lansia yaitu batuk (17,81%) dan pilek (11,75%). Menurut hasil laporan Badan Litbangkes penyebab kematian di 15 kabupaten/kota tahun 2011, penyebab kematian 2

kelompok lansia (umur 55-64 tahun dan >65 tahun) yang paling tinggi yaitu stroke dan penyakit jantung koroner (Kemenkes RI, 2013). Meningkatnya jumlah lansia memberikan dampak pada tuntutan terhadap pelayanan kesehatan terutama di masyarakat baik itu di puskesmas maupun di posyandu. Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut di Jawa Tengah tahun 2015 sebesar 53,70%, menurun bila dibandingkan cakupan pada tahun 2014 (58,58%) (Dinkes Jateng, 2016). Posyandu Lansia merupakan pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana usia lanjut bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Kegiatan dari posyandu lansia menitikberatkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif. Dengan adanya Posyandu Lansia diharapkan para lansia lebih memahami dan mengetahui peran atau fungsi posyandu lansia untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan lansia yang nantinya akan berdampak pada keberhasilan meningkatnya kesehatan yang mandiri pada lansia (Komnas Lansia, 2010). Kader posyandu, menurut Departemen Kesehatan RI (2006) adalah seseorang atau tim sebagai pelaksana posyandu yang berasal dari dan dipilih oleh masyarakat setempat yang memenuhi ketentuan dan diberikan tugas serta tanggung jawab untuk pelaksanakan, pemantauan, dan memfasilitasi kegiatan lainnya. Kader diharapkan bisa memberikan berbagai pelayanan yang meliputi pengukuran tinggi dan berat badan, pengukuran tekanan darah, pengisian lembar Kartu Menuju Sehat (KMS), memberikan penyuluhan atau penyebarluasan 3

informasi kesehatan, menggerakkan serta mengajak usia lanjut untuk hadir dan berpartisipasi dalam kegiatan posyandu lansia, melakukan penyuluhan (kesehatan, gizi, sosial, agama dan karya) sesuai dengan minatnya (Komnas Lansia, 2010). Keaktifan merupakan kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2001). Menurut Suharso dan Retnoningsih (2003) keaktifan kader posyandu merupakan suatu perilaku yang bisa dilihat dari keteraturan dan keterlibatan seorang untuk aktif dalam kegiatan. Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi keaktifan itu sendiri yakni, pengetahuan, sikap, nilai budaya, kepercayaan, pendidikan, motivasi. Motivasi dibagi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah segala sesuatu yang diperoleh melalui pengamatan sendiri, ataupun melalui saran atau dorongan dari orang lain. Dorongan dari orang lain bisa saja melalui dukungan keluarga, teman, dan rekan kerja (Gunarsa D.S, 2008). Menurut penelitian Harisman dan Dina pada Tahun 2012 tentang faktorfaktor yang mempengaruhi keaktifan kader posyandu di desa Mulang Maya Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara tahun 2012, didapat empat faktor yang mempengaruhi keaktifan kader, keempat faktor tersebut antara lain pendidikan, pengetahuan, penghargaan kader, dukungan keluarga. Dari hasil uji statistik keempat faktor tersebut, didapat hasil yang signifikan bahwa semua faktor tersebut terdapat pengaruh dengan keaktifan kader posyandu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho dan Nurdiana (2008) tentang hubungan antara pengetahuan dan motivasi kader posyandu dengan 4

keaktifan kader posyandu lansia di Desa Dukuh Tengah Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan dan motivasi dengan keaktifan kader posyandu lansia. Penelitian (Prang, dkk, 2013) menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara motivasi kader dengan keaktifan kader. Menurut penelitian Suhat dan Hasanah (2014) menunjukkan adanya hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan kader posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Palasari. Adapun penelitian Samiasih dan Sulistiyaningsih (2010) tentang pengetahuan kader tentang proses menua dengan keaktifan kader pada pelaksanaan posyandu di Kelurahan Sendangmulyo, Kecamatan Tembalang Semarang menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan kader tentang proses menua dengan keaktifan kader di Kelurahan Sendangmulyo Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Kartasura, di Desa Pucangan terdapat 729 penduduk lansia dengan jumlah kader sebanyak 139 orang tersebar di 13 Posyandu lansia. Persentase kehadiran kader posyandu di Desa Pucangan tahun 2016 rata-rata sebesar 91,3% dari total jumlah kader. Berdasarkan survey pendahuluan menggunakan metode wawancara kepada 30 responden, didapat 93,3% yang mendapat dukungan keluarga yang sangat baik. Kemudian dari 30 responden didapat 80% yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang posyandu lansia, dan kader yang mempunyai pendidikan yang baik sebesar 80%. Posyandu sangat tergantung pada peran kader, kader posyandu pada umumnya merupakan relawan yang berasal dari masyarakat yang dipandang memiliki kemampuan lebih dibandingkan anggota masyarakat lainnya. Mereka 5

yang memiliki andil besar dalam memperlancar proses pelayanan kesehatan. Keberadaan kader relatif labil karena partisipasinya bersifat sukarela sehinnga tidak ada jaminan bahwa para kader akan tetap menjalankan fungsinya dengan baik seperti yang diharapkan. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut apakah ada hubungan dukungan keluarga dan pengetahuan kaderdengan keaktifan kader posyandu lansia di Desa Pucangan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan permasalahan ini adalah adakah hubungan dukungan keluarga dan pengetahuan kader dengan keaktifan kader posyandu lansia di Desa Pucangan, Kecamatan Kartasura? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis hubungan dukungan keluarga dan pengetahuan kader dengan keaktifan kader posyandulansia di Desa Pucangan Kecamatan Kartasura. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan keaktifan kader posyandu lansia di Desa Pucangan Kecamatan Kartasura. b. Mendeskripsikan dukungan keluarga yang diberikan kepada kader posyandu lansia di Desa Pucangan Kecamatan Kartasura. c. Mendeskripsikan pengetahuan kader dengan keaktifan kader posyandu lansia di Desa Pucangan Kecamatan Kartasura. 6

d. Menganalisis hubungan antara dukungan keluarga dengan keaktifan kader Posyandu Lansia di Desa Pucangan Kecamatan Kartasura. e. Menganalisis hubungan antara pengetahuan kader dengan keaktifan kader posyandu lansia di Desa Pucangan Kecamatan Kartasura. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan masyarakat khususnya bagi lanjut usia tentang pentingnya posyandu lansia. 2. Bagi Puskesmas Kartasura Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi untuk Puskesmas Kartasura dalam pembuatan kebijakan. 3. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dalam mengembangkan wawasan dan pengetahuan peneliti dalam pengelolaan posyandu lansia. 7