KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI INSPEKTORAT JENDERAL ATURAN ETIKA DAN PERILAKU APARAT PENGAWAS INTERN DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI INTEGRITAS, PROFESIONAL, SEJAHTERA
Budaya Kerja Pola Pikir Profil dan Perilaku Aparatur Negara Integritas Produktivitas Tanggung Jawab Pelayanan Prima Sumber: Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 2
Tahapan Pembangunan Sistem Integritas : Pembangunan Sistem Integritas Individu Pembangunan Sistem Integritas Individu Peran individu penting dalam mengendalikan korupsi karena salah satu penyebab korupsi adalah rendahnya integritas sumber daya manusia. Integritas individu perlu dibangun untuk mencapai keutuhan pribadi dengan tujuan nilainilai organisasi. Untuk membangun integritas individu perlu dilakukan program pembentukan tunas integritas dengan pendekatan berbasis nilai dan moral serta menempatkan manusia sebagai faktor kunci perubahan. Pembangunan Sistem Integritas Organisasi; Pembangunan Sistem Integritas Organisasi Proses pembangunan sistem integritas organisasi adalah upaya untuk menjaga individu di dalamnya agar berintegritas tinggi dan dapat menggerakkan seluruh elemen organisasi menjadi satu kesatuan untuk mencapai tujuan organisasi. Pembangunan Sistem Integritas Organisasi harus didukung oleh: a. Komitmen Pimpinan b. Pembentukan tunas integritas c. Penyelarasan upaya-upaya pemberantasan korupsi Pembangunan Sistem Integritas Pilar Pembangunan Sistem Integritas Pilar Pembangunan Sistem Integritas Pilar adalah sinergi antara organisasi dalam satu pilar untuk saling menguatkan sistem integritas di masing-masing organisasi, meminimalisasi kesenjangan integritas organisasi dalam satu pilar, serta mamastikan pilar mempunyai kapasitas dan tata kelola yang baik. Pembangunan Sistem Integritas Nasional Pembangunan Sistem Integritas Nasional Pembangunan Sistem Integritas Nasional adalah sinergi antar pilar untuk saling menguatkan sistem integritas di masing-masing pilar, meminimalisasi kesenjangan integritas dengan pilar lainnya, serta memastikan peran pilar dapat berjalan secara efektif-efisien dan berintegritas menyokong tujuan nasional. 3
Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Permenpan RB No. Per/04/M PAN/03/2008 Prinsip-Prinsip Perilaku 1. INTEGRITAS Auditor harus memiliki kepribadian yang dilandasi oleh unsur jujur, berani, bijaksana, dan bertanggung jawab untuk membangun kepercayaan guna memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang andal 2. OBYEKTIVITAS Auditor harus menjunjung tinggi ketidakberpihakan profesional dalam mengumpulkan, mengevaluasi, dan memproses data/informasi auditi. 3. KERAHASIAAN Auditor harus menghagai nilai dan kepemilikan informasi yang diterimanya dan tidak mengungkapkan informasi tersebut tanpa otorisasi yang memadai, kecuali diharuskan oelh peraturan perndang-undangan. 4. KOMPETENSI Auditor harus memiliki pengetahuan, keahlian, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas 4
Dasar Hukum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1975 tentang Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 tentang Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara PER/04/M.PAN/03/2008 tentang Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 15 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 54 Tahun 2016 tentang Tentang Tata Nilai, Budaya Kerja, Dan Kode Etik Pegawai di Lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Maksud dan Tujuan MAKSUD sebagai pedoman bagi para Aparatur Pengawasan Intern untuk memberikan arah profesi, menegakkan kebenaran, serta memelihara kepribadian dan tingkah laku TUJUAN A. melindungi para Aparatur Pengawasan Intern dari pengaruh pihak lain yang mempunyai kepentingan tertentu yang dapat menyebabkan tidak terpenuhinya prinsip audit dalam pelaksanaan tugasnya; B. memotivasi pengembangan profesi Aparatur Pengawasan Intern secara berkelanjutan; C. mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak etis, agar terpenuhi prinsip-prinsip kerja yang akuntabel dan terlaksana pengendalian pengawasan intern sehingga dapat terwujud Aparatur Pengawasan Intern yang kredibel dengan kinerja yang optimal dalam pelaksanaan pengawasan di Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi; dan D. mendorong terciptanya budaya etika dalam profesi APIP di lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
1. INTEGRITAS Aparatur Pengawasan Intern memiliki kepribadian yang dilandasi oleh unsur jujur, berani, bijaksana, dan bertanggung jawab untuk membangun kepercayaan. Prinsip ini meliputi : A. melaksanakan tugasnya secara jujur, teliti, bertanggung jawab dan bersungguh-sungguh; B. menunjukkan kesetiaan dalam segala hal yang berkaitan dengan profesi dan organisasi dalam melaksanakan tugas; C. mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan dan mengungkapkan segala hal yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan dan profesi yang berlaku; D. menjaga citra dan mendukung visi dan misi organisasi; E. tidak menjadi bagian kegiatan ilegal, atau mengikatkan diri pada tindakan-tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi APIP atau organisasi; F. menggalang kerja sama yang sehat diantara sesama auditor dalam pelaksanaan audit; G. saling mengingatkan, membimbing dan mengoreksi perilaku sesama auditor 2. KOMPETENSI Aparatur Pengawasan Intern memiliki pengetahuan, keahlian, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas. Prinsip ini meliputi : A. melaksanakan tugas pengawasan sesuai dengan Standar Audit; B. terus menerus meningkatkan kemahiran profesi, keefektifan dan kualitas hasil pekerjaan; C. menolak untuk melaksanakan tugas apabila tidak sesuai dengan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan yang dimiliki.
3. OBYEKTIVITAS Aparatur Pengawasan Intern menjunjung tinggi ketidak berpihakan dan profesional dalam melaksanakan tugas. Prinsip ini meliputi : A. mengungkapkan semua fakta material yang diketahuinya yang apabila tidak diungkapkan mungkin dapat mengubah pelaporan kegiatan-kegiatan yang diaudit; B. tidak berpartisipasi dalam kegiatan atau hubungan-hubungan yang mungkin mengganggu atau dianggap mengganggu penilaian yang tidak memihak atau yang mungkin menyebabkan terjadinya benturan kepentingan; C. menolak suatu pemberian dari auditi yang terkait dengan keputusan maupun pertimbangan profesionalnya 4. INDEPENDENSI Aparatur Pengawasan Intern menjunjung tinggi independensi dalam melaksanakan tugas, dan tidak terpengaruh, baik oleh tuntutan maupun oleh kepentingan pihak manapun. Prinsip ini meliputi : A. melaporkan dengan segera kepada atasan jika memiliki hubungan keluarga dengan pimpinan audit; dan B. mengungkap fakta sesuai dengan bukti. 5. KERAHASIAAN Aparatur Pengawasan Intern harus menghargai nilai dan kepemilikan informasi yang diterimanya dan tidak mengungkapkan informasi tersebut tanpa otorisasi yang memadai, kecuali diharuskan oleh peraturan perundangundangan. Prinsip ini meliputi : A. secara hati-hati menggunakan dan menjaga segala informasi yang diperoleh dalam audit; B. tidak akan menggunakan informasi yang diperoleh untuk kepentingan pribadi/golongan di luar kepentingan organisasi atau dengan cara yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
Perilaku Aparatur Pengawasan Intern Aparatur Pengawasan Intern wajib menjaga perilaku sebagai berikut: A. mentaati aturan organisasi dan aturan yang berlaku di Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi serta menjunjung tinggi tujuan organisasi; B. menunjukkan kesetiaan dalam segala hal yang berkaitan dengan profesi dan organisasi dalam melaksanakan tugas; C. dalam melaksanakan profesi sebagai Aparatur Pengawasan Intern harus tertanam rasa percaya diri yang tinggi yang berpedoman pada prinsip-prinsip audit; D. menjunjung tinggi kejujuran dan kesungguhan dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab; E. menghindarkan diri dari kegiatan yang akan membuat kemampuan untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara obyektif menjadi cacat; F. bertanggung jawab dalam menggunakan setiap data/informasi yang diperoleh dalam rangka penugasan; G. berani dan bertanggung jawab dalam mengungkapkan seluruh fakta yang didukung bukti yang diketahui dalam penyusunan laporan; H. berusaha secara terus menerus untuk meningkatkan keahlian dan efektivitas pelayanan; dan J. menyimpan rahasia jabatan, rahasia negara, rahasia pihak yang diperiksa, serta hanya dapat mengemukakannya atas perintah pejabat yang berwenang
Hubungan Sesama Aparatur Pengawasan Intern Sesama Aparatur Pengawasan Intern dalam pelaksanaan tugasnya wajib: A. menggalang kerja sama yang sehat; B. menumbuhkan dan memelihara rasa kebersamaan; dan C. saling mengingatkan, membimbing, dan mengoreksi perilaku Hubungan Aparatur Pengawasan Intern dengan Pihak yang Diperiksa Hubungan Aparatur Pengawasan Intern dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dengan pihak yang diperiksa diantaranya: A. menjaga penampilan sesuai dengan tugasnya; B. mampu menciptakan iklim dan menjalin kerja sama yang sehat dengan pihak yang diperiksa; C. menghindari setiap tindakan dan perilaku yang memberikan kesan melanggar hukum atau etika profesi; dan D. bersikap independen dalam pelaksanaan pemeriksaan
LARANGAN Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Aparatur Pengawasan Intern dilarang: A. menyalahgunakan kewenangannya sebagai Aparatur Pengawasan Intern; B. melibatkan diri dalam kegiatan yang melanggar hukum; C. melakukan pemeriksaan terhadap hal-hal yang tidak sesuai dengan surat tugas; D. menggunakan data/informasi yang sifatnya rahasia bagi kepentingan pribadi atau golongan yang dapat merusak nama pihak yang diperiksa maupun Kementerian, serta hanya dapat mengemukakannya atas perintah pejabat yang berwenang; E. menerima hadiah atau sesuatu pemberian berupa apapun dari siapapun juga yang patut dapat dikira mempunyai hal yang bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan tugas pemeriksaan; F. Menjanjikan sesuatu kepada auditi yang sedang atau segera dilakukan pemeriksaan yang dapat diduga bermaksud untuk mendapatkan imbalan; dan G. Melakukan komunikasi langsung atau tidak langsung dengan penyedia barang dan jasa
SANKSI Aparatur pengawasan intern yang melakukan pelanggaran Kode Etik dikenakan sanksi moral yang dibuat secara tertulis dan dinyatakan oleh Tim Penegakan Kode Etik Aparatur Pengawasan Intern dan harus disebutkan jenis pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh Aparatur Pengawasan Intern. Sanksi moral tersebut berupa: a. usulan pemberhentian dari tim audit; dan b. tidak diberi penugasan audit selama jangka waktu tertentu. Aparatur Pengawasan Intern yang melanggar kode etik, selain dikenakan sanksi moral, dapat dijatuhi hukuman disiplin PNS atau tindakan administratif lainnya sesuai peraturan perundang-undangan oleh Pejabat yang berwenang berdasarkan rekomendasi dari Tim Penegakan Kode Etik. Penjatuhan hukuman disiplin bagi Aparatur Pengawasan Intern, harus berdasarkan ketentuan yang diatur di dalam Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. REHABILITASI Aparatur Pengawasan Intern yang tidak terbukti melakukan pelanggaran kode etik berdasarkan keputusan hasil pemeriksaan Tim Penegakan Kode Etik direhabilitasi nama baiknya dengan penetapan Keputusan Tim Penegakan Kode Etik
Pelanggaran dan Sanksi Tidak ada toleransi atas pelanggaran aturan etika dan penyimpangan perilaku dengan alasan apapun Sanksi Hukuman: 1. Teguran Tertulis 2. Usulan Pemberhentian dari Tim Audit 3. Tidak diberi penugasan selama jangka waktu tertentu Dalam beberapa hal dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku 13
Modus Operandi Penyimpangan Perjalanan Dinas 1. Transportasi: a. Perjalanan fiktif ------- kuitansi fiktif Pegawai tidak melakukan perjalanan dinas dengan menggunakan moda transportasi sebagaimana bukti kuitansi yang dipertanggungjawabkan atau tidak melakukan perjalanan namun membuat bukti kuitansi pertanggungjawaban dengan menggunakan Daftar Pengeluaran Riil (DPR). b. Markup Kuitansi ------ apakah masih ada dilakukan oleh auditor? 2. Penginapan: a. Kuitansi Fiktif -------- tidak menginap namun dipertanggungjawabkan dengan kuitansi fiktif. b. Kuitansi Fiktif --------- Satu kamar berdua namun dipertanggungjawabkan satu kamar sendiri-sendiri. c. Kuitansi Fiktif -------- Satu kamar berdua namun dipertanggungjawabkan dengan memanfaatkan fasilitas tidak menginap (30%) 14
Modus Operandi Penyimpangan Perjalanan Dinas 2. Penginapan: d. Markup Kuitansi ----- Menggunakan tarif koorporat namun dipertanggungjawabkan sesuai dengan Standar Biaya Masukan (SBM) dengan mendapatkan fasilitas lainnya di luar ketentuan berlaku (jasa cuci dan seterika, makan malam, dll). e. Markup Kuitansi ---- Menggunakan kamar standar namun dipertanggungjawabkan dengan tarif sesuai SBM (Kamar Delux di SPJ kan Kamar Executive). f. Kick Back ----------- Memperoleh discount, cashback, entertainment, atau souvenir diluar kebijakan resmi yang diberlakukan untuk semua pelanggan. g. Tidak Efisien -------- memilih menggunakan hotel dengan tarif sesuai SBM dibandingkan dengan menggunakan hotel dibawah tarif jauh di bawah SBM dengan alasan yang tidak logis. 15
Modus Penyimpangan Dalam Pemeriksaan 1. Pelaksanaan Pemeriksaan: Pemeriksaan tidak direncanakan dengan baik sehingga pelaksanaan pemeriksaan tidak memenuhi standar (substandard) perencanaan pemeriksaan dan mutu hasil pemeriksaan tidak optimal. Pemeriksaan tidak dilaksanakan sesuai program kerja sehingga hasil pemeriksaan substandard Pemeriksaan tidak disupervisi dengan baik sehingga hasil pemeriksaan substandard 2. Temuan Hasil Pemeriksaan: Temuan pemeriksaan tidak disusun dan didukung data dengan baik sehingga simpulan tidak optimal. Temuan pemeriksaan tidak diungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan. Temuan pemeriksaan tidak dibahas dengan pihak yang bertanggungjawab untuk menindaklanjuti. Temuan dibahas dengan pihak lain yang tidak memiliki kewenangan. Temuan pemeriksaan dinegosiasikan untuk memperoleh kepentingan lain. 3. Perluasan Pemeriksaan: Tim melakukan perluasan pemeriksaan untuk kegiatan di luar surat tugas yang telah ditentukan untuk memperoleh keuntungan pribadi atau kelompok. 16
Modus Penyimpangan dalam Reviu dan Evaluasi 1. Reviu Rencana Kerja dan Anggaran: Tim melakukan negosiasi untuk menyetujui RKA yang diajukan dengan imbalan tertentu. Tim tidak melakukan reviu secara baik sehingga menyetujui RKA yang tidak sesuai ketentuan. 2. Reviu Pertanggungjawaban Belanja Tim tidak melakukan reviu secara baik sehingga simpulan hasil reviu tidak optimal. Tim melakukan neosiasi untuk menyetujui pertanggungjawaban belanja dengan imbalan tertentu 17
Modus Penyimpangan Nara Sumber 1. Meminta mitra kerja pengawasan untuk menyelenggarakan sosialisasi, bimbingan teknis atau Diskusi Kelompok Fokus dengan nara sumber dari yang bersangkutan. 2. Meminta pembayaran honor dari pihak mitra kerja pengawasan dan Inspektorat Jenderal atas kegiatan sosialisasi, bimbingan teknis, dan FGD sehingga memperoleh honor ganda. 3. Menerima honor nara sumber atas kegiatan pengawasan (audit, reviu, evaluasi, dan pemantauan). 18
TERIMA KASIH INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN RISTEK DAN DIKTI 19