ATURAN ETIKA DAN PERILAKU APARAT PENGAWAS INTERN DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR : PER/04/M.PAN/03/2008 TENTANG

2 Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelengga

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 04/PRT/M/2006 TENTANG KODE ETIK AUDITOR INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

P E M E R I N T A H K O T A M A D I U N

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 87 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP) KABUPATEN BADUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 21 SERI E

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 47 TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK APARAT PENGAWAS INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 91 TAHUN 2009 TENTANG KODE ETIK PEMERIKSA / AUDITOR INSPEKTORAT ACEH GUBERNUR ACEH,

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG ATURAN PERILAKU AUDITOR INSPEKTORAT KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT

PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR MALUKU PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 51 SERI E

TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

2017, No Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2015 tentang Kementerian Penday

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK INSPEKTORAT KABUPATEN TANAH LAUT

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN I N S P E K T O R A T Jl. Arungbinang Nomor 16 Telp: (0287) , Kebumen 54311

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg

PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL

RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

PERATURAN BADAN AUDIT KEMAHASISWAAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK BADAN AUDIT KEMAHASISWAAN

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

PIAGAM AUDIT INTERN. Ditetapkan di : Jakarta Pada Tanggal : Januari 2016 Inspektur Jenderal RILDO ANANDA ANWAR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PIAGAM AUDIT INTERNAL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 53 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL ASOSIASI PERENCANA PEMERINTAH INDONESIA. Nomor 002/Munas-I/APPI/08/2006 Tentang

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 125/DJ-PSDKP/2011 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui

REPUBLIK INDONESIA TENTANG REPUBLIK INDONESIA.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN

2015, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lem

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

LEMBARAN NEGARA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 92 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN GUBERNUR JAWA TIMUR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 /PM.4/2008 TENTANG

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL LINGKUP PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINJAI

BAB I P E N D A H U L U A N

PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK.

TATA NILAI, BUDAYA KERJA, DAN KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI BIRO SUMBER DAYA MANUSIA KEMENRISTEKDIKTI JAKARTA 2018

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA

KODE ETIK AUDITOR INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN AGAMA PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: IJ/65/2006

BERITA NEGARA KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Audit Kinerja. Pedoman.

9. Kementerian adalah Kementerian Kelautan dan Perikanan yang selanjutnya disingkat Kementerian. BAB II TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP Pasal 2

REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : Tahun 2011 TENTANG

2013, No Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN INSPEKTORAT KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI LEMBAGA SANDI NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN

Transkripsi:

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI INSPEKTORAT JENDERAL ATURAN ETIKA DAN PERILAKU APARAT PENGAWAS INTERN DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI INTEGRITAS, PROFESIONAL, SEJAHTERA

Budaya Kerja Pola Pikir Profil dan Perilaku Aparatur Negara Integritas Produktivitas Tanggung Jawab Pelayanan Prima Sumber: Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 2

Tahapan Pembangunan Sistem Integritas : Pembangunan Sistem Integritas Individu Pembangunan Sistem Integritas Individu Peran individu penting dalam mengendalikan korupsi karena salah satu penyebab korupsi adalah rendahnya integritas sumber daya manusia. Integritas individu perlu dibangun untuk mencapai keutuhan pribadi dengan tujuan nilainilai organisasi. Untuk membangun integritas individu perlu dilakukan program pembentukan tunas integritas dengan pendekatan berbasis nilai dan moral serta menempatkan manusia sebagai faktor kunci perubahan. Pembangunan Sistem Integritas Organisasi; Pembangunan Sistem Integritas Organisasi Proses pembangunan sistem integritas organisasi adalah upaya untuk menjaga individu di dalamnya agar berintegritas tinggi dan dapat menggerakkan seluruh elemen organisasi menjadi satu kesatuan untuk mencapai tujuan organisasi. Pembangunan Sistem Integritas Organisasi harus didukung oleh: a. Komitmen Pimpinan b. Pembentukan tunas integritas c. Penyelarasan upaya-upaya pemberantasan korupsi Pembangunan Sistem Integritas Pilar Pembangunan Sistem Integritas Pilar Pembangunan Sistem Integritas Pilar adalah sinergi antara organisasi dalam satu pilar untuk saling menguatkan sistem integritas di masing-masing organisasi, meminimalisasi kesenjangan integritas organisasi dalam satu pilar, serta mamastikan pilar mempunyai kapasitas dan tata kelola yang baik. Pembangunan Sistem Integritas Nasional Pembangunan Sistem Integritas Nasional Pembangunan Sistem Integritas Nasional adalah sinergi antar pilar untuk saling menguatkan sistem integritas di masing-masing pilar, meminimalisasi kesenjangan integritas dengan pilar lainnya, serta memastikan peran pilar dapat berjalan secara efektif-efisien dan berintegritas menyokong tujuan nasional. 3

Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Permenpan RB No. Per/04/M PAN/03/2008 Prinsip-Prinsip Perilaku 1. INTEGRITAS Auditor harus memiliki kepribadian yang dilandasi oleh unsur jujur, berani, bijaksana, dan bertanggung jawab untuk membangun kepercayaan guna memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang andal 2. OBYEKTIVITAS Auditor harus menjunjung tinggi ketidakberpihakan profesional dalam mengumpulkan, mengevaluasi, dan memproses data/informasi auditi. 3. KERAHASIAAN Auditor harus menghagai nilai dan kepemilikan informasi yang diterimanya dan tidak mengungkapkan informasi tersebut tanpa otorisasi yang memadai, kecuali diharuskan oelh peraturan perndang-undangan. 4. KOMPETENSI Auditor harus memiliki pengetahuan, keahlian, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas 4

Dasar Hukum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1975 tentang Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 tentang Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara PER/04/M.PAN/03/2008 tentang Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 15 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 54 Tahun 2016 tentang Tentang Tata Nilai, Budaya Kerja, Dan Kode Etik Pegawai di Lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

Maksud dan Tujuan MAKSUD sebagai pedoman bagi para Aparatur Pengawasan Intern untuk memberikan arah profesi, menegakkan kebenaran, serta memelihara kepribadian dan tingkah laku TUJUAN A. melindungi para Aparatur Pengawasan Intern dari pengaruh pihak lain yang mempunyai kepentingan tertentu yang dapat menyebabkan tidak terpenuhinya prinsip audit dalam pelaksanaan tugasnya; B. memotivasi pengembangan profesi Aparatur Pengawasan Intern secara berkelanjutan; C. mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak etis, agar terpenuhi prinsip-prinsip kerja yang akuntabel dan terlaksana pengendalian pengawasan intern sehingga dapat terwujud Aparatur Pengawasan Intern yang kredibel dengan kinerja yang optimal dalam pelaksanaan pengawasan di Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi; dan D. mendorong terciptanya budaya etika dalam profesi APIP di lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

1. INTEGRITAS Aparatur Pengawasan Intern memiliki kepribadian yang dilandasi oleh unsur jujur, berani, bijaksana, dan bertanggung jawab untuk membangun kepercayaan. Prinsip ini meliputi : A. melaksanakan tugasnya secara jujur, teliti, bertanggung jawab dan bersungguh-sungguh; B. menunjukkan kesetiaan dalam segala hal yang berkaitan dengan profesi dan organisasi dalam melaksanakan tugas; C. mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan dan mengungkapkan segala hal yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan dan profesi yang berlaku; D. menjaga citra dan mendukung visi dan misi organisasi; E. tidak menjadi bagian kegiatan ilegal, atau mengikatkan diri pada tindakan-tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi APIP atau organisasi; F. menggalang kerja sama yang sehat diantara sesama auditor dalam pelaksanaan audit; G. saling mengingatkan, membimbing dan mengoreksi perilaku sesama auditor 2. KOMPETENSI Aparatur Pengawasan Intern memiliki pengetahuan, keahlian, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas. Prinsip ini meliputi : A. melaksanakan tugas pengawasan sesuai dengan Standar Audit; B. terus menerus meningkatkan kemahiran profesi, keefektifan dan kualitas hasil pekerjaan; C. menolak untuk melaksanakan tugas apabila tidak sesuai dengan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan yang dimiliki.

3. OBYEKTIVITAS Aparatur Pengawasan Intern menjunjung tinggi ketidak berpihakan dan profesional dalam melaksanakan tugas. Prinsip ini meliputi : A. mengungkapkan semua fakta material yang diketahuinya yang apabila tidak diungkapkan mungkin dapat mengubah pelaporan kegiatan-kegiatan yang diaudit; B. tidak berpartisipasi dalam kegiatan atau hubungan-hubungan yang mungkin mengganggu atau dianggap mengganggu penilaian yang tidak memihak atau yang mungkin menyebabkan terjadinya benturan kepentingan; C. menolak suatu pemberian dari auditi yang terkait dengan keputusan maupun pertimbangan profesionalnya 4. INDEPENDENSI Aparatur Pengawasan Intern menjunjung tinggi independensi dalam melaksanakan tugas, dan tidak terpengaruh, baik oleh tuntutan maupun oleh kepentingan pihak manapun. Prinsip ini meliputi : A. melaporkan dengan segera kepada atasan jika memiliki hubungan keluarga dengan pimpinan audit; dan B. mengungkap fakta sesuai dengan bukti. 5. KERAHASIAAN Aparatur Pengawasan Intern harus menghargai nilai dan kepemilikan informasi yang diterimanya dan tidak mengungkapkan informasi tersebut tanpa otorisasi yang memadai, kecuali diharuskan oleh peraturan perundangundangan. Prinsip ini meliputi : A. secara hati-hati menggunakan dan menjaga segala informasi yang diperoleh dalam audit; B. tidak akan menggunakan informasi yang diperoleh untuk kepentingan pribadi/golongan di luar kepentingan organisasi atau dengan cara yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Perilaku Aparatur Pengawasan Intern Aparatur Pengawasan Intern wajib menjaga perilaku sebagai berikut: A. mentaati aturan organisasi dan aturan yang berlaku di Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi serta menjunjung tinggi tujuan organisasi; B. menunjukkan kesetiaan dalam segala hal yang berkaitan dengan profesi dan organisasi dalam melaksanakan tugas; C. dalam melaksanakan profesi sebagai Aparatur Pengawasan Intern harus tertanam rasa percaya diri yang tinggi yang berpedoman pada prinsip-prinsip audit; D. menjunjung tinggi kejujuran dan kesungguhan dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab; E. menghindarkan diri dari kegiatan yang akan membuat kemampuan untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara obyektif menjadi cacat; F. bertanggung jawab dalam menggunakan setiap data/informasi yang diperoleh dalam rangka penugasan; G. berani dan bertanggung jawab dalam mengungkapkan seluruh fakta yang didukung bukti yang diketahui dalam penyusunan laporan; H. berusaha secara terus menerus untuk meningkatkan keahlian dan efektivitas pelayanan; dan J. menyimpan rahasia jabatan, rahasia negara, rahasia pihak yang diperiksa, serta hanya dapat mengemukakannya atas perintah pejabat yang berwenang

Hubungan Sesama Aparatur Pengawasan Intern Sesama Aparatur Pengawasan Intern dalam pelaksanaan tugasnya wajib: A. menggalang kerja sama yang sehat; B. menumbuhkan dan memelihara rasa kebersamaan; dan C. saling mengingatkan, membimbing, dan mengoreksi perilaku Hubungan Aparatur Pengawasan Intern dengan Pihak yang Diperiksa Hubungan Aparatur Pengawasan Intern dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dengan pihak yang diperiksa diantaranya: A. menjaga penampilan sesuai dengan tugasnya; B. mampu menciptakan iklim dan menjalin kerja sama yang sehat dengan pihak yang diperiksa; C. menghindari setiap tindakan dan perilaku yang memberikan kesan melanggar hukum atau etika profesi; dan D. bersikap independen dalam pelaksanaan pemeriksaan

LARANGAN Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Aparatur Pengawasan Intern dilarang: A. menyalahgunakan kewenangannya sebagai Aparatur Pengawasan Intern; B. melibatkan diri dalam kegiatan yang melanggar hukum; C. melakukan pemeriksaan terhadap hal-hal yang tidak sesuai dengan surat tugas; D. menggunakan data/informasi yang sifatnya rahasia bagi kepentingan pribadi atau golongan yang dapat merusak nama pihak yang diperiksa maupun Kementerian, serta hanya dapat mengemukakannya atas perintah pejabat yang berwenang; E. menerima hadiah atau sesuatu pemberian berupa apapun dari siapapun juga yang patut dapat dikira mempunyai hal yang bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan tugas pemeriksaan; F. Menjanjikan sesuatu kepada auditi yang sedang atau segera dilakukan pemeriksaan yang dapat diduga bermaksud untuk mendapatkan imbalan; dan G. Melakukan komunikasi langsung atau tidak langsung dengan penyedia barang dan jasa

SANKSI Aparatur pengawasan intern yang melakukan pelanggaran Kode Etik dikenakan sanksi moral yang dibuat secara tertulis dan dinyatakan oleh Tim Penegakan Kode Etik Aparatur Pengawasan Intern dan harus disebutkan jenis pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh Aparatur Pengawasan Intern. Sanksi moral tersebut berupa: a. usulan pemberhentian dari tim audit; dan b. tidak diberi penugasan audit selama jangka waktu tertentu. Aparatur Pengawasan Intern yang melanggar kode etik, selain dikenakan sanksi moral, dapat dijatuhi hukuman disiplin PNS atau tindakan administratif lainnya sesuai peraturan perundang-undangan oleh Pejabat yang berwenang berdasarkan rekomendasi dari Tim Penegakan Kode Etik. Penjatuhan hukuman disiplin bagi Aparatur Pengawasan Intern, harus berdasarkan ketentuan yang diatur di dalam Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. REHABILITASI Aparatur Pengawasan Intern yang tidak terbukti melakukan pelanggaran kode etik berdasarkan keputusan hasil pemeriksaan Tim Penegakan Kode Etik direhabilitasi nama baiknya dengan penetapan Keputusan Tim Penegakan Kode Etik

Pelanggaran dan Sanksi Tidak ada toleransi atas pelanggaran aturan etika dan penyimpangan perilaku dengan alasan apapun Sanksi Hukuman: 1. Teguran Tertulis 2. Usulan Pemberhentian dari Tim Audit 3. Tidak diberi penugasan selama jangka waktu tertentu Dalam beberapa hal dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku 13

Modus Operandi Penyimpangan Perjalanan Dinas 1. Transportasi: a. Perjalanan fiktif ------- kuitansi fiktif Pegawai tidak melakukan perjalanan dinas dengan menggunakan moda transportasi sebagaimana bukti kuitansi yang dipertanggungjawabkan atau tidak melakukan perjalanan namun membuat bukti kuitansi pertanggungjawaban dengan menggunakan Daftar Pengeluaran Riil (DPR). b. Markup Kuitansi ------ apakah masih ada dilakukan oleh auditor? 2. Penginapan: a. Kuitansi Fiktif -------- tidak menginap namun dipertanggungjawabkan dengan kuitansi fiktif. b. Kuitansi Fiktif --------- Satu kamar berdua namun dipertanggungjawabkan satu kamar sendiri-sendiri. c. Kuitansi Fiktif -------- Satu kamar berdua namun dipertanggungjawabkan dengan memanfaatkan fasilitas tidak menginap (30%) 14

Modus Operandi Penyimpangan Perjalanan Dinas 2. Penginapan: d. Markup Kuitansi ----- Menggunakan tarif koorporat namun dipertanggungjawabkan sesuai dengan Standar Biaya Masukan (SBM) dengan mendapatkan fasilitas lainnya di luar ketentuan berlaku (jasa cuci dan seterika, makan malam, dll). e. Markup Kuitansi ---- Menggunakan kamar standar namun dipertanggungjawabkan dengan tarif sesuai SBM (Kamar Delux di SPJ kan Kamar Executive). f. Kick Back ----------- Memperoleh discount, cashback, entertainment, atau souvenir diluar kebijakan resmi yang diberlakukan untuk semua pelanggan. g. Tidak Efisien -------- memilih menggunakan hotel dengan tarif sesuai SBM dibandingkan dengan menggunakan hotel dibawah tarif jauh di bawah SBM dengan alasan yang tidak logis. 15

Modus Penyimpangan Dalam Pemeriksaan 1. Pelaksanaan Pemeriksaan: Pemeriksaan tidak direncanakan dengan baik sehingga pelaksanaan pemeriksaan tidak memenuhi standar (substandard) perencanaan pemeriksaan dan mutu hasil pemeriksaan tidak optimal. Pemeriksaan tidak dilaksanakan sesuai program kerja sehingga hasil pemeriksaan substandard Pemeriksaan tidak disupervisi dengan baik sehingga hasil pemeriksaan substandard 2. Temuan Hasil Pemeriksaan: Temuan pemeriksaan tidak disusun dan didukung data dengan baik sehingga simpulan tidak optimal. Temuan pemeriksaan tidak diungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan. Temuan pemeriksaan tidak dibahas dengan pihak yang bertanggungjawab untuk menindaklanjuti. Temuan dibahas dengan pihak lain yang tidak memiliki kewenangan. Temuan pemeriksaan dinegosiasikan untuk memperoleh kepentingan lain. 3. Perluasan Pemeriksaan: Tim melakukan perluasan pemeriksaan untuk kegiatan di luar surat tugas yang telah ditentukan untuk memperoleh keuntungan pribadi atau kelompok. 16

Modus Penyimpangan dalam Reviu dan Evaluasi 1. Reviu Rencana Kerja dan Anggaran: Tim melakukan negosiasi untuk menyetujui RKA yang diajukan dengan imbalan tertentu. Tim tidak melakukan reviu secara baik sehingga menyetujui RKA yang tidak sesuai ketentuan. 2. Reviu Pertanggungjawaban Belanja Tim tidak melakukan reviu secara baik sehingga simpulan hasil reviu tidak optimal. Tim melakukan neosiasi untuk menyetujui pertanggungjawaban belanja dengan imbalan tertentu 17

Modus Penyimpangan Nara Sumber 1. Meminta mitra kerja pengawasan untuk menyelenggarakan sosialisasi, bimbingan teknis atau Diskusi Kelompok Fokus dengan nara sumber dari yang bersangkutan. 2. Meminta pembayaran honor dari pihak mitra kerja pengawasan dan Inspektorat Jenderal atas kegiatan sosialisasi, bimbingan teknis, dan FGD sehingga memperoleh honor ganda. 3. Menerima honor nara sumber atas kegiatan pengawasan (audit, reviu, evaluasi, dan pemantauan). 18

TERIMA KASIH INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN RISTEK DAN DIKTI 19