BAB I PENDAHULUAN. upaya membangun interaksi bermakna antara guru dengan peserta didik lewat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan unsur- unsur manusiawi

BAB I PENDAHULUAN. sorotan yaitu pada sektor pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang memberikan gambaran

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan variabel-variabel yang

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 RAMBAH HILIR

I. PENDAHULUAN. Pemerintah menetapkan tiga arah pengembangan pendidikan dalam rangka

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2 Tahun 2010, Hlm

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. adanya perubahan tingkah laku pada dirinya, menyangkut perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya berlangsung pada satu tahap perkembangan saja

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan pada kegiatan pembelajaran matematika untuk meningkatkan mutu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN. BAB I PENDAHULUAN 1

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan temuan hasil penelitian yang telah dikemukakan di depan, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ekonomi dengan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Proses

Inge Ratna Dwi Alitalya, Puger Honggowiyono. Kata-kata kunci: Numbered Head Together (NHT), CTL, NHT berbasis CTL

TINJAUAN PUSTAKA. dalam memecahkan masalah bersama. Pembelajaran kooperatif adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Selain itu, keterampilan riset yang telah dimiliki oleh mahasiswa calon guru ini akan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kegiatan evaluasi sebagai bagian tak terpisahkan dari aktivitas pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. maupun Rohani semakin meningkat dalam usaha menyesuaikan diri dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kundari Agustianingsih, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang bersifat reflektif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TENTANG MAKHLUK HIDUP DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING. Rochimah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kelas, merupakan inti dari setiap lembaga pendidikan formal. Sekolah Menengah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMPN 12 Bandung, di Kota Bandung

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. memanfaatkan berbagai informasi yang terkumpul sebagai bahan untuk

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP ANTARA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN SETTING

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Bab tiga ini membahas beberapa sub bab yang terdiri atas jenis penelitian,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan diperoleh secara otodidak.

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PENILAIAN PORTOFOLIO D ALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA RANAH PSIKOMOTOR PAD A MATA PELAJARAN PROD UKTIF

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Maka dari iru tugas seorang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan. Efektivitas menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. rumusan hasil yang diharapkan siswa setelah melaksanakan pengalaman

PENGEMBANGAN INSTRUMEN AUTENTIK ASSESMEN BERUPA PENILAIAN PROYEK DENGAN PRODUK MIND MAPPING PADA MATERI GAYA DAN HUKUM NEWTON TENTANG GERAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003:

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. Usaha peningkatan pendidikan bisa ditempuh dengan meningkatkan kualitas

3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perubahan zaman, semakin maju pula peradaban dunia yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam menyiapkan sumber daya manusia yang produktif. Hal ini berarti bahwa berhasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nur Wulan Puji Permari, 2013

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN RANAH PSIKOMOTOR PADA MATERI TITRASI ASAM BASA KELAS XI-MIA SMAN 4 KOTA JAMBI

P MB M ELAJARAN N FIS I I S K I A

Kegiatan Belajar 4: Menelaah Tes Hasil Belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah yang

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

REKONSTRUKSI MATA PELAJARAN MERUJUK PADA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN EMPLOYABILITY SKILL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Classroom Action Research (CAR). Menurut Tarigan (2011: 103), penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar

TUJUAN & MANFAAT MICRO TEACHING

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. ABSTRAK... KATA PENGANTAR. DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembelajaran merupakan bagian yang berkaitan dengan upaya membangun interaksi bermakna antara guru dengan peserta didik lewat materi fisika baik berupa produk maupun prosesnya. Evaluasi hasil belajar mencakup penilaian, baik berupa assesmen, validasi, maupun evaluasi secara keseluruhan. Peningkatan kualitas pembelajaran berhubungan dengan upaya membangun komunikasi antara guru dengan peserta didik yang mampu melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Penilaian proses dan hasil belajar fisika merupakan salah satu upaya guru dalam rangka memperoleh informasi sebagai balikan tentang pelaksanaan pembelajaran untuk dimanfaatkan sebagai bahan penilaian sejauhmana keberhasilan pembelajaran baik dari segi proses maupun produknya. Hal ini berarti bahwa pada evaluasi yang perlu mendapat perhatian adalah proses penyediaan data yang sahih dan terandal sehingga dapat diambil keputusan yang tepat. Evaluasi pembelajaran fisika akan selalu melibatkan informasi mengenai proses dan produk secara bersama-sama. Dalam hubungan ini penyediaan alat ukur yang sesuai tentu diperlukan, agar diperoleh hasil yang mampu memberikan prediksi yang lebih tepat, cermat, teliti, dan bermakna (Suparwoto, 2005: 1-2). Pentingnya penyediaan alat ukur dalam hal ini berupa instrumen penilaian mendorong peneliti untuk mencoba membuat alat ukur 1

yang dapat menyediakan data yang sahih dan terandal sehingga evaluasi dapat memberikan prediksi yang tepat. Informasi tentang kualitas proses pembelajaran sangatlah penting untuk perbaikan kualitas proses pembelajaran selanjutnya sehingga penilaian hasil belajar haruslah dilakukan dengan baik. Penilaian hasil belajar peserta didik menurut Kunandar (2014: 61) merupakan sesuatu yang sangat penting dan strategis dalam kegiatan pembelajaran. Dengan penilaian hasil belajar maka dapat diketahui seberapa besar keberhasilan peserta didik telah menguasai kompetensi atau materi yang telah diajarkan oleh guru. Melalui penilaian juga dapat dijadikan acuan untuk melihat tingkat keberhasilan atau efektivitas guru dalam pembelajaran. Oleh karena itu, penilaian hasil belajar harus dilakukan dengan baik mulai dari penentuan instrumen, penyusunan instrumen, telaah instrumen, pelaksanaan penilaian, analisis hasil penilaian dan program tindak lanjut penilaian. Dengan penilaian hasil belajar yang baik akan memberikan informasi yang bermanfaat dalam perbaikan kualitas proses pembelajaran. Sebaliknya jika terdapat kesalahan dalam penilaian hasil belajar, maka akan terjadi salah informasi tentang kualitas proses pembelajaran dan pada akhirnya tujuan pembelajaran yang sesungguhnya tidak akan tercapai. Praktik pembelajaran sehari-hari di sekolah menurut Akbar (2013: 2) masih mengalami berbagai persoalan dengan perangkat pembelajaran yang digunakan untuk mengoperasikan jalannya pembelajaran. Diantara masalah itu antara lain masih banyak guru menggunakan bahan ajar yang cenderung kognitivistik; model pembelajaran konvensional yang kurang melibatkan 2

peserta didik secara aktif masih banyak diterapkan oleh guru, sehingga kurang mampu memicu terjadinya pembelajaran aktif; penilaian proses juga kurang berjalan optimal karena keterbatasan kemampuan mengembangkan perangkat instrumen penilaian. Juga dijumpai berbagai macam tes formatif dan sumatif yang diselenggarakan sekolah menggunakan soal yang tidak diuji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya bedanya karena keterbatasan kemampuan dan kemauan praktisi untuk mengembangkan instrumen tersebut. Penilaian hasil belajar oleh pendidik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah, sesuai dengan Permendikbud nomor 104 tahun 2014 pasal 5 ayat (1) bahwa lingkup penilaian hasil belajar oleh pendidik mencakup kompetensi sikap spiritual, kompetensi sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan. Namun Arikunto (2006: 38) menyebutkan kecenderungan yang terdapat dalam praktek sekarang ini adalah bahwa evaluasi hasil belajar hanya dilakukan dengan tes tertulis, menekankan pada aspek pengetahuannya saja. Hal- hal yang berkaitan dengan aspek- aspek lain masih kurang mendapatkan perhatian dalam evaluasi. Padahal sikap terhadap pelajaran tertentu menurut Kunandar (2014: 105) juga menentukan keberhasilan belajar seseorang. Ikatan emosional sering diperlukan untuk membangun semangat kebersamaan, semangat persatuan, semangat nasionalisme, rasa sosial, dan sebagainya. Untuk itu semua dalam merancang program pembelajaran satuan pendidikan harus memerhatikan ranah afektif. Pembelajaran Fisika di sekolah yang hanya menekaankan pada kemampuan kognitif saja hanya memperlakukan fisika sebagai kumpulan 3

pengetahuan saja, peserta didik hanya menguasai konsep fisika saja tanpa diperolehnya keterampilan proses (Prasetyo, 1998: 1.27). Oleh karena itu ranah psikomotorik juga perlu diperhatikan dalam pembelajaran. Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti berupaya untuk mencoba mengembangkan perangkat instrumen penilaian yang selain menekankan pada aspek pengetahuan tetapi juga memperhatikan aspek afektif dan psikomotorik peserta didik. Penilaian hasil belajar ini ditunjang oleh model pembelajaran yang dapat memunculkan sikap aktif dari peserta didik dan juga membantu peserta didik untuk memperoleh pengetahuan serta keterampilan proses sekaligus. Model pembeljaran kooperatif menurut Huda (2015: 212) merupakan contoh model pembelajaran yang banyak melibatkan interaksi antar peserta didik. Tujuan pembelajaran dengan model ini tidak hanya mampu meningkatkan hasil belajar, tetapi juga peserta didik dapat mengembangkan hubungan antar anggota kelompok, memahami peserta didik lain yang lemah dibidang akademik, menumbuhkan kesadaran kepada peserta didik akan perlunya belajar untuk berfikir aktif dalam menyelesaikan masalah, mengintegrasikan dan mengaplikasikan kemampuan serta pengetahuan mereka sehingga diperoleh hasil belajar yang memuaskan. Salah satu metode pembelajaran kooperatif adalah metode jigsaw dimana dalam jigsaw guru banyak memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Penilaian proses dan hasil pembelajaran fisika melalui pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan salah satu upaya peneliti untuk memperoleh informasi sejauh mana keberhasilan 4

pembelajaran, baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik peserta didik. Penelitian ini dibatasi pada materi Hukum Newton dan penerapannya, dikarenakan ketiga Hukum Newton tentang gerak merupakan dasar dari mekanika klasik yang dapat dinyatakan dengan sangat sederhana. Tetapi penerapan hukum-hukum ini memerlukan kemampuan analitis dan teknik penyelesaian soal serta memiliki banyak konsep dan prinsip yang abstrak (Young, 2002). Sebagian besar peserta didik mengalami kesulitan dalam menginterpretasi konsep dan prinsip fisika tersebut. Padahal peserta didik dituntut untuk mampu menginterpretasi secara tepat. Kemampuan mengidentifikasi dan menginterpretasi konsep dan prinsip fisika merupakan prasyarat bagi penggunaan konsep-konsep untuk inferensi-inferensi yang lebih kompleks atau untuk memecahkan soal fisika yang berkaitan dengan konsep tersebut (Mundilarto, 2002: 3). Peneliti berharap melalui pembelajaran jigsaw, peserta didik dapat memahami dengan baik konsep dasar mengenai Hukum Newton dengan mendorong kerjasama antar kelompok. Setiap anggota kelompok mendalami bagian-bagian, kemudian digabung menjadi satu sehingga diperoleh pemahaman secara utuh. Berdasarkan beberapa latar belakang permasalahan di atas maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul Pengembangan Instrumen Penilaian Peserta Didik Aspek Afektif dan Psikomotorik pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Mata Pelajaran Fisika SMA. 5

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut: 1. Masih banyak guru menggunakan bahan ajar yang cenderung kognitivistik. Padahal lingkup penilaian hasil belajar oleh pendidik juga mencakup kompetensi sikap spiritual, kompetensi sikap sosial, dan kompetensi keterampilan. 2. Model pembelajaran konvensional yang kurang melibatkan peserta didik secara aktif masih banyak diterapkan oleh guru, sehingga kurang mampu memicu terjadinya pembelajaran aktif. Model pembelajaran yang dapat menciptakan pembelajaran aktif salah satunya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. 3. Penilaian proses kurang berjalan optimal karena keterbatasan kemampuan mengembangkan perangkat instrumen penilaian, sehingga pengembangan perangkat instrumen penilaian perlu diupayakan. 4. Dijumpai berbagai macam tes formatif dan sumatif yang diselenggarakan sekolah menggunakan soal yang tidak diuji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya bedanya karena keterbatasan kemampuan dan kemauan praktisi untuk mengembangkan instrumen tersebut. 5. Evaluasi hasil belajar hanya dilakukan dengan tes tertulis, menekankan pada aspek pengetahuannya saja. Hal- hal yang berkaitan dengan aspekafektif dan psikomotorik masih kurang mendapatkan perhatian dalam evaluasi. 6

6. Sebagian besar peserta didik mengalami kesulitan dalam menginterpretasi konsep dan prinsip fisika khususnya untuk materi Hukum Newton dan penerapannya. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan, agar tidak terlalu luas maka penelitian ini dibatasi pada permasalahan: 1. Penilaian proses kurang berjalan optimal karena keterbatasan kemampuan mengembangkan perangkat instrumen penilaian. Sehingga diperlukan upaya untuk mengembangkan instrumen penilaian yang layak digunakan khususnya dalam penelitian ini untuk model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw materi Hukum Newton dan penerapannya Fisika SMA kelas X. 2. Dalam penilaian hasil belajar peserta didik, guru lebih mengutamakan penilaian kemampuan penguasaan materi saja. Padahal guru juga perlu mengetahui kompetensi sikap dan kompetensi keterampilan peserta didik selama pembelajaran, khususnya dalam penelitian ini yaitu pada materi Hukum Newton Fisika SMA kelas X menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang telah dijabarkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Berapakah tingkat kelayakan instrumen penilaian ranah afektif dan ranah psikomotorik yang dikembangkan untuk pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi Hukum Newton Fisika SMA kelas X? 7

2. Bagaimanakah hasil ketuntasan kompetensi afektif dan psikomotorik peserta didik selama pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi Hukum Newton Fisika SMA kelas X? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menghasilkan instrumen penilaian ranah afektif dan psikomotorik yang layak digunakan untuk pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi Hukum Newton Fisika SMA kelas X. 2. Mengetahui hasil penilaian kompetensi afektif dan psikomotorik peserta didik selama pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi Hukum Newton Fisika kelas X menggunakan instrumen penilaian yang dikembangkan dalam penelitian ini. F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan Produk yang dihasilkan dari penelitian dan pengembangan ini adalah instrumen penilaian berupa lembar observasi afektif dan psikomotorik. Instrumen penilaian ini secara umum terdiri atas sebaran butir indikator penilaian afektif, sebaran butir indikator penilaian psikomotorik, lembar observasi penilaian afektif, lembar observasi penilaian psikomotorik, rubrik penilaian afektif, dan rubrik penilaian psikomotorik. 1. Sebaran butir indikator penilaian afektif berisi matriks penilaian afektif yang terdiri dari aspek dan subaspek ranah afektif, indikator penilaian afektif, butir pernyataan penilaian, nomor indikator, dan nomor sebaran lembar observasi. 8

2. Sebaran butir indikator penilaian psikomotorik berisi matriks penilaian psikomotorik yang terdiri dari aspek dan subaspek ranah psikomotorik, indikator penilaian psikomotorik, butir pernyataan penilaian, nomor indikator, dan nomor sebaran lembar observasi. 3. Lembar observasi penilaian afektif berisi identitas yang terdiri dari identitas sekolah, identitas kelas, dan nama kelompok. Lembar observasi penilaian afektif juga berisi penjabaran KI-2 yaitu kompetensi sikap sosial, petunjuk pengisian lembar observasi afektif, butir pernyataan penilaian afektif, tabel checklist untuk 8 peserta didik, dan tabel kategorisasi sikap peserta didik berdasarkan jumlah cek. 4. Lembar observasi penilaian psikomotorik berisi identitas yang terdiri dari identitas sekolah, identitas kelas, dan nama kelompok. Lembar observasi penilaian psikomotorik juga berisi penjabaran KI-4 yaitu kompetensi keterampilan, petunjuk pengisian lembar observasi psikomotorik, butir pernyataan penilaian psikomotorik, dan tabel skor penilaian 8 peserta didik. 5. Rubrik penilaian afektif berisi rubrik masing-masing butir pernyataan lembar observasi penilaian afektif. 6. Rubrik penilaian psikomotorik berisi rubrik masing-masing skor pada butir pernyataan lembar observasi penilaian psikomotorik. 9

G. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memperluas wawasan bagi peneliti pada khususnya dan bagi para pendidik pada umumnya mengenai instrumen penilaian aspek afektif dan psikomotorik. Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini antara lain: 1. Bagi Guru a) Dengan hasil penilaian yang diperoleh, guru dapat menentukan peserta didik mana yang berhasil menguasai kompetensi pengetahuan, kompetensi sikap sosial, dan kompetensi keterampilan sehingga guru lebih dapat memusatkan perhatian kepada peserta didik yang belum berhasil. b) Guru akan mengetahui sejauh mana kesesuaian metode pembelajaran Jigsaw dari model cooperative learning yang digunakan terhadap materi Hukum Newton dan penerapannya, 2. Bagi Calon Guru a) Penelitian ini dapat dijadikan acuan oleh calon guru dalam membuat atau mengembangkan instrumen penilaian aspek afektif dan psikomotorik. b) Penelitian ini dapat dijadikan panduan oleh calon guru dalam melakukan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. 3. Bagi Sekolah a) Apabila penilaian hasil belajar peserta didik melalui model pembelajaran kooperatif metode Jigsaw dinilai baik, maka kualitas 10

sebuah sekolah juga dapat dinilai meningkat secara langsung maupun tidak langsung. b) Informasi dari guru tentang tepat tidaknya suatu model pembelajaran pada sekolah dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk perencanaan pembelajaran sekolah di masa yang akan datang. c) Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun, dapat digunakan sebagai pedoman bagi sekolah untuk meningkatkan keefektifan proses pembelajaran. H. Asumsi Pengembangan Pengembangan instrumen penilaian ini mengacu pada beberapa asumsi, yaitu: 1. Meskipun instrumen penilaian ini dikembangkan untuk model pembelajaran Jigsaw, namun beberapa pernyataan dalam lembar observasi memiliki aspek, subaspek, dan indikator yang sesuai untuk model pembelajaran lainnya. Sehingga, beberapa pernyataan dalam lembar observasi penilaian afektif dan psikomotorik ini dapat digunakan untuk model pembelajaran lain sesuai dengan kebutuhan. 2. Guru mampu mengkondisikan peserta didik dalam pembelajaran Jigsaw dengan baik, menyesuailkan waktu yang ada, terampil dalam mengamati perilaku siswa. Dengan demikian peran model pembelajaran Jigsaw yang dilaksanakan dan instrumen penilaian yang dikembangkan untuk membantu siswa mencapai kompetensi pembelajaran dapat terwujud. 3. Guru dapat mengamati seluruh perilaku siswa dengan baik apabila jumlah siswa yang diamati tidak terlalu banyak. Selain itu guru dapat memilih 11

aspek penilaian sesuai dengan kebutuhan sehingga tidak terlalu banyak aspek yang dinilai. 4. Instrumen penilaian ranah psikomotortik digunakan untuk materi pembelajaran mengenai Hukum Newton dan penerapannya. Namun, instrumen penilaian ranah afektif dapat digunakan pada materi fisika lainnya. I. Keterbatasan Pengembangan Pengembangan instrumen penilaian ini memiliki beberapa keterbatasan diantaranya adalah. 1. Instrumen penilaian psikomotorik dibatasi pada materi fisika kelas X yaitu Hukum Newton dan penerapannya. Artinya, instrumen penilaian psikomotorik hanya dapat digunakan untuk materi Hukum Newton dan penerapannya. 2. Penilaian afektif dan psikomotorik peserta didik menggunakan lembar observasi sulit dilakukan untuk jumlah peserta didik yang terlalu banyak karena memerlukan kecermatan yang tinggi dalam melakukan pengamatan. 3. Memerlukan keterampilan yang baik dari rater dalam melakukan observasi sehingga hasil yang diperoleh bukanlah hasil manipulasi atau dibuat-buat oleh objek yang diobservasi (peserta didik). 4. Peserta didik belum terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sehingga guru harus memberikan perhatian ekstra untuk mengondisikan peserta didik dalam pembelajaran. 12

5. Alokasi waktu pembelajaran yang hanya 2 jam pelajaran atau 1 jam pelajaran dirasa kurang optimal untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran kooperatif Jigsaw di kelas. J. Definisi Istilah 1. Penilaian Penilaian adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. 2. Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Cooperative learning juga merupakan model pembelajaran yang menekankan aktivitas kolaboratif siswa dalam belajar yang berbentuk kelompok, mempelajari materi pelajaran, dan memecahkan masalah secara kolektif kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, secara umum siswa dikelompokkan secara heterogen dalam kemampuan. Siswa diberi materi yang baru atau pendalaman dari materi sebelumnya untuk dipelajari. Masing-masing anggota kelompok secara acak ditugaskan untuk menjadi ahli (expert) pada suatu aspek tertentu dari materi tersebut. Setelah membaca dan mempelajari materi, ahli dari kelompok berbeda berkumpul untuk mendiskusikan topik yang sama dari kelompok lain sampai mereka menjadi ahli di konsep yang ia pelajari. Kemudian kembali ke kelompok semula untuk mengajarkan topik yang mereka 13

kuasai kepada teman sekelompoknya. Terakhir diberikan tes atau assessment yang lain pada semua topik yang diberikan. 3. Ranah Kognitif Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan otak dan berhubungan dengan kemampuan berfikir. 4. Ranah Afektif Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Hasil belajar afektif adalah hasil belajar yang berkaitan dengan minat, sikap dan nilai-nilai. 5. Ranah Psikomotor Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. 14