BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
Pada gambar 2.1, terdapat Customer Premises Equipment (CPE) adalah peralatan telepon atau penyedia layanan lain yang terletak di sisi user.

BAB II TEKNOLOGI JARINGAN KABEL OPTIK

TUGAS AKHIR. Disusun oleh : ALVEN DELANO PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA INDONESIA

BAB III LANDASAN TEORI

TUGAS AKHIR ANALISIS PERFORMANSI TEKNOLOGI GPON (GIGABIT- CAPABLE PASSIVE OPTICAL NETWORK) UNTUK LAYANAN TRIPLE PLAY

BAB III METODE ANALISIS

BAB II DASAR TEORI. Komunikasi data telah berkembang dengan pesat dewasa ini. Hal ini sesuai

BAB 2 DASAR TEORI. luar yang disebut Cladding. Cladding adalah selubung dari inti (core). Indeks

BAB II DASAR TEORI. Perkembangan teknologi telekomunikasi global akhir-akhir ini

BAB III ANALISIS JARINGAN FTTH DENGAN TEKNOLOGI GPON DI CLUSTER TEBET

ANALISIS SOLUSI JARINGAN FTTDP DI LOKASI PERUMAHAN PT. VALE INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS KINERJA JARINGAN FTTH (FIBER TO THE HOME) DI JALAN LOTUS PERUMAHAN CEMARA ASRI MEDAN

PERBANDINGAN KUALITAS JARINGAN TEKNOLOGI MSAN DAN GPON PADA LAYANAN TRIPLE PLAY DI PT. TELKOM

Sistem Jaringan Akses Fiber Optik Jaringan Lokal Akses Fiber (JARLOKAF)

BAB 2. LANDASAN TEORI

SIMULASI PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DI PERUMAHAN LEGOK INDAH MENGGUNAKAN SIMULASI OPTISYSTEM

Teknologi Jarlokaf. DLC (Digital Loop Carrier) PON (Passive Optical Network) AON (Active Optical Network) Point to Point. 1 Digital Loop Carrier (DLC)

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) PERUMAHAN NATAENDAH KOPO Atika Fitriyani 1, Tri Nopiani Damayanti, ST.,MT.2, Mulya Setia Yudha 3

DAFTAR ISI v. ABSTRAK.. i ABSTRACK. ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR TABEL. x BAB I PENDAHULUAN BAB II TEORI PENUNJANG

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO KOPO KE NATA ENDAH KOPO UNIVERSITAS TELKOM

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO CIJAWURA KE BATUNUNGGAL REGENCY CLUSTER ELOK

BAB II DASAR TEORI. Merupakan suatu media pemandu gelombang cahaya (light wave guide)

Analisis Redaman Pada Jaringan Ftth (Fiber To The Home) Dengan Teknologi GPON (Gigabit Passive Optical Network) Di PT MNC Kabel Mediacom

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) PERUMAHAN NATAENDAH KOPO Atika Fitriyani 1, Tri Nopiani Damayanti, ST.,MT.2, Mulya Setia Yudha 3

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO CIJAWURA KE PERUMAHAN JINGGA

ANALISA SIMULASI RANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO BANJARAN KE GRIYA PRIMA ASRI BANDUNG. Yara romana rachman

BAB II JARINGAN PSTN. yang lebih dikenal dengan jaringan Public Switch Telephone Network (PSTN). Jaringan ini

BAB I PENDAHULUAN. pada media konduktor terbilang cukup cepat, yaitu 2.25x10 8 m/s, atau 75% dari. sangat sering dipergunakan sampai sekarang.

BAB III JARINGAN AKSES SERAT OPTIK DI PT TELKOM STO JATINEGARA SERTA APLIKASI SDH DAN MODUL SDT1

Jaringan Kabel Optik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Saat ini internet tidak hanya digunakan sebagai media bertukar

ANALISIS LINK BUDGET JARINGAN SERAT OPTIK GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO DAGO KE PERUMAHAN DAGO ASRI DAN CISTU INDAH BANDUNG

PERENCANAAN JARINGAN NG-PON2 MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TWDM PADA PERUMAHAN GRAND SHARON BANDUNG

ANALISA PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK TOWER A BANDUNG TECHNOPLEX LIVING

(Gigabit Passive Optical Network)

Prodi S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom

BAB III KONFIGURASI LAYANAN TRIPLE PLAY PADA JARINGAN GPON

Faculty of Electrical Engineering BANDUNG, 2015

ANALISIS PERFORMANSI SERAT OPTIK PADA LINK CIJAURA - BOJONGSOANG PERFORMANCE ANALYSIS OF FIBER OPTIC LINK CIJAURA - BOJONGSOANG

JARINGAN AKSES. Akses Tembaga. Akses Optik. Akses Radio

BAB IV ANALISA KONFIGURASI, JARAK KEMAMPUAN, DAN INTERFACE

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME PERUMAHAN NATAENDAH KOPO DENGAN OPTISYSTEM

BAB II GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) BERBASIS INTERNET PROTOCOL (IP)

BAB II DASAR TEORI. adalah dengan menggunakan teknologi serat optik. Teknologi serat optik

ANALISIS KUALITAS JARINGAN GPON PADA LAYANAN IPTV PT. TELKOM DI DAERAH DENPASAR, BALI

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO CIJAWURA KE BATUNUNGGAL REGENCY CLUSTER PERMAI

FTTX. 1. Latar belakang

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO CIJAWURA KE KOMPLEK PERUMAHAN PESONA CIGANITRI

BAB II DASAR TEORI. Jaringan local akses optik (JARLOKAF) adalah jaringan. menghubungkan Central Office (CO) pada operator telekomunikasi ke Remote

MODUL VII MATA KULIAH : SALURAN TRANSMISI

ANALISA JARINGAN UNTUK LAYANAN BROADBAND BERBASIS TEKNOLOGI GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) ABSTRAK

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) UNTUK PERUMAHAN PESONA CIWASTRA VILLAGE BANDUNG MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMULASI OPTISYSTEM

JARINGAN AKSES PSTN (Public Switch Telephone Network) Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP)

BAB 4 Hasil Dan Pembahasan. 1. Optical Line Termination (OLT)

BAB III GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) UNTUK LAYANAN TRIPLE PLAY

Jaringan Lokal Akses (Jarlok) Eka Setia Nugraha,S.T. M.T Uke Kurniawan Usman,MT

Sukiswo Jartel, Sukiswo 1

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYTEM PADA LINK STO GEGERKALONG KE PERUMAHAN CIPAKU INDAH

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA BUAH BATU I BANDUNG

BAB II VDSL2 DAN ALGORITMA HEURISTIK

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO GEGERKALONG KE SETRA DUTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. jalannya komunikasi maupun transaksi dengan lebih cepat, mudah dan efisien.

1. BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

Media Transmisi Jaringan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III MEKANISME KERJA

1 BAB 2 LANDASAN TEORI

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya PENS DIGITAL SUBSCRIBER LINE (DSL) Modul 6 Jaringan Teleponi. Prima Kristalina PENS (Desember 2014)

KONSEP DASAR JARINGAN KOMPUTER

BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN. Bab ini membahas tentang bagaimana merancang sebuah jaringan Fiber To The

Ignatius Yoslan Kurniawan. Prodi S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Perangkat Keras jaringan pengkabelan dan konektor. Untuk Kalangan sendiri SMK Muh 6 Donomulyo

BAB II DASAR TEORI. menggunakan media gelombang mikro, serat optik, hingga ke model wireless.

Faktor Rate data. Bandwidth Ganguan transmisi(transmission impairments) Interferensi Jumlah receiver

BAB III. 3.1 Pengertian MSAN

PEMBAGIAN SERAT OPTIK

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) MENGGUNAKAN GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) UNTUK PERUMAHAN JINGGA BANDUNG

BAB IV ANALISA JARINGAN VDSL2 HASIL DESAIN APLIKASI

WAN. Karakteristik dari WAN: 1. Terhubung ke peralatan yang tersebar ke area geografik yang luas

MODERNISASI JARINGAN AKSES TEMBAGA DENGAN FIBER OPTIK SAMPAI DENGAN KE PELANGGAN. Oleh :

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA TEKNOLOGI MSAN DAN GPON PADA LAYANAN TRIPLE PLAY

MEDIA TRANSMISI. Materi Ke-5 Sistem Telekomunikasi Politeknik Telkom

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Berdasarkan Topologi Fisik (Phisical Popology)

ANALISIS DAN PERANCANGAN JARINGAN FTTH (FIBER TO THE HOME) DENGAN TEKNOLOGI GPON DI PT TELKOM, Tbk

BAB II LANDASAN TEORI

RANCANG BANGUN APLIKASI PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN JARINGAN DENGAN METODE OPTICAL DRAFTER UNTUK SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK BERBASIS ANDROID

Pertemuan 3 Dedy hermanto/jaringan Komputer/2010

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. tolok ukur perbandingan jaringan GPON (Gigabit Passive Optical Network) dengan

Endi Dwi Kristianto

PERANCANGAN JARINGAN FTTH DENGAN TEKNOLOGI GPON DI KECAMATAN NGAGLIK

Praktek Perancangan Jaringan Akses Fiber Optik menggunakan Software Optysistem pada Pembelajaran SMK Program Keahlian Teknik Telekomunikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN LINK BUDGET DALAM PENERAPAN METRO WDM

Transkripsi:

21 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kabel Serat Optik Serat optik merupakan salah satu media transmisi komunikasi optik yang cukup handal. Dipilihnya alternatif ini karena serat optik mempunyai beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh media transmisi yang lain. Sesudah tahun 1970, ketika mulai terdapat serat optik dengan redaman lebih kecil dari 20 db/km, perkembangan semakin dipacu. Dengan bahan-bahan dasar yang makin murni dan teknik pembuatan yang makin teliti, koefisien redaman dapat mencapai kurang dari 5 db/km [4]. Serat optik mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan media transmisi yang lain, antara lain sebagai berikut [4]: 1. Memiliki bandwidth yang sangat lebar. Dalam sistem digital dapat mencapai orde gigahertz, sehingga mampu membawa informasi yang sangat besar. 2. Ukuran sangat kecil dan murah, sehingga mudah dalam penanganan dan instalasi. 3. Isyarat cahaya tidak terpengaruh oleh derau elektris maupun medan magnetis. 4. Isyarat dalam kabel serat terjamin keamanannya. 5. Karena dalam serat tidak terdapat tenaga listrk, maka tidak akan terjadi ledakan maupun percikan api. Di samping itu serat tersebut tahan terhadap gas beracun, bahan-bahan kimia, dan air, sehinga cocok bila ditanam di bawah tanah. 6. Susutan sangat rendah, sehingga memperkecil jumlah sambungan dan jumlah pengulang (repeater). Yang pada gilirannya akan menurunkan biaya. Disamping beberapa kelebihan yang dimiliki, serat optik juga mempunyai beberapa kekurangan. Kelemahan serat optik ini antara lain [4]: 21

22 1. Sukar membuat terminal pada kabel serat. 2. Tidak seperti pada kawat logam, penyambungan serat harus, menggunakan teknik serta ketelitian yang tinggi. 2.1.1 Singlemode Fiber (SMF) Serat optik singlemode memiliki core yang kecil dan memiliki hanya satu jalur cahaya. Perbedaan antara indeks bias core dan cladding sangat kecil. SMF memiliki kapasitas yang lebih besar untuk mentransmisikan informasi karena dapat mempertahankan akurasi jumlah cahaya untuk jarak tempuh yang lebih besar dan tidak menunjukkan penyebaran cahaya yang disebabkan oleh beberapa mode. Atenuasi serat SMF juga lebih rendah bila dibandingkan dengan MMF. Kekurangan dari serat jenis ini adalah diameter core yang kecil yang membuat menyambungan cahaya ke dalam core lebih sulit, pembangunan yang sulit dan biaya yang relatif mahal [5]. Gambar 2. 1 Indeks Bias Singlemode Fiber Optic [6] 2.1.2 Multimode Fiber (MMF) Multimode fiber memiliki diameter core dan indeks bias relatif lebih besar daripada singlemode fiber dan memungkinkan sejumlah besar cahaya melewatinya. Ukuran core kabel multimode secara umum adalah berkisar antara 50 sampai dengan 100 mikrometer. Biasanya ukuran NA yang terdapat di dalam kabel multimode pada umumnya adalah berkisar antara 0,20 hingga 0,29. NA atau numerical aperture adalah ukuran kemampuan sebuah serat untuk menangkap cahaya, juga dipakai untuk mendefenisikan acceptance cone dari sebuah serat optik. Jenis serat optik

23 Multimode dapat dikategorikan menjadi dua macam yaitu serat optik multimode step index dan serat optik multimode gradded index [5]. Gambar 2. 2 Indeks Bias Multimode Fiber Optic [6] 2.2 Deskripsi Jaringan FTTH Fiber to The Home (FTTH) merupakan jaringan akses berbasis serat optik (fibre-based), yang menghubungkan para pengguna (end-users) dalam jumlah besar ke titik pusat yang dikenal sebagai node akses atau Point of Presence (POP). Setiap node akses berisi perangkat trasmisi elektronik yang diperlukan untuk menyediakan aplikasi dan layanan ke pengguna melalu serat optik. Setiap node akses / POP didalam lingkup kota besar atau daerah, terhubung ke jaringan fiber optic yang lebih besar di setiap perkotaan biasanya di kota metropolitan [7]. Jaringan akses sendiri dapat menghubungkan beberapa hal seperti berikut : 1. Antena jaringan nirkabel, misalnya wireless LAN atau WiMax. 2. BTS jaringan seluler. 3. Pengguna di Single Family Units (SFUs) dan Multi-Dwelling Units (MDUs). 4. Bangunan-bangunan besar seperti sekolah, rumah sakit, dan perkantoran. 5. Penggunaan untuk pengawasan seperti CCTV, alarm dan alat kontrol keamanan lainnya.

24 Jaringan FTTH juga dapat digunakan di area atau akses jaringan yang lebih luas. 2.2.1 Ruang Lingkup Jaringan FTTH Penerapan jaringan FTTH yang lebih dekat dengan pengguna membutuhkan infrastruktur yang dirancang khusus untuk jaringan FTTH itu sendiri yang dibangun diatas tanah milik pribadi dan atau tanah milik umum (pemerintah) [7]. Gambar 2. 3 Ruang Lingkup FTTH Lingkungan jaringan fisik FTTH seara umum dapat dibagi menjadi: 1. Perkotaan 2. Perumahan 3. Pedesaan 4. Tipe bangunan perumahan retail atau Multi Dwelling ONUs MDUs. Lingkungan fisik jaringan tidak hanya ditinjau dari kepadatan penduduk dan tempat tinggal (per km 2 ), tetapi juga kondisi di suatu negara juga harus diperhitungkan. Kontur suatu lokasi menjadi faktor penting dalam menentukan kelayakan desain arsitektur jaringan. Tipe-tipe kontur tersebut antara lain [7] : 1. Greenfield area baru dimana pembangunan jaringan dan gedung dilakukan secara bersamaan.

25 2. Brownfield area dimana gedung sudah berdiri namun infrastruktur yang ada masih di standar yang rendah. 3. Overbuild penambahan pada infrastruktur yang sudah ada. 2.2.2 Arsitektur FTTx Variasi arsitektur jaringan dasar tergantung pada jumlah serat, posisi splitter dan titik agregasi. Untuk memilih arsitektur jaringan yang baik sering menimbulkan pertimbangan khususnya dalam penentuan pemilihan operator, bisnis dan teknis sebagai prioritasnya dalam persaingan di dunia telekomunikasi yang semakin ketat. Fiber to The Home (FTTH) - Setiap pengguna terhubung dengan serat optik melalui port pada peralatan di POP, atau ke passive optical splitter, menggunakan feeder fiber yang terbagi ke POP dan transmisi 100BASE-BX10 atau 1000BASE-BX10 untuk teknologi Ethernet atau GPON (Epon) teknologi dalam konteks point-to-multipoint topologi [7]. Fiber to The Building (FTTB) - Setiap Optical Terimantion Box (OTB) yang berada di gedung (biasanya terletak di basement) terhubung oleh serat optik di peralatan di POP, atau ke optical splitter menggunakan feeder fiber yang terbagi ke POP. Hubungan antara pengguna dan gedung tidak harus menggunakan serat optik tetapi dapat diganti dengan tembaga atau kabel UTP untuk jalur yang bersifat vertikal [7]. Fiber to The Curb (FTTC) - Setiap switch atau akses DSL multiplexer (DSLAM) terhubung ke POP melalui serat optik tunggal atau sepasang serat, yang membawa aggregated traffic dari area terdekat melalui koneksi Gigabit Ethernet atau 10 Gigabit Ethernet. Switch dalam kabinet tidak harus serat optik tetapi dapat berupa tembaga menggunakan VDSL2 atau VDSL2 Vectoring. Arsitektur ini dapat disebut Ethernet Active karena membutuhkan elemen jaringan yang aktif di suatu area [7]. Fiber to The Distribution Point (FTTDp) - Menghubungkan POP ke Distribution Point melalui serat optik, kemudian dari Distribution Point ke penguna melalui infrastruktur tembaga yang ada. Distribution Point dapat berupa gorong-gorong, kotak terminasi pada tiang atau terletak di

26 ruang bawah tanah sebuah bangunan. Arsitektur ini bisa mendukung VDSL atau teknologi G.Fast untuk jarak dekat, biasanya kurang dari 250 m [7]. Gambar 2. 4 Tipe Jaringan FTTx 2.2.3 Network Layer Sebuah jaringan FTTH dapat terdiri dari sejumlah lapisan yang berbeda, yaitu infrastruktur pasif (yang melibatkan duct, serat, clousre dan sebagainya), jaringan yang aktif menggunakan peralatan listrik, layanan ritel menyediakan konektivitas internet dan IPTV, dan banyak end-users. Lapisan tambahan juga dapat berupa: lapisan konten, yang terletak di atas lapisan layanan ritel dan end-users [7].

27 Gambar 2. 5 Lapisan Jaringan FTTH Struktur teknologi ini menjelaskan cara jaringan FTTH ini diatur dan dioperasikan. Sebagai contoh [7]: Passive Infrastructure melibatkan unsur fisik yang diperlukan untuk membangun jaringan serat optik. Passive Infrastructure termasuk serat optik, saluran, duct dan tiang, closure, Optical Distribution Frames (ODF), Optical Termination Box (OTB), dan sebagainya. Active Network mengacu pada perangkat jaringan elektronik yang dibutuhkan oleh infrastruktur pasif agar dapat berfungsi. Komponen yang mempengaruhi lapisan ini antara lain desain, bangunan, dan operasional perangkat aktif jaringan. Retail Service menggunakan lapisan pasif dan aktif dalam satu tempat. Lapisan ini berbasis konektivitas internet dan layanan lainnya, seperti IPTV dikemas dan disajikan kepada pengguna. Selain menyediakan dukungan teknis, lapisan ini juga harus memperhatikan kebutuhan pengguna, strategi pemasaran, dan layannan kepada pelanggan. Setiap lapisan jaringan memiliki fungsinya masing-masing. Penyedia jaringan bertanggung jawab atas layer pertama. Operator jaringan memiliki perangkat aktif, sementara untuk layanan ritel sendiri disediakan oleh Internet Service Provider (ISP) [7].

28 2.3 Passive Optical Network (PON) Pengunaan Passive Optical Network (PON) P2MP dan Ethernet P2P telah diterapkan di berbagai belahan dunia. Pemilihan peralatan tergantung dari banyak variabel termasuk demografi dan segmentasi geografis, spesifikasi parameter penerapan, dan sebagainya. Secara khusus, solusi yang dipilih sangat tergantung pada kemudahan infrastruktur pasif mana yang akan diterapkan [7]. Dalam Multi-Dwelling Unit (MDU), hubungan antara end-users dan switch dapat terdiri dari tembaga atau serat optic. Dalam beberapa penerapan, serat optik disediakan untuk RF Video Overlay System [7]. Gambar 2. 6 Perbedaan Arsitektur Jaringan FTTH [7] Pengembangan Full Service Access Network (FSAN) berdasarkan studi kasus dan kebutuhan teknis, yang kemudian ditetapkan dan disahkan sebagai standar oleh International Telecommunication Union (ITU). Standar ini termasuk UPON, BPON, GPON dan XG-PON. GPON dapat menyediakan 2.5Gbps bandwidth downstream dan 1.25Gbps upstream dengan perbandingan 1: 128. XG-PON dapat menyediakan 10Gbps downstream dan 2.5Gbps upstream sampai dengan 128 pengguna [7]. Berikut adalah tabel standarisasi jenis teknologi PON.

29 Tabel 2. 1 Standarisasi Teknologi PON [8] Parameter BPON EPON GPON XGPON 10G-EPON Standard ITU-T G.983 IEEE 802.3ah ITU-T G.984 ITU-T G.987 IEEE 802.3av Downstream Bitrate 622 Mbps 1,25 Gbps 2,5 Gbps 10 Gbps 10 Gbps Upstream Bitrate 155 Mbps 1,25 Gbps 1,25 Gbps 2,5 Gbps 10 Gbps 2.4 Gigabit Passive Optical Network (GPON) GPON adalah teknologi jaringan akses lokal fiber optic berbasis PON yang distandardisasi oleh ITU-T G.984. Pada GPON, sebuah atau beberapa OLT, interface sentral dengan jaringan fiber optic, dihubungkan dengan beberapa ONU, interface pelanggan dengan jaringan serat optik, menggunakan pasif Optical Distribution Network (ODN), seperti splitter, filter, atau perangkat pasif optik lainnya. GPON mampu memberikan layanan dengan kecepatan 2.4 Gbps secara simetris (upstream dan downstream) atau 1.2 Gbps untuk downstream dan 1.2 Gbps untuk upstream [7]. Tabel 2. 2 Spesfikasi GPON [9] Parameter GPON Standard ITU-T G.984 Downstream Bitrate 155, 622 Mb/s, 2.5 Gb/s Upstream Bitrate 155, 622 Mb/s, 2.5 Gb/s Downstream Wavelength 1490 Upstream Wavelength 1310 Protocol Ethernet over ATM/IP or TDM Video RF at 1550 or IP at 1490 Max Pon Splits 64 Power Budget ~13dB (min) to 28dB (max) w/32 split Coverage <60 km Secara logikal jangkauan dari OLT ke ONT sejauh 60 km. Sedangkan secara fisikal jangkauan GPON dari OLT ke ONT adalah 20 km [10]. Adapun skema diagram GPON seperti pada gambar 2.4.

30 Gambar 2. 7 Skema Diagram Teknologi GPON Perbedaan terbesar antara GPON dan EPON adalah pada arsitekturnya. Epon mempekerjakan komponen tunggal pada layer 2 network yang menggunakan IP untuk membawa data, voice, dan video. Sementara GPON menyediakan tiga komponen pada layer 2 network, antara lain ATM untuk voice, Ethernet untuk data, dan enkapsulasi untuk voice [11]. Gambar 2. 8 Model Layering GPON dan EPON 2.4.1 Komponen GPON Passive Optical Network (PON) adalah point-to-multipoint serat optik yang terbagi untuk arsitektur jaringan lokal yang dimana splitter optik tanpa daya digunakan untuk mengaktifkan satu serat optik untuk melayani beberapa titik tempat, biasanya 64-128 node. Passive Optical

31 Network biasanya pasif, dalam arti bahwa jaringan tersebut menggunakan sebuah splitter optik pasif sederhana dan penggabung untuk transportasi data. Sebuah PON mengambil keuntungan dari Wavelength Division Multiplexing (WDM), menggunakan salah satu panjang gelombang untuk lalu lintas downstream dan satu lagi untuk upstream (ITU-T G.652) [8]. 2.4.2 Optical Line Terminal (OLT) Optical Line Terminal (OLT) adalah unsur utama dari jaringan dan biasanya ditempatkan di Local Exchange dan mesin di dalamnya yang menggerakkan sistem FTTH. Fungsi yang paling penting OLT adalah penjadwalan lalu lintas, kontrol buffer dan alokasi bandwidth. OLT biasanya beroperasi menggunakan listrik DC pleonastis (-48VDC) dan memiliki setidaknya 1 line card untuk internet, 1 system card untuk konfigurasi on-board, dan 1 card untuk banyak card GPON. Setiap card GPON terdiri dari sejumlah port-port GPON [8]. 2.4.3 Optical Splitter Splitter optik membagi kekuatan sinyal. yaitu masing-masing link (serat) memasuki splitter dapat dibagi menjadi beberapa jumlah serat keluar dari splitter dan biasanya ada tiga tingkat serat atau lebih yang bersesuaian dengan dua tingkat splitter atau lebih. Hal ini memungkinkan masing-masing serat dapat berbagi oleh banyak pengguna. Karena daya yang membelah sinyal akan dilemahkan namun struktur dan sifatnya tetaplah sama. Splitter optik pasif harus memiliki karakteristik sebagai berikut [8]: 1. Rentang panjang gelombang operasi yang luas 2. Insersi loss yang rendah dan keseragaman dalam kondisi apapun 3. Dimensi minimal 4. Keandalan yang tinggi 5. Mendukung kedaya tahanan jaringan dan kebijakan perlindungan

32 2.4.4 Optical Network Terminal (ONT) Optical Network Terminal (ONT) adalah perangkat aktif yang ditempatkan di kediaman pelanggan. ONT-ONT terhubung ke OLT melalui serat optik dan tidak ada unsur-unsur aktif yang digunakan di jalurnya (link) [8]. Dalam GPON, transceiver dalam ONT adalah sambungan fisik antara kediaman pelanggan dan kantor pusat OLT. Modul triplexer WDM memisahkan tiga panjang gelombang yaitu 1310nm, 1490nm dan 1550nm (untuk layanan CATV). Penerimaan data ONT yaitu pada 1490nm dan mengirimkan semburan lalu lintas data di 1310nm. Video Analog diterima pada 1550n. Media Access Controller (MAC) mengontrol lalu lintas mode semburan upstream secara tertib dan memastikan bahwa tidak ada tumbukan yang terjadi karena transmisi data upstream dari rumah-rumah yang berbeda [8]. Terdapat konverter serat-tembaga yang menyediakan konektor RJ11, RJ45, dan F-Series untuk perangkat apapun. Perangkat ini tersedia dalam bermacam-macam konfigurasi dan kepadatan port hingga 24 port. ONT dapat digunakan pada outdoor dan indoor, memberikan POE atau non-poe, 10/100/1000, enkripsi AES, dan dapat mencakup kedayatahanan baterai pada saat kondisi mati listrik [8]. GPON menggunakan Dynamic Bandwidth Allocation yang fungsinya mengalokasikan bandwidth secara dinamis tergantung pada jumlah paket yang tersedia di T-CONT. Setelah OLT membaca jumlah paket yang menunggu di T-CONT, OLT tersebut memberikan besar bandwidth. Jika tidak ada paket menunggu di T-CONT, maka OLT memberikan bandwidth untuk T-CONT lain yang memiliki paket menunggu di T-CONT. Jika ONT memiliki antrian panjang, OLT dapat memberikan akses ke beberapa T-conts pada ONT tersebut [8]. 2.4.5 Arsitektur GPON GPON memiliki topologi tree untuk memaksimalkan cakupan area dengan percabangan jaringan yang minim, sehingga mengurangi daya

33 listrik optik. Sebuah jaringan akses FTTH terdiri dari lima daerah, yaitu area Core Network, Central Office, Feeder Network, Distribution Network dan user area. Dalam sebuah area jaringan Core Network tidak dianggap sebagai bagian dari jaringan akses FTTH. Arsitektur jaringan di sini menggunakan pencabangan dua tingkat antara kantor pusat dan lokasi pengguna dengan pencapaian rasio pencabangan hingga 1:64. Jarak antara OLT dan ONT dapat lebih dari 20 km tergantung pada perhitungan total daya optik yang tersedia, yang mana adalah faktor dari laser port OLT dan perhitungan total loss [8]. Gambar 2. 9 Arsitektur Jaringan Akses FTTH GPON 2.4.5.1 FTTH Core Network Core Network atau jaringan inti FTTH yang terdiri dari perangkat Internet Service Provider (ISP). Umumnya terdiri dari Broadband Remote Access Server (BRAS) dan server Authentication, Authorization, and Accounting (AAA), Public Switched Telephone Network (PSTN), dan perangkat penyedia TV kabel [8]. 2.3.5.2 Central Office Fungsi utama dari kantor pusat adalah sebagai induk dari OLT dan ODF serta sebagai penyedia daya yang diperlukan pada jaringan optik.

34 Terkadang juga termasuk beberapa atau bahkan seluruh komponen core network [8]. 2.4.5.3 FTTH Feeder Network Area feeder menjangkau mulai dari ODF yang berada di kantor pusat hingga ke titik distribusi. Pada titik ini, berbentuk lemari di tepi jalan, yang disebut Fiber Disruption Frame (FDT) mana splitter tingkat-1 biasanya ditempatkan. Kabel feeder biasanya dihubungkan sebagai topologi cincin mulai dari sebuah port GPON dan diakhiri ke port GPON lainnya seperti yang ditunjukkan di Gambar 2.5 untuk memberikan proteksi link, dan menggunakan splitter Level-1 dengan rasio split dari 2: 4. Jenis splitter seperti itu memungkinkan feeder terhubung ke 2 buah port GPON dari satu sisi dan mensuplai total dari 4 kabel distribusi dari sisi lain. Kabel serat optik tersambung antara kantor pusat dan splitter tingkat- 1 disebut Fiber Level-1 [8]. 2.4.5.4 FTTH Distribution Network Kabel distribusi menghubungkan splitter tingkat-1 (dalam FDT) dengan splitter tingkat-2. Splitter Level-2 biasanya induk dalam kotak terpasang di tiang yang disebut Fiber Access Terminal (FAT) biasanya ditempatkan di jalur masuk lingkungan. Dalam desain berdasarkan makalah ini rasio splitter tingkat-2 adalah 1:16, yang berarti setiap FAT melayani 16 rumah. Kabel fiber tersambung antara splitter Tingkat-1 dan splitter tingkat-2 disebut Fiber Tingkat-2 [8]. 2.4.5.5 User Area Di daerah pengguna, kabel drop atau Fiber Tingkat-3, digunakan untuk menghubungkan splitter tingkat-2yang berada di dalam FAT ke tempat pelanggan. Kabel drop memiliki hitungan serat lebih sedikit dan rentang panjang hingga 100 meter. Kabel drop dirancang dengan bersifat fleksibel, ringan, diameter yang lebih kecil, kemudahan akses dan terminasi fiber. Untuk kemudahan pemeliharaan, biasanya kabel drop

35 udara berujung di pintu masuk dari rumah pelanggan melalui sebuah Terminal Box (TB), maka kabel drop dalam ruangan menghubungkan TB ke Access Terminal Box (ATB) yang terletak di dalam rumah. Terakhir patch cord menghubungkan ONT ke ATB [8]. 2.5 Traffic Flow GPON Data ditransmisikan dari OLT ke ONT di downstream sebagai paket broadcast dan sebagai Time Division Multiplexing (TDM) di upstream. Panjang gelombang dari data downstream adalah 1490 nm, layanan suara dan data dari jaringan inti diangkut melalui jaringan optik mencapai OLT dan didistribusikan ke ONT-ONT melalui jaringan FTTH dengan cara pencabangan daya. Setiap rumah pelanggan menerima paket yang ditentukan melalui ONT tersebut. Arus upstream merupakan data transmisi dari ONT ke OLT. Panjang gelombangnya adalah 1310 nm. Jika sinyal-sinyal dari ONT yang berbeda tiba di input splitter pada waktu dan panjang gelombang yang sama yaitu pada 1310nm, dapat menghasilkan superposisi dari sinyal ONT berbeda ketika mencapai OLT. Oleh karena itu TDMA digunakan untuk menghindari interferensi sinyal dari ONT- ONT tersebut. Dalam TDMA, slot waktu akan disediakan untuk setiap pengguna sesuai dengan permintaan untuk transmisi paket mereka masingmasing. Pada splitter optik, paket tiba secara berurutan dan lalu mereka digabung dan dikirim ke OLT [8]. Gambar 2. 10 Traffic Flow GPON Secara Normal

36 Jalur backup atau proteksi jaringan akses FTTH merupakan poin penting untuk menjaga agar aliran data masih tetap mengalir. Dalam hal ini adalah menyediakan redundansi terhadap kesalahan atau kerusakan baik dari jalur feeder atau port GPON. Dalam jenis proteksi ini, setiap bentangan optik di kabel feeder terhubung ke dua port GPON di OLT. Salah satu port dikonfigurasikan sebagai port aktif dan yang lain sebagai port siaga. Gambar 2.6 menunjukkan arah lalu lintas arus secara normal, setelah kegagalan di bentangan fiber terjadi, OLT secara otomatis mengaktifkan port GPON siaga untuk mem-broadcast salinan lalu lintas downstream menuju FDT di luar titik gagal dari arah port lain seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.7. Gambar 2. 11 Traffic Flow GPON Ketika Link Failure Port GPON siaga ini juga akan menerima arus lalu lintas upstream dari bagian feeder yang terisolasi. Gambar 2.8 menggambarkan situasi ketika port GPON yang aktif itu sendiri mengalami kegagalan, dalam hal ini OLT otomatis mengalihkan sinyal optik ke jalur perlindungan melalui port GPON siaga [8].

37 Gambar 2. 12 Traffic Flow GPON Ketika Port Failure 2.6 Desain Jaringan Akses FTTH GPON Desain jaringan akses FTTH adalah satu hal yang cukup menantang, dikarenakan perlu memperhitungkan bermacam-macam faktor termasuk ukuran, biaya, dan skalabilitas. Tidak ada model standar dalam jaringan akses FTTH yang sebagai penunjang kelangsungan hidup jaringan akses sangat tergantung pada kepadatan pelanggan (pelanggan per km 2 ) dan struktur permukiman, sehingga pemodelan harusnya mengandalkan bentuk struktur pemukiman, negara tertentu, dan hasil yang diperoleh tergantung pada negara masing-masing [8]. Untuk merancang Outside Plan (OSP), perencanaan desktop tidak akan berhasil, karena setiap sumber disurvei secara fisik dan kemudian direncanakan sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman. Selanjutnya dilakukan pemetaan lokasi berdasarkan Geographic Information System (GIS). Standar internasional tidak dapat diterapkan karena setiap negara memiliki faktor tanah sendiri yang unik. Jalur termal atau jalur bekuan tanah harus dipertimbangkan untuk mengidentifikasi titik di bawah tanah di mana suhu tanah sekitarnya harus tetap konstan (tidak terlalu dingin atau panas) sehingga memungkinkan keadaan suhu konstan untuk penyusupan kabel FO. Faktor penting lain yang harus ditangani adalah

38 untuk menentukan kedalaman dan jenis bahan pengurukan yang diperlukan untuk mengurangi efek getaran tanah [8]. Gambar 2. 13 Langkah Desain Jaringan Akses FTTH GPON Evaluasi dilakukan setelah didapatkan hasil perancangan. Validasi perancangan dilakukan dengan menghitung Optical Power Budget. Apabila hasil perancangan tidak memenuhi standar parameter kelayakan, maka harus dilakukan perancangan ulang hingga parameter kelayakan terpenuhi. Jika hasil analisis dan evaluasi sudah memenuhi standar parameter kelayakan yang ditentukan maka perancangan desain sudah selesai.

39 2.7 Parameter Kelayakan Perancangan Untuk menilai kelayakan desain yang dirancang dalam jaringan FTTH, bahwa setiap pengguna dalam jaringan dapat menerima daya yang cukup, jumlah hilangnya daya optik (loss) antara port GPON dari OLT dan dari ONT harus dipertimbangkan. Kehilangan daya tersebut dapat dihitung melalui persamaan berikut [8]: loss = lcable + lsplitter + lsplice + lconnector... (1) Daya yang diterima ONT di tempat penerima adalah: Power received = Power transmitted loss... (2) Berikut adalah penyebab hilangnya daya optik di jaringan akses FTTH GPON [8]. Tabel 2. 3 Parameter Loss pada Jaringan Akses FTTH GPON Parameter Penjabaran Nilai lcable Hitungan kehilangan daya dalam kekuatan 0.21 db/km sinyal optik karena melintasi kabel fiber, diukur dalam db/km. OTDR digunakan untuk mengukur nilai yang pasti dari parameter ini. lsplitter Mengacu pada sisipan kehilangan daya di splitter, bervariasi sesuai dengan rasio 8 db untuk splitter level-1 pencabangan. Besarnya nilai yang 14 db untuk splitter digunakan untuk parameter ini diperoleh level-2 dari lembar data kesesuaian splitter. lsplice Mengacu pada hilangnya daya karena splicing; diukur melalui perangkat splicing 0.003 db penggabungan. Nilai yang tertera menunjukkan nilai kehilangan maksimum yang didapat. lconnector Menunjukkan kehilangan yang terjadi oleh rangkaian sambungan. 0.2 db

40 40