ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2884

dokumen-dokumen yang mirip
Kata Kunci : Availability, Cost of Unreliability, Key Performance Indicator, Maintainability, Reliability, Reliability Block Diagram

PERFORMANCE ASSESSMENT

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2521

USULAN KEBIJAKAN PERAWATAN MESIN CETAK GOSS UNIVERSAL DENGAN METODE RELIABILITY AVAILABILITY MAINTAINABILITY (RAM) ANALYSIS DAN

Konsumsi Baja per Kapita Tahun 2014

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2551

BAB I PENDAHULUAN I.1

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University 1

Kata Kunci Life Cycle Cost (LCC), Overall Equipment Effectiveness (OEE), Six Big Losses

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2583

PENENTUAN OPTIMASI SISTEM PERAWATAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Perancangan Sistem Pemeliharaan Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM) Pada Pulverizer (Studi Kasus: PLTU Paiton Unit 3)

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 3012

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2916

Usulan Penjadwalan Perawatan Mesin Dengan Mempertimbangkan Reliability Block Diagram Pada Unit Stand CPL Di PT Krakatau Steel

Usulan Kebijakan Preventive Maintenance Subsistem Kritis Engine T700 dengan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM)

JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 5, NO. 2, DESEMBER 2003:

ANALISIS PREVENTIVE MAINTENANCE DAN RANCANGAN SISTEM INFORMASI PADA MESIN DIE CASTING

Identifikasi Bahaya dan Penentuan Kegiatan Perawatan Pada Tower Crane 50T Menggunakan Metode RCM II (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur Kapal)

PENENTUAN JADWAL PERAWATAN MESIN POMPA MELALUI ANALISIS KEANDALAN PADA PDAM GUNUNG LIPAN, SAMARINDA SEBERANG, KALIMANTAN TIMUR

INTERVAL PENGGANTIAN PENCEGAHAN SUKU CADANG BAGIAN DIESEL PADA LOKOMOTIF KERETA API PARAHYANGAN * (STUDI KASUS DI PT. KERETA API INDONESIA)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2642

BAB IV METODE ANALISIS

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 4793

ANALISA KEANDALAN PADA PERALATAN UNIT PENGGILINGAN AKHIR SEMEN UNTUK MENENTUKAN JADWAL PERAWATAN MESIN (STUDI KASUS PT. SEMEN INDONESIA PERSERO TBK.

Usulan Kebijakan Preventive Maintenance dan Pengelolaan Spare Part Mesin Weaving dengan Metode RCM dan RCS

ANALISIS KEANDALAN KOMPONEN KRITIS LIFT NPX UNTUK MENENTUKAN JADWAL PERAWATAN PENCEGAHAN YANG OPTIMUM

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 2685

SISTEM MANAJEMEN PERAWATAN UNIT MMU PUMP DAN OIL SHIPPING PUMP

ANALISIS KERUSAKAN LINER PADA MUD PUMP IDECO T-800 TYPE TRIPLEX PUMP BERDASARKAN RELIABILITY, AVAILABILITY, DAN METODE FAULT TREE ANALYSIS DI PT.

T U G A S A K H I R. Diajukan guna melengkapi sebagai syarat. Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) DISUSUN OLEH : : Puguh Mursito adi

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol No ISSN

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2673

PENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN BERDASARKAN ALOKASI DAN OPTIMASI KEHANDALAN PADA CONTINUES SOAP MAKING

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2591

Kata Kunci: Life Cycle Cost (LCC), Overall Equipment Effectiveness (OEE), Six Big Losses

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2924

PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE MESIN B.FLUTE PADA PT AMW

Journal Industrial Servicess Vol. 3 No. 2 Maret 2018

ANALISIS INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS MESIN TRIMMING UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERAWATAN

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2867

USULAN INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS PADA MESIN PENCETAK BOTOL (MOULD GEAR) BERDASARKAN KRITERIA MINIMASI DOWNTIME

ANALISIS INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS UNIT MESIN STITCHING UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERAWATAN DAN MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS

PENENTUAN INTERVAL WAKTU PERAWATAN PENCEGAHAN PADA PERALATAN SUB UNIT SINTESA UNIT UREA DI PT X MENGGUNAKAN SIMULASI MONTE CARLO

Seminar Nasional IENACO ISSN: USULAN PENENTUAN KEBUTUHAN SPARE PARTS MESIN COMPRESSOR BERDASARKAN RELIABILITY PT.

SKRIPSI USULAN PERENCANAAN PERAWATAN PADA MESIN CURING MENGGUNAKAN METODE RCM II (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II)

JADWAL PERAWATAN PREVENTIVE PADA MESIN DYEING MENGGUNAKAN METODE AGE REPLACEMENT DI PT. NOBEL INDUSTRIES*

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diharapkan, membutuhkan informasi serta pemilihan metode yang tepat. Oleh

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal PASTI Volume IX No 2,

PERANCANGAN PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA PT. ARTHA PRIMA SUKSES MAKMUR

c. Bab II berisikan landasan teori yang digunakan oleh penulis dalam pemecahan permasalahan yang diteliti.

PENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN BERDASARKAN ALOKASI DAN OPTIMASI KEHANDALAN PADA PERALATAN SEKSI PENGGILINGAN E

Kata Kunci Manajemen Perawatan, Biaya Maintenance, Markov Chain, Life Cycle Cost

PENENTUAN INTERVAL WAKTU PENGGANTIAN SUB-SUB SISTEM MESIN HEIDELBERG CD 102 DI PT. X

Penjadwalan Predictive Maintenance dan Biaya Perawatan Mesin Pellet di PT Charoen Pokphand Indonesia - Sepanjang

Desy Ambar Yunanta ( )

OPTIMALISASI UMUR BTS, JUMLAH MAINTENANCE SITE CREW DAN PENENTUAN BIAYA MAINTENANCE DENGAN MENGGUNAKAN METODE LIFE CYCLE COST

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

PERENCANAAN PEMELIHARAAN MESIN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE

Analisis Keandalan Mechanical Press Shearing Machine di Perusahaan Manufaktur Industri Otomotif

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Analisis Pemeliharaan Mesin Raw Mill Pabrik Indarung IV PT Semen Padang

ANALISIS TINGKAT KENDALAN DAN PENENTUAN INTERVAL WAKTU PERAWATAN MESIN POMPA DISTRIBUSI PADA PDAM TIRTA MUARE ULAKAN SAMBAS

Sumbu X (horizontal) memiliki range (rentang) dari minus takhingga. ( ) hingga positif takhingga (+ ). Kurva normal memiliki puncak pada X

PERANCANGAN KEBIJAKAN PERAWATAN MESIN MITSUBISHI 1F DENGAN MENGGUNAKAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM II) (Studi Kasus : PT XYZ)

PENJADWALAN PERAWATAN PREVENTIVE PADA MESIN SLOTTING DI CV. CAHAYA ABADI TEKNIK *

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-312

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sistem Manajemen Maintenance

BAB 2 LANDASAN TEORI

Jurnal Telematika, vol. 10 no. 2, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung ISSN:

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2491

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

PERENCANAAN INTERVAL PERAWATAN PADA MESIN FORMING DENGAN PENERAPAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM II) DI PT.IGLAS GRESIK SKRIPSI.

ABSTRAK. Kata kunci: Reliability, FMEA, RCM, RBD, Preventive Maintenance

ANALISIS AVAILABILITY SISTEM PENANGANAN GANGGUAN JARINGAN SPEEDY DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk

Usulan Selang Waktu Perawatan dan Jumlah Komponen Cadangan Optimal dengan Biaya Minimum Menggunakan Metode Smith dan Dekker (Studi Kasus di PT.

Perancangan Aktivitas Pemeliharaan Dengan Reliability Centered Maintenance II (Studi Kasus : Unit 4 PLTU PT. PJB Gresik)

Afina Fauziyyah 1, Sriyanto 2

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian perawatan Jenis-Jenis Perawatan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM)...

Optimasi Preventive Maintenance pada Mesin Tuber. JurusanStatistika ITS

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

PERTEMUAN #1 PENGANTAR DAN PENGENALAN PEMELIHARAAN DAN REKAYASA KEANDALAN 6623 TAUFIQUR RACHMAN TKT316 PEMELIHARAAN DAN REKAYASA KEANDALAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI. ABSTRAK... iii. ABSTRACT... iv. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR GAMBAR... xiii

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di:

Universitas Bina Nusantara

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN

JADWAL PERAWATAN OVERHEAD CRANE DENGAN MENGGUNAKAN PROPORTIONAL HAZARDS MODEL DAN TOTAL TIME ON TEST PLOTTING DI PT. BUKAKA TEKNIK UTAMA *

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

USULAN PROGRAM PERAWATAN YANG OPTIMAL DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE

Mutmainah, Febriana Dewi Fakultas Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Jakarta ABSTRAK

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

Transkripsi:

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2884 PENILAIAN KINERJA BERBASIS RELIABILITY PADA CONTINUOUS CASTING MACHINE 3 (CCM 3) PT KRAKATAU STEEL (Persero) Tbk MENGGUNAKAN METODE RELIABILITY AVAILABILITY MAINTAINABILITY (RAM) DAN COST OF UNRELIABILITY (COUR) PERFORMANCE ASSESSMENT BASED ON RELIABILITY AT CONTINUOUS CASTING MACHINE 3 (CCM 3) IN PT KRAKATAU STEEL (PERSERO) Tbk USING RELIABILITY AVAILABILITY MAINTAINABILITY (RAM) METHOD AND COST OF UNRELIABILITY (COUR) METHOD Ika Praesita 1, Judi Alhilman 2, Nopendri 3 1,2,3 Prodi S1 Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom 1 ika.praesita@gmail.com, 2 judi.alhilman@gmail.com, 3 nopendri@telkomuniversity.ac.id Abstrak Industri baja merupakan industri strategis yang digunakan sebagai bahan baku penting bagi industriindustri secara keseluruhan, baik untuk infrastruktur, produksi barang modal, alat transportasi, otomotif, hingga persenjataan. World Steel Association mencatat, konsumsi baja per kapita pada tahun 2014, Indonesia mencapai 62,2 kg/kapita, namun angka tersebut masih tergolong rendah. Pemerintah Indonesia saat ini sadar akan hal tersebut dan merencanakan akan meningkatkan konsumsi baja nasional. Salah satu cara dalam mengurangi kerugian yang terjadi adalah dengan meningkatkan RAM (Reliability, Availability, Maintainability) dari mesin CCM 3. Dalam perhitungan RAM digunakan pemodelan RBD (Reliability Block Diagram) untuk mempermudah pemahaman terhadap sistem. Biaya yang dihasilkan dari masalah RAM dapat diketahui dengan menggunakan metode COUR (Cost of Unreliability). Hasil pengolahan data menggunakan RAM dengan pemodelan RBD didapatkan nilai reliability system sebesar 28,44% pada t = 936 dan nilai maintainability mesin sebesar 100% minimal membutuhkan waktu 13 jam. Dengan nilai inherent availability sebesar 99,47% dan operational availability sebesar 99,44%. Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan dengan menggunakan kebijakan perusahaan dan Key Performance Indicator IVARA, indikator availability telah mencapai target indikator yang diberikan. Dari hasil perhitungan menggunakan RAM didapatkan nilai COUR sebesar Rp 5.031.295.257,00 berdasarkan pada downtime atau corrective time. Kata Kunci : Availability, Cost of Unreliability, Key Performance Indicator, Maintainability, Reliability, Reliability Block Diagram Abstract Steel industry is a strategic industry that is used as an important raw material for industries as a whole, for infrastructure, production of capital goods, transportation, automotive, and weaponry. World Steel Association noted, per capita steel consumption in 2014, Indonesia reached 62,2 kg / capita, but the number is still relatively low. The Indonesian government is now aware of this and plans to increase national steel consumption. One way to minimize losses incurred by a company is to increase RAM (Reliability, Availability, and Maintainability) from a CCM 3 machine. In RAM calculations used RBD (Reliability Block Diagram) modelling to facilitate understanding of the system. Costs generated from RAM problems can be determined using the COUR method. The results of data processing using RAM with RBD modeling obtained the value of system reliability is 28.44% at t = 936 hours and the value of machine maintainability of 100% at least takes 13 hours. With the value of inherent availability is 99,47% and operational availability is 99,44%. Based on the evaluation that has been done by using company policy and Key Performance Indicator IVARA have reached the target indicator given. From the calculation results using RAM obtained COUR value is Rp 5.031.295.257,00 based on downtime or corrective time. Keywords : Availability, Cost of Unreliability, Key Performance Indicator, Maintainability, Reliability, Reliability Block Diagram

Jam ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2885 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang PT Krakatau Steel (Persero) Tbk merupakan perusahaan baja terpadu dan terbesar di Indonesia. PT Krakatau Steel memiliki kapasitas produksi baja hingga 3,15 juta ton [1]. Sebagai salah satu perusahaan besi baja terbesar di Indonesia, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk mendapatkan banyak permintaan dari dalam dan luar negeri. Oleh karena itu, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk selalu berusaha keras untuk menjaga kredibilitas perusahaannya agar tidak terdapat komplain dari konsumen. Hal ini dilakukan di semua pabrik yang ada di PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, salah satu pabriknya yaitu pabrik baja slab. Namun, saat ini SSP (Slab Steel Plant) sedang tidak beroperasi dikarenakan mahalnya bahan baku yang hampir sama dengan biaya import baja slab. Kondisi tersebut tidak membuat aktivitas di SSP menjadi berhenti, seperti kegiatan preventive maintenance yang dilakukan agar mesin selalu berada pada kondisi baik. Mesin-mesin yang digunakan pada proses produksi dalam SSP 1 dan SSP 2 ini hampir semua sudah pernah dilakukan revitalization atau upgrade. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Jefry Alfiansyah selaku kepala bagian maintenance di SSP, terdapat satu mesin yang belum pernah dilakukan revitalization atau upgrade, yaitu mesin CCM (Continuous Casting Machine) 3 [2]. Data Dowtime Mesin CCM 3 12000 189,47 10000 8000 128,93 6000 84,15 4000 2000 0 2011 2012 2013 Tahun Gambar 1 Data Downtime Mesin CCM 3 Sumber: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Pada Gambar I.2 dapat dilihat bahwa angka downtime yang terjadi pada mesin CCM 3 mencapai tingkat tertinggi pada tahun 2013, yang berarti sebagian besar proses produksi di mesin CCM 3 tidak berjalan sesuai rencana dan tentunya menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Angka downtime yang terjadi diakibatkan oleh subsistem yang tidak bekerja dengan seharusnya. Hal ini dikarenakan belum adanya maintenance yang efektif untuk menanggulangi masalah tersebut. Apabila terjadi gangguan pada mesin CCM 3 seluruh proses harus berhenti, hal tersebut menyebabkan kerugian terutama dalam hal revenue yang akan didapat oleh perusahaan. Maka dari itu, perlu adanya perhatian khusus pada mesin CCM 3 untuk mengetahui performansi kerja dilihat dari RAM dan COUR untuk mengetahui seberapa besar biaya yang dikeluarkan akibat masalah RAM. 1.2 Perumusan Masalah Perumusan masalah yang akan diangkat sebagai bahan penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Berapa nilai Reliability, Availability dan Maintainability dari subsistem mesin CCM 3 PT Krakatau Steel (Persero) Tbk? 2. Berapa nilai Cost of Unreliability pada subsistem mesin CCM 3 PT Krakatau Steel (Persero) Tbk? 3. Bagaimana Performance Indicator pada subsistem mesin CCM 3 PT Krakatau Steel (Persero) Tbk? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dibuat, maka dapat ditentukan tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Menentukan nilai Reliability, Availability dan Maintainability dari subsistem mesin CCM 3 PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. 2. Menentukan nilai Cost of Unreliability pada subsistem mesin CCM 3 PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. 3. Menentukan Performance Indicator pada subsistem mesin CCM 3 PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2886 2. Dasar Teori 2.1 RAM RAM adalah sebuah metode yang digunakan untuk memprediksi nilai reliability, availability, dan maintainability suatu sistem atau equipment dan sebagai alat untuk memberikan dasar untuk optimasi dari sistem atau equipment tersebut. Indikator kinerja utama dari RAM adalah availability yang merupakan bagian dari waktu saat sistem tersebut berfungsi secara penuh. Umumnya pada sistem yang kompleks, sistem tersebut dibagi menjadi beberapa subsistem, sehingga dapat diperiksa lebih detail dan dapat diberikan perubahan-perubahan lebih rinci untuk mengoptimalkan kinerja dari keseluruhan sistem. Selain itu, RAM juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi subsistem yang kritis dan sensitif dalam sistem produksi, yang dapat memberikan efek besar pada kinerja sistem. 2.1.1 Reliability Reliabilty merupakan probabilitas bahwa suatu komponen atau sistem akan menjalankan suatu fungsi yang dibutuhkan dalam periode waktu tertentu ketika digunakan dalam kondisi operasi [3]. Nilai keandalan suatu komponen maupun sistem biasanya dinyatakan dalam bentuk probabilitas atau peluang, dengan nilai R (Reliability) antara 0 1. Keandalan dari sebuah komponen dapat menurun sesuai dengan bertambahnya waktu. 1. Distribusi Eksponensial 2. Distribusi Normal 3. Distribusi Weibull R(T) = R(T) = e λt (1) 1 1 σ e 2 ( T T ) T T 2π σ T R(T) = e (T γ η )β (3) (2) 2.1.2 Availability Availability didefinisikan sebagai suatu ukuran waktu yang dibutuhkan bagi suatu sistem untuk benar-benar beroperasi [4]. Availability dapat didefinisikan sebagai probabilitas suatu sistem beroperasi sesuai fungsinya dalam suatu waktu tertentu dalam kondisi operasi yang telah ditetapkan [3]. Availability merupakan fungsi dari suatu siklus waktu operasi (reliability) dan waktu downtime (maintainability) dan merupakan ukuran keberhasilan suatu sistem untuk melaksanakan misi operasi tertentu saat waktu pemanggilan sistem tidak ditentukan. 1. Inherent Availability Inherent availability merupakan ukuran kesiapan suatu sistem saat dievaluasi dalam kondisi lingkungan yang ideal [3]. Inherent availability dapat dihitung berdasarkan persamaan di bawah ini: A I = MTBF MTBF+MTTR 2. Operational Availability Operational availability merupakan ukuran availability sistem yang mempertimbangkan seluruh jenis downtime, seperti downtime yang diakibatkan oleh logistik, administrasi, delay, corrective, dan preventive maintenance [3]. Operational availability dapat ditentukan berdasarkan persamaan di bawah ini: A o = uptime siklus operasi 2.1.3 Maintainability Maintainability adalah peluang suatu sistem atau komponen yang rusak dikembalikan kefungsi awal komponen atau sistem dalam suatu periode waktu yang telah disepakati dan dilakukan dengan prosedur perawatan tertentu [1]. t M(t) = 1 exp ( ) (6) MTTR 2.1.4 Maintenance Performance Indicator Pengukuran kinerja merupakan prinsip dasar dalam sebuah manajemen. Hal ini penting karena dapat mengidentifikasi perbedaan antara kinerja saat ini dengan kinerja yang diinginkan, dan memberikan indikasi atas pengurangan perbedaan tersebut. Sebagai hasil dari beberapa perhitungan, performance indicator dapat digunakan dalam kegiatan perawatan, yang dinamakan Maintenanance Performance Indicator. Indikator kinerja ini biasanya digunakan untuk mengurangi downtime, biaya dan waste, beroperasi lebih efisien, dan meningkatkan kapasitas operasi. Indikator kinerja dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu Leading Indicator atau Lagging Indicator. (4) (5)

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2887 Leading Indicator sebagai indikator kinerja availability yang telah direncanakan sebelumnya (scheduled maintenance) dan lagging Indicator sebagai cara perhitungan nilai availability sistem existing dari data kerusakan masa lalu [3]. 2.2 COUR Menurut Vicente (2012), COUR berarti seluruh biaya yang merupakan hasil dari seluruh situasi yang berhubungan dengan masalah kegagalan realibilitas, dan termasuk juga semua biaya yang berhubungan dengan program keandalan yang buruk dan pekerjaan perawatan yang buruk. COUR mempelajari fasilitas produksi sebagai suatu jaringan untuk sistem keandalan, dan biaya yang terjadi saat sistem gagal untuk melakukan pekerjaannya. Sebagai usaha bagi top management, COUR menghasilkan penerimaan, dan partisipasi dari karyawan dalam semua level organisasi. 3. Pembahasan Data kerusakan yang digunakan pada penelitian ini adalah data kerusakan Januari 2011 Desember 2013. Penentuan distribusi pada data Time to Failure, Downtime, dan Time to Repair dilakukan dengan menggunakan uji Anderson-Darling (AD). Semakin kecil nilai AD maka distribusi tersebut semakin mewakili distribusi terhadap penyebaran data tersebut. Nilai P-Value digunakan untuk mengetahui suatu hipotesis ditolak atau diterima dengan ketentuan H 0 ditolak jika P-Value < α. Setelah penentun distribusi maka dilakukan plotting distribusi untuk menentukan nilai parameter. Tabel 1 dan Tabel 2 menunjukkan distribusi terpilih dan nilai parameter. 3.1 Perhitungan Reliability Tabel 1 Distribusi Terpilih dan Parameter Time to Failure Subsistem Distribusi Terpilih Parameter Ladle Turret Weibull 2366,32 4,43715 Tundish Car Weibull 4278,78 9,79755 Mould Weibull 996,902 5,30505 Segment Weibull 1179,7 7,00783 TCM Weibull 1089,82 7,33381 Tabel 2 Distribusi Terpilih dan Parameter Downtime dan Time to Repair Subsistem Distribusi Terpilih η β Parameter Ladle Turret Weibull 1,47078 3,03943 Tundish Car Weibull 1,96212 2,39291 Mould Weibull 1,67772 3,47518 Segment Weibull 1,68660 2,98575 TCM Weibull 1,40197 3,18123 Perhitungan reliability yang dilakukan pada sistem CCM 3 menggunakan data permodelan RBD agar dapat melihat hubungan antar subsistem. Pemodelan RBD pada sistem CCM 3 termasuk sistem seri, karena apabila terdapat satu subsistem yang tidak bekerja maka subsistem lainnya akan berhenti. Waktu yang digunakan pada perhitungan reliability antara 24 936 jam dengan interval 24 jam dan didapatkan hasil reliability system pada t = 936 sebesar 28,44%. Perhitungan reliability dapat dilihat pada Tabel 3 dan nilai reliability system antara 24 936 jam dapat dilihat pada Tabel 4. η β

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2888 Tabel 3 Perhitungan Reliability t (hours) Reliability System 24 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 48 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 72 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 96 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 120 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 144 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 168 100,00% 100,00% 99,99% 100,00% 100,00% 99,99% 192 100,00% 100,00% 99,98% 100,00% 100,00% 99,98% 216 100,00% 100,00% 99,97% 100,00% 100,00% 99,97% Tabel 4 Reliability System t (hours) Reliability System t (hours) Reliability System t (hours) Reliability System 24 100% 336 99,64% 648 86,76% 48 100% 360 99,47% 672 83,91% 72 100% 384 99,25% 696 80,64% 96 100% 408 98,96% 720 76,93% 120 100% 432 98,57% 744 72,76% 144 100% 456 98,08% 768 68,14% 168 99,99% 480 97,45% 792 63,11% 192 99,98% 504 96,66% 816 57,70% 216 99,97% 528 95,68% 840 52,00% 240 99,94% 552 94,49% 864 46,09% 264 99,90% 576 93,03% 888 40,11% 288 99,84% 600 91,28% 912 34,18% 312 99,76% 624 89,20% 936 28,44% 3.2 Perhitungan Maintainability Perhitungan maintainability dilakukan dengan menggunakan data Time to Repair dan didapatkan maintainability dari setiap subsistem pada sistem CCM 3. Waktu yang digunakan pada perhitungan maintainability antara 1 13 jam dengan interval satu jam. Hasil perhitungan maintainability sistem CCM 3 dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Perhitungan Maintainability t (hours) 1 53,28% 43,73% 48,45% 48,53% 54,91% 2 78,17% 68,33% 73,43% 73,50% 79,67% 3 89,80% 82,18% 86,30% 86,36% 90,84% 4 95,23% 89,97% 92,94% 92,98% 95,87% 5 97,77% 94,36% 96,36% 96,39% 98,14% 6 98,96% 96,82% 98,12% 98,14% 99,16% 7 99,51% 98,21% 99,03% 99,04% 99,62% 8 99,77% 98,99% 99,50% 99,51% 99,83% 9 99,89% 99,43% 99,74% 99,75% 99,92% 10 99,95% 99,68% 99,87% 99,87% 99,97% 11 99,98% 99,82% 99,93% 99,93% 99,98% 12 99,99% 99,90% 99,96% 99,97% 99,99% 13 99,99% 99,94% 99,98% 99,98% 100,00% 3.3 Perhitungan Availability Perhitungan availability yang dilakukan pada sistem CCM 3 menggunakan data permodelan RBD agar dapat melihat hubungan antar subsistem. Perhitungan availability dibagi menjadi dua, yaitu inherent availability dan operational availability.

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2889 3.3.1 Perhitungan Inherent Availability Perhitungan inherent availability menggunakan data Time to Repair dan Time to Failure dengan menggunakan permodelan RBD. Perhitungan inherent availability dari setiap subsistem pada sistem CCM 3 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 6 Inherent Availability Availability System 99,94% 99,96% 99,84% 99,86% 99,88% 99,47% 3.3.2 Perhitungan Operational Availability Perhitungan operational availability menggunakan data operational time dan downtime dengan menggunakan permodelan RBD. Perhitungan operational availability dari setiap subsistem pada sistem CCM 3 dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 7 Operational Availability Availability System 99,93% 99,95% 99,83% 99,86% 99,87% 99,44% Berdasarkan target perusahaan untuk availability adalah 85% dan target berdasarkan Key Performance Indicator IVARA adalah 95%, dapat dikatakan bahwa inherent availability sebagai leading indicator dan operational availability sebagai lagging indicator sudah mencapai target. Hal ini dapat ditunjukkan dengan nilai dari semua subsistem yang lebih dari 85% dan 95% untuk perhitungan secara analitis. 3.4 Perhitungan Cost of Unreliability Perhitungan COUR dilakukan dalam tiga tahap perhitungan, yaitu perhitungan failure rate, perhitungan time lost, dan perhitungan money lost. 3.4.1 Perhitungan Failure Rate Tahap pertama dalam perhitungan COUR adalah menentukan nilai failure rate dari masing-masing subsistem pada sistem CCM 3. Berdasarkan perhitungan failure rate yang dapat dilihat pada pengolahan data dapat disimpulkan bahwa semakin besar number of failure, maka akan semakin besar juga nilai failure rate-nya, begitu pula sebaliknya. Tabel 8 Perhitungan Failure Rate Study Interval 25200 25200 25200 25200 25200 Number of Failures 13 7 29 24 26 MTBF (jam) 2157,68 4067,07 918,45 1103,60 1021,90 Failure Rate 0,0463% 0,0246% 0,1089% 0,0906% 0,0979% 3.4.2 Perhitungan Time Lost Tahap kedua dalam perhitungan COUR adalah mencari nilai time lost dari seluruh kegagalan yang terjadi selama observasi dilakukan. Time lost digunakan untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi yang menyebabkan hilangnya waktu operasional produksi, sehingga perusahaan mengalami kerugian dan tidak memperoleh pendapatan dari produksi yang telah dilakukan. Time lost dihitung dari dua data waktu yaitu berdasarkan time lost corrective time dan time lost downtime. Namun, pada penelitian ini data waktu yang dimiliki adalah downtime dan data time to repair yang diasumsikan sama dengan downtime. Tabel 9 Perhitungan Corrective Time Lost Failure Rate 0,0463% 0,0246% 0,1089% 0,0906% 0,0979% Number of Failures 13 7 29 24 26 Corrective Time/Failure (MTTR) 1,3141 1,7393 1,5090 1,5058 1,2553 Corrective Lost Time Hours/3 years 17,0838 12,1750 43,7597 36,1388 32,6384

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2890 Tabel 10 Perhitungan Downtime Lost Time Failure Rate 0,0463% 0,0246% 0,1089% 0,0906% 0,0979% Number of Failures 13 7 29 24 26 Downtime/Failure (MTTR) 1,3141 1,7393 1,5090 1,5058 1,2553 Downtime Hours/3 years 17,0838 12,1750 43,7597 36,1388 32,6384 3.4.3 Perhitungan Money Lost Tahap ketiga dalam perhitungan COUR adalah mencari nilai money lost. Perhitungan money lost digunakan untuk membantu mengidentifikasi masalah mengenai hilangnya pendapatan maupun pengeluran biaya yang dikeluarkan karena terjadi masalah kehandalan. Tabel 11 Money Lost Berdasarkan Corrective Time Corrective Lost Time (Hrs/3 Years) Lost Production Cost Equipment / Sparepart Cost Labor Maintenance Cost Corrective COUR 17,08381966 12,17503142 43,75972693 36,13884014 32,63839555 Rp 597.933.688,00 Rp 426.126.099,00 Rp 1.531.590.442,00 Rp 1.264.859.405,00 Rp 1.142.343.844,00 Rp 2.318.842,00 Rp 2.225.897,00 Rp 5.496.767,00 Rp 4.649.861,00 Rp 3.669.408,00 Rp 1.245.752,00 Rp 887.803,00 Rp 3.190.959,00 Rp 2.635.244,00 Rp 2.379.991,00 Rp 601.498.283,00 Rp 429.239.800,00 Rp 1.540.278.169,00 Rp 1.272.144.510,00 Rp 1.148.393.244,00 Tabel 12 Money Lost Berdasarkan Downtime Downtime Lost Time (Hrs/3 Years) Lost Production Cost Equipment / Sparepart Cost Labor Maintenance Cost Downtime COUR 17,08381966 12,17503142 43,75972693 36,13884014 32,63839555 Rp 597.933.688,00 Rp 426.126.099,00 Rp 1.531.590.442,00 Rp 1.264.859.405,00 Rp 1.142.343.844,00 Rp 2.318.842,00 Rp 2.225.897,00 Rp 5.496.767,00 Rp 4.649.861,00 Rp 3.669.408,00 Rp 1.245.752,00 Rp 887.803,00 Rp 3.190.959,00 Rp 2.635.244,00 Rp 2.379.991,00 Rp 601.498.283,00 Rp 429.239.800,00 Rp 1.540.278.169,00 Rp 1.272.144.510,00 Rp 1.148.393.244,00 4. Kesimpulan Perhitungan RAM dengan menggunakan pemodelan RBD agar dapat melihat hubungan antar subsistem. Berdasarkan perhitungan reliability 24 936 jam dengan interval 24 jam dan didapatkan hasil reliability system pada t = 936 sebesar 28,44%. Waktu minimal subsistem mencapai kondisi awal dengan nilai maintainability sebesar 100% adalah 13 jam. Nilai inherent availability sistem CCM 3 sebesar 99,47% dan nilai operational availability sistem CCM 3 sebesar 99,44%. Berdasarkan Key Performance Indicator IVARA, indikator dari leading dan lagging availability sudah mencapai target indikator sebesar 95%. Biaya yang dihasilkan oleh masalah RAM sebesar Rp 5.031.295.257,00 berdasarkan pada downtime atau corrective time.

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2891 Daftar Pustaka: [1] Kemenperin, "Industri Baja Bangkit Tahun ini," 2016. [Online]. Available: http://www.kemenperin.go.id/artikel/15400/industri-baja-bangkit-tahun-ini. [2] J. A. Interviewee, Keadaan Mesin SSP 2. [Interview]. Desember 2016. [3] C. E. Ebeling, An Introduction to Reliability and Maintability Engineering, The McGraw-Hill Companies, 1997. [4] J. Moubray, Reliability Centered Maintenance Second Edition, Industrial Press Inc, 1997. [5] F. Vicente, "Assesing the Cost of Unreliability in Gas Plant to Have a Sustainable Operation," Scholarly Articles, 2012. [6] PT Krakatau Steel (Persero) Tbk., "Annual Report PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.," 2016. [7] V. S. Asih, Performance Assessment Berbasis Reliability pada Base Transceiver Station (BTS) Menggunakan Reliability, Availability, Maintainability Analysis dan Cost of Unreliability, Bandung: Telkom University, 2015. [8] E. S. Sujatman, Performance Assessment Berbasis Reliability Menggunakan Metode Reliability, Availability, Maintainability (RAM) dan Cost of Unreliability (COUR) pada Mesin Cincinnati Milacron di Direktorat Aerostructure PT Dirgantara Indonesia, Bandung: Telkom University, 2016.