UNSUR INTRINSIK NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR MEMBACA DI SMP

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial pengarangnya. Suatu karya sastra dapat dikatakan baik

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. sudah terlanjur dewasa. Kebanggaan kita terhadap anak-anak tidak hanya sebatas

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

I. PENDAHULUAN. terjadi konflik-konflik yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan komunikasi, mengemukakan gagasan baik dari dalam maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

ANALISIS AMANAT DAN PENOKOHAN CERITA PENDEK PADA BUKU ANAK BERHATI SURGA KARYA MH. PUTRA SEBAGAI UPAYA PEMILIHAN BAHAN AJAR SASTRA DI SMA

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal,

II. LANDASAN TEORI. Salah bentuk karya sastra adalah novel. Novel merupakan bentuk karya sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Optimis berarti selalu percaya diri dan berpandangan atau berpengharapan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sarana untuk menyampaikan pesan tentang kebenaran, tentang apa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

ABSTRAK. Kata kunci: unsur intrinsik, nilai religius, bahan pembelajaran sastra.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V MODEL PEMBELARAN DAN RANCANGANNYA. 5.1 Model Pembelajaran Novel Laskar Pelangi melalui Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMP

BAB I PENDAHULUAN. materi yang harus diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

Buku Teks Bahasa Indoneia Siswa Kelas VII SMP Negeri 11 Kota Jambi. Oleh Susi Fitria A1B1O0076

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

NILAI PENDIDIKAN NOVEL SANG PEMIMPI DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SMP

II. LANDASAN TEORI. dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian dan pernyataan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan. mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya.

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA NOVEL TAHAJUD CINTA DI KOTA NEW YORK KARYA ARUMI EKOWATI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam proses

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak pernah terlepas dari realitas sosial (Pradopo, 2009:114).

ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENULIS DI KELAS XI SMA

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN NOVEL BUNDA LISA KARYA JOMBANG SANTANI KHAIREN DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.

Oleh: Tri Wahyuningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

PERBANDINGAN NILAI BUDAYA PADA NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DENGAN NOVEL JANGIR BALI KARYA NUR ST. ISKANDAR.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

NILAI MORAL DALAM NOVEL MENEBUS IMPIAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Warna lokal adalah kelokalitasan yang menggambarkan ciri khas dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan

Transkripsi:

UNSUR INTRINSIK NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR MEMBACA DI SMP Asep Hermawan Universitas Muhammadiyah Sukabumi Pos-el : asephermawan34@yahoo.com ABSTRAK Unsur Intrinksik Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata sebagai Alternatif Bahan Ajar Membaca di SMP. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur intrinsik novel Sang Pemimpi dan hubungan unsur-unsur yang membangun pada novel Sang Pemimpi serta dapat tidaknya novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata apabila dijadikan sebagai bahan ajar membaca di tingkat SMP. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan tujuan mendeskripsikan, yaitu membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi daerah tertentu. Hasil analisis dan pembahasan menunjukkan bahwa, (1) novel Sang Pemimpi memiliki struktur yang lengkap, terdiri atas tema, alur, penokohan, sudut pandang, dan latar. Unsur intrinsik dan nilai-nilai yang terkandung dalam novel Sang Pemimpi, menunjukkan hal yang positif. Novel ini memiliki keunggulan dari segi amanat dan isi bacaan yang sesuai dengan bahasa, psikologi, dan latar belakang budaya siswa, dan mampu memberikan bimbingan dan ajaran moral yang baik bagi pembaca. Novel Sang Pemimpi dapat dijadikan bahan ajar Membaca di tingkat SMP. Kata kunci: unsur intrinksik, sang pemimpi, bahan ajar, smp. PENDAHULUAN Pengajaran sastra di Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada dasarnya bertujuan agar siswa memiliki rasa peka terhadap karya sastra yang berharga, sehingga siswa merasa terdorong dan tertarik untuk membacanya. Dengan membaca karya sastra diharapkan para siswa memperoleh pengertian yang baik tentang manusia dan kemanusiaan, mengenal nilai, dan mendapatkan ide-ide baru. Tujuan pokok pengajaran sastra adalah mencapai kemampuan apreasiasi kreatif. Apresiasi kreatif menurut Grace (1996:85) berupa proses sastra. Respon ini menyangkut aspek kejiwaan, terutama berupa perasaan, imajinasi dan daya kritis. Dengan memiliki respon sastra siswa diharapkan mempunyai bekal untuk merespon kehidupan ini secara artistik imajinatif karena sastra itu sendiri muncul dari pengolahan tentang kehidupan ini secara artistik dan imajinatif dengan menggunakan media bahasa. Kegiatan mengapresiasi sastra dapat dilakukan dengan menelaah unsur-unsur yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Dengan melakukan kegiatan seperti itu maka akan tumbuh dalam diri penikmat sastra atau para pelajar tentang pengertian, penghargaan, kepekaan kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra yang dibacanya. Dengan membaca karya sastra siswa diharapkan dapat mengasah kepekaannya dan menyerap nilai-nilai yang ada dalam karya sastra tersebut. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Oemarjati (1991: 59) bahwa Pengajaran sastra menyiratkan adanya upaya pendidikan yang bertujuan membina watak siswa. Sebuah karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang terhadap realitas kehidupan sosialnya. Suatu karya sastra dapat dikatakan baik apabila karya sastra tersebut dapat mencerminkan situasi zaman dan kondisi yang berlaku dalam masyarakatnya. Sumardjo (1999: 19) menyatakan bahwa karya sastra yang baik biasanya memiliki sifat-sifat yang abadi, memuat kebenaran-kebenaran hakiki yang selalu ada selama manusia masih ada. 146

Riksa Bahasa Volume 1, Nomor 2, November 2015 Demikian juga pendapat Damono (1984:1) karya sastra diciptakan sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan merupakan masyarakat yang terikat pada status sosial tertentu. Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium, bahasa merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan adalah suatu kenyataan sosial. Seluruh peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang, yang sering menjadi bahan sastra adalah pantulan hubungan seseorang dengan orang lain atau masyarakat. Sesuai dengan pendapat para ahli di atas, karya sastra mengungkapkan persoalan kehidupan manusia. Dalam hal ini, seorang sastrawan membutuhkan pengetahuan sosial secara teoritis untuk mengungkapkan atau memecahkan masalah tersebut dalam karya yang diciptakannya. Sastrawan adalah anggota masyarakat yang secara langsung mengetahui keadaan masyarakatnya. Kondisi dan permasalahan sosial yang terjadi dalam kenyataan sehari-hari itu merangsang imajinasi sastrawan untuk mengungkapkan permasalahan sosial tersebut dengan sudut pandang tertentu sehingga lahirlah kenyataan baru dalam karyanya. Dengan kata lain, sebuah karya sastra tidak mutlak mencerminkan seluruh aspek kehidupan atau kenyataan sosial sehari-hari. Uraian ini menekankan kerangka hubungan karya sastra, pengarang, dan masyarakat. Sastra berlangsung dalam konteks sosio budaya. Kerangka hubungan karya sastra, pengarang, dan masyarakat merupakan pengkajian sosiosastra. Objek kajian penelitian ini adalah novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata yang pertama kali terbit tahun 2005. Novel ini terbit sesudah Laskar Pelangi dan dilanjutkan dengan Edensor serta Maryamah Karpov. Novel Sang Pemimpi mengandung nilai-nilai sosial masyarakat, khususnya cerminan sosial masyarakat Belitung. Materi pengajaran sastra mencakup puisi dan prosa, yang merupakan bagian integral dari pengajaran bahasa dan sastra Indonesia. Teeuw (1972:23) menjelaskan bahwa dalam ilmu sastra modern hubungan yang erat antara ilmu sastra dan ilmu bahasa semakin ditekankan. Ahli sastra semakin sadar bahwa sastra umumnya adalah semacam penggunaan bahasa dan penjelmaan bahasa yang khas ini tidak mungkin kita pahami dengan sebaik-baiknya tanpa konseps bahasa yang tepat. Salah satu karya sastra prosa adalah novel. Novel merupakan karya sastra yang isinya sangat kompleks. Tarigan (1984:173) mengemukakan bahwa novel adalah suatu jenis cerita dengan alur cukup panjang mengisi satu buku atau lebih yang menggarap kehidupan pria atau wanita yang bersifat imajinatif. Jadi novel adalah suatu karya sastra yang imajinatif yang mambahas tentang liku-liku kehidupan manusia dengan berbagai permasalahannya. Novel dibangun berdasarkan dua unsur yakni intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam yang termasuk struktur (tema, alur, latar atau seting, dan penokohan), serta unsur kebahasaan (kosa kata, frase, klausa, dan kalimat). Sebaliknya unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari luar seperti faktor ekonomi, sosial, pendidikan, agama, kebudayaan, politik dan tata nilai dalam masyarakat. Unsur-unsur yang membangun novel, baik intrinsik maupun ekstrinsik pada dasarnya mengandung nilai-nilai hiburan dan pendidikan yang dapat diambil manfaatnya untuk kepentingan pendidikan. Hal-hal tersebut dapat dijadikan pembentuk watak atau perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari. Tidak semua novel layak dijadikan bahan ajar untuk jenjang usia atau jenjang sekolah tertentu karena novel diciptakan pada dasarnya bukan untuk kepentingan tertentu saja. 147

Novel merupakan salah satu ragam sastra di samping cerpen, roman. puisi dan drama. Di dalamnya terdapat peristiwa yang dialami oleh tokoh-tokohnya secara sistematis serta terstruktur. Hal ini sejalan dengan pendapat Sudjiman (1990: 55) yang menyatakan bahwa novel adalah prosa rekaan yang panjang, menyuguhkan tokohtokoh, dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar belakang secara terstruktur. Saat ini, dunia pendidikan masih diwarnai perilaku siswa membolos, berkelahi atau tawuran, mencuri dan menganiaya, hingga mengonsumsi minuman keras dan narkotika. Di sinilah proses penanaman pendidikan nilai sangat dibutuhkan lembaga pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik agar memahami, menyadari, mengalami nilainilai serta mampu menempatkannya secara integral dalam kehidupan. Melalui pendidikan nilai, guru dapat mengevaluasi siswa, demikian pula sebaliknya, siswa dapat mengukur kadar nilai yang disajikan guru dalam proses pembelajaran. Singkat kata, dalam bentuk persepsi, sikap, kayakinan, dan tindakan manusia dalam pendidikan, nilai selalu disertakan. Bahkan melalui nilai itulah manusia dapat bersikap kritis terhadap dampak-dampak yang ditimbulkan pendidikan. Untuk itu, selain diposisikan sebagai muatan pendidikan, nilai juga dapat dijadikan media kritik bagi setiap orang yang berkepentingan dengan pendidikan dalam mengevaluasi proses dan hasil pendidikan. Dari penjelasan tersebut nampak adanya pendidikan nilai. Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama (SMP) berdasarkan Kurikulum 2013 mencakup komponen kemampuan berbahasa dan bersastra. Kemampuan itu mencakup aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Kedudukan pembelajaran sastra dalam Kurikulum 2013 mensyaratkan standar kompetensi. Pada aspek membaca, bertujuan memahami buku novel remaja (asli atau terjemahan) dan antologi puisi. Kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa menurut Kurikulum 2013 adalah menjelaskan alur cerita, pelaku, dan latar novel remaja. Pada akhir pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) peserta didik diharapkan telah membaca sekurangkurangnya 15 buku sastra dan nonsastra. Diharapkan, siswa dapat mengaplikasikan nilai-nilai karya sastra itu pada kehidupan sehari-hari, yaitu menghargai dan membangun sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. METODE Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Cara meneliti dirinci dengan pemilihan novel yang sekiranya sesuai dengan tingkat pendidikan SMP. Terpilihnya novel Sang Pemimpi, dipertimbangkan sesuai dengan bahan ajar Membaca di tingkat SMP. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis unsur intrinksik dengan membaca dan menafsirkannya secara berulang. Langkah yang dilakukan dalam penelitian dengan pendekatan struktural berpegang pada berbagai rumusan yang ada. Peneliti menganalisis masing-masing unsur secara mendetil untuk selanjutnya menempatkannya sebagai sebuah kesatuan dengan unsur yang lain. Peneliti menganalisis unsur-unsur pembangun novel yang meliputi tema, alur, penokohan, dan latar dengan tujuan untuk memberi gambaran tentang unsur intrinsik karya yang dianalisis. Instrumen utama yang digunakan adalah catatan temuan hasil identifikasi, integrasi dan interpretasi serta dikonfirmasikan dengan pustaka rujukan. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatif sehingga diketahui gambaran kesesuaian bahan ajar dengan persyaratan yang dikonfirmasikan dengan Kurikulum 2013. 148

Riksa Bahasa Volume 1, Nomor 2, November 2015 HASIL DAN PEMBAHASAN 1). Analisis dan pembahasan hubungan antar unsur novel Sang Pemimpi dalam membangun keindahan Pada struktur novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata terdapat alur, penokohan dan latar yang menunjang tema. Tema tanpa didukung ketiga unsur tersebut tidak berlangsung dengan baik, begitu juga sebaliknya. Para tokoh novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata diungkapkan secara cermat sehingga kepaduannya terjaga. Tokoh Ikal menjadi penggerak alur utama dan berinteraksi dengan tokoh-tokoh lain. Jalinan peristiwa terjaga keutuhannya. Kaitan antara kedua aspek intrinsik ini menunjukkan bahwa karakter masingmasing tokoh bertalian dengan interaksi. Hubungan antara alur dengan latar sangat terkait dan saling mendukung. Peristiwa yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam Sang Pemimpi terbentuk dari tokoh dan lingkungan masyarakat. Keterkaitan dan hubungan yang saling mendukung antara unsur intrinsik satu dengan lainnya dapat dijelaskan sebagai berikut. Tokoh utama dalam novel Sang Pemimpi adalah Ikal. Ikal digambarkan oleh pengarang sebagai orang yang memiliki sifat baik hati, optimistis, dan pantang menyerah. Hal tersebut terdapat pada kutipan berikut.... dan hujan pun turun. Gerimis, gelap, lelah, dan dingin. Masih tak tentu arah, kami hanya melangkah saja sekenanya, berpegang pada pesan orangtua untuk menemukan mesjid. Nasib baik! Belum jauh dari terminal kami menemukan sebuah gedung dengan tulisan yang membuat kami senang, karena di SMA Negeri, bukan main kami sudah sering mendengarnya : Insitut Pertanian Bogor (IPB), lebih menyenangkan karena di belakangnya ada masjid. (Sang Pemimpi: 234). Tahun berikutnya aku diterima di UI. Aku mengatur jadwal shift menyortir surat sesuai kesibukan kuliah. Aku merindukan Arai setiap hari dan ingin kukirimkan kabar padanya bahwa jika ia kembali ke Bogor ia dapat kuliah karena aku telah berpengkasilan tetap. Walaupun sangat pas-pasan tapi jika ia juga bekerja part time, kami yakin kami dapat sama-sama membiayai kuliah kami. (Sang Pempimi: 246). Ikal adalah salah satu individu yang pantang menyerah untuk dapat memenuhi jiwa pertualangannya dan mencari ilmu. Perjuangan yang berat dilalui Ikal agar dapat diterima di UI salah satu universitas yang menjadi favorit bagi banyak orang. Lokasi UI di daerah Jakarta dan jauh dari tempat Ikal. Ikal berjuang untuk dapat bertahan hidup dan kuliah. Ia bekerja agar kebutuhan hidupnya dapat dipenuhi. Sifat Ikal yang pantang menyerah terbentuk karena adanya latar tempat, yaitu tempat tinggal Ikal bersama orang tuanya di daerah penghasil timah yang membutuhkan perjuangan berat. Ikal membantu orang tuanya untuk mencukupi kebuthan hidup. Unsur penokohan dan alur mendukung adanya tema, yaitu tema tentang kehidupan dan pendidikan di tengah perekonomian yang miskin di daerah pedalaman Belitong melalui jalinan kuat persahabatan antara Ikal dengan Arai. Simak kutipan di bawah ini. Tak terasa aku telah menyelesaikan kuliahku. Sekarang aku merasa memiliki tenaga baru untuk menemukan potongan-potongan mozaik nasibku. Pekerjaan sortir dan hidupku secara keseluruhan mulai kurasakan seperti tantangannya. Aku ingin menghadapi suatu kesulitan yang membuatku terus berkembang, aku ingin menjadi bagian dari sesuatu yang penting dan besar. Aku berpikir untuk meninggalkan pekerjaan sortir dan kembali mengekstrapolasikan kurva 149

semangatku yang menanjak. Sang Pemimpi: 250). Keberhasilan kuliah Ikal pada jenjang S-2 di Universitas de Paris, Sorbone merupakan keberhasilan dirinya sebagai individu. Keberhasilan itu membahagiakan orang tuanya karena Ikal sudah memenuhi harapan orang tua. Selain itu, negara Prancis merupakan bukti keberhasilan Ikal mewujudkan mimpinya dalam petualangan mencari ilmu. Keempat unsur, yaitu penokohan, latar, alur, tema mudah dipahami oleh pembaca melalui sudut pandang yang dipilih pengarang sebagai orang pertama yang banyak mengetahui peristiwa-peristiwa tokoh lain. Sudut pandang orang pertama yang serba tahu menggunakan kata aku digunakan dalam kalimat langsung dan tidak langsung. Betolak dari analisis struktur novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur yang membangun novel tersebut merupakan jalinan keseluruhan antara unsur-unsur satu dengan yang lain saling terkait dan merupakan kesatuan yang mendukung totalitas makna. Hal ini dapat dilihat dari jalinan cerita yang merupakan hasil perpaduan antara alur, penokohan, dan latar. 2). Pemilihan novel Sang Pemimpi sebagai bahan pelajaran Apresisi Sastra di SMP Beberapa hal yang harus diperhatikan seorang guru dalam memilih bahan ajar sastra, menurut Rahmanto (1998: 27) ada tiga aspek. Ketiga aspek yang dimaksud adalah (1) aspek bahasa, (2) aspek psikologi, dan (3) aspek latar belakang budaya. (1) Aspek Bahasa Dilihat dari segi bahasanya, novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata yang telah dianalisis menggunakan bahasa yang biasa dipahami pembaca. Tidak hanya itu, gaya bahasanya menarik dan pilihan katanya pun dapat memperkaya kosa kata siswa. Penggunaan bahasa komunikasi yang sesuai dengan latar dan penokohan dalam novel ini mampu membuat siswa lebih menghayati penokohan yang ada didalam novel. Penggunaan bahasa yang sangat berbeda dengan tata bahasa yang biasa akan merangsang siswa untuk menemukan perbedaan bahasa sastra dengan bahasa Indonesia yang siswa pelajari dalam materi kebahasaan. (2) Aspek Psikologis Novel Sang Pemimpi banyak mengungkapkan realitas sosial yang terefleksikan melalui masalah-masalah sosial. Masalah-masalah sosial muncul sangat beragam. Masalah-masalah tersebut sangat dekat dengan kehidupan siswa. Hal ini menjadi bahan bagi siswa untuk menemukan konsep-konsep sosial dengan menganalisis realitas sosial yang terdapat dalam novel. (3) Aspek Latar Belakang Budaya Tema dalam novel Sang Pemimpi adalah pendidikan di daerah yang terpencil. Seorang anak yang berusaha menggapai mimpi untuk bersekolah tinggi agar mampu menjalani kehidupan dunia ini dengan penuh arti. Tema dan pemilihan tokoh yang digunakan oleh pengarang sangat sesuai dengan latar belakang budaya siswa SMP. Pada umumnya siswa SMP adalah umat beragama dan hidup dalam lingkungan sosial yang tidak jauh berbeda dengan lingkungan sosial novel Sang Pemimpi. Pada umumnya, latar tempat yang digunakan dalam novel ini adalah lingkungan sosial kelas bawah, seperti sebuah kampung, sebuah tempat kumuh, rumah sederhana, jalanan, pedesaan, dan lain-lain. Penggunaan tema, tokoh, latar tempat dalam novel ini mampu menarik minat siswa untuk mempelajari sastra. Hal in disebabkan oleh adanya perasaan kedekatan siswa dengan cerita yang dibaca. Mereka akan lebih mudah memahami cerita 150

Riksa Bahasa Volume 1, Nomor 2, November 2015 karena telah mengenal budaya yang terdapat pada novel ini. Berdasarkan kriteria diatas, kiranya novel Sang Pemimpi ini sangat sesuai dan tepat bila dijadikan bahan ajar untuk pembelajaran sastra di SMP. 3). Novel Sang Pemimpi sebagai bahan ajar sastra di SMP Novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata memiliki nilai pendidikan yang sangat berguna bagi siswa. Setelah menganalisis unsur intrinsik novel Sang Pemimpi, maka langkah selanjutnya adalah menguji cobakan dalam bentuk bahan ajar sastra kepada siswa SMP kelas VIII dengan terlebih dulu mempersiapkan perangkat pembelajarannya. SIMPULAN Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dihasilkan beberapa simpulan. 1. Novel Sang Pemimpi memiliki struktur yang lengkap terdiri atas tema, alur, penokohan, sudut pandang, dan latar. Tema novel Sang Pemimpi adalah perjuangan dan kegigihan dalam meraih impian untuk memiliki pengetahuan yang tinggi. Alur dalam novel Sang Pemimpi adalah alur campuran, yaitu kronologis dan flash back. Penokohan dalam novel Sang Pemimpi ada dua jenis, yakni tokoh utama yang protagonis dan tokoh tambahan antagonis. Sudut pandang dalam novel Sang Pemimpi adalah sudut pandang orang pertama (aku). Latar yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi dibagi tiga unsur, yaitu tempat, waktu dan sosial. Latar tempat terjadi di daerah Belitong Sumatera Selatan. Latar waktu novel Sang Pemimpi adalah kejadian waktu antara tahun 1988 sampai 2000. Latar sosial yang terjadi dalam novel Sang Pemimpi adalah masyarakat yang religius dan moral yang dijunjung tinggi. 2. Hubungan antarunsur novel Sang Pemimpi dalam membangun keindahan ada empat unsur, yaitu tema, penokohan, latar, dan alur. Tema dapat mudah dipahami oleh pembaca melalui sudut pandang yang dipilih pengarang menggunakan sudut pandang sebagai orang pertama yang banyak mengetahui peristiwa-peristiwa tokoh lain. Sudut pandang orang pertama menggunakan kata aku oleh pengarang digunakan dalam kalimat langsung dan tidak langsung. Novel tersebut membentuk keseluruhan yang padu antara unsurunsur yang satu dengan yang lain saling terkait dan menjalin kesatuan yang mendukung totalitas makna. 3. Unsur intrinsik dan nilai yang terkandung dalam novel Sang Pemimpi menunjukan hal yang positif. Novel ini memiliki keunggulan dari segi amanat dan isi bacaan yang sesuai dengan aspek bahasa, psikologi, dan latar belakang budaya siswa. Novel ini mampu memberikan bimbingan dan ajaran moral yang baik bagi pembaca, sehingga novel Sang Pemimpi dapat dijadikan bahan bacaan ajar Membaca untuk siswa tingkat SMP. PUSTAKA RUJUKAN Ahmad Badrun.1983. Pengantar Ilmu Sastra dan Teori Sastra. Surabaya: Usaha Nasional Aminudin Badrun.1995. Pengantar Apresiasi Karya Sastra, Bandung: Sinar Baru. Andrean Hirata. 2010. Sang Pemimpi.Yogyakarta:Bentangan Pustaka Budiningsih, C.Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Damono, Sapardi Djoko. 2007. Sastra di Sekolah. Artikel dalam Jurnal Susastra 5. Volume 3, Nomor 5.2007. hal 1-11 151

Hendry Guntur Tarigan. 1984. Dasar-Dasar Kesusastraan. Bandung: Penerbit Angakasa Herman J. Waluyo. 2002. Pengkajian Cerita Fiksi. Surakarta : UNS Press. Jakob Sumarjo. 1988. Apresiasi Kesusatraan. Jakarta: Gramedia Gorys Keraf. 2002. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : Ikrar Mandiri Abadi. Murdiatmaja, BS. 1986. Tantangan Dunia Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius Mursal Esten. 1990. Kesusastraan : Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: Angkasa Sangidu. 1995. Penelitian Sastra : Pendekatan Teori, Metode, Teknik, dan Kiat. Zhulfahnur Z. Firdaus. 1996. Teori Sastra. Jakarta : Depdikbud. Zainuddin Fannanie. 2000. Telaaah Sastra. Surakarta : Muhammadiyah University Press. 152