BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses kematangan emosional, psiko-sosial dan seksual yang ditandai dengan mulai berfungsinya organ reproduksi dan segala konsekuensinya (Soetjiningsih, 2004). Remaja putri yang sedang mengalami masa peralihan, ditandai dengan kematangan biologis, seksual yang sedang berangsur-angsur memperlihatkan karakteristik seks sekunder sampai mencapai kematangan seks, dari segi perkembangan kejiwaan, jiwanya sedang berkembang dari sifat anak-anak menjadi dewasa. Dari segi sosial ekonomi remaja adalah individu yang beralih dari ketergantungan menjadi relatif bebas. Dengan masuknya remaja ke dalam hubungan sosial yang lebih luas, remaja tidak saja mulai beradaptasi dengan norma perilaku sosial tetapi juga dihadapkan dengan munculnya perasaan dan keinginan melihat dan mencoba (Damarini, 2006). Pada umumnya remaja tidak memiliki pengetahuan yang akurat tentang kesehatan reproduksi. Selain itu, remaja putri juga tidak memiliki akses terhadap pelayanan dan informasi kesehatan reproduksi. Informasi biasanya hanya dan teman dan/atau media, yang biasanya sering tidak akurat. Hal inilah yang menyebabkan remaja perempuan rentan terhadap kematian maternal, kematian anak dan bayi, aborsi
tidak aman, penyakit menular seksual, kekerasan/pelecehan seksual, narkoba serta menderita HIV/AIDS (Sallika, 2010) Dalam data kependudukan Indonesia jumlah penduduk Indonesia tahun 2009 adalah 213.375.287, sedangkan jumlah penduduk yang tergolong pemuda adalah 42.316,900 atau 19,82% dari seluruh penduduk Indonesia (www.bps.go.id;diunduh 5 Desember 2009). Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun, menurut Depkes RI dan BKKBN batasan usia remaja antara 10-19 tahun dan belum kawin,masa remaja adalah periode masa pematangan dan masa anak ke masa dewasa. Kebijakan dan strategi program PKBR (DKT, Indonesia 2005) meneliti tentang kesehatan reproduksi remaja mengaku pernah melakukan seks pranikah 51% di Jabotabek, 54% di Surabaya, 47% di Bandung, 52% di Medan dan remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks pranikah 27% di bali,75% di Lampung dan 27% di Medan. (SKRRI, 2007) meneliti yang tidak tamat SMA 47% dan tamat SMA 37%, menurut penelitian bahwa 62,7% remaja SMP dan SMA tidak perawan (survei KPA, 2008), 30% dari 2 juta aborsi dilakukan oleh remaja (UNFPA & Bapenas, 2009), 78% remja dari 3,2 juta jiwa orang adalah penggunaan napza (BNN,2004).54,3% dari 17 ribu pengidap AIDS adalah remaja (Depkes, 2009). Remaja dan permasalahannya sangat besar,besarnya arus globalisasi informasi yang tidak terkendali akan berdampak positif dan negatif bagi remaja, komunikasi orang tua dan remaja tentang permasalahan remaja dan masyarakat dalam permasalahannya.
Info tentang penyalahgunaan narkoba belum tersosialisasi secara holistik dan simultan, data tahun 2004,15% dari jumlah penduduk Indonesia terlibat penyalahgunaan narkoba (3,2 juta orang), 15 ribu meninggal pertahun. Semua agama melarang penyalahgunaan peredaran gelap narkoba. Menurut kebijakan pemerintah dalam Pernyataan Presiden RI tgl 12 Mei 2000 bahwa narkoba sudah menjadi bencana nasional. Isu-isu Triad KRR (Seksualitas, HIV/AIDS dan Napza) merupakan isu yang sangat aktual yang memerlukan perhatian semua pihak. Oleh karena itu, Pemerintah (cq.bkkbn) telah melaksanakan dan mengembangkan program KRR yaitu kegiatan yang dilaksanakan dengan wadah PIK-KRR (Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja). Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman,pengetahuan dan sikap positif remaja tentang kesehatan dan hak-hak reproduksi,guna meningkatkan derajat kesehatan reproduksinya dan mempersiapkan kehidupan berkeluarga dalam mendukung upaya peningkatan kualitas generasi mendatang. Kegiatan KRR ini diperlukan karena beberapa alasan melihat KRR pada saat ini sudah menjadi isu global. (1) Jumlah remaja yanng begitu besar, (2) Menyiapkan SDM yang handal dalam mewujudkan keluarga berkualitas di masa mendatang harus dilakukan mereka masih remaja, (3) Sikap KRR pada remaja saat ini cenderung kurang mendukung terciptanya remaja berkualitas, (4) Pengetahuan remaja mengenai masalah kesehatan reproduksi remaja masih rendah,dilain pihak norma remaja saat
ini, baik di daerah pedesaan maupun di daerah perkotaan lebih toleran dengan hubungan seks sebelum menikah (BKKBN, 2006). Strategi pengembangan kesehatan reproduksi remaja dalam kegiatan ini dilakukan dengan 2 strategi, strategi pertama adalah peningkatan assets yaitu peningkatan kemampuan dan kemauan positif remaja yang terdiri dari 1) Pengetahuan.sikap tentang KRR dan TRIAD KRR, 2) Penguasaan tentang kecakapan hidup (Life skills).strategi yang kedua adalah pengembangan resources yaitu pengembangan jaringan dan dukungan positif terhaddap remaja dan program KRR. SMA N1 Percut Sei Tuan Sampali adalah salah satu sekolah yang dibentuk oleh BKKBN untuk menyelenggarakan kegiatan PIK-KRR (Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) pada Desember 2010 yang saat ini sedang tahap TUMBUH, yaitu tahap dalam peningkatan kemampuan dan kemauan positif remaja tentang KRR dan TRIAD KRR. Selain itu di SMA N1 Percut Sei Tuan Sampali pernah terjadi kasus KTD yang dialami oleh 1 orang siswi dan kasus Napza yang dialami oleh 1 orang siswa dan dikeluarkan oleh sekolah yang terjadi pada tahun ajaran 2005/2008. Dalam berbagai hal memang perempuan selalu ditindas karena KTD (hamil di luar nikah), kasus KTD yang dialami oleh 1 orang siswa tidak dibenarkan bahwa dikeluarkan dari sekolah karena kehamilan tidak diinginkan. Padahal jelas-jelas kehamilan ini tidak akan terjadi jika tidak ada laki-laki, namun selalu perempuan yanng tertindas sedangkan laki-laki tetap bisa bersekolah. Penyalahgunaan narkotika,
alkohol dan zat adiktif lainnya merupakan wujud dari bentuk kenakalan remaja. Nilai hidup kaum remaja sedang dalam proses perubahan, remaja harus mempunyai pemahaman, pengetahuan dan informasi yang akurat mengenai kesehatan reproduksi. Data bagian evaluasi belajar SMA N1 Percut Sei Tuan Sampali diperoleh jumlah seluruh siswa 350 orang. Masing-masing kelas terdiri dari 3 kelas dengan jumlah siswa disetiap kelas yaitu kelas 1 berjumlah 118 siswa, kelas 2 berjumlah 117 dan kelas 3 berjumlah 116 orang. Untuk menjaring siswa-siswa yang perlu mendapatkan informasi atau bantuan bimbingan dan konseling diberdayakan peran konseling sebaya. Kegiatan PIK-KRR dilaksanakan di luar jam sekolah. Penyelenggaraan kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan masing-masing kelas. Hasil absensi atau kehadiran siswa/siswi yang mengikuti penyuluhan hanya 193 orang (55%) dan 87 orang (25%) siswa jarang mengikuti serta 70 orang (20%) siswa tidak pernah mengikutinya. Dari uraian diatas peneliti tertarik meneliti tentang Pengaruh Kegiatan Pusat Informasi Konseling Kesehatan Remaja (PIK-KRR) terhadap Pengetahuan dan Sikap tentang Kesehatan Reproduksi di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Percut Sei Tuan Sampali. 1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang dan pendapat di atas, rumusan masalah yang akan diteliti adalah apakah ada pengaruh Kegiatan Pusat Informasi Konseling Kesehatan
Remaja (PIK-KRR) terhadap pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi di SMA N1 Percut Sei Tuan Sampali. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran Pengetahuan dan Sikap remaja tentang KRR dalam Kegiatan Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) di SMA N1 Percut Sei Tuan Sampali. 1.4. Hipotesis Ada pengaruh Kegiatan Pusat Informasi Konseling Kesehatan Remaja (PIK- KKR) terhadap pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Percut Sei Tuan Sampali. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Untuk mendapatkan informasi dan pelayanan konseling yang cukup dan benar tentang kesehatan reproduksi remaja agar remaja berprilaku sehat terhindar dari resiko seksualitas, HIV/AIDS dan Napza, sehingga menjadi contoh model, idola dan sumber informasi bagi teman sebaya. 2. Diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan kebijakan dalam pemberian informasi seks dan kesehatan reproduksi remaja pada anak didik sebagai mata pelajaran tambahan atau ekstra kulikuler.
3. Diharapkan mayarakat dapat dan ikut serta mengetahui dan terlibat dalam kesehatan reproduksi remaja agar tidak tabu dan dapat membina remaja atau menjadi pendidik sebaya dalam membanntu remaja memahami kesehatan reproduksinnya.