Tragedi 1965 dalam Pandangan Sastra dan Politik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Buku «Memecah pembisuan» Tentang Peristiwa G30S tahun 1965

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berasal dari Tuhan, dan tidak dapat diganggu gugat oleh. Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan salah satu nilai dasar

I. PENDAHULUAN. Nenden Lilis Aisiyah (cerpenis dan pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan

BAB 5 KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Universitas Indonesia

BAB 5 SIMPULAN DAN REKOMENDASI. memuat serangkaian peristiwa yang dijalin dan disajikan secara kompleks. Novel

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam

Gerakan 30 September Hal tersebut disebabkan para kader-kader Gerwani tidak merasa melakukan penyiksaan ataupun pembunuhan terhadap para

BAB I PENDAHULUAN. rela berkorban, serta kecintaan pada bangsa dan negara 1. yang akrab dengan perjuangan suatu bangsa atau seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu gejala positif yang seharusnya dilakukan oleh para sastrawan,

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

PANDANGAN POLITIK TAN MALAKA TENTANG KONSEP NEGARA REPUBLIK

IN MEMORIAM DR WIJAYA HERLAMBANG

BAB I PENDAHULUAN. berposisi di baris depan, sebagai komunitas sosial yang memotori perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tak akan pernah lepas dari pengaruh realitas kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto

Novel momoye mereka memanggilku karya Eka Hindra dan Koichi Kimura : tinjauan sosiologi sastra BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. melahirkannya. Karya sastra ditulis oleh pengarang, berdasarkan realitas yang

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

AKAR DAN DALANG PEMBANTAIAN MANUSIA TAK BERDOSA. dan PENGGULINGAN BUNG KARNO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Puisi merupakan salah satu bentuk sastra yang lahir dari perasaan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya mencakup struktur, pesan yang disampaikan, sudut pandang, dan nilai.

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, bahwa sastra merupakan cerminan. nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. diperankan oleh tokoh cerita. Kepribadian yang dimiliki para tokoh dalam cerita

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

commit to user BAB I PENDAHULUAN

SEJARAH SEHARUSNYA MENJADI INSPIRASI MEMANFAATKAN PELUANG

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Meninjau Kembali Pembantaian 50 Tahun Lalu

BAB I PENDAHULUAN. yang bebas mengungkapkan semua ide dan ktreatifitasnya agar pembaca dapat menangkap

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB I ANALISIS CERITA NOVEL NIJUSHI NO HITOMI KARYA SAKAETSUBOI DILIHAT DARI SEGI PRAGMATIK

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

Sebuah Upaya Meluruskan Sejarah

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kajian Pustaka

Menjelajah Lubang Buaya, Menilik Awal Ajal PKI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris. dalam Genosida 65

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

Buku Letjen (Pur) Sintong Panjaitan yang membikin heboh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya sastra merupakan suatu gambaran dari kehidupan nyata. Oleh

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial pengarangnya. Suatu karya sastra dapat dikatakan baik

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ungkapan atau pikiran seseorang yang dituangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB 6 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

72. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

NILAI BUDAYA DALAM NOVEL SINDEN KARYA PURWADMADI ADMADIPURWA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

74. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

Presiden Seumur Hidup

Transkripsi:

Tragedi 1965 dalam Pandangan Sastra dan Politik Sastra dan Politik: Tragedi 1965 dalam Negara Orde Baru Buku Yoseph Yapi Taum Eva Yenita Syam 1 evanys99@gmail.com Pengantar Persoalan kesastraan tidak hanya terbatas pada persoalan prosa dan kata. Kesastraan lebih kepada persoalan kemanusiaan dan kehidupan manusia dengan segala persoalannya. Berbagai peristiwa yang tercatat memberikan informasi untuk pengetahuan manusia yang hidup dalam masa yang berbeda. Kita menyebutnya sejarah. Indonesia tercatat sebagai sebuah Negara yang memiiki peristiwa sejarah yang panjang dalam membangun bangsanya. Beberapa pakar memberikan perhatian terhadap berbagai peristiwa itu dengan caranya yang khas. Persoalan kesusastraan menyentuh segala segi kehidupan. Bahwa sastra merupakan kehidupan yang direfleksikan melalui karya kreatif yang diwarnai kenyataan dan imajinasi pengarangnya. Sejarah kesusastraan Indonesia mengalami beberapa periode perkembangan yang diklasifikasikan berdasarkan kecenderungan perpolitikan Indonesia. Hal itu terlihat pada penamaan yang diberikan pada masanya. Angkatan pujangga Baru, angkatan Balai pustaka, Angkatan 45, ketika Indonesia mengalami persoalan kemerdekaan, angkatan 66, ketika Indonesia dalam persoalan ideologi bangsa yang mengalami perdebatan saat paham Komunis memasuki Indonesia. Peristiwa 1965 dalam sejarah Indonesia yang lebih dikenal sebagai tragedi 1965 menjadi kajian yang sangat menarik oleh dua orang peneliti dari dua perguruan tinggi yang berbeda. Berbagai peristiwa yang terjadi dalam masyarakat yang diekspresikan pengarang dalam bentuk karyanya. Ada karya yang memihak dan karya yang menolak. Pengarang yang melakukan keberpihakan dengan melahirkan karya-karya yang mengelu-elukan dan pengarang yang menolak melahirkan karya yang murni tanpa tendensi. Jejak sejarah kemudian 1 Peneliti Sastra BadanPengembangan dan Pembinaan

menghasilkan banyak kajian yang dilakukan peneliti terhadap karya sastra yang berpihak dan yang menolak. Peristiwa yang terjadi tahun 1965 menjadi sejarah hitam negeri ini yang dikenal sebagai tragedi 1965. Ideologi Negara bernama Pancasila mengalami goncangan hebat ketika Komunis yang dikenal sebagai PKI (Partai Komunis Indonesia) atau G30S PKI melakukan berbagai tindakan yang melenyapkan ketentraman dan keamanan dalam masyarakat. Tidak banyak orang yang melakukan penelitian terhadap sastra dalam hubungannya dengan politik negeri ini. Ada beberapa peneliti yang melakukan kajian tersebut dengan berbagai kendala dan tantangan yang sangat menguras tenaga. Kecenderungan orang menghindari resiko semakin kuat dengan terjadinya berbagai penertiban terhadap pemikiran yang bernas dan cerdas dalam menyampaikan peristiwa dengan fakta dan data yang bisa dipertanggungjawabkan. Salah seorang peneliti itu bernama Yoseph Yapi Taum, putra Lembata, Nusa Tenggara Timur yang menyelesaikan pendidikan tingkat doktoralnya di Universitas Gadjahmada dengan mengangkat disertasi. Yoseph Menafsir Tragedi 1965 Yoseph Yapi Taum salah seorang peneliti yang sangat jernih memaparkan tentang tragedi 1965 itu dalam bukunya yang berjudul Sastra dan Politik. Buku ini merupakan disertasi doktoralnya di universitas tersohor yang bernama Universitas Gadjah Mada. Fakta yang selama ini dikaburkan dalam sejarah Indonesia diungkapkan dan dikajinya dengan data yang sangat lengkap. Dengan menggunakan pendekatan new historicism, Yoseph mengulas karya sastra dan non sastra yang berangkat dari korban peristiwa 1965. Yoseph melihatnya dari sudut pandang korban yang tentu saja berpihak pada korban tragedi. Ini adalah sebuah buku yang penting. Penting karena pendekatan teoretisnya yang tajam. Penting karena teks-teks yang didiskusikannya perlu diketahui dan diapresiasi. Buku ini diperlukan karena pengarangnya berani mengangkat tragedi 1965 sebagai topiknya, dan berani memfokuskan sorotannya, pada suatu aspek kehidupan sosial-politik Indonesia yang sangat perlu dan urgen untuk dibongkar. Kita mengetahui bahwa sampai sekarang topik ini jarang dibahas, jarang dianalisis, bahkan jarang diakui. Uraian-uraian di dalamnya dipaparkan dalam gaya pengungkapan yang mengalir dan meyakinkan. (David T. Hill Professor Kajian Asia

Tenggara, Universitas Murdoch, Australia Barat. Penulis buku Jurnalisme dan Politik di Indonesia: Biografi Kritis Mochtar Lubis (1922-2004). Yoseph Yapi Taum membeberkan dengan sangat terbuka berdasarkan fakta dan data yang dimilikinya, bagaimana kondisi masyarakat yang selalu di bawah ancaman dan tidak mampu mengalahkan rasa takutnya. Orang-orang sangat takutnya kepada orang-orang berseragam bernama militer kemudian akan bungkam karena takut mendapatkan persoalan yang di luar batas kemanusiaan kepada mereka dan keluarganya. Orang-orang hidup dalam ketakutan yang mencekam dan memilih bungkam. Hingga akhirnya dengan berbagai cara, tragedi itu dipeti eskan. Kemudian dengan data tulisan ilmiah dan fiksi, Yoseph melakukan penelitian yang lebih rinci, tentu saja ini bukan hal mudah akan tetapi kemudian menjadi bacaan yang mampu menguak ingatan dan pengetahuan kita tentang apa yang terjadi pada masa 1965 itu. tentu dengan sikap netral diharapkan buku ini menjadi salah satu bukti sejarah kelam bangsa kita yang sedang merintis jalan pada kemerdekaan yang sesungguhnya. Budaya takut telah mengakibatkan hantu komunisto phobia menghantui masyarakat kita. Adalah berkat warisan rezim militer Suharto serta Sarwo Edhie Wibowo, dengan Tentara Langit -nya, penyakit itu telah membuat masyarakat bungkam selama bertahun-tahun bahkan sampai sekarang. Dengan analisanya yang tajam dan disertai keberanian, hendaknya kitab perlawanan ini menjadi panutan, sampai bahaya komunisto phobia, yang sudah diperangi Bung Karno sejak tahun 1920-an, dilumat oleh sejarah... (Hersri Setiawan Sastrawan, Penulis, dan Penyintas Pulau Buru) Peneliti adalah orang yang menganalisis berdasarkan data dan fakta. Mengumpulkan data kemudian memilahnya. Mengambil data-data yang diperlukan sesuai dengan teori dan pendekatannya selanjutnya menyingkirkan data yang tidak diperlukan. Ini benar dalam tataran metode penelitian akan tetapi tentulah belum twentu benar untuk fakta sejarah itu sendiri. Data ilmiah dan non ilmiah yang menjadi bahan analisis penelitian ini mestilah kita sandingkan dengan penelitian lain yang membahas peristiwa yang sama dalam sudut pandang yang berbeda. Tidak dapat dihubungkan bahwa meneliti mesti sejalan atau tidak boleh berseberangan. Berbeda teori tentu saja berbeda hasilnya. pembaca bukanlah manusia awam yang akan menerima tanpa seleksi ilmu yang diterimanya. Data sastra dan non sastra memberikan informasi

bagaimana peristiwa yang terjadi dalam kehidupan bernegara kita mendapatkan angka merah dan menjadi sejarah yang kelam dan sengaja dihilangkan. Ingatan kita terlanjur dipotong dari hulu dengan suguhan film-film Pemberontakan G 30 S PKI dan Janur Kuning. Kedua film itu menyuguhkan peristiwa kekejaman PKI terhadap korbannya, memperlihatkan betapa sadisnya peristiwa pembunuhan yang dilakukan PKI terhadap jendral-jendral yang bermasa depan baik di masa mendatangnya. Betapa sadisnya Gerwani dengan silet di tangan yang siap mencabik wajah pesakitan tak berdaya. Pesakitan yang ditangkap tanpa tahu mereka salah apa. Seperti yang disampaikan sejarawan ini: Kita semua sudah tahu, narasi tentang kekejaman Gerwani di Lubang Buaya dan banyak kisah keji lain yang diproduksi oleh Orde Baru dan para pendukungnya (baik dalam bentuk karya sastra maupun nonsastra) merupakan hasil manipulasi dan rekayasa. Namun demikian jarang sekali narasinarasi itu secara akademik diteliti, dibongkar dan dipaparkan secara terbuka. Peneliti dan penulis buku ini telah melakukannya dengan baik. Membaca buku ini serasa membuka selaput yang selama ini secara kolektif telah menghalangi kemampuan kita untuk melihat sejarah Indonesia sejak 1965 secara lebih jernih. (Baskara T. Wardaya SJ -- Sejarawan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta) Begitu juga dengan pembelajaran di sekolah-sekolah melalui bidang studi PSPB (Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa). Pelajaran ini merupakan gerakan pemalsuan sejarah bangsa, pemotongan alur kehidupan sejarah bangsa kita. Keinginan terbesar dalam rezim orde baru untuk menghapus segala bentuk perjuangan bangsa. Tokoh berpengaruh dibunuh karakternya sehingga menjadi tokoh yang dihujat bukan sebagai tokoh yang dipuja. Tokoh-tokoh perjuangan menjadi korban sebagai sosok yang memiliki dosa sejarah dan kehilangan kebaikan dan jasa yang telah mereka lakukan untuk memerdekakan Indonesia dari tangan penjajajah. Kita mesti merunut sejarah perjuangan bangsa ini untuk menetukan sikap yang baik. Kita tidak bisa berlaku menghitamkan sejarah perjuangan dengan melihat sejarah bangsa dengan memotongnya hanya untuk satu episode saja. Sejarah selalu berkaitan antara sebelumnya dengan yang sekarang dan yang akan datang. Buku ini memberi informasi yang kita perlukan untuk membuka ingatan dan pengetahuan kita terhadap sejarah bangsa akan tetapi mesti kita sandingkan dengan penelitian lain yang membahas tragedi 1965 dengan sudut pandang yang lain seperti buku Herlambang.

Penutup Khusus untuk buku ini akan didapatkan pemahaman yang sangat jelas. Dengan kata-kata yang sangat ringan dibahasakan bahwa buku itu sangat memberi informasi yang diperlukan. Kita seakan-akan dibawa kembali pada ingatan yang terkubur atau sengaja dikuburkan sehingga kita tidak mampu mengingat dengan baik peristiwa kelam dalam sejarah perjalanan bangsa ini. kita diingatkan kembali bahwa ada tragedi kelam yang terjadi pada masa 1965. Tragedi yang pahit dan mesti kita jadikan hal yang baik untuk menyatukan pandangan tentang persatuan dan kesatuan bangsa. Buku ini menggunakan teori newhistoricism dan pendekatan perspektif. Sekarang ini kita juga seperti melupakan sejarah kelam masalalu yang terjadi pada bangsa kita. Apakah ini dosa? Jika dosa, siapakah yang paling bertanggung jawab atas kealpaan mengingat sejarah kelam itu? Jawabnya berpulang pada diri sendiri. (EYS)