SISTEM SYARAF MANUSIA DALAM TUTORIAL CBI: USAHA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS. Asep Mulyani

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran biologi di Sekolah Menengah Atas banyak mengalami

PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA PEMBELAJARAN MEDAN MAGNET UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS MAHASISWA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berbentuk Quasi experimental design dengan desain

Korelasi Penguasaan Konsep Dan Berpikir Kritis Mahasiswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Simulasi Komputer

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

Penerapan Multimedia-tutorial dalam Pembelajaran Sistem Saraf untuk meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis

USING PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO INCREASE CRITICAL THINKING SKILL AT HEAT CONCEPT

EFEK MODEL PEMBELAJARAN ATI (APTITUDE TREATMENT INTERACTION) TERHADAP AKTIVITAS DAN GENERIK SAINS FISIKA SISWA

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE ENVIRONMENT TECHNOLOGY AND SOCIETY (SETS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH

Jurnal Penelitian Pendidikan IPA Volume III No. 1, Maret 2009, ISSN : , Halaman : 21-30

Pembelajaran Melalui Strategi REACT Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Sekolah Menengah Kejuruan

PENGGUNAAN MEDIA CAMTASIA STUDIO BERBANTUAN HANDOUT UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI DI SMA NEGERI 12 BANDA ACEH

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 (2009): PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERORIENTASI KETERAMPILAN PROSES

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI SEL DI KELAS XI IPA

*Mariana **Hayati *Dosen FKIP Universitas Lancang Kuning *Alumni FKIP Universitas Lancang Kuning

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP

*Maratul Afidah **Ade Purmatisa

Darussalam Banda Aceh, ABSTRAK. Kata Kunci: Project Based Learning, Hasil Belajar Kognitif, Sistem Pernapasan Manusia

(The Influence of Creative Problem Solving Learning Model by Video Media to The Student Achievement on The Material Environmental Pollution.

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan perwujudan dari

Yosico Indagiarmi 1 and Abd Hakim S 2

PENGARUH LATIHAN MEMBANGUN KONSEP TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH TOPIK KALOR PADA SISWA SMAN 1 SUKODADI KABUPATEN LAMONGAN

Diterima: 8 Maret Disetujui: 26 Juli Diterbitkan: Desember 2016

IMPLEMENTASI MEDIA PEMBELAJARAN ARTICULATE STUDIO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENGARUH PEMBELAJARAN STRATEGI REACT TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MAHASISWA PGSD TENTANG KONEKSI MATEMATIS

Darussalam 23111, Banda Aceh. ABSTRAK. Kata Kunci: Kooperatif Tipe Jigsaw, Pencemaran Lingkungan, Berpikir Kritis.

Jumiati, Irma Suryani Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan-Universitas Lancang Kuning

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya mempunyai akhlak mulia, tetapi juga mempunyai kemampuan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH BERBASIS KONSEP

JPPMS, Vol. 1, No. 1, 2017 Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika dan Sains

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DISKUSI TIGA LAPIS PADA KONSEP KINGDOM PLANTAE

PENERAPAN PENDEKATAN DEMONSTRASI INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN DASAR PROSES SAINS SISWA

(The Differences of Students Learning Outcomes Between The Use Of Audio- Visual Media and Interactive Multimedia in Subject Ecology)

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

Anggarini Puspitasari* ) Purwati Kuswarini* )

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI KARANGJATI

Dede Trie Kurniawan Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon

Munawaroh,dkk. Kata kunci:.keterampilan generik sains, model pembelajaraninkuiri terbimbing

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI SISTEM PEREDARAN DARAH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMP.

ABSTRACT. : Mnemonic learning model students human excretion system subject learning achievement. ABSTRAK

PENGARUH IMPLEMENTASI BUKU AJAR BERBASIS PROYEK PADA MATA KULIAH KONSEP DASAR IPA II TERHADAP KEMAMPUAN GENERIK SAINS MAHASISWA JURUSAN PGSD

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING) DISERTAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMAN 4 JEMBER.

Unnes Physics Education Journal

Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

PEMBELAJARAN BERBASIS VIRTUAL LABORATORY UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI LISTRIK DINAMIS

The Influences of Science Technology Society (STS) Model Learning to Student Result Learning on Pollution Environment Material

ISSN : X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

Key words: CIRC models, pictures media, learning achievement, human excretory system

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Unnes Physics Education Journal

Anisa Nur Utami*) Purwati Kuswarini*)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

Gunawan Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP Universitas Mataram

PENERAPAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Pengaruh Media Animasi Submikroskopik terhadap Peningkatan Keterampilan Memecahkan Masalah Mahasiswa

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

Rahmat Hidayat. Guru SMP Negeri Kota Bandung

Cici Wijayanti*) Purwati Kuswarini Suprapto*) Faculty of Educational Science and Teacher s Training Siliwangi University ABSTRACT

ARTIKEL TUSZIE WIDHIYANTI

EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN KERJA SAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA. Fitria Silviana

PENGARUH INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS

ABSTRAK. Kata Kunci: REACT, Penomoran NHT, Interaksi Belajar, Prestasi Belajar

PENERAPAN MACROMEDIA FLASH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN IKATAN KIMIA DI KELAS X SMA NEGERI 2 SIAK

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

Nurun Fatonah, Muslimin dan Haeruddin Abstrak Kata Kunci:

Tersedia online di EDUSAINS Website: EDUSAINS, 7 (2), 2015,

Ema Susanti Purwati Kuswarini Suprapto

(The Influence of Advance Organizer Learning Model Based Concept Map on Students Learning Achievement in Human Excretion Subject) ABSTRACT

Septi Lilis Suryani dan Eko Hariyono Jurusan Fisika, Universitas Negeri Surabaya. Key Words : academic skill, guided discovery, learning output, heat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuasi

Fajrul Wahdi Ginting dan Nurdin Bukit Jurusan Pendidikan Fisika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

DAMPAK PENERAPAN MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT TERHADAP PEROLEHAN BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM PESERTA DIDIK

PENERAPAN METODE MIND MAPPING PADA KONSEP SALING KETERGANTUNGAN DALAM EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 16 TASIKMALAYA JURNAL

PENGARUH PEMBELAJARAN IPA BERBASIS SCIENTIFIC INQUIRY AND SCIENCE ISSUES PADA KETERCAPAIAN 3 RANAH HASIL BELAJAR SISWA SMP ARTIKEL SKRIPSI

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMK MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN RELASIONAL DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII MELALUI PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) TESIS

Yosi Nofelia 1, Zulhelmi 2, Azizahwati 3 HP: ,

EduHumaniora: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN Vol. 8. No.2 Juli 2016 Hal

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE QUESTION STUDENT HAVE (QSH) PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 5 TASIKMALAYA JURNAL

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA SMP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM QUIZ PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 KOTA TASIKMALAYA JURNAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan. antar variabel yang akan diteliti (Gambar 3.1).

PENERAPAN KETRAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

BAB III METODE PENELITIAN. Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting

(The Influence of Based Inquiry Learning Model Type of Guided Inquiry to The Students Learning Achievement on Ecosystem) ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada

Ikeu Dwi Astuti*) Purwati Kuswarini Suprapto*)

Utari Ramadhani S*, R.Usman Rery**, Johni Azmi*** No. Hp :

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

Megah Khoerunisa, Djohar Maknun, Asep Mulyani Jurusan Pendidikan IPA Biologi,FITK, IAIN Syekh Nurjati Cirebon ABSTRAK.

Pendekatan Pembelajaran Metacognitive Scaffolding dengan Memanfaatkan Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Literasi Matematis Siswa SMA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AKADEMIK SISWA SMA NEGERI 5 SURAKARTA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SYNERGETIC TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.4, No.3. pp , September 2015

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi siswa dengan lingkungannya

Wistyan Okky Saputra dan Dr. Mukhamad Murdiono, M. Pd. Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta

PERBEDAAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PESERTA DIDIK YANG DIBERI PERLAKUAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

Efektivitas Metode Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Keterampilan Generik Sains Siswa Kelas XI IA 2 SMA Negeri 8 Makassar

Transkripsi:

[April 2012] JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1 SISTEM SYARAF MANUSIA DALAM TUTORIAL CBI: USAHA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS Asep Mulyani ABSTRACT. The aim of this research to know the effect of tutorial CBI toward generic science skills in human nervous system concept. One of senior high school at Garut regency, West Jawa was selected as the location of study. The subject of this research consisted of 153 students. 77 students as experimental class treated by using the tutorial CBI and 76 students as control class treated by using the conventional approach. Each group was gifted pretest ang posttest on generic science skills of human nervous system concept. The obtained data were then submitted to statistical analyses such as Mann-Whytney U Test. The finding revealed that there was significant effect of the tutorial CBI on student s generic science skills of human nervous system concept. Furthermore, the experimental class obtained higher N-gain than the control class. The average of generic sciences skills N-Gain in experimental class was 0.65 and control class was 0.43. The findings suggested that learning human nervous system concept by using the tutorial CBI was effectifully. Finally, the study suggested that the tutorial CBI can be used as alternative approach in teaching biology especially to enhance generic science skills in human nervous system concept. Keywords: Computer Based Instruction (CBI), tutorial, generic science skills, human nervous system. PENDAHULUAN Pembelajaran biologi di Sekolah Menengah Atas banyak mengalami kesulitan. Salah satunya dapat disebabkan oleh karakteristik materi yang terdapat pada mata pelajaran biologi tersebut. Banyak siswa yang mengalami kesulitan untuk memahami biologi terutama untuk memahami konsep-konsep fisiologis yang abstrak (Lazarowitz, 1992). Menurut Michael (2007) 1 terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan materi fisiologis dianggap sulit, yaitu karakteristik materi biologi yang akan dipelajari, cara mengajarkan materi, dan modal awal siswa yang akan mempelajari materi tersebut. Salah satu materi pada pelajaran Biologi di SMA yang abstrak sehingga sulit dalam pelaksanaan pembelajarannya adalah materi sistem saraf manusia.

Sistem saraf mempunyai karakteristik materi yang abstrak dan rumit salah satunya karena berhubungan dengan mekanisme fisika dan kimiawi yang komplek. Berdasarkan prinsif-prinsif penting fisiologis, materi sistem saraf mempunyai empat prinsif penting yaitu: mekanisme sebab akibat, hubungan antara struktur dan fungsi, aliran informasi dan homeostatis. Materi sistem saraf yang dianggap sulit (Ibayati, 2002; Salmiyati, 2007) karena sifat materinya yang abstrak (Kurniati, 2001) dan membutuhkan siswa berada pada tahap berpikir operasi formal (Lazarowitz & Penso, 1992). Mekanisme sebab akibat yang menjadi salah satu prinsif pada materi sistem saraf yang menyebabkan kesulitan dalam memahami materi sistem saraf karena erat kaitannya dengan mekanisme fisiologis pembentukan dan penghantaran impuls saraf. Materi sistem saraf merupakan salah satu materi penting untuk dapat memahami konsep-konsep selanjutnya terutama dalam fisiologi hewan. Pada kenyataannya karena tingkat kesulitan yang tersebut, maka pembelajaran materi sistem saraf di SMA seringkali tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Hal tersebut senada dengan apa yang dirasakan oleh guru-guru biologi yang merasa kurang bisa maksimal dalam menyampaikan materi yang abstrak. Selain itu pada tingkat perguruan tinggi pun banyak mahasiswa yang masih kesulitan di dalam memahami materi tersebut. Oleh karena itu perlu dicari alternatif lain untuk dapat mengatasi permasalahan tersebut, sehingga para siswa SMA mendapat bekal yang baik dalam pemahaman materi tersebut sehingga ketika mereka masuk ke perguruan tinggi sudah siap dengan segala kemungkinan. Dari permasalahan di atas, maka diperlukan sebuah media pembelajaran yang tepat sehingga dapat membantu dalam pembelajaran materi sistem saraf di sekolah. Media pembelajaran tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap pelaksanaan pembelajaran biologi tersebut. 2

Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat saat ini secara tidak langsung dapat menjadi alternatif dalam membantu mengatasi permasalahan tersebut. Komputer yang merupakan salah satu produk dari teknologi yang dapat menyajikan informasi dalam banyak media sebagai produk elektronik dalam bentuk tampilan teks, grafik, gambar, animasi, suara, dan video atau yang saat ini kita kenal sebagai teknologi multimedia (Carin, 1997; Munir, 2008). Teknologi multimedia yang dalam bentuk tutorial maupun simulasi komputer yang digunakan di dalam pembelajaran merupakan media yang sangat kuat untuk meningkatkan belajar dengan memberikan kesempatan bagi para siswa untuk mengembangkan keterampilan di dalam mengidentifikasi masalah, mencari, mengorganisasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan informasi (Akpan, 2001 dalam Lee et al., 2002). Selain itu dengan menggunakan multimedia interaktif maka dapat meningkatkan kemampuan berpikir kompleks (McLaughlin and Arbeider, 2008). Pembelajaran sains yang tadinya lebih menekankan penguasaan konsep-konsep sains menjadi bagaimana seorang guru itu dapat membekali para siswanya dengan kemampuan berpikir, atau dengan kata lain dari mempelajari sains menjadi berpikir melalui sains (Liliasari, 2007). Hal tersebut senada dengan laporan yang ditulis oleh Lee et al. (2002) bahwa tujuan pembelajaran seharusnya dapat meningkatkan kemampuan dasar pengetahuan untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam berpikir kritis, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan. Keterampilan generik merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang siswa, sama halnya dengan keterampilan proses yang biasa diterapkan untuk jenjang pendididikan dasar dan menengah (Rustaman, 2007). Ada beberapa keterampilan generik sains yang dikembangkan merupakan kegiatan berpikir yang merupakan ciri khas dari belajar 3

sains. Keterampilan generik memiliki beberapa aspek (Brotosiswoyo, 2000; Liliasari, 2007) diantaranya, yaitu: (1) pengamatan langsung dan tak langsung; (2) kesadaran tentang skala besaran (sense of scale); (3) bahasa simbolik; (4) kerangka logika taat-asas (logical self-consistency) dari hukum alam; (5) inferensi logika; (6) hukum sebab akibat (causality); (7) pemodelan matematik; dan (8) membangun konsep. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen, dengan desain penelitian adalah Randomized Control-Groups Pretest- Posttest Design (Isaac & Michael, 1982). Tes Awal Perlakuan Tes Akhir Kelompok Perlakuan T1 X T2 Kelompok Kontrol T1. T2 Gambar 1. Desain Penelitian Keterangan: T1 : kemampuan awal sebelum pembelajaran (diukur dengan Tes Awal) T2 : kemampuan akhir setelah pembelajaran (diukur dengan Tes akhir) X : perlakuan pembelajaran dengan CBI tutorial. Sampel yang dipilih melalui cluster random sampling sebanyak empat kelas dari sembilan kelas. Kelas eksperimen sebanyak 77 siswa dan pada kelas konvensional sebanyak 76 siswa. Data yang dikumpulkan adalah perolehan S post S pre N Gain, S S maks pre keterampilan generik sains yang diambil melalui tes. Peningkatan keterampilan generik sains dihitung dengan skor gain yang dinormalisasi (Meltzer, 2002) digunakan rumus: dengan kriteria nilai N-Gain: Tabel 1. Kriteria N-Gain 4

Rata-rata Nilai Rata-rata N-Gain Perolehan N-gain Kriteria N-gain > 0,70 tinggi 0,30 N gain 0,70 sedang N-gain < 0,30 rendah Analisis data yang digunakan untuk melihat perbandingan peningkatan keterampilan generik sains antara kelas eksperimen dan kelas konvensional dengan menggunakan SPSS 14 for Windows. Uji satatistik diawali dengan menguji skor pretes kedua kelompok yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Selanjutnya pengujian dilanjutkan pada pengujian skor postes karena skor pretes kedua kelompok tidak berbeda sginifikan. Uji normalitas menggunakan Chi-Square. Selanjutnya dilakukan uji nonparametrik karena data tidak berdistribusi normal dengan menggunakan uji Mann-Whitney U test. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil nilai rata-rata pretes, postes dan N-Gain KGS siswa untuk masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Gambar 2 di bawah ini. Rata-rata Nilai Pretes dan Postes Keterampilan Generik Sains 80,00 75,81 70,00 61,29 60,00 50,00 Kelas 40,00 30,30 31,63 Eksperimen 30,00 20,00 Kelas Kontrol 10,00 0,00 Pretes Postes Rata-rata N-Gain Keterampilan Generik Sains 0,70 0,60 0,50 0,40 0,30 0,20 0,10 0,00 0,65 0,43 N-Gain Kelas Eksperimen Kelas Kontrol A B Gambar 2. Perbandingan nilai rata-rata pretes, postes dan N-Gain keterampilan generik sains (KGS) antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. 2

Rata-rata N-Gain [April 2012] JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1 Berdasarkan Gambar 2, terdapat perbedaan nilai KGS antara kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk pretest, posttest, dan N-Gain. Perolehan nilai rata-rata pretest kelas eksperimen mencapai 30.30 dan kelas kontrol mencapai 31.63. Sedangkan untuk nilai rata-rata postes pada kelas eksperimen mencapai 75.81 dan kelas kontrol mencapai 61.29. Perolehan rata-rata N-Gain pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol termasuk kategori sedang. Pada kelas eksperimen ratarata N-Gain mencapai 0.65 sedangkan pada kelas kontrol perolehan rata-rata N-Gain mencapai 0.43. Rata-rata perolehan N-Gain KGS secara lebih jauh dapat dilihat dari perbandingan setiap indikatornya. Perbandingan ratarata N-Gain KGS untuk setiap indikator dapat dilihat pada Gambar 3. 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 Rata-rata N-Gain Per Indikator KGS 0,86 0,72 0,72 0,59 0,38 0,28 0,63 0,55 KELAS EKSPERIMEN KELAS KONTROL 0,00 KGS 1 KGS 2 KGS 3 KGS 4 Gambar 3. Perbandingan rata-rata N-Gain tiap indikator keterampilan generik sains antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Keterangan: KGS 1: Pengamatan tak langsung; KGS 2: inferensi logika; KGS 3: hukum sebab akibat; KGS 4: membangun konsep. Berdasarkan Gambar di atas, secara keseluruhan perolehan N- Gain pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Pada Gambar tersebut dapat dilihat bahwa KGS 1 (pengamatan tak langsung) pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol memperoleh N-Gain tertinggi, sedangkan KGS 3 (Hukum sebab akibat) memperoleh N-Gain terendah dari semua indikator KGS. 1

Perolehan rata-rata N-Gain KGS pada kelas eksperimen tertinggi terjadi pada indikator KGS 1 (pengamatan tak langsung) yaitu sebesar 0,86 (kategori tinggi) dan terendah pada indikator ke 3 (hukum sebab akibat) sebesar 0,38 (kategori sedang). Sedangkan pada kelas kontrol perolehan rata-rata N- Gain tertinggi terjadi pada indikator KGS 1 (pengamatan tak langsung) yaitu sebesar 0,72 (kategori tinggi) dan terendah pada indikator KGS 3 (hukum sebab akibat) sebesar 0,28 (kategori rendah). Pengujian statistik pada skor postes KGS dilakukan karena kemampuan awal siswa pada pretes tidak berbeda signifikan. Uji normalitas distribusi data skor postes keterampilan generik sains pada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan menggunakan Chi-Square. Hasil analisis menunjukkan data tidak berdistribusi normal pada masingmasing kelas eksperimen adalah Asymp.Sig 0,001 dan pada kelas kontrol adalah Asymp.Sig 0,003. Selanjutnya dilakukan uji statistik non-parametrik dengan Mann- 2 Whytney U Test untuk melihat tingkat signifikansi perbedaan penguasaan konsep antar kelas penelitian dengan hasil uji diperoleh nilai Asymp.Sig. 0,000. Hasil uji Mann-Whytney ini menunjukkan bahwa pembelajaran sistem saraf dengan CBI bentuk tutorial secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan generik sains siswa dibanding pembelajaran dengan secara konvensional. Keterampilan generik sains yang dikembangkan dalam penelitian ini meliputi pengamatan tak langsung, inferensi logika, hukum sebab akibat, dan membangun konsep. Berdasarkan grafik pada Gambar 2, tampak adanya perbedaan yang nyata pada peningkatan keterampilan generik sains antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Berdasarkan grafik pada Gambar 3 menunjukkan bahwa dari keempat indikator keterampilan generik sains, keterampilan pengamatan tak langsung mengalami peningkatan yang paling tinggi, diikuti keterampilan inferensi logika, membangun konsep dan

hukum sebab akibat. Peningkatan keterampian generik yang terjadi pada setiap indikator pada kelas eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas kontrol. Keterampilan generik sains pada kelas eksperimen yang meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol dapat terjadi karena pada kelas eksperimen para siswa mempunyai kesempatan untuk belajar secara mandiri sehingga menuntut kemampuan berpikirnya (Puspita, 2008) selama pembelajaran berlangsung. Pembelajaran yang dapat mengkondisikan siswa untuk aktif berpikir tersebut merupakan pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan generik dikemukakan oleh Hartono (2006, dalam Puspita, 2008). Pada pembelajaran sistem saraf dengan menggunakan CBI tutorial dapat terus merangsang kemampuan berpikir siswa selama pembelajaran. Hal tersebut dapat terjadi karena sejak awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran siswa terus menggunakan kemampuan berpikirnya untuk mendapatkan informasi yang tersaji dalam paket program pembelajaran sistem saraf. Selama pembelajaran berlangsung siswa dituntut untuk dapat mengeksplorasi materi yang telah tersedia pada program pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, kemampuan berpikir siswa juga dapat terus terangsang dari awal sampai akhir pembelajaran. Gambar, animasi, serta video yang tersaji pada paket pembelajaran tersebut dapat menarik perhatian para siswa. Selain itu, tambahan teks ataupun audio serta perpaduan warna yang menarik membuat para siswa mendapatkan informasi secara lebih jelas. Hal tersebut membuat para siswa lebih mudah dalam memahami materi sistem saraf tersebut. Temuan penelitian ini semakin menegaskan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan teknologi informasi dalam bentuk multimedia dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Secara umum 3

peningkatan keterampilan generik terjadi setelah siswa mengikuti pembelajaran biologi dengan menggunakan multimedia (Tapilouw et al., 2007; Puspita, 2008; Sukmana, 2008). Peningkatan keterampilan generik total pada penelitian ini termasuk kategori sedang yaitu sebesar 0.65. walaupun setiap siswa pada kelas eksperimen mendapatkan pembelajaran yang sama tetapi tidak semua siswa mengalami peningkatan yang tinggi. Hal tersebut dipengaruhi oleh intelegensi, kebiasaan belajar, motivasi siswa dan sebagainya (Puspita, 2008). Pada Gambar 2 juga dapat kita ketahui jika terdapat variasi peningkatan pada setiap indikator keterampilan generik. Keterampilan pengamatan tak langsung menunjukan peningkatan yang paling tinggi. Hal tersebut dipengaruhi oleh aspek dinamisasi yang menarik dari media yang menjelaskan materi sistem saraf manusia. Peranan gambar dan animasi serta simulasi yang terdapat pada media sangat berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan ini. Kemampuan siswa pada keterampilan sebab akibat menunjukan peningkatan yang paling rendah jika dibandingkan dengan tiga indikator yang lain. Hal tersebut terjadi karena pada soal tersebut berkaitan dengan karakteristik materi yang ditanyakan yaitu tentang impuls saraf yang merupakan konsep yang sulit dipahami (Khan, 1993, dalam Ibayati 2002). Selain itu, kemampuan berpikir sebab akibat merupakan salah satu kemampuan yang penting dalam memahami mekanisme fisiologi dan menjadi dasar kesulitan siswa dalam memahami mekanisme fisiologi (Michael et al., 2009). Faktor waktu juga menjadi faktor yang berpengaruh bagi siswa dalam mempelajari latihan mengenai impuls saraf tersebut. Para siswa yang belum terbiasa mengikuti pembelajaran dengan multimedia interaktif tersebut belum bisa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Tetapi, walaupun demikian apabila dibandingkan 4

dengan rata-rata N-Gain pada kelas yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional, rata-rata peningkatan N-Gain pada kelas eksperimen mengalami peningkatan yang lebih tinggi. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka pembelajaran dengan menggunakan CBI bentuk tutorial dapat lebih meningkatkan keterampilan generik sains pada kelas eksperimen jika dibandingkan Ungkapan Terimakasih. Peneliti menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. Liliasari, M.Pd., atas kesempatan dan kepercayaan yang diberikan kepada peneliti untuk dengan kelas konvensional. Ratarata N-Gain untuk kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata N-Gain untuk kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan CBI bentuk tutorial lebih efektif daripada pembelajaran konvensional. terlibat dalam Penelitian Hibah Pascasarjana 2008/2009 ini, serta kepada tim peneliti lainnya atas segala bantuan pelaksanaan dan penyelesaian penelitian ini. Daftar Pustaka Brotosiswoyo, B. S. (2000). Hakikat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi. Proyek Pengembangan Universitas Terbuka. Jakarta: Direktorat Jendral Perguruan Tinggi, Depdiknas. Carin, A.A. 1997. Teaching Science Through Discovery 8th ed. New Jersey: Prentice-Hall, inc. Ibayati, Y. (2002). Analisis Strategi Mengajar pada Topik Sistem Saraf di SMU. Tesis Program Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan. Isaac, S. & Michael, W.B., (1982). Handbook in Research and Evaluation for Education and The Behavioral Sciences, 2nd ed. California; Edits Publisher. Kurniati, T. (2001). Pembelajaran Pendekatan Keterampilan Proses Sains untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Tesis Program Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan. Lazarowitz, R. & Penso, S. (1992). High School Students Difficulties in Learning Biology Concept. Journal of Biological Education 26 (3), 215-223. 5

Lee, A. T., et al. (2002). Using a Computer Simulation to Teach Science Process Skill to College Biology and Elementary Education Majors. Bioscene. Volume 28(4) Desember 2002. Liliasari (2007). Scientific Concept And Generic Science Skill Relationship In The 21 st Century Science Education. Makalah kunci Seminar Internasional Pendidikan IPA ke-1 SPS UPI Bandung pada tanggal 27 Oktober 2007, Bandung. McLaughlin, J., dan Arbeider, D. A., (2008). Evaluating Multimedia-Learning Tools based on Authentic Research Data That Teach Biology Concepts and Environmental Stewardship. Contemporary Issues in Technology and Teacher Education. 8(1), 45-64. Meltzer, D. E. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physic: A Possible Hidden variable in Diagnostic Pretest Score. American Journal of Physics [Online]. 70 (12). 1259-1268. Tersedia: http://www.physicseducation.net/docs/addendum_on_nor malized_gain.pdf [01 Juli 2009]. Michael, J. (2007). What Makes Physiology hard for Students to Learn? Result of a Faculty Survey. Advances in 60 Physiology Education, Volume 31: 34-40. Munir (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta. Puspita, G. N. (2008). Penggunaan Multimedia Interaktif Pada Pembelajaran Konsep Reproduksi Hewan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Keterampilan Generik, dan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX. Tesis Magister pada SPs UPI: tidak diterbitkan. Rustaman, N. Y. (2007). Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah dalam Pendidikan Sains dan Asesmennya. Makalah kunci Seminar Internasional Pendidikan IPA ke-1 SPS UPI Bandung pada tanggal 27 Oktober 2007, Bandung. Salmiyati (2007). Implementasi Teknologi Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran Konsep Saraf untuk Meningkatkkan Pemahaman dan Retensi Siswa. Tesis Program Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan. Sukmana, R. W. (2008). Perbandingan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Multimedia Ilustrasi Statis dan Animasi pada Pembelajaran reproduksi Sel. Tesis Magister pada SPs UPI: tidak diterbitkan.