BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Di seluruh dunia terdapat 75 genus dan spesies bambu. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bambu termasuk salah satu tumbuh-tumbuhan anggota famili Gramineae. Tumbuhan bambu berumpun dan terdiri atas sejumlah

Potensi Tanaman Bambu di Tasikmalaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012 KEANEKARAGAMAN DAN POPULASI BAMBU DI DESA TALANG PAUH BENGKULU TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman yaitu kekayaan spesies dan kemerataan dari kelimpahan setiap

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

KERAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusa sp.) DI KAWASAN TAHURA NIPA-NIPA KELURAHAN MANGGA DUA

TINJAUAN PUSTAKA. Bambu banyak ditemukan di daerah tropis di benua Asia, Afrika, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Fisiografi Wilayah. karakteristik kondisi sosial ekonomi daerah penelitian. Karakteristik kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Ini

Inventarisasi Bambu di Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI BAMBU DI BLOK PENDIDIKAN DAN PENELITIAN TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN. (Skripsi)

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BAMBU DAN FASILITAS HUNIAN

No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Alkohol 70% Mencegah kerusakan akibat jamur dan serangga

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU DI HUTAN KOTA KELURAHAN BUNUT KABUPATEN SANGGAU Bamboo Species Diversity In The Forest City Bunut Sanggau District

Keanekaragaman Bambu dan Manfaatnya Di Desa Tabalagan Bengkulu Tengah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

TINJAUAN PUSTAKA. Bambu Tali. kayu dengan masa panen 3-6 tahun. Bahan berlignoselulosa pada umumnya dapat

Kegunaan bambu SNI 8020:2014

Penelitian ini dilakukan di Desa Desa Pondok Buluh, Kecamatan Dolok. Panribuan, Kabupaten Simalungun. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei

II. TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi sumber daya alam

Keanekaragaman Bambu di Pulau Sumba

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

8. PEMBAHASAN UMUM DAN REKOMENDASI Pembahasan Umum

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

Analisis Vegetasi Hutan Alam

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. dikelompokkan sebagai tanaman berkayu. Bambu tersebar di beberapa belahan

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

IV. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bambu merupakan keluarga rumput, dan memiliki sebutan pula sebagai

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Pengambilan Data Metode Pengumpulan Data Vegetasi :

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum

I. PENDAHULUAN. ekosistem asli (alami) maupun perpaduan hasil buatan manusia yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae,

Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha no. 10 Bandung, Indonesia, Bale Angklung Bandung Jl. Surapati no. 95, Bandung, Jawa Barat, Indonesia

Spermatophyta Angiospermae Dicotyledoneae Araucariales Araucariaceae Agathis Agathis dammara Warb.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

SIFAT-SWAT MORFOLOGIS DAN ANATOMIS LANGKAP (Arenga obtusifolia Blumme Ex. Mart) Haryanto dan Siswoyo'"

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. membentuk bagian-bagian tubuhnya. Dengan demikian perubahan akumulasi biomassa

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta;

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusodae) DALAM KAWASAN HUTAN AIR TERJUN RIAM ODONG DUSUN ENGKOLAI KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

METODE PENELITIAN. Waktu Dan Tempat penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

BAB I PENDAHULUAN. sudah maju maupun di negara yang masih berkembang, di daerah dataran rendah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan

PENDAHULUAN Latar Belakang

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

TINJAUAN PUSTAKA. diklasifikasikan sebagai berikut. Divisi: Spermatophyta; Subdivisi:

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bambu Bambu termasuk ke dalam famili Gramineae, sub famili Bambusoidae dansuku Bambuseae. Bambu biasanya mempunyai batang yang berongga, akar yang kompleks, serta daun berbentuk pedang dan pelepah yang menonjol. Bambu adalah tumbuhan yang batangnya berbentuk bulat, beruas, berbuku-buku, berongga, mempunyai cabang, berimpang, dan mempunyai aur batang yang menonjol (Dransfield dan Widjaja 1995). Dalam kondisi normal, pertumbuhan bambu lurus ke atas dan ujung batang melengkung karena menopang berat daun. Tinggi tanaman bambu berkisar antara 0,3-30 m. Dengan diameter batang 0,25-25 cm dan ketebalan dindingnya mencapai 25 mm. Batang bambu berbentuk silinder, terdiri dari banyak ruas/buku-buku dan berongga pada setiap ruasnya (Winarto dan Ediningtyas, 2012). Indonesia diperkirakan memiliki 157 jenis bambu yang merupakan lebih dari10% jenis bambu di dunia. Jenis bambu di dunia diperkirakan terdiri atas 1.250-1.350 jenis. Di antara jenis bambu yang tumbuh di Indonesia, 50% di antaranya merupakan bambu endemik dan lebih dari 50% merupakan jenis bambu yang telah dimanfaatkan oleh penduduk dan sangat berpotensi untuk dikembangkan (Widjaja dan Karsono, 2004). 5

Klasifikasi Bambu dalam Widjaja (2001b) adalah sebagai berikut : Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Subfamili Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledoneae : Graminales : Gramineae : Bambusoideae : Schizostachyum, Dendrocalamus, Bambusa : Schizostachyum brachycladum, Dendrocalamus asper, Bambusa vulgaris. 2.2 Deskripsi beberapa jenis Bambu Bambu merupakan jenis rumput-rumputan dan mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi. Beberapa jenis bambu mampu tumbuh hingga sepanjang 60 cm dalam sehari. Berikut beberapa jenis (spesies) bambu yang ditemukan tumbuh di Indonesia. 2.2.1 Bambu Tali Bambu Tali (Gigantochloa apus (J.A & J. H. Schultes) Kurz memiliki nama daerah pring tali,pring apus (jawa), awi tali (Sunda). Tumbuh di daerah tropis yang lembab dan juga di daerah yang kering. Rebung hijau tertutup bulucoklat dan hitam. Buluh tingginya mencapai 22 m dan lurus. Pelepah batang tidak mudah luruh, tertutup bulu hitam atau coklat. Salah satu kegunaannya adalah untuk bahan bangunan (Widjaja, 2001b). 6

2.2.2 Bambu Mayan Bambu Mayan (G. robusta Kurz) memiliki nama daerah bambu mayan (Indonesia), awi mayan (Sunda). Tumbuh baik di daerah tropis yang lembab dan kering. Rebung hijau muda tertutup bulu coklat hingga hitam. Buluh tingginya mencapai 20 m dan lurus. Pelepah buluh tertutup bulu hitam, mudah luruh padabuluh yang tua, pada buluh muda pelepah masih melekat terutama dibagian pangkal buluh. Penduduk setempat menggunakan batangnya sebagai tempat air dan juga alat musik tradisional tetapi industri bambu juga sudah memanfaatkan batangnya untuk industri sumpit (Widjaja, 2001b). 2.2.3 Bambu Hitam Bambu Hitam (G. atroviolaceae Widjaja) memiliki nama daerahpring wulung (Jawa). Bambu ini disebut bambu hitam karena warna batangnya hijau kehitam-hitaman atau ungu tua. Rumpun bambu hitam agak panjang. Pertumbuhan bambu ini pun agak lambat. Batangnya tegak dengan tinggi 20 m. Panjang ruas-ruasnya 40-50 cm,tebal dinding buluhnya 8 mm, dan garis tengah buluhnya 6-8 cm. Pelepah batang bambu ini selalu miang yang melekat berwarna cokelat tua. Pelepah ini mudah gugur serta kuping pelepah berbentuk bulat dan berukuran kecil (Widjaja dan Karsono, 2004). Menurut Saefudin dan Rostiwati (2010), pemanfaatan bambu hitam oleh masyarakat Indonesia termasuk tinggi karena dianggap memiliki fungsi serbaguna, mudah diperoleh dan dengan harga yang terjangkau. Komoditi bambu 7

ini juga banyak dilirik oleh eksportir, terutama dalam bentuk barang kerajinan, cenderamata, aksesoris dan perangkat rumah dari bambu. 2.2.4 Bambu Andong Bambu Andong (G. pseudoarundinaceae Widjaja) memiliki nama daerah bambu gombong (Indonesia), pring gombong, pring andong, pring surat (Jawa), awi andong, awi gombong (Sunda). Tumbuh di dataran rendah mencapai ketinggian 1500 m dpl dan tumbuh baik di daerah tropis yang lembab. Rebung hijau dengan garis-garis kuning yang tertutup bulu coklat sampai hitam. Tinggi buluh mencapai 7-30 m dan lurus. Pelepah batang tertutup bulu coklat, mudah luruh. Biasanya banyak digunakan untuk bahan bangunan, pipa air dan alat musik tradisional. Perusahaan bambu telah menggunakannya sebagai bahan baku sumpit (Widjaja 2001a). Bambu Andong dapat diproduksi setelah rumpun berumur lima tahun. Pada umur lima tahun terdapat 16 batang/rumpun dan setelah itu setiap tahun dapat dipanen 8-12 batang/rumpun/tahun dengan rotasi 2 tahun. Perbanyakan tanaman dapat menggunakan stek rimpang, stek batang, stek cabang dan biji. 2.2.5 Bambu Ater Bambu Ater (G. Atter (Hassk.) Kurz) memiliki nama daerah pering (Manggarai), pring ater (Jawa), awi ater (Sunda), au toro (Tetun), oopa i (Bima). Tumbuh baik di daerah lembab tropis, tetapi masih dapat tumbuh dengan baik di daerah kering dari dataran rendah sampai tinggi. Dicirikan oleh buluh hijau tua, gundul atau dengan bulu coklat tersebar, bagian bawah bukunya sering bergaris putih melingkar. Ruas pada bagian bawah buluh tidak terlalu pendek tetapi lebih 8

pendek daripada bagian tengahnya. Rebungnya hijau sampai gelap dengan bulu hitam melekat. Batangnya bisa mencapai ketinggian 30 m, panjang ruas rumpun dewasa mencapai 40 cm, dengan diameter 5-8 cm dengan buku-buku keputihputihan. Pada buku-buku batang bagian bawah terdapat beberapa akar udara. Percabangan tumbuh 1,5 m dipermukaan tanah, satu cabang lebih besar daripada cabang lainnya. Pelepah buluh tertutup bulu hitam tersebar, kuping pelepah buluh membulat sampai agak melengkung keluar dengan bulu kejur panjangnya mencapai 6 mm, ligula menggerigi tidak beraturan dengan tinggi 3-6 mm (Widjaja, 2001b). 2.2.6 Bambu Betung Bambu Betung (D. asper (Schult.f) Backer ex Heyne) memiliki nama daerah yaitu pring petung (Jawa) dan awi bitung (Sunda). Jenis bambu ini tumbuh dengan baik di tanah alluvial di daerah tropika yang lembab dan basah,tetapi bambu ini juga tumbuh di daerah yang kering di dataran rendah maupun dataran tinggi. Bambu betung memiliki bentuk rumpun simpodial, tegak dan padat. Rebung berwarna hitam keunguan, tertutup bulu berwarna coklat hingga kehitaman. Tinggi batang mencapai 20 m, lurus dengan ujung melengkung. Pelepah buluh mudah luruh tertutup buluh hitam hinggga coklat tua (Sutiyono, Sukardi dan Durahim, 1989). Bambu Betung (D. asper (Schult.f) Backer ex Heyne) memiliki sifat yang keras dan baik untuk bahan bangunan. Perbanyakan bambu betung dilakukan dengan potongan batang atau cabangnya. Jenis bambu ini dapat ditemukan di dataran rendah sampai ketinggian 2000 mdpl. Bambu iniakan 9

tumbuh baik bila tanahnya cukup subur, terutama di daerah yang beriklim tidak terlalu kering (Berlian dan Rahayu, 1995). 2.2.7 Bambu Lemang (Schizostachyum brachycladum Kurz) Tumbuh di daerah tropis yang lembap dan juga terdapat di daerah kering baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Bentuk rebung ramping, pelepah rebung berwarna kuning kecoklatan, kuping pelepah rebung menggaris, posisi daun pelepah rebung tegak. Batang tegak dengan tingginya mencapai 16 m, diameter mencapai 7 cm, ruas panjangnya 30-40 cm dengan dinding yang tipis, tebalnya mencapai 6 mm, pelepah mudah luruh, panjang pelepah 10-25 cm, dan pelepah berwarna coklat muda, kuping pelepah bentuknya menggaris, ujung kuping pelepah tegak, dan terdapat kejur pada kuping pelepah, pinggiran ligula rata, posisi daun pelepah tegak, panjang daun pelepah 10 cm, dan pangkal pelepah melebar. Percabangan lebih dari 20 cabang yang ukurannya sama, percabangan muncul pada 1-2 m di atas permukaan tanah (Arianasa, 2005). 2.2.8 Bambu Suling (Schizostachyum blumei Nees) Tumbuh baik di tanah-tanah kering dan pinggir sungai. Rebung mudah dengan garis coklat ditutupi buluh hitam. Batang tegak dan tinggi mencapai 8 m. Buluh muda diselimuti bulu hitam, masih hujan berwarna hijau, setelah tua buluh warna hijau tidak mengkilat, panjang ruas 50-90 cm diameter batang 6-8 cm, tebal tebal dinding 4 mm, Pelepah buluh tidak mudah luruh, tertutup bulu coklat, kuping pelepah buluh berkuping keluar, panjang pelepah buluh 25 cm dan lebar 10

16 cm, percabangan dimulai dari ruas ke empat, Daun: Lebar daun 6 cm, panjang 30 cm, ujung meruncing, tepi daun rata, berwarna hijau (Arianasa, 2005). 2.2.9 Bambusa blumeana J.A. & J.H. Schult Tumbuh baik di daerah lembap, daerah kering di kawasan tropis dan tanah yang asam. Jenis ini sangat cocok tumbuh di daerah kering. Rebung masih muda hijau kekuningan, kadang hijau dengan garis-garis kuning pada pelepahnya. Batangnya mempunyai tinggi mencapai 25 m, diameter mencapai 15 cm, dinding tebalnya mencapai 3 cm, ruas panjangnya 25-60 cm, gundul, hijau dengan bukubuku yang menonjol jelas. Buku-buku pada buluh bagian pangkal tertutup akar udara dan pada cabang lateral keluar duri dari ketiak cabang. Percabangan muncul di seluruh buku-bukunya, cabang umumnya tumbuh secara horizontal dan ditumbuhi duri tegak atau melengkung, satu cabang lebih besar daripada cabang lainnya. Pelepah mudah luruh. Daun pada bagian bawah memutih, gundul, kuping pelepah daunnya kecil dengan panjang kejur antara 3-5 mm (Nadeak, 2009). 2.3 Morfologi Tanaman Bambu Bambu tergolong keluarga Gramineae (rumput-rumputan) disebut juga Hiant Grass (rumput raksasa), berumpun dan terdiri dari sejumlah batang (buluh) yang tumbuh secara bertahap, dari mulai rebung, batang muda dan sudah dewasa pada umur 3-4 tahun. Batang bambu berbentuk silindris, berbuku-buku, beruasruas berongga, berdinding keras, pada setiap buku terdapat mata tunas atau cabang (Yani, 2004). 11

2.3.1 Akar Rimpang Akar rimpang terdapat di bawah tanah dan membentuk sistem percabangan yang dapat dipakai untuk membedakan kelompok bambu.ada dua macam sistem percabangan akar rimpang yaitu pakimorf (dicirikan oleh akar rimpangnya yang simpodial) dan leptomorf (dicirikan oleh akar rimpangnya yang monopodial) (Widjaja, 2001a). 2.3.2 Rebung Rebung merupakan bambu muda yang muncul dari permukaan dasar rumpun dan rhizom. Pada awalnya berbentuk tunas mata tidur yang pertumbuhannya lambat dan dengan perkembangannya membentuk kerucut yang merupakan bentuk permulaan dari perkembangan batang. Rebung terdiri dari batang-batang yang masif dan pendek sekali yang terbungkus berlapis-lapis bahan makanan dan dilindungi oleh sejumlah pelepah rebung yang kaku (Sutiyono., Hendromono., Marfu ah dan Ihak, 1996). 2.3.3 Batang Pada batang bambu terdapat buku-buku batang, pada buku-buku batang biasanya terdapat mata tunas, demikian juga pada cabang-cabang dan rimpangnya. Pada bagian tanaman terdapat organ-organ daun yang menyelimuti batang yang disebut pelepah batang. Biasanya pada batang yang sudah tua, pelepah batangnya mudah gugur. Pada ujung pelepah batang terdapat perpanjangan tambahan yang berbentuk segitiga dan disebut subang, yang biasanya gugur lebih dahulu. Bentuk seperti pelepah ini terdapat juga pada cabang-cabang tetapi ukurannya agak besar dan panjang serta selalu hijau dan dikenal sebagai daun bambu, serta pelepahnya 12

disebut pelepah daun. Daun bambu berbentuk pita dengan tulang daun yang sejajar. Pelepah daun ditutupi oleh bulu-bulu halus berwarna coklat atau hitam yang disebut miang. Bila bulu-bulu pada pelepah daun ini tersentuh, maka akan mengakibatkan rasa gatal (Berlian dan Rahayu, 1995). 2.3.4 Percabangan Percabangan pada umumnya terdapat di atas buku-buku. Cabang dapat digunakan sebagai ciri penting untuk membedakan marga bambu. Pada marga Bambusa, Dendrocalamus dan Gigantochloa sistem percabangan memiliki satu cabang yang lebih besar daripada cabang lainnya yang lebih kecil. Cabang lateral bambu yang tumbuh pada batang utama, biasanya berkembang ketika buluh mencapai tinggi maksimum. Pada beberapa marga, cabang muncul tepat di atas tanahmisalnya pada Bambusa dan menjadi rumpun pada sekitar dasar rumpun dengan duri atau tanpa duri (Widjaja, 2001b). 2.3.5 Tempat Tumbuh Pertumbuhan setiap tanaman tidak terlepas dari pengaruh kondisi lingkungannya. Dengan demikian perlu diperhatikan faktor-faktor yang berkaitan dengan syarat tumbuh tanaman bambu. Faktor lingkungan terebut meliputi jenis iklim dan jenis tanah. Lingkungan yang sesuai dengan tanaman bambu adalah yang bersuhu sekitar 8,8 C-36 C. Bambu dapat tumbuh pada tanah yang bereaksi masam dengan ph 3,5 dan umumnya menghendaki tanah yang ph nya 5,0 sampai 6,5. Pada tanah yang subur tanaman bambu akan tumbuh dengan baik karena kebutuhan makanan bagi tanaman tersebut akan terpenuhi (Berlian dan Rahayu, 1995). 13

a. Iklim Tanaman bambu tumbuh di berbagai tipe iklim, mulai dari tipe curah hujan A, B, C, D sampai E dari iklim basah sampai kering. Semakin basah tipe iklimnya makin banyak jenis bambu yang dapat tumbuh dengan baik, karena untuk pertumbuhannya bambu membutuhkan banyak air. Curah hujan yang dibutuhkan untuk tanaman bambu minimum 1.020 mmper tahun. Kelembapan udara yang dikehendaki minimum 80% (Winarto dan Ediningtyas, 2012). b. Tanah Bambu dapat tumbuh di berbagai kondisi tanah, mulai dari tanahberat sampai tanah ringan, tanah kering sampai tanah becek dandari tanah subur sampai tanah tandus. Beberapa jenis tanah yang terdapat di pusat bambu di Indonesia adalah jenis tanah campuran antara Latosol Coklat dengan Regosol Kelabu serta Andosol Coklat Kekuningan. Perbedaan jenis tanah sangat berpengaruh terhadap kemunculan rebung bambu (Winarto dan Ediningtyas,2012). 2.4 Manfaat Bambu Bambu merupakan jenis tanaman yang kaya manfaat. Tanaman bambu dapat dimanfaatkan mulai dari akar, batang, daun, hingga rebungnya. Manfaat bambu tersebut antara lain : 2.4.1 Akar Akar tanaman bambu dapar berfungsi sebagai penahan erosi guna mencegah bahaya kebanjiran. Akar bambu juga dapat berperan dalam menanganai limbah beracun akibat keracunan merkuri. Bagian tanaman ini menyaring air yang 14

terkena limbah tersebut melalui serabut-serabut akarnya (Berlian dan Rahayu, 1995). 2.4.2 Batang Batang bambu merupakan bagian yang paling banyak digunakan untuk dibuat berbagai macam keperluan mulai dari sebagai bahan bangunan, bahan kerajinan dan bahan pembuatan perkakas rumah tangga. Batang bambu baik masih muda maupun sudah tua dalam keadaan bulat atau sudah dibelah-belah dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Batang bambu dapat dimanfaatkan untuk komponen bangunan rumah, komponen konstruksi jembatan, pipa saluran air dan lain-lain. Batang bambu yang sudah dibelah-belah banyak dimanfaatkan untuk industri kerajinan dalam bentuk anyaman atau ukiran untuk keperluan hiasan, perabot rumah tangga dan lain-lain (Winarto dan Ediningtyas, 2012). 2.4.3 Daun Daun bambu dapat digunakan sebagai alat pembungkus, misalnya makanan kecil seperti uli dan wajik. Selain itu didalam pengobatan tradisional daun bambu dapat dimanfaatkan untuk mengobati demam panas pada anak-anak. Hal ini disebabkan karena daun bambu mengandung zat yang bersifat mendinginkan (Berlian dan Rahayu, 1995). 2.4.4 Rebung Rebung bambu merupakan tunas bambu muda yang muncul dari dalam tanah yang tumbuh dari rimpang/rhizoma bambu, umumnya rebung masih diselubungi oleh pelepah daun yang ditutupi bulu-bulu halus berwarna kehitaman. Rebung ada yang berbentuk ramping sampai agak membulat mencapai tinggi 15

hingga 30 cm. Rebung bambu dapat dimanfaatkan sebagai bahan sayuran segar yang dikemas dan diawetkan sebagai sayuran kaleng. Rebung bambu dalam kaleng merupakan salah satu komoditas ekspor yang diminati masyarakat di Jepang, Korea dan Cina. Rebung bambu yang enak dikonsumsi adalah jenis bambu ater dan bambu betung(winarto dan Ediningtyas, 2012). 2.4.5 Tanaman Hias Tanaman bambu banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias, mulai dari jenis bambu kecil hingga jenis bambu besar yang banyak ditanam sebagai tanaman pagar di pekarangan. Selain itu terdapat jenis-jenis bambu hias lain yang dapat dimanfaatkan untuk halaman pekarangan yang luas, halaman terbatas dan untuk pot. Saat ini bambu hias banyak dicari konsumen, alasannya adalah penampilan tanaman bambu yang unik dan menawan sehingga bambu banyak ditanam sebagai elemen taman yang bergaya Jepang (Rahayu, 1995). 1.5 Analisa Vegetasi Analisa vegetasi adalah cara mempelajari keadaan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegatasi dan masyarakat tumbuh-tumbuhan. Dalam ekologi hutan umumnya yang diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit. Analisis vegetasi agak berlainan dari inventarisasi hutan yang titik beratnya terletak pada komposisi jenis pohon. Perbedaan ini akan mempengaruhi cara sampling. Random sampling hanya mungkin digunakan apabila lapangan dan vegetasinya homogen, misalnya padang rumput dan hutan tanaman (Ishemat dan Danandry, 1992). 16

2.5.1 Petak Tunggal Pada cara ini kita hanya mempelajari satu petak sampling yang mewakili suatu tegakan hutan. Besarnya petak tidak boleh terlalu kecil hingga tidak menggambarkan keadaan tegakan yang dipelajari. Ukuran minimum dari suatu petak tunggal tergantung pada kerapatan tegakan dan banyaknya jenis-jenis pohon yang terdapat. Makin jarang tegakannya, maka makin besar ukuran petak tunggal yang digunakan. Ukuran minimum ini ditetapkan dengan menggunakan kurva spesies area. Caranya dengan mendaftarkan jenis-jenis pohon yang terdapat dalam suatu petak kecil. Ukuran petak ini lalu diperbesar dua kali dan jenis-jenis pohon yang terdapat didaftarkan pula. 2.5.2 Petak Ganda Pada cara ini pengambilan contoh dilakukan dengan menggunakan banyak petak contoh yang letaknya tersebar merata, sebaiknya secara sistematik. Banyaknya petak contoh baik untuk pohon-pohonan, maupun untuk semak dan tumbuhan bawah serta untuk permudaan pohon, berbagai ahli berlainan pendapat. Menurut Oosting (1942) dalam Soerianegara dan Danandry (1983), ukuran petak contoh untuk pohon 10 m 10 m, 4 m 4 m untuk tumbuhtumbuhan semak sampai tinggi 3 meter, 1 m 1 m untuk tumbuhan bawah dan semak-semak kecil. Sedangkan menurut soerianegara (1967) dalam dan Danandry (1983), mulau menggunakan petak-petak: 0,1 ha untuk pohon; 0,01 ha untuk semak dan sampling; 0,001 ha tumbuh-tumbuhan bawah dan seedling. Di indonesia lazim digunakan petak 0,1 ha untuk pohon dan petak 2 m 2 m untuk seedling. 17

2.5.3 Jalur atau Transek Untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya, paling baik digunakan cara jalur atau transek. Cara ini paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi dan elevasi. Suatu kelompok hutan minimal harus ada 5 jalur dengan jarak antara 1-5 km yang disesuaikan dengan keadaan lapangan. Untuk memudahkan perisalahan tegakan dan pengukuran pohon, jalur yang lebarnya 10 m dibagi menjadi petakpetak kontinyu berukuran 10 m 10 m, sedangkan untuk jalur yang lebarnya 20 m dibagi menjadi petak-petak kontinyu yang berukuran 20 m 20 m. Di dalam jalur untuk pohon yang lebarnya 20 m dapat di buat jalur untuk pohon kecil, semak dan sampling yang lebarnya 10 m, dibagi menjadi petak-petak kontinu yang berukuran 10 m 10 m dan jalur untuk tumbuhan bawah dan seedling yang lebarnya 2 m dibagi menjadi petak kontinyu berukuran 2 m 5 m atau 2 m 2 m (Soerisnegara dan Danandry, 1983). 2.5.4 Garis Berpetak Cara ini dapat dianggap sebagai modifikasi cara petak ganda atau cara jalur. Sebagai modifikasi cara jalur, cara garis berpetak ini terjadi dengan jalan melompati satu atau lebih petak-petak dalam jalur. Jadi sepanjang rintis terdapat petak-petak pada jarak tertentu yang sama. Petak-petak pada cara garis berpetak ini dapat berbentuk persegi panjang, bujur sangkar atau lingkaran. Besarnya petak-petak itu 10 m 10 m, 20 m 20 m, atau 20 m 50 m atau lingkaran beradius 17,8 m (0,1 ha). Sebagaimana pada 18

petak ganda dan jalur pada cara garis berpetak pun di dalam petak untuk pohon dapat dibuat petak-petak yang lebih kecil untuk permudaan (Soerisnegara dan Danandry, 1983). Menurut Kusmana (1977) dalam kegiatan-kegiatan penelitian di bidang ekologi hutan seperti halnya bidang ilmu lainnya yang bersangkut paut dengan sumber daya alam dikenal dua tipe pengukuran untuk mendapatkan informasi/data yang diinginkan. Kedua jenis pengukuran tersebut adalah pengukuran yang bersifat merusak (destructive measure) dan pengukuran yang bersifat tidak merusak (non-destructive measure). Untuk keperluan penelitian agar hasil datanya dapat dianggap sah (valid) secara statistik, penggunaan kedua jenis pengukuran tersebut mutlak harus menggunakan satuan contoh (sampling unit), apalagi bagi seorang peneliti yang mengambil obyek hutan dengan cakupan areal yang cukup luas. Pemilihan metode sampling akan digunakan bergantung pada keadaan morfologi jenis tumbuhan daan penyebarannya, tujuan penelitian dan biaya tenaga yang tersedia. Bentuk unit sampling dalam survey vegetasi dapat berupa kuadrat, garis dan titik. Identifikasi merupakan salah satu bagian dari analisis vegetasi, sebelum kita menganalisis mengenai pertumbuhan dari vegetasi tersebut terlebih dahulu kita mengidentifikasi jenis-jenis vegetasi yang ada. Dimana identifikasi suatu pohon dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Cara yang palin populer dan paling kurang ilmiah adalah membandingkan atau menyamakan tumbuhan yang ingin diketahui itu dengan gambar-gambar di dalam manual atau dengan material 19

herbarium yang sudah diketahui identitasnya. Cara yang paling cepat dalam memuaskan tentunya adalah pergi ke lapangan bersama-sama seseorang yang mengetahui benar-benar berbagai jenis. Walaupun demikian, kelangkaan akan keterampilan dalam identifikasi akan dapat dimiliki, apabila terampil juga dalam menggunakan buku kunci yang menyajikan alat untuk menempatkan kembali bentuk-bentuk yang telah dilupakan atau menemukan identitas sesuatu yang baru. Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) danbentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Analisis vegetasibertujuan untuk mengetahui seberapa besar sebaran berbagai spesies dalam suatu area melalui pengamatan langsung. Menurut Indriyanto (2006) untuk kepentingan deskripsi suatu komunitas tumbuhan diperlukan minimal tiga macam parameter kuantitatif antara lain densitas, frekuensi, dan dominasi. Beberapa parameter kuantitatif dalam analisis komunitas tumbuhan adalah sebagai berikut : 1) Densitas/kerapatan Densitas merupakan jumlah individu per unit luas atau volume. Dengan kata lain densitas merupakan jumlah individu organisme persatuan ruang. Untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan, istilah yang mempunyai arti sama dengan densitas dan sering digunakan kerapatan yang diberi notasi K. Nilai kerapatan menurut Nilai Buku Mutu Lingkungan (Kepmen, KLH.No 02/ 1998) yang membagi kerapatan menjadi 5 kategori yaitu : kerapatan > 201 tergolong sangat tinggi, kerapatan 101-200 tergolong tinggi, kerapatan 51-100 tergolong sedang, kerapatan 21-50 tergolong rendah, dan kerapatan < 20 tergolong sangat rendah. 20

2) Frekuensi Frekuensi spesies tumbuhan adalah jumlah petak contoh ditemukannya suatu spesies dari jumlah petak contoh yang dibuat nilai frekuensi tiap spesies dikelompokkan kedalam lima kelas sebagai berikut: kelas A yaitu spesies spesies yang mempunyai frekuensi 1-20 % tergolong sangat rendah, kelas B yaitu spesiesspesies yang mempunyai frekuensi 21-40 % tergolong rendah, kelas C yaitu spesies-spesies yang mempunyai frekuensi 41-60 % tergolong sedang, kelas D spesies-spesies yang mempunyai frekuensi 61-80 % tergolong tinggi, kelas E spesies-spesies yang mempunyai frekuensi 81-100 % tergolong sangat tinggi (Indriyanto, 2006). 3) Indeks Nilai Penting Indeks nilai penting (importance value index) adalah parameter kualitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi (tingkat penguasaan) spesies-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan. Spesies-spesies yang dominan dalam suatu komunitas tumbuhan akan memiliki indeks nilai penting yang tinggi, indeks nilai penting dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut : INP = KR + FR + DR 21