Aplikasi Rekursifitas pada Algoritma Viola Jones

dokumen-dokumen yang mirip
Pengenalan Bahasa Isyarat Tangan Menggunakan Metode PCA dan Haar-Like Feature

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Penerapan Konsep Rekursifitas pada Karya Seni Nesting Dolls

Penerapan Teori Graf dan Graf Cut pada Teknik Pemisahan Objek Citra Digital

PERANCANGAN APLIKASI DETEKSI WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA VIOLA-JONES

BAB II LANDASAN TEORI

DETEKSI DAN REPRESENTASI FITUR MATA PADA SEBUAH CITRA WAJAH MENGGUNAKAN HAAR CASCADE DAN CHAIN CODE

APLIKASI PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN METODE EIGENFACE DENGAN BAHASA PEMROGRAMAN JAVA

APLIKASI PENGOLAHAN CITRA SEBAGAI PENDETEKSI JARI PADA VIRTUAL KEYPAD

Aplikasi Pohon Pencarian Biner Seimbang sebagai Memo Table Dynamic Programming

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

Penerapan Rekursif dan Analisa Kompleksitas Algoritma Pada Brute Force Login

Implementasi Logika Penurunan Persamaan Aritmatika pada Program Komputer

Deteksi Wajah Menggunakan Program Dinamis

Analisis Penggunaan Algoritma RSA untuk Enkripsi Gambar dalam Aplikasi Social Messaging

AUTOMATIC HEAD ROTATING SYSTEM PADA DIGITAL PET MEMANFAATKAN FACE DETECTION

Optimasi Perhitungan Bilangan Fibonacci Menggunakan Program Dinamis

Prototype Pendeteksi Jumlah Orang Dalam Ruangan

Penyelesaian Persoalan Penukaran Uang dengan Program Dinamis

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. Tahap & Hasil Langkah Penelitian Literatur & Referensi. Memahami konsep deteksi wajah

Optimasi Konversi String Biner Hasil Least Significant Bit Steganography

Optimalisasi Susunan Tempat Duduk Kereta Api Menggunakan Algoritma Greedy dan Program Dinamis

Pertemuan 2 Representasi Citra

PELACAKAN DAN DETEKSI WAJAH MENGGUNAKAN VIDEO LANGSUNG PADA WEBCAM ABSTRAK ABSTRACT

Sistem Deteksi Wajah Dengan Modifikasi Metode Viola Jones

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Perancangan sistem dimulai dari penempatan posisi kamera dengan posisi yang

Implementasi Algoritma Boyer-Moore untuk Memanipulasi Foto dengan Magic Color

BAB II LANDASAN TEORI

Mendeteksi Blob dengan Menggunakan Algoritma BFS

APLIKASI MENGHITUNG JUMLAH KENDARAAN RODA EMPAT MENGGUNAKAN ALGORITMA VIOLA JONES PROPOSAL SKRIPSI

Penerapan Relasi Rekursif dan Matriks dalam Partisi Bilangan Bulat

ESTIMASI FUNGSI SPASIAL PADA IDENTIFIKASI FITUR WAJAH

Implementasi Algoritma DFS pada Pewarnaan Gambar Sederhana Menggunakan Bucket tool

Mendapatkan Keuntungan Investasi Tertinggi dengan Memanfaatkan Algoritma Dynamic Programming

Solusi Rekursif pada Persoalan Menara Hanoi

Pengembangan Metode Pencegahan Serangan Enhanced LSB

Penyelesaian Barisan Rekursif dengan Kompleksitas Logaritmik Menggunakan Pemangkatan Matriks

Teknik Penyisipan Pesan pada Kanal Citra Bitmap 24 bit yang Berbeda-beda

Teknik face-detection yang akan digunakan adalah teknik yang

SISTEM PENDETEKSI JUMLAH MOBIL DALAM INTELLIGENT TRANSPORT SYSTEM (ITS) MENGGUNAKAN METODE VIOLA-JONES

Pendeteksian Deadlock dengan Algoritma Runut-balik

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. melacak badan manusia. Dimana hasil dari deteksi atau melacak manusia itu akan

Penentuan Palet Warna pada Gambar Raster dengan Algoritma Divide and Conquer

Pemanfaatan Kriptografi Visual untuk Pengamanan Foto pada Sistem Operasi Android

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang sangat populer saat ini. Dengan ilmu pengetahuan ini, teknologi di

Implementasi Pencocokan String Tidak Eksak dengan Algoritma Program Dinamis

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pencarian Potongan Gambar Menggunakan Algoritma Boyer Moore

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Perbandingan Algoritma Pencarian Kunci di dalam Himpunan Terurut Melalui Linear Search dan Binary Search

Analisis Kompleksitas Algoritma dalam Operasi BigMod

BAB 3 ANALISIS & PERANCANGAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) Mata Kuliah : Struktur Data Kode : TIS3213 Semester : III Waktu : 1 x 3 x 50 Menit Pertemuan : 3

Strategi Algoritma Penyelesaian Puzzle Hanjie

Perbandingan Kriptografi Visual dengan Penyembunyian Pesan Gambar Sederhana Adobe Photoshop

Implementasi Algoritma Runut Balik dalam Pengenalan Citra Wajah pada Basis Data

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. secara otomatis. Sistem ini dibuat untuk mempermudah user dalam memilih locker

Pengembangan Fungsi Random pada Kriptografi Visual untuk Tanda Tangan Digital

Penyelesaian Masalah Closest Pair dengan Algoritma Divide and Conquer

Penerapan Algoritma Greedy untuk Permainan Flood It

Penerapan Algoritma Pencocokan String Boyer-Moore untuk Keamanan Komputer

Pohon Quad untuk Merepresentasikan Gambar

Aplikasi Teori Kombinatorial Dalam Penomeran Warna

Aplikasi Rekursif dalam Analisis Sintaks Program

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

Aplikasi Sensor Vision untuk Deteksi MultiFace dan Menghitung Jumlah Orang

Analisa Keputusan Manajemen dengan Pemrograman Dinamis

Implementasi Metode Jumlah Riemann untuk Mendekati Luas Daerah di Bawah Kurva Suatu Fungsi Polinom dengan Divide and Conquer

Pemanfaatan Algoritma Program Dinamis dalam Pendistribusian Barang

Studi Digital Watermarking Citra Bitmap dalam Mode Warna Hue Saturation Lightness

Program Dinamis Sebagai Algoritma Dalam Link State Routing Protocol

Aplikasi Pola Fraktal pada Desain Kain Gringsing Cemplong Tenganan Bali

BAB II DASAR TEORI. CV Dokumentasi CV berisi pengolahan citra, analisis struktur citra, motion dan tracking, pengenalan pola, dan kalibrasi kamera.

pengambilan citra video, pemrosesan citra pada setiap frame,, pendeteksian objek

HUMAN COUNTER DENGAN METODE FACE DETECTION MENGGUNAKAN OPENCV PADA PLATFORM ANDROID TUGAS AKHIR

Analisis Kompleksitas Waktu Untuk Beberapa Algoritma Pengurutan

Perbandingan Algoritma Depth-First Search dan Algoritma Hunt-and-Kill dalam Pembuatan Labirin

Aplikasi String Matching dalam Analisis Cap Bibir

Penerapan Pewarnaan Graf dalam Perancangan Lalu Lintas Udara

BAB III PROSEDUR DAN METODOLOGI. banyak dipelajari dan dikembangkan saat ini, baik oleh para pelajar, maupun para ahli.

BAB II LANDASAN TEORI. Kamera web (singkatan dari web dan camera) merupakan sebuah media

TRIPLE STEGANOGRAPHY

Penerapan Algoritma Greedy dalam Pembuatan Artificial Intelligence Permainan Reversi

Penerapan strategi runut-balik dalam penyelesaian permainan puzzle geser

Penerapan Kombinatorial untuk Menghitung Kekuatan Sandi dari Serangan Brute-Force

Penerapan Algoritma Brute Force dan Backtracking pada Permainan Skycraper

Eksplorasi Algoritma Brute Force, Greedy, dan Dynamic Programming untuk Persoalan Integer Knapsack

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Aplikasi Graf untuk Penentuan Aksi Robot Sepak Bola (Robosoccer)

Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt

APLIKASI DETEKSI WAJAH PEGAWAI BUS TRANS SEMARANG

PENERAPAN ALGORITMA PATTERN MATCHING KNUTH-MORRIS-PRATT DALAM PROGRAM MOUSE CAM

BAB 1 PENDAHULUAN. Sudah tidak diragukan lagi bahwa penerapan teknologi komputer dan teknologi informasi

Implementasi Pohon Keputusan untuk Membangun Jalan Cerita pada Game Engine Unity

Algoritma Euclidean dan Struktur Data Pohon dalam Bahasa Pemrograman LISP

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING )

Multithreading untuk Algoritma Divide and Conquer

Transkripsi:

Aplikasi Rekursifitas pada Algoritma Viola Jones Maulana Akmal - 13516084 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia 13516084@std.stei.itb.ac.id Abstrak Pada kehidupan sehari-hari kita sering menemukan hal-hal yang dilakukan berulang-ulang atau rekursif. Sering kali hal tersebut menyebabkan kurangnya efesiesi waktu dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Kenyataan ini menyebabkan para ilmuan untuk melakukan studi lebih lanjut dalam hal ini. Studi tersebut membuahkan hasil yang sangat berguna untuk memecahkan permasalahan saat ini. Salah satu penerapan rekursifitas yang sangat menarik adalah pada algoritma viola jones untuk mendeteksi suatu objek tertentu pada gambar. Kata Kunci Viola Jones, Rekursif. I. PENDAHULUAN Pada zaman ini teknologi informasi telah berkembang sehingga berada pada puncaknya. Salah satu buah dari perkembangan teknologi ini adalah internet. Internet memungkinkan pertukaran informasi antara dua tempat yang jauh. Hal ini tentu mempermudah umat manusia untuk saling bertukar informasi lewat internet. Internet dahulunya hanya tersedia pada beberapa lembaga pemerintahan di Amerika, tapi sekarang teknologi ini sudah menjangkau hampir seluruh pelosok dunia. Internet menjadi suatu media utama untuk bertukar informasi pada zaman ini. Oleh karena itu, sangat banyak informasi yang tersimpan di internet. Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat ini ternyata juga memiliki dampak yang negatif. Banyaknya informasi yang tersimpan di internet tentunya akan menjadi suatu hal yang buruk jika informasi tersebut jatuh kepada tangan yang salah. Oleh karena itu, hal ini mengakitbatkan para ilmuan berlomba-lomba untuk menciptakan suatu sistem keamanan yang dapat mencegah hal tersebut terjadi. salah satu kasus nyata dari dampak negatif perkembangan ini adalah kasus Badan Keamanan Amerika Serikat melakukan program mata-mata terhadap seluruh penduduknya. Sampai sekarang sudah terdapat berbagai teknologi untuk mengamankan suatu informasi. Salah satu teknologi keamanan yang terkenal sekarang adalah teknologi pengaman biometrik. suatu sistem biometrik adalah suatu sistem pengenalan yang menggunakan suatu karakteristik dari fisiologi manusia untuk mengidentifikasi atau mengotentikasi suatu pengenal. Karakteristik fisiologi manusia yang di maksud disini adalah seperti mata, wajah, suara dan sidik jari. Pada makalah ini penulis akan berfokus kepada sebuah metode pendekteksi wajah atau face detection, karena hal ini adalah suatu karakteristik yang sering di gunakan dalam suatu sistem pengenalan biometrik. Pendeteksi wajah yang akan dibahas disini menggunakan suatu metode yang ditemukan oleh Paul Viola dan Michael Jones. Metode viola jones ini membutuh sangat banyak perhitungan pada gambar, oleh karena itu digunakanlah suatu konsep yang disebut Integral Image yang memanfaatkan rekursifitas untuk mempercepat proses perhitungan. Hal ini tentunya sangat meningkatkan efisiensi waktu untuk mendeteksi suatu wajah. II. LANDASAN TEORI 2.1 Rekursif Salah satu konsep paling dasar dalam ilmu komputer dan pemrograman adalah pengunaan fungsi sebagai abstraksi untuk kode-kode yang digunakan berulang kali. Kode yang digunakan berulang kali tentunya akan memperlambat dan efisiensi ketika menulis suatu program. kenyataan ini mengarahkan kepada fungsi rekursif, yaitu fungsi yang memanggil dirinya sendiri. Gambar 2.1 Ilustrasi rekursif (Sumber:https://codehs.gitbooks.io/apjava/content/Algorithmsand-Recursion/advanced-recursion.html)

Salah satu contoh rekursifitas adalah ketika anda menghadapkan dua cermin. Ketika anda menghadapkan dua cermin maka anda akan melihat bayangan cermin pertama yang dibentuk oleh cermin kedua kemudian bayangan cermin itu dibentuk lagi oleh cermin pertama. Hal ini yang kemudian meyebabkan pada cermin terbentuk bayangan berulang yang tak terhingga. Dalam dunia pemograman fungsi rekursif juga menjadi bagian yang vital dalam menyelesaikan masalah, salah satu contohnya adalah permasalah dynamic programming knapsack yang menggunakan implementasi rekursif : int Knapsack(int i, int W){ if(i==n && W<0) return -INF; if(i==n) return 0; return max( Knapsack(i+1, W), Val[i]+Knapsack(i+1, W+Wi[i]) ) } pada fungsi knapsack diatas bisa dilihat basis dari fungsi diatas adalah ketika i==n dan W<0, fungsi akan langsung menegembalikan nilai -INF dan ketika i==n dan W>=0 akan mengembalikan nilai 0. sedangkan rekurensnya ketika i!=n dan W>=0. Gambar 2.2 Rekursifitas pada cermin (Sumber:https://hiveminer.com/Tags/mirror%2Crecursion) Selain contoh cermin di atas, dalam dunia matematika terdapat banyak fungsi rekrsuif, beberapa contohnya adalah fungsi Fibonacci : dan fungsi Faktorial : F 0 = 1, F 1 = 1, F N = F N-1 + F N-2 F 0 = 1 F N = N * F N-1 Dari kedua fungsi tersebut jika di analisa lebih lanjut, fungsi rekursif memiliki dua bagian penting yaitu: a. Basis Basis merupakan bagian yang mendefinisikan suatu nilai fungsi secara eksplisit. Basis juga berguna untuk menghentikan pemanggilan ulang fungsi rekursif. jika tidak ada suatu basis dalam suatu fungsi rekursi, maka fungsi akan dipanggil secara terus menerus tanpa henti sehingga tidak dihasilkan suatu nilai fungsi rekursif. pada fungsi fibonacci diatas yang merupakan basis adalah F 0 = 1 dan F 1 = 1. b. Rekurens Rekurens adalah bagian yang mendefinisikan bagaimana pemanggilan berulang fungsi rekursif dilakukan. Bagian ini memiliki peranan besar bagi suatu fungsi rekursif karena mengontrol bagaiman jalannya fungsi. pada fungsi faktoril yang merupakan rekurens adalah F N = N * F N-1. 2.2 Algoritma Viola Jones Algoritma viola jones adalah suatu algoritma yang digunakan untuk mendeteksi suatu objek pada gambar. walaupun bisa digunakan untuk mendeteksi beragai objek, pada awalnya algoritma ini hanya ditujukan untuk menyelesaikan masalah pendeteksian muka. Algoritma ini ditemukan pertama kali oleh Paul Viola dan Michael Jones pada tahun 2001. Manusia dapat dengan mudah untuk mendeteksi suatu objek muka pada sebuah gambar, namun komputer dengan segala keterbatasan logika yang dimilikinya membutuhkan banyak referensi data instruksi yang sangat kompleks. untuk memudahkan pendeteksian, algoritma ini membutuhkan gambar muka yang menghadap kamera dengan sempurna. Algoritma ini memiliki 4 komponen utama yaitu Haar-like Features, Integral Image, Adaboost Learning dan Cascade Clasifier. a. Haar-like Features Fitur haar-like adalah suatu fitur yang digunakan dalam image processing untuk pengenalan objek. Pada fitur ini terdapat dua bagian, yaitu bagian hitam dan putih. fitur ini digunakan sebagai suatu properti untuk mengecek suatu objek. fitur ini digunakan untuk mengkategorikan suatu area pada pada gambar. kemudian akan terdapat 2 area pada gambar yaitu area hitam dan putih, untuk menghitung nilai fitur haar-like nya, jumlahkan nilai piksel gambar yang yang berada di bawah wilayah hitam dan wilayah putih kemudia hitunglah selisihnya dan kemudian didapatkan suatu nilai haar. Dalam persamaan dapat ditulis: F = (Piksel di Area Hitam) - (Piksel di Area Hitam)

Gambar 2.5 Fitur Haar pada Mata manusia (Sumber:https://en.wikipedia.org/wiki/Viola%E2%80%93Jone s_object_detection_framework#/media/file:haar_feature_that _looks_similar_to_the_eye_region_which_is_darker_than_the _upper_cheeks_is_applied_onto_a_face.jpg) Gambar 2.3 Fitur Haar-like (Sumber:https://en.wikipedia.org/wiki/Viola%E2%80%93Jone s_object_detection_framework#/media/file:prm_vj_fig1_feat uretypeswithalpha.png) Semua wajah manusia memiliki properti yang sama, properti inilah yang bisa di cocokan dengan fitur haar tersebut untuk menidentifikasi itu adalah wajah atau bukan. b. Integral Image Pada algoritma Viola-Jones, gambar wajah yang telah dibaca akan disimpan dalam suatu representasi yang disebut integral image. Integral image akan di bahas pada bagian Pembahasan karena hal ini adalah fokus utama penulis pada makalah ini. c. Adaboost Learning Algoritma Viola-Jones melakukan penghitungan sangat banyak perhitungan untuk setiap fitur haar. Untuk setiap fitur haar dilakukan perhitungan untuk setiap piksel pada gambar. Setelah itu fitur haar tersebut dikalikan dengan suatu skala dan dilakukan perhitungan lagi terhadap seluruh piksel pada gambar. Bayangkan saja, untuk ukaran gambar 24x24 terdapat sekitar 162,336 fitur yang harus dihitung. Tentu saja hal ini akan memperlambat proses perhitungan. oleh karena itu algoritma ini menggunakan suatu variasi dari algoritma learning, Adaboost. Adaboost mengasilkan suatu yang disebut klasifier kuat yang dibentuk dari beberapa klasifier lemah. Gambar 2.4 Fitur Haar pada Hidung manusia (Sumber:https://en.wikipedia.org/wiki/Viola%E2%80%93Jone s_object_detection_framework#/media/file:haar_feature_that _looks_similar_to_the_bridge_of_the_nose_is_applied_onto_t he_face.jpg) Pada gambar di atas dapat dilihat salah satu fitur haar di cocokan dengan hidung manusia. ketika penghitungan di lakukan, jumlah piksel yang berada di bawah area putih lebih rendah dibandingkan dengan jumlah piksel dibawah area hitam. Hal ini karenakan adanya properti wajah manusia yang lebih gelap dibandingkan dengan yang lain. perbedaan antara wilayah gelap dan wilayah terang inilah yang dimanfaatkan oleh algoritma Viola-Jones untuk mengidentifikasi muka manusia. Pada gambar di bawah ini juga menunjukan fitur haar pada bagian mata. fitur haar pada bagian mata tentunya berbeda dengan bagian hidung. Pada area mata manusia, bagian mata memiliki properti yang lebih gelap dibandingkan dengan bagian pipi manusia. Setiap klasifier lemah adalah suatu fuatu fungsi treshold yang bergantung pada fungsi f dengan Ө j sebuah nilai threshold yang ditetapkan. d. Cascading clasifier Pada tahap ini dilakukan beberapa penghitung nilai klasifier yang kuat untuk menentukan apakah suatu gambar merupakan gambar atau tidak. Biasanya dilakukan dalam beberapa tahap, jika pada suatu tahap dihasilkan bahwa gambar tersebut bukanlah gambar maka perhitungan hanya di lakukan sampai pada tahap itu saja dan tidak dilanjutkan. Jika semua tahap menghasilkan nilai yang mengatakan itu adalah sebuah wajah, maka algoritma ini akan menghasilkan hasil yang mengatakan bahwa gambar yang di uji adalah sebuah wajah.

III. PEMBAHASAN Salah satu bagian terpenting dari algoritma viola-jones ini adalah pada saat memlakuka perhitungan terhadap nilai haar dari suatu area gambar. hal ini tentu saja akan membuang sangat banyak waktu jika dilakukan dengan cara yang naif yaitu dengan menjumlah kan setiap piksel satu persatu dalam suatu area tertentu. oleh karena itu maka digunakanlah suatu representasi yang disebut integral image untuk mempercepat proses perhitungan. Pada bagian pembahasan ini penulis akan berfokus pada bagaimana representasi data gambar dalam integral image. Pada saat pertama gambar suatu wajah akan di proses, gambar wajah akan diubah terlebih dahulu kedalam bentuk grayscale dari bentuk awalnya yaitu RGB. Gambar 3.1 Wajah dalam bentuk RGB. (Sumber:http://weknowyourdreams.com/face.html) Gambar 3.2 Setelah di ubah ke grayscale Setelah di ubah ke dalam bentuk graysclae nilai setiap piksel hanya akan memiliki seberapa gelap (dalam bentuk RGB setiap piksel memiliki 3 warna yaitu Red, Green dan Blue). Selanjutnya nilai grayscale untuk setiap pikselnya disimpan kedalam suatu table dengan persamaan rekursif F(1,1) = Nilai grayscale piksel (1,1) F(X,1) = Nilai grayscale piksel (X,1) + F(X-1,1) F(1,Y) = Nilai grayscale piksel (1,Y) + F(1,Y-1) F(X,Y) = Nilai grayscale piksel (X,Y) + F(X-1,Y) + F(X,Y-1) - F(X-1,Y-1) Perubahan bentuk gambar dari bentuk RGB ke dalam bentuk Grayscale berguna pada saat pemrosesan karena pada saat pemrosesan input dari gambar yang diperlukan adalah seberapa gelap suatu piksel tertentu dari gambar tersebut untuk diuji dengan menggunakan fitur haar. Pada persamaan diatas terlihat bahwa terdapat basis yaitu ketika kita menghitung F(1,1) dan terdapat rekurens ketika kita menghitung nilai F(X,Y), F(1,Y) dan F(X,1). Setelah kita menghitung seluruh nilai fungsi tersebut maka kita akan membentuk suatu tabel yang disebut summed area tabel yang akan digunakan dalam perhitungan lebih lanjut. Untuk memperjelas konsep dari integral image image ini maka penulis akan mendemonstrasikan bagaimana caranya membentuk integral image. Tabel di bawah ini menunjukan suatu nilai piksel dari gambar yang memiliki resolusi 8x8. Resolusi 8x8 ini adalah resolusi yang sangat kecil sehingga tidak mungkin terdapat wajah di dalamnya maka resolusi 8x8 disini hanya digunakan sebagai contoh untuk mempermudah pemahaman kita terhadap integral image.

Table 3.1 Representasi table nilai piksel gambar Setelah kita mendapatkan tabel piksel diatas kita bisa menggunakan persamaan rekursif kita untuk menghasilkan Summed area table. 1 2 3 4 5 6 7 8 2 4 6 8 10 12 14 16 3 6 9 12 15 18 21 24 4 8 12 16 20 24 28 32 5 10 15 20 25 30 35 40 6 12 17 24 30 36 42 48 7 14 21 28 35 42 49 56 8 16 24 32 40 48 56 64 Tabel 3.2 Summed area tabel Summed area tabel ini yang akan digunakan untuk menghitung nilai dari suatu area dengan sangat cepat dibandingkan dengan cara mengiterasi seluruh piksel satu persatu. Jika kita ingin menghitung area yang dimulai dari titik x1,y1 ke titik x2,y2 maka dapat digunakan rumus Area = F(x2,y2) - F(x1-1,y1) - F(x1,y1-1)+F(x1-1,y1-1) Jika menggunakan notasi big-o, misalkan resolusi suatu gambar NxN, maka dengan menggunakan cara naif, kompleksitasnya adalah O(N 2 ) dan dengan menggunakan summed area tabel hanya O(1). Sampai pada tahap ini kita baru sampai pada tahap membentuk summed area tabel. selanjutnya kita akan mendemonstrasi penghitungan nilai haar dengan menggunakan summed area table yang telah kita bentuk tadi. Pada awalnya kita tentukan dulu fitur apa yang akan di hitung nilai haarnya, sebagai contoh kita akan menghitung nilai haar untuk fitur : 3.3 Salah satu fitur haar Misalkan kita akan menghitung fitur haar diatas dengan ukuran 4x6 pada gambar yang telah kita bentuk summed area tablenya tadi maka pertama kita tentukan dimana posisi awal dari fitur haar tersebut misalnya pada titik 2,2. 1 2 3 4 5 6 7 8 2 4 6 8 10 12 14 16 3 6 9 12 15 18 21 24 4 8 12 16 20 24 28 32 5 10 15 20 25 30 35 40 6 12 17 24 30 36 42 48 7 14 21 28 35 42 49 56 8 16 24 32 40 48 56 64 Maka diperoleh Tabel 3.3 Mencari nilai haar Nilai Area Hitam = F(3,8) - F(1,2)-(2,1)+F(1,1) = 14 Nilai Area Putih = F(5,8) - F(1,4)-F(2,3)+F(1,3)= 33 Nilai haar = 33-14 = 19. IV. SIMPULAN Banyak penggunaaan konsep rekursifitas dalam kehidupan sehari-hari. Konsep rekursifitas sangat berguna dalam bidang keaamanan. Salah satu penerapan konsep rekursifitas dalam bidang keaamanan adalah pada algoritma Viola Jones yang digunakan untuk mendeteksi wajah manusia. Konsep rekursifitas yang diterapkan dalam algoritma Viola Jones sangat mempercepat proses penghitungan nilai haar pada gambar. VI. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan syukur kepada Allah S.W.T., karena atas rahmat-nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Selain itu,penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Judhi Santoso selaku dosen pengampu kuliah IF 2120 Matematika Diskrit K03 yang telah memberikan ilmu yang

bermanfaat kepada penulis dan penulis memohon maaf sebesar-besarnya kepada beliau terhadapa kesalahan yang penulis lakukan selama berada di kelas beliau. REFERENSI [1] http://www.sainsphd.com/2016/03/teknologi-biometrik.html [2] http://www.kliktekno.id/perkembangan-teknologi-informasi.html [3] Diki Ardian Wirasadi, Penerapan Konsep Rekursifitas pada Karya Seni Nesting Dolls. [4] http://www.metode-algoritma.com/2016/01/deteksi-wajah-viola-jones-ja va.html [5] https://computersciencesource.wordpress.com/2010/09/03/computer-visi on-the-integral-image/ PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa makalah yang saya tulis ini adalah tulisan saya sendiri, bukan saduran, atau terjemahan dari makalah orang lain, dan bukan plagiasi. Bandung, 4 Desember 2017 Maulana Akmal - 13516084