BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENGARUH BEBAN GEMPA TERHADAP STABILITAS LERENG DI DESA SENDANGMULYO, TIRTOMOYO, WONOGIRI

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

MEKANIKA TANAH (CIV -205)

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV KRITERIA DESAIN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

ANALISIS STABILITAS LERENG PADA BENDUNGAN TITAB

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Banten. Sumber-sumber gempa di Banten terdapat pada zona subduksi pada pertemuan

ANALISIS KESTABILAN LERENG DENGAN METODE FELLENIUS (Studi Kasus: Kawasan Citraland)

Gambar 5.20 Bidang gelincir kritis dengan penambahan beban statis lereng keseluruhan Gambar 5.21 Bidang gelincir kritis dengan perubahan kadar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Dan Stabilitas Lereng Dengan Struktur Counter Weight Menggunakan program

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV STABILITAS LERENG

Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STUDI PENGARUH TEBAL TANAH LUNAK DAN GEOMETRI TIMBUNAN TERHADAP STABILITAS TIMBUNAN

Pengaruh Tension Crack (Tegangan Retak) pada Analisis Stabilitas Lereng menggunakan Metode Elemen Hingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL

BAB II TI JAUA PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

ANALISIS DINAMIK BENDUNGAN SERMO DI JAWA TENGAH

Untuk tanah terkonsolidasi normal, hubungan untuk K o (Jaky, 1944) :

Bab 1 PENDAHULUAN. tanah yang buruk. Tanah dengan karakteristik tersebut seringkali memiliki permasalahan

BAB 3 METODE PENELITIAN

STABILITAS LERENG (SLOPE STABILITY)

Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL ANALISA PENGARUH GEMPA TERHADAP KONSTRUKSI LERENG DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL WOVEN

ANALISIS KESTABILAN LERENG METODE MORGENSTERN-PRICE (STUDI KASUS : DIAMOND HILL CITRALAND)

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

ANALISA KESTABILAN LERENG METODE SLICE (METODE JANBU) (Studi Kasus: Jalan Manado By Pass I)

BAB III METODE KAJIAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun oleh : TITIK ERNAWATI

Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp

GEOTEKNIK TAMBANG DASAR DASAR ANALISIS GEOTEKNIK. September 2011 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL (STTNAS) YOGYAKARTA.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS POTENSI LONGSOR PADA LERENG GALIAN PENAMBANGAN TIMAH (Studi Kasus Area Penambangan Timah Di Jelitik, Kabupaten Bangka)

B A B II D A S A R T E O R I

TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4 BAB VIII STABILITAS LERENG

L O N G S O R BUDHI KUSWAN SUSILO

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

REKAYASA GEOTEKNIK DALAM DISAIN DAM TIMBUNAN TANAH

BAB III LANDASAN TEORI. Boussinesq. Caranya dengan membuat garis penyebaran beban 2V : 1H (2 vertikal

Analisis Stabilitas Lereng Tanah Berbutir Kasar dengan Uji Model Fisik

BAB 3 METODOLOGI. mencari data-data yang diperlukan, yaitu segala jenis data yang diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

ANALISA BEBAN GEMPA PADA DINDING BASEMENT DENGAN METODA PSEUDO-STATIK DAN DINAMIK

ANALISIS STABILITAS TANAH TIMBUNAN DENGAN PERKUATAN SABUT KELAPA

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS PENGARUH KETINGGIAN TIMBUNAN TERHADAP KESTABILAN LERENG

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penambangan batu bara dengan luas tanah sebesar hektar. Penelitian ini

ANALISA KESTABILAN LERENG METODE LOWE-KARAFIATH (STUDI KASUS : GLORY HILL CITRALAND)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PERENCANAAN LERENG GALIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Analisa Beban Gempa pada Dinding Besmen dengan Plaxis 2D

STABILITAS LERENG BERDASARKAN HUJAN 3 HARIAN MAKSIMUM BULANAN (KASUS DI DUSUN PAGAH DESA HARGANTORO KECAMATAN TIRTOMOYO KABUPATEN WONOGIRI)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

ANALISIS DINDING PENAHAN TANAH TIPE GRAVITASI PADA LERENG DI DESA SUMBERSARI, TIRTOMOYO, WONOGIRI

PENGARUH TINGGI GALIAN TERHADAP STABILITAS LERENG TANAH LUNAK ABSTRAK

ANALISIS PERKUATAN TANAH DENGAN METODE SAND COMPACTION PILE PADA TANAH RAWA (STUDI KASUS: JALAN TOL MANADO BITUNG SULUT)

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN TERASERING DAN PERKUATAN BRONJONG DI DESA SENDANGMULYO, TIRTOMOYO, WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH

KUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2

DAFTAR ISI. SARI... i. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LAMPIRAN... xiv

PENGGUNAAN BORED PILE SEBAGAI DINDING PENAHAN TANAH

ANALISIS ANGKA KEAMANAN (SF) LERENG SUNGAI CIGEMBOL KARAWANG DENGAN PERKUATAN PILE DAN SHEET PILE SKRIPSI

BAB IV METODE PERHITUNGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE

ANALISIS TIMBUNAN PELEBARAN JALAN SIMPANG SERAPAT KM-17 LINGKAR UTARA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISA STABILITAS LERENG PADA CAMPURAN PASIR DAN TANAH LEMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN PERMODELAN DI LABORATORIUM ABSTRAK

DAFTAR ISI ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN BAB I PENDAHULUAN 1 1.

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN TERASERING DI DESA SENDANGMULYO, TIRTOMOYO, WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Stabilitas Lereng

INVESTIGASI GEOLOGI POTENSI LONGSOR BERDASARKAN ANALISIS SIFAT FISIK DAN MEKANIK BATUAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

ANALISA STABILITAS DINDING PENAHAN TANAH (RETAINING WALL) AKIBAT BEBAN DINAMIS DENGAN SIMULASI NUMERIK ABSTRAK

BAB 3 METODE PENELITIAN

PERENCANAAN STRUKTUR TANGGUL KOLAM RETENSI KACANG PEDANG PANGKAL PINANG DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE OASYS GEO 18.1 DAN 18.2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KESTABILAN LERENG DENGAN METODE BISHOP (Studi Kasus: Kawasan Citraland sta.1000m)

D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN BAB II DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGGUNAAN SHEET PILE UNTUK PERKUATAN LERENG DI DESA TAMBAKMERANG KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI

ANALISIS STABILITAS LERENG PADA JALAN REL SEPANCAR - GILAS STA 217 MENGGUNAKAN METODE IRISAN BISHOP DAN PERANGKAT LUNAK PLAXIS ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Estimasi Odds Ratio Model-1

KAJIAN STABILITAS LERENG PADA JALAN AKSES JEMBATAN TAYAN DAN PENANGGULANGANNYA

ANALISIS STABILITAS LERENG MENGGUNAKAN SOFWARE GEO STUDIO 2007 DENGAN VARIASI KEMIRINGAN (STUDI KASUS: BUKIT GANOMAN KAB KARANGANYAR)

Transkripsi:

digilib.uns.ac.id 4 2.1. Tinjauan Pustaka BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Penelitian yang dilakukan di Desa Sendangmulyo, Tirtomoyo, Wonogiri ini menggunakan data curah hujan dari tahun 2007-2011 dari Stasiun Balong, Ngancar dan Watugede, dan didapatkan informasi bahwa nilai paling kritis terjadi pada kemiringan lereng α = 60 0 kondisi setelah hujan (tebal tanah jenuh = 0,47 m) dengan nilai SF kritis sebesar 0,47(Widyo, 2015). Penelitian ini tepatnya berlokasi seperti yang disajikan peta lokasi penelitian pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 Peta Lokasi Penelitian. Penelitian yang dilakukan di Desa Sumbersari Wonogiri menggunakan data curah hujan harian stasiun Balong, Ngancar, dan Watugede tahun 2007-2011. Metode analisis yang digunakan adalah Fellenius yang didapatkan nilai angka aman kritis pada α = 60 0 sebesar 0,728 kondisi sebelum hujan(pratiwi, 2015). Kasus di Desa Pagah, Hargantoro, Wonogiri menggunakan data curah hujan harian stasiunbalong, Ngancar, commit dan Watugede to user tahun 2007-2011. Analisis

digilib.uns.ac.id 5 dilakukan dengan bantuan program Geo-Slope dan dihasilkan angka aman kritis untuk α = 60 0 sebesar 1,25 kondisi sebelum hujan(widayatno, 2015). Daerah yang sama dengan penelitian Widayatno (2015), penelitian ini dilakukan dengan analisis Bishop yang disederhanakan. Angka aman kritis untuk α = 60 sebesar 1,288 kondisi sebelum hujan, dan 0,865 untuk kondisi setelah hujan (Fachrudin, 2015). Tabel 2.1 Penelitian yang menjadi referensi. Nama Penelitian Lokasi Metode Pradana (2012) Penelitian analisis struktur Cilegon Metode bendungan krenceng pseudo statik terhadap gempa dan dinamik Dharmayasaa (2014) Analisis keamanan lereng bendungan utama pada Kabupaten Jembrana Metode Pseudo bendungan banel di statik kabupaten jembrana Wardani (2010) Analisis stabilitas lereng bendungan keuliling Aceh dengan metode dinamik Cot Glie Aceh Metode Dinamik Goro (2012) Studi analisis dinamik Metode stabilitas lereng pada Dinamik timbunan dan galian dengan metode elemen hingga Penelitian ini mempunyai keterkaitan dengan penelitian sebelumnya yang menjadi referensi yaitu kaitanya dengan penambahan beban gempa pada lereng dengan menggunakan metode pseudo statik dan metode dinamk. Penelitian ini yang membedakan dengan penelitian sebelumnya adalah penggunaan program Geo- Studio pada analisisnya untuk mempermudah dalam menghitung nilai SFlereng.

digilib.uns.ac.id 6 2.2. Landasan Teori 2.2.1. Analisis Stabilitas Lereng Metode Statik Gerakan tanah adalah hasil dari proses gangguan kesetimbangan yang menyebabkan massa tanah dan massa batuan yang bergerak ke daerah yang lebih rendah. Gerakan tanah mencakup gerak rayapan, aliran maupun longsoran.(purbohadiwidjojo, 1985). Kelompok utama gerakan tanah (mass movement) terdiri atas rayapan (creep) dan longsoran (landslide) yang terbagi lagi menjadi sub-kelompok gelinciran (slide), aliran (flows), jatuhan (fall) dan luncuran (slip), menurut Hutchinson(1968). Definisi longsoran (landslide) menurut Sharpe (1938) adalah luncuran atau gelinciran (sliding) atau jatuhan (falling) dari massa batuan/tanah atau campuran keduanya. Daerah yang rawan longsor, pada saat curah hujan yang tinggi, ditambah dengan kondisi lereng yang tidak stabil, sangat rentan terhadap kelongsoran. Air hujan yang meresap ke dalam tanah, selain menurunkan nilai kohesi tanah, juga menambah massa tanah tersebut. Beberapa kasus longsor yang terjadi selama ini, diketahui terdapat enam tipe utama longsoran, antara lain: mengalir, ambrukan, melorot, meluncur, merayap dan jatuhan. Seluruh tipe longsoran tersebut diakibatkan karena tidak adanya ikatan yang kuat antara lapisan tanah atas (topsoil) dan lapisan bedrock di bawahnya. Lereng adalah suatu permukaan tanah yang miring dan membentuk sudut tertentu terhadap suatu bidang horisontal dan tidak terlindungi (Das, 1985). Lereng yang ada secara umum dibagi menjadi dua kategori lereng tanah, yaitu lereng alami dan lereng buatan. Lereng alami terbentuk secara alamiah yang biasanya terdapat di daerah perbukitan sedangkan lereng buatan terbentuk oleh manusia biasanya untuk keperluan konstruksi, seperti tanggul sungai, bendungan tanah, tanggul untuk badan jalan kereta api. Hubungan beberapa variasi nilai faktor keamanan terhadap kemungkinan longsoran lereng maupun pada perancangan lereng menurut Bowles (1989) dapat dilihat pada Tabel 2.2.

digilib.uns.ac.id 7 Tabel 2.2. Hubungan nilai Safety Factor dan kemungkinan kelongsoran lereng tanah (Bowles, 1989) Nilai SF Kemungkinan Longsor < 1,07 Kelongsoran bisa terjadi 1,07 <SF< 1,25 Kelongsoran pernah terjadi > 1,25 Kelongsoran jarang terjadi Lereng dapat dikatakan stabil apabila faktor keamanannya lebih besar daripada satu. Kestabilan lereng tergantung dari kekuatan geser tanahnya. Pergeseran tanahnya terjadi karena adanya gerakan relatif antara butir-butir tanah,oleh karena itu, kuat geser tanah tergantung pada gaya yang bekerja antara butir-butirnya. Metode Bishop (1955) menganggap gaya-gaya yang bekerja pada sisi-sisi irisan mempunyai resultan nol arah vertikal. Gaya-gaya yang bekerja pada irisan ditunjukan pada Gambar 2.2. o Xi Xi bi Xr H i 3 4 R 5 6 Ei Ui Wi Ui Er Ur 1 2 c + tg i Ni Ui = ui ai a i Gambar 2.2. Gaya-gaya yang bekerja pada irisan. Hardiyatmo(2003). Kuat geser ditunjukan pada Persamaan (2.1.) = c tan φ + ( u ) F F (2.1) Untuk irisan ke-i, nilai T i = a i, yaitu gaya geser yang dikerahkan tanah pada bidang longsor untuk keseimbangan batas sebagaimana pada Persamaan (2.2.) = c ai F + ( i u i a i ) tan φ F (2.2)

digilib.uns.ac.id 8 Keseimbangan momen dengan pusat rotasi O antarberat massa tanah yang akan longsor dengan gaya total yang dikerahkan tanah pada bidang longsor sebagaimana pada Persamaan (2.3.) w i X i = i T i R (2.3) Dengan x i adalah jarak W i ke pusat rotasi O sebagaimana pada persamaan 2.4. F = R [c a i+ N i U i a i tan φ] w i x i (2.4) Pada kondisi keseimbangan vertikal, jika X 1 = X i dan X r = X i+1 N i cos ϴ i + T i sin ϴ i = W i +X i X i+1 sebagaimana pada Persamaan (2.5.) N i = w i + x i +1 T isin Θi cos Θi (2.5) Dengan N i = N i - µ i a i disubstitusikan ke Persamaan (2.2.) dan Persamaan (2.5.) diperoleh sebagaimana pada Persamaan (2.6.) N i = w i +x i +x i+1 u ia i cos Θi c a i sin Θi/F cos Θi+sin Θi tan φ/f (2.6) Substitusikan Persamaan (2.6) ke Persamaan (2.4.) diperoleh sebagaimana pada Persamaan (2.7.) F = R [c a i +tan φ w i +x i +x i+1 u i a i cos Θi c a i sin Θi /F cos Θi +sin Θi tan φ /F Wi xi (2.7) Penyederhanaan anggap X i X i+1 = 0, dan X i = R sin ϴ i, serta b i = a i cos ϴ i, diperoleh sebagaimana pada Persamaan (2.8.) dengan ; F = R c bi+ w i u i b i tan φ Wi xi 1 cos Θi(1+tan Θi tan φ /F F = faktor aman c = kohesi tanah efektif (kn/m 2 ) W i = berat irisan tanah ke-i (kn) u i = tekanan air pori irisan ke-i (kn/m 2 ) ϴ i = sudut (gambar 2.3) = lebar irisan ke-i (m) b i (2.8)

digilib.uns.ac.id 9 φ = sudut gesek dalam efektif ( o ) Rasio tekanan air pori sebagaimana pada Persamaan (2.9.) dengan ; ru = ub W = u γh ru = rasio tekanan air pori u = tekanan air pori (kn/m 2 ) b = lebar irisan ke-i (m) γ = berat volume tanah (kn/m 3 ) h = tinggi irisan rata-rata (m) (2.9) dengan mensubstitusikan Persamaan (2.8.) ke Persamaan (2.7.) diperoleh sebagaimana pada Persamaan (2.10.) F = c b i + w i 1 ru tanφ 1 cos Θi(1+tan Θi tan φ /F (2.10) w i sin Θ i Metode Bishop ini menggunakan cara coba-coba, tetapi hasil hitungan lebih teliti, untuk memudahkan perhitungan dapat digunakan nilai fungsi M i sebagaimana pada Persamaan (2.11.) M i = cos ϴ i (1+ tan φ /F) (2.11) 2.2.2. Analisis Stabilitas Lereng Metode Pseudo Statik Metode Pseudo Statik adalah merubah gaya yang timbul akibat beban gempa yang berbentuk dinamik menajdi statik dengan menerapkan gaya lateral yang bekerja melalui pusat massa, bertindak ke arah luar lereng. Analisis ini menggunakan metode kesetimbangan batas (limit equilibrium method). Keuntungan dari metode ini adalah mudah untuk dipahami dan mudah untuk diterapkan. Aplikasi asli dari metode pseudostatik telah dikemukakan oleh (Terzaghi, 1950). Metode ini mengabaikan sifat siklik gempa dan menerapkan kekuatan statik tambahan atas lereng, dengan asumsi bidang keruntuhan aktif seperti disajikan dalam Gambar 2.3 dan peta zonasi gempa 2012disajikan pada Gambar 2.4.

digilib.uns.ac.id 10 Gambar 2.3. Arah gerakan pseudo statik. Gambar 2.4. Peta Zonasi Gempa 2012 (SNI 1726-2012) Menghitung nilai percepatan gempa dasar didapatkan dari peta zona gempa Indonesia (SNI 2012) yang dipakai sebagai acuan dalam merencanakan bangunan gedung dan non gedung. Analisis ini diambil data sekunder tanah yang digolongkan kelas situs SC (pasir berlempung). Nilai koefisien gempa dengan menggunakan metode pseudo statik ditunjukan pada Gambar 2.4dan menggunakan Persamaan (2.12.) k h = a d g (2.12) dengan : k h =koefisien gempa arah horisontal a d = percepatan gempa permukaan terkoreksi (cm/det 2 ) g = gravitasi (cm/dtk 2 )

digilib.uns.ac.id 11 Perhitungan metode pseudo statik terhadap gempa dilakukan dengan memasukan koefisien gaya gempa ke dalam perhitungan metode bishop dengan menggunakan Persamaan (2.13.) dengan ; F = [(ci x bi + wi cos Θi ui x bi kh sinθi tanφ ) 1 Mi Wi sin Θi+kh cos Θi F = faktor aman c = kohesi tanah efektif (kn/m 2 ) W i = berat irisan tanah ke-i (kn) u i = tekanan air pori irisan ke-i (kn/m 2 ) ϴ i = sudut (gambar 2.3) b i = lebar irisan ke-i (m) φ = sudut gesek dalam efektif ( o ) k h = koefisien gempa arah horisontal (2.13) Metode ini percepatan gempa vertikal diabaikan, karena pada umumnya percapatan gempa vertikal lebih kecil dari percepetan gempa horisontal sehingga percepatan gempa vertikal tidak begitu menentukan dalam penghitungan gaya lateral yang bekerja pada lereng. 2.2.3.Analisis Stabilitas Lereng Metode Dinamik Analisis dinamik adalah baban yang besarnya (intensitasnya) berubah-ubah menurut waktu. Analisis dinamik dipakai untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih akurat dari gaya gempa. Tegangan-tegangan tersebut menghasilkan tegangan normal dinamik dan tegangan geser sepanjang daerah yang berpotensi longsor. Metode dinamik ini lebih disarankan oleh para ahli dalam merencanakan perhitungan stabilitas lereng, karena perhitungan analisis stabilitas lereng dengan metode dinamik ini lebih kompleks dalam perhitunganya. Model material yang digunakan pada analisa dinamik dengan Quake/W adalah model equivalent linier dynamicsdan selanjutnya di lanjutkan ke analisis Slope/Wuntuk mencari nilai safety factor/faktor keamanandengan menggunakan metode analisis elemen hingga (finite element method). Dakoulas(1998) pada model ini parameter masukanya adalahv(poisson ratio), Gmaks (modulus geser maksimum) danξ(damping ratio).getaran gempa berbentuk beban dinamik disajikan pada Gambar 2.5.

digilib.uns.ac.id 12 Gambar 2.5. Getaran gempa berbentuk beban dinamik. Analisis stabilitas lereng dengan metode dinamik dapat dicari nilai parameter masukan (ʋ) poisson ratio dengan mrnggunakan pendekatan yang diciptakan oleh Bowles, yang disajikan pada Tabel 2.3. Tabel 2.3. Nilai poisson ratiountuk berbagai jenis tanah (Bowles, 1997) Jenis Tanah υ Lempung jenuh 0,4 0,5 Lempung tak jenuh 0,1 0,3 Lempung berpasir 0,2 0,3 Lanau 0,3 0,35 Pasir (padat) pasir kerikil 0,1 1 Biasa dipakai 0,3 0,4 Batuan 0,1 0,4 Tanah loose 0,1 0,3 Analisis stabilitas lereng dengan metode dinamik dapat dicari nilai parameter masukan (E) modulus elasitas tanah dengan mrnggunakan pendekatan yang disarankan oleh Bowles (1997) yang disajikan pada Tabel 2.4.

digilib.uns.ac.id 13 Taebel 2.4. Nilai perkiraan modulus elasitas tanah (Bowles, 1997) Jenis Tanah E (kn/m 2 ) Lempung Sangat lunak 300-3000 Lunak 2000-4000 Sedang 4500-9000 Keras 7000-20000 Berpasir 30000-42500 Pasir Berlanau 5000-20000 Tidak padat 10000-140000 Padat 50000-100000 Pasir dan Kerikil Padat 80000-200000 Tidak padat 50000-140000 Lanau 2000-20000 Loess 15000-60000 Parameter masukan pertama kali yang dicari adalah nilai massa tanah(ρ) dengan menggunkan Persamaan (2.14.) ρ = g (2.14) dengan: ρ = massa tanah (kn/m 3 ) berat isi tanah (kn/m 3 ) g = konstanta gravitasi (m/dtk 2 ) Modulus geser(g) merupakan salah satu parameter tanah yang harus diketahui untuk menjalankan getaran akibat gempa bumi, mencari nilai dari modulus geser menggunakn Persamaan (2.15.) dengan: G = E 2(1+V) G = modulusgeser (kn/m commit 2 ) to user E = modulus elasitas (kn/m 2 ) (2.15)

digilib.uns.ac.id 14 υ = poisson ratio Mencari nilai kecapatan gelombang geser (V S )dengan menggunakan Persamaan (2.16.) Vs = G ρ (2.16) dengan: Vs = kecepatan gelombang geser (m/dtk) ρ = massa tanah (kn/m 3 ) G = modulusgeser (kn/m 2 ) Tegangan geser ( ) didalam suatu massa tanah yang tidak disebabkan oleh beban luar dihitung dari berat unit. Ditinjau sebuah elemen tanah pada kedalaman z dibawah permukaan tanah, dengan menggunakan Persamaan (2.17.) Dengan: = sat x z (2.17) = tegangan geser (kn/m 2 ) sat = berat isi tanah jenuh (kn/m 3 ) z = kedalaman tinjaun tanah (m) Untuk mencari nilai dari regangan geser (ᵞ) menggunakan Persamaan (2.18.) ᵞ = G (2.18) dengan: ᵞ = regangan geser = tegangan geser (kn/m 2 ) G = modulusgeser (kn/m 2 ) Setelah didapatkan nilai regangan geser selanjutnya mencari nilai damping ratio (rasio redaman) menggunakan Persamaan (2.19.) dengan: ᵧ ξ = 0,23 ᵞ+1,56x10-3 +0,05 (2.19) ξ =damping ratio(kn/m 2 ) ᵞ =regangan geser Parameter masukan metode dinamik terakhir adalah nilai dari modulus geser dinamik dengan menggunakan Persamaan (2.20.)

digilib.uns.ac.id 15 G maks = ρ.vs 2 (2.20) dengan: G maks = modolus geser maksimum (kn/m 2 ) Vs = kecepatan gelombang geser (m/dtk) ρ = massa tanah (kn/m 3 ) 2.2.4.Geo Studio 2007 Geo Studio 2007 adalah sebuah paket aplikasi untuk permodelan geoteknik dan geo lingkungan. Software ini melingkupi Slope/W, Seep/W, Sigma/W, Quake/W, Temp/W dan Ctran/W yang sifatnya terintregrasi sehingga memungkinkan untuk menggunakan hasil dari satu produk ke produk yang lain. Analisis kestabilan lereng ini dengan penambahan beban gempa menggunakan fitur Quake/W sebagai parent analysis lalu dilanjutkan ke fitur Slope/W untuk mengetahui nilai SF. FiturSlope/W ini tidak mengakomodasi untuk analisis displacement akibat beban gempa, maka digunakan fitur Quake/W untuk mencari nilai displacement akibat beban gempa. Fitur Geo-Studio disajikan seperti pada Gambar 2.6. Gambar commit 2.6. Fitur to user Geo-Studio.

digilib.uns.ac.id 16 a.slope/w Program komputer Slope/Wadalah bagian dari Geostudio yang berfungsi untuk menganalisa(sf)safety factor/faktor keamananlereng. Slope/W dapat menganalisa masalah stabilitas baik secara sederhana maupun kompleks dengan menggunakan salah satu dari delapan metode kesetimbangan (limit equilibrium) batas untuk berbagai permukaan yang miring. Analisis gempa dengan metode pseudo statik di input ke seismic load sehingga di dapat nilai gempanya tanpa melalui program Quake/W. b.quake/w Program komputerquake/wadalah softwaregeoteknik yang digunakan untuk analisis dinamik pada lereng dan timbunan tanah yang mengalami gempa bumi, juga pada kasus akibat pembebanan tiba-tiba seperti akibat ledakan dinamit atau pemancangan tiang. Analisis gempa dengan metode dinamik ini menggunakan program Quake/Wuntuk mencari nilai ground motion (nilai percepatan gempa) yang selanjutnya akan dilanjutkan pada program Slope/W. Analisis kestabilan lereng dengan penambahan beban gempa dengan metode dinamik ini tetap menggunakan Slope/Wsebagai sub analysesuntuk menganalisa nilai SFmenggunakan metode elemen hingga (finite element method) karena analisis ini menghasilkan perkiraan deformasi yang akan terjadi,sedangkan pada fitur Quake/W menggunakan metode equivalent linear dynamic. Analisis ini yang membedakan adalah pengaturan waktunya untuk analisis statik pengaturan waktunya tidak bisa diubah yaitu 0 detik sedangkan untuk analisis dinamik pengaturan waktu durasinya diatur selama 10 detik.