Persilangan Genotipe-Genotipe Kedelai (Glycine max L. Merrill.) Hasil Seleksi pada Tanah Salin dengan Tetua Betina Varietas Anjasmoro

dokumen-dokumen yang mirip
Persilangan Genotipe-Genotipe Kedelai (Glycine max L. Merrill.) Hasil Seleksi pada Tanah Salin dengan Tetua Betina Varietas Grobogan

PERSILANGAN BUATAN PADA TANAMAN KACANG HIJAU (VIGNA RADIATA (L.) WILCZEK)

TEKNIK PERSILANGAN BUATAN

SELEKSI GALUR KEDELAI (Glycine max(l.) Merill ) GENERASI F3 PADA TANAH SALIN DENGAN METODE PEDIGREE SKRIPSI. Oleh: BILLY CHRISTIAN /

SELEKSI DUA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) PADA TANAH SALIN

Respons Dua Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merrill.) pada Pemberian Pupuk Hayati dan NPK Majemuk

NARWIYAN AET PEMULIAAN TANAMAN

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (606) :

KERAGAAN FENOTIPE BERDASARKAN KARAKTER AGRONOMI PADA GENERASI F 2 BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril.) S K R I P S I OLEH :

PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat

EVALUASI KERAGAMAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) MUTAN ARGOMULYO PADA GENERASI M 4 MELALUI SELEKSI CEKAMAN KEMASAMAN SKRIPSI OLEH :

PENGARUH KADAR GARAM NaCl TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) GENERASI KEDUA (M 2 ) HASIL RADIASI SINAR GAMMA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

Respon Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Mutan (M2) Kacang Hijau terhadap Pemberian Air 40% Kapasitas Lapang

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

KERAGAMAN MORFOLOGI DAN GENOTIF TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) HASIL IRADIASI SINAR GAMMA PADA GENERASI M2 SKRIPSI OLEH :

PENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK DAN PUPUK PELENGKAP PLANT CATALYST TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.

Keragaan Fenotipe Progeni Kedelai (Glycine max (L). Merrill) F4 Tahan Salin Berdasarkan Karakter Agronomis

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard.) terhadap Pemberian Giberelin dan Pupuk TSP

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil

EVALUASI KARAKTER TANAMAN KEDELAI HASIL RADIASI SINAR GAMMA PADA GENERASI M 2

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditi pangan utama

Jurnal Online Agroekoteaknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merril) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing NIP NIP Mengetahui : Ketua Program Studi Agroekoteknologi

Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat, dengan ketinggian 725 m di atas permukaan laut.

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 Februari Penanaman

EVALUASI KARAKTER BERBAGAI VARIETAS KEDELAI BIJI HITAM (Glycine max (L.) Merr.) AZRISYAH FUTRA

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas penting dalam

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata

PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L. )

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4.No.4, Desember 2016 (629);

Agrivet (2015) 19: 30-35

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI(Glycine max (L.)Merill) ARTIKEL ILMIAH RITA SARI

RESPONS BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK GUANO ABSRACT

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN

Uji F1 dari Persilangan Genotip Antara Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L. Merril) Terhadap Tetua Masing-Masing

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Nerty Soverda dan Yulia Alia Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi Jalan Raya Mendalo Darat.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di

*Corresponding author : ABSTRACT

RESPON TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) YANG DIBERI TEPUNG DARAH SAPI

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) PADA TANAH SALIN

UJI KETAHANAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) HASIL RADIASI SINAR GAMMA (M 2 ) PADA CEKAMAN ALUMINIUM SECARA IN VITRO SKRIPSI OLEH:

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays, L.) PIONEER 27

Respons Pertumbuhan Beberapa Varietas Sorgum (Sorghum bicolor L.) Pada Tanah Salin Dengan Pemberian Giberelin

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Tuntungan, Kabupaten Deli Serdang

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

TANGGAP BEBERAPA VARIETAS KEDELAI TERHADAP PEMUPUKAN DI LAHAN KERING [THE RESPONSES OF SEVERAL SOYBEAN VARIETIES ON FERTILIZATION ON DRYLAND]

Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Pada Dosis Pupuk Kalium dan Frekwensi Pembumbunan

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP DOSIS PUPUK KALIUM DAN FREKUENSI PEMBUMBUNAN SKRIPSI OLEH :

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

APLIKASI CARA TANAM PADA DNA VARIETAS WIJEN, TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merill) merupakan salah satu tanaman pangan penting

TUGAS KULIAH TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH. Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida

PENDAHULUAN. kedelai dan berbagai bentuk makanan ringan (Damardjati dkk, 2005). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam (Katalog BPS,

Seleksi Individu Berdasarkan Karakter Umur Genjah dan Produksi Tinggi Persilangan Kedelai (Glycine Max L. Merr.) pada Generasi F 3

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.1, Desember (578) :

PENAMPILAN MORFOFISIOLOGI AKAR BEBERAPA HASIL PERSILANGAN (F1) JAGUNG (Zea mays L.) PADA DUA MEDIA TANAM DI RHIZOTRON SKRIPSI OLEH:

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai merupakan komoditas tanaman menjadi sumber protein nabati dan

SKRIPSI. KOMPONEN HASIL DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L) Merrill) DENGAN PEMBERIAN NAUNGAN DI LAHAN GAMBUT

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

KARAKTER MORFOLOGIS, PRODUKSI, DAN KANDUNGAN LEMAK KEDELAI (Glycine Max L.Merrill) HASIL RADIASI SINAR GAMMA PADA GENERASI M6 SKRIPSI OLEH :

Teknik Pemuliaan Tanaman Cabai

I. BAHAN DAN METODE. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru,

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SELEKSI MASSA KEDELAI (Glycine max L. Merrill) HASIL RADIASI SINAR GAMMA PADA GENERASI M 4

EVALUASI KARAKTER FENOTIP, GENOTIP DAN HERITABILITAS KETURUNAN KEDUA DARI HASIL SELFING BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

Transkripsi:

Persilangan Genotipe-Genotipe Kedelai (Glycine max L. Merrill.) Hasil Seleksi pada Tanah Salin dengan Tetua Betina Varietas Anjasmoro Crossing of Genotypes Soybean (Glycine max L. Merrill.) Selections Result on the Land of Salinity with Anjasmoro Varieties as Female Parent Maria Br Sitepu, Rosmayati*, Mbue kata Bangun Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, USU, Medan 20155 *Corresponding author: tanjungrosmayati@yahoo.co.id ABSTRACT The research aimed is to determine soybean varieties toleran salinity through crossing of numbers soybean derivative varieties in the land of salinity with Anjasmoro varieties as female parent. The research was carried out in plastic house Agriculture s Faculty of North Sumatera University, Medan, In Indonesia with height ± 25 m above of surface of the sea. Which was held in Mei to August. The research used Completely Randomized Design with five combination crossing with ten replicanst to observe the result of crossing that is AnjasmorxN 1, AnjasmorxN 2, AnjasmoroxN 3, AnjasmoroxN 4 and AnjasmoroxN 5. A result of the reset shows that the result of crossing, an age of parameter to get a flowers, a percentage of crossing success, an age of harvest, a numbers of pod which contains 3 seeds and it is significant different but it is not significant to the number of flowers and weight for 10 seeds. Key words : crossing, genotype soybean, saline soil. ABSTRAK Penelitian ini Bertujuan untuk menyilangkan nomor-nomor kedelai hasil turunan dari varietas grobogan pada tanah salin dengan tetua betina anjasmoro sebagai salah satu tahapan untuk mendapatkan varietas kedelai yang toleran salinitas. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia dengan ketinggian tempat ± 25 m diatas permukaan laut, yang dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 kombinasi persilangan dengan 10 ulangan untuk mengamati hasil persilangan yaitu AnjasmoroxN 1, AnjasmoroxN 2, AnjasmoroxN 3, AnjasmoroxN 4 dan AnjasmoroxN 5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada hasil persilangan, parameter umur berbunga, persentasi keberhasilan persilangan, umur panen, jumlah polong berisi satu, jumlah polong berisi dua dan jumlah polong berisi tiga mnunjukakan berbeda nyata namun tidak berbeda nyata terhadap jumlah bunga dan bobot 10 biji. Kata kunci : persilangan, genotipe kedelai, tanah salin. PENDAHULUAN Kedelai adalah salah satu tanaman pangan penting setelah padi dan jagung. Kedelai merupakan sumber protein nabati yang dikonsumsi terutama dalam bentuk tempe dan tahu. Permintaan terhadap kedelai terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk karena hampir semua lapisan masyarakat Indonesia menyukai makanan yang terbuat dari kedelai. Departemen Pertanian telah mencanangkan program pencapaian swasembada kedelai tahun 2015, yaitu melalui akselerasi 257

peningkatan produksi untuk mengurangi ketergantungan terhadap kedelai impor (DEPTAN, 2005). Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahun selalu meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan perbaikan pendapatan perkapita. Oleh karena itu, diperlukan suplai kedelai tambahan yang harus diimpor karena produksi dalam negeri belum dapat mencukupi kebutuhan tersebut. Lahan budidaya kedelai pun diperluas dan produktivitasnya ditingkatkan. lebih mendalam (Irwan, 2006). Keberhasilan proses pembentukan varietas sangat ditentukan oleh tingkat keragaman bahan genetik yang akan dievaluasi. Semakin banyak materi atau bahan yang dievaluasi, tentunya akan lebih besar peluangnya untuk memperoleh varietas unggul baru. Hal ini memberikan indikasi yang kuat bahwa jumlah populasi dasar memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembentukan varietas. Salah satu bahan dasar yang digunakan dalam kegiatan seleksi atau bahan persilangan yaitu koleksi plasma nutfah (Adisarwanto, 2005). Persilangan merupakan salah satu cara memperbesar keragaman genetik melalui perpaduan sifat tetua untuk mendapatkan suatu varietas baru yang diharapkan (Hidayat. 1989). Pada tanaman kacang hijau sifat yang diperlukan pada tetua adalah ketahanan terhadap cekaman lingkungan, ketahanan terhadap hama dan penyakit serta memiliki potensi hasil biji yang tinggi. Keberhasilan dalam pelaksanaan persilangan ditentukan oleh faktor manusia, alat yang digunakan serta faktor lingkungan. Peran pelaksana (manusia) dalam memperbesar keberhasilan persilangan terutama ditentukan oleh keterampilan dan pengetahuan. Faktor alat lebih berhubungan pada kebersihan alat, sedangkan faktor lingkungan adalah seperti adanya serangan hama dan penyakit serta sifat genetik dari tanaman yang akan disilangkan. Fluktuasi musim dan suhu seringkali juga memiliki peran penting dalam kegiatan persilangan. Disamping itu perlu penetapan tujuan dari persilangan. Menurut Poehlman (1983), biji yang disilangkan harus mantap dan mempunyai ketahanan terhadap hama dan penyakit, tanah yang bermasalah dan fluktuasi musim (Supeno, 2004). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ardiansyah (2014) telah diperoleh genotipe-genotipe tanaman kedelai turunan dari varietas grobogan yang beradaptasi pada lahan salin, genotipe-genotipe tanaman tersebut merupakan hasil seleksi generasi F4. Hasil seleksi turunan dari varietas grobogan telah dilakukan di lahan salin Kecamatan Percut. Dari hasil seleksi yang telah dilakukan sampai turunan ke empat diperoleh 20 genotipe tanaman yang tahan salinitas. Diantara 20 genotipe tanaman yang telah di seleksi, terdapat 5 genotipe tanaman yang memiliki produksi lebih baik dibandingkan dengan genotipe-genotipe kedelai yang lain diantaranya 1309.2.15.21, 958.3.31.8, 514.1.1.26, 514.1.2.16 dan 1298.5.2.26. Hasil seleksi ini berdasarkan bobot biji per tanaman diantaranya kedelai genotipe 1309.2.15.21 memiliki bobot sebesar 10,98 g, genotipe 958.3.31.8 sebesar 10,99 g, genotipe 514.1.1.26 sebesar 11,02 g, genotipe 514.1.2.16 sebesar 11,03 g, dan genotipe 1298.5.2.26 sebesar 11,1 g. Penelitian ini bertujuan untuk menyilangkan genotipe-genotipe kedelai turunan dari varietas grobogan yang beradaptasi pada tanah salin dengan tetua betina varietas anjasmoro sebagai salah satu tahapan untuk mendapatkan varietas kedelai yang tahan salinitas. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Rumah plastik buatan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ±25 m diatas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014. Bahan yang digunakan yaitu benih kedelai varietas Anjasmoro, 5 genotipe kedelai turunan dari varietas Grobogan yang beradaptasi pada tanah salin, topsoil, pupuk Urea, TSP dan KCL, polibag, insektisida, air, selotip, benang dan plastik. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pinset, gunting, tusuk gigi, meteran, 258

cangkul, petridish, timbangan analitik, gembor, sprayer dan spidol. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), sistem persilangan antara varietas anjasmoro sebagai tetua betina dengan genotipe - genotipe kedelai turunan dari varietas grobogan hasil seleksi pada tanah salin (N1 = genotipe 1309.2.15.21, N2 = genotipe 958.3.31.8, N3 = genotipe 514.1.1.26, N4 = genotipe 514.1.2.16, N5 = genotipe 1298.5.2.26) sehingga diperoleh kombinasi persilangan yaitu Anjasmoro N 1, Anjasmoro N 2, Anjasmoro N 3, Anjasmoro N 4 dan Anjasmoro N 5 masing-masing dengan 10 ulangan. Data yang berpengaruh nyata setelah dianalisis maka dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) dengan taraf 5 % (Bangun, 2008). Pelaksanaan penelitian dimulai dengan pembuatan rumah plastik yang digunakan untuk melindungi tanaman dari hujan dan sinar matahari langsung. Seleksi benih yang akan ditanam, persiapan wadah penanaman yaitu polibag ukuran 22x35 cm dan persiapan media tanam berupa topsoil. Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam pada polibag dengan kedalaman ± 2 cm, kemudian dimasukkan 2 benih per polibag masing-masing yang telah ditentukan dan ditutup dengan tanah. Pemupukan dasar dilakukan sesuai dengan dosis anjuran kebutuhan pupuk kedelai yaitu 100 kg Urea/ha (0,625 g/polibag), 200 kg TSP/ha (1,25 g/polibag), dan 100 kg KCl/ha (0,625 g/polibag). Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyulaman dan penjarangan, penyiangan,pembumbunan serta pengendalian hama dan penyakit. Persilangan buatan meliputi kastrasi yaitu pembuangan mahkota dan kelopak pada bunga, emaskulasi yaitu kegiatan membuang alat kelamin jantan (stamen) pada tetua betina, sebelum bunga mekar atau sebelum terjadi penyerbukan sendiri, selanjutnya dilakukan penyerbukan, isolasi, dan pelabelan. Panen dilakukan pada umur 92 HST hingga 96 HST yang merupakan panen tanaman terakhir. HASIL PENELITIAN Persentase Keberhasilan Persilangan (%) amatan persentasi keberhasilan persilangan. Rataan persentasi keberhasilan persilangan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rataan persentase keberhasilan persilangan (%) Perlakuan % Keberhasilan Persilangan A x N 1 55.00-85.70a A x N 2 45.70-85.30a A x N 3 27.70-74.50b A x N 4 29.80-72.50b A x N 5 29.90-72.60b Tabel 1. diperoleh bahwa rataan persentasi keberhasilan persilangan yang tertinggi terdapat pada persilanga AxN 1 berbeda nyata dengan persilangan AxN 3, AxN 4 dan AxN 5, namun persilangan AxN 1 tidak berbeda nyata dengan persilangan AxN 2. Rendahnya keberhasilan persilangan, jumlah polong berisi, jumlah polong hampa, jumlah polong berisi satu, dua dan tiga disebabkan oleh banyaknya faktor diantaranya keterampilan dari penyilang, tidak setiap varietas cocok dengan varietas lain, waktu reseptif, waktu antesis. Persilangan dilakukan untuk semua kombinasi tidak dalam waktu yang bersamaan ini tentu mempengaruhi keberhasilan persilangan meskipun masa antesis antara jam 06.00 10.00, penutupan dengan plastik mengakibatkan udara di dalam lebih panas sehingga memperbesar jumlah bunga-bunga yang gugur, kesuburan tetua betina lebih subur dibanding dengan tetua jantan kemungkinan tingkat fertilitas jantan lebih rendah karena jantan hasil seleksi pada tanah salin, viabilitasnya kurang baik, jumlah serbuk sari yang diberikan tidak sama pada 259

setiap tanaman, kegagalan pembentukan buah sempurna disebabkan oleh kegagalan tepung sari berkecambah, penghambatan tepung sari mencapai sel telur, pembentukan buah yang lemah serta faktor lingkungan seperti adanya serangan hama dan penyakit serta sifat genetik dari tanaman yang akan disilangkan. Menurut Yunianti et al. (2009) yang menyatakan bahwa keberhasilan penyerbukan buatan yang kemudian diikuti oleh pembuahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah kompatibilitas tetua, ketepatan waktu reseptif betina dan antesis jantan, kesuburan tanaman serta faktor lingkungan. Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong) amatan jumlah polong berisi. Rataan jumlah polong berisi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rataan jumlah polong berisi per tanaman (polong) Perlakuan Polong Berisi A x N 1 14.90a A x N 2 13.50a A x N 3 4.10b A x N 4 3.10b A x N 5 5.00b Keterangan : kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata Tabel 2. diperoleh bahwa rataan jumlah polong berisi yang tertinggi terdapat pada persilangan AxN 1 berbeda nyata dengan persilangan AxN 3, AxN 4, dan AxN 5, namun tidak berbeda nyata dengan persilangan AxN 2. Jumlah Polong Hampa per Tanaman (polong) amatan jumlah polong hampa. Tabel 3. Rataan jumlah polong hampa per tanaman (polong) Perlakuan Polong Hampa A x N 1 9.80a A x N 2 14.40ab A x N 3 11.10a A x N 4 15.70ab A x N 5 20.10b kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan pada taraf 5%. Tabel 3. diperoleh bahwa rataan jumlah polong hampa yang tertinggi terdapat pada persilangan AxN 5, berbeda nyata dengan persilangan AxN 1, AxN 2, AxN 3 dan AxN 4. Jumlah Polong Berbiji Satu per Tanaman (polong) amatan jumlah polong berbiji satu. Rataan jumlah polong berbiji satu dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan jumlah polong berbiji satu per tanaman (polong) Perlakuan Jumlah Polong Berbiji 1 A x N 1 2.20a A x N 2 0.50b A x N 3 0.40b A x N 4 0.60b A x N 5 2.00a Tabel 4. diperoleh bahwa rataan jumlah polong berbiji satu yang tertinggi terdapat pada persilanga AxN 1, berbeda nyata dengan persilangan AxN 2, AxN 3 dan AxN 4 namun persilangan AxN 1 tidak berbeda nyata dengan persilangan AxN 5. Jumlah Polong Berbiji Dua per Tanaman (polong) 260

amatan jumlah polong berbiji dua. Rataan jumlah polong berbiji dua dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan jumlah polong berbiji dua Per tanaman (polong) Perlakuan Jumlah Polong Berbiji 2 A x N 1 8.40a A x N 2 8.60a A x N 3 2.10b A x N 4 2.40b A x N 5 2.50b Tabel 3. diperoleh bahwa rataan jumlah polong berbiji dua yang tertinggi terdapat pada persilangan AxN 2 berbeda nyata dengan persilangan AxN 3, AxN 4 dan AxN 5 namun persilangan AxN 2 tidak berbeda nyata dengan persilangan AxN 1. Jumlah Polong Berbiji Tiga per Tanaman (polong) amatan jumlah polong berbiji tiga. Rataan jumlah polong berbiji tiga dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rataan jumlah polong berbiji tiga per tanaman (polong) Perlakuan Jumlah Polong Berbiji 3 A x N 1 4.10a A x N 2 4.50a A x N 3 1.60b A x N 4 0.30b A x N 5 0.50b Tabel 6. diperoleh bahwa rataan jumlah polong berbiji tiga yang tertinggi terdapat pada persilangan AxN 2, berbeda nyata dengan persilangan AxN 3, AxN 4 dan AxN 5 namun persilangan AxN 1 tidak berbeda nyata dengan persilangan AxN 2. Jumlah polong yang dihasilkan dari hasil persilangan yaitu jumlah polong berisi (polong), jumlah polong hampa (polong), jumlah polong berbiji satu, dua dan tiga (polong) dipengaruhi oleh keberhasilan persilangan dimana semakin tinggi tingkat keberhasilan persilangan maka makin banyak pula jumlah polong yang dapat dihasilkan. Jumlah polong yang terbentuk dari hasil persilangan dipengaruhi oleh kualitas serbuk sari yang juga akan menentukan kemampuan serbuk sari dalam membuahi ovarium. Sumber serbuk sari yang diambil dari tetua jantan yaitu genotipe-genotipe kedelai hasil seleksi pada tanah salin sangat terbatas karena berbeda nya masa reseptik antara tetua jantan dan betina, tetua jantan berbunga lebih awal dibandingkan tetua betina sehingga jumlah serbuk sari yang dapat diambil dari tetua jantan sangat terbatas inilah yang mengakibatkan jumlah serbuk sari yang dapat diserbuki pada setiap bunga tetua betina juga tidak sama banyaknya sehingga kemudian tidak dapat menghasilkan polong secara maksimal dimana banyaknya jumlah polong yang dapat dihasilkan sangat bergantung pada banyaknya jumlah serbuk sari yang dapat diserbuki ke kepala putik. Menurut Gardner et al (1991) yang menyatakan bahwa kadang-kadang terjadi penyerbukan suatu bunga, tetapi tidak diperoleh buah dan biji yang diharapkan karena serbuk sari mungkin gagal berkecambah pada kepala putiknya sendiri atau pada kepala putik asing (tidak cocok) walaupun kondisinya sangat menguntungkan dan ketidakcocokkan terhadap diri sendiri mungkin juga diakibatkan oleh adanya perbedaan masa pemasakan gamet jantan dan betina. Bobot 10 biji per tanaman (g) amatan bobot 10 biji pertanaman. Rataan 261

bobot 10 biji pertanaman dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan bobot 10 biji per tanaman (g) Perlakuan Bobot 10 Biji A x N 1 1.04 A x N 2 0.80 A x N 3 0.46 A x N 4 0.59 A x N 5 0.56 Tabel 7. diperoleh bahwa rataan bobot 10 biji yang tertinggi terdapat pada persilangan AxN 1 yaitu1.04 dan terendah pada persilangan AxN 3 yaitu 0.46. Dari hasil penelitian diketahui bahwa hasil persilangan nomor-nomor kedelai hasil seleksi pada tanah salin pada peubah amatan bobot 10 biji yang tertinggi pada perlakuan A X N1 yaitu 1.04 dan yang terendah pada perlakuan A X N3 yaitu 0.46 sedangkan pada tetua jantan bobot 10 biji yang tertinggi terdapat pada perlakuan N2 sebesar 2.54 dan terendah terdapat pada perlakuan N3 sebesar 1.82. Perbedaan antara hasil persilangan dengan tetua jantan pada peubah amatan bobot 10 biji disebabkan oleh adanya pengaruh dari kombinasi antara tetua jantan dan tetua betina, dalam hal ini tetua betina memiliki peran lebih dominan dibandingkan tetua jantan karena bakal buah yang akan menjadi biji berasal dari tetua betina. Namun walaupun demikian tetua jantan tetap mempengaruhi hasil dari persilangan karena penggunaan serbuk sari berasal dari tetua jantan, varietas kedelai Grobogan termasuk berbiji besar, polongnya busuk dan bijinya mengempis serta kering dan dipengaruhi oleh musim sehingga mempengaruhi jumlah biji dan bobot 10 biji dan berbedanya pertumbuhan antara tetua betina dan tetua jantan karena tetua jantan yang berasal dari hasil seleksi sebelumnya yang memiliki keadaan genetik yang belum stabil. Menurut Balitkabi (2005) yang menyatakan bahwa kedelai varietas grobogan ukuran biji besar 18 g/100 biji. Ditambahkan pula oleh Welsh, (1991) yang menyatakan bahwa faktor faktor abiotik dan biotik merupakan kendali pembatas bagi tumbuhan untuk dapat hidup dan berproduksi. Faktor genetik tidak akan memperlihatkan sifat yang dibawanya kecuali dengan adanya faktor lingkungan yang menunjang. SIMPULAN Persentasi keberhasilan persilangan tertinggi terdapat pada persilangan AxN 1 dan terendah pada persilangan AxN 5. Pada Peubah amatan jumlah polong berisi terbanyak pada AxN 1 dan terendah pada persilangan AxN 4. Pada peubah amatan jumlah polong hampa yang tertinggi terdapat pada persilangan AxN 5 dan terendah pada persilangan AxN 1. Pada peubah amatan jumlah polong berisi satu dan dua yang paling banyak terdapat pada persilangan AxN 5 dan persilangan AxN 1 dan terendah pada persilangan AxN 3 sedangkan pada peubah amatan jumlah polong berisi tiga yang tertinggi terdapat persilangan AxN 2 dan terendah terdapat pada persilangan AxN 4, peubah amatan bobot biji tertinggi terdapat pada persilangan AxN 2 dan terendah pada persilangan AxN 5 sedangkan pada peubah amatan bobot 10 biji yang tertinggi terdapat pada persilangan AxN 2 dan terendah pada persilangan AxN 3. DAFTAR PUSTAKA Alia, Y., dan W. Wilia. 2010. Persilangan Empat Varietas Kedelai Dalam Rangka Penyediaan Populasi Awal untuk Seleksi. J. Penelitian Universitas Jambi Seri Sains 13 (1): 39-42. Bangun, M. K., 2008. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Cahyono, Bambang. 2007. Kedelai, Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. C.V. Aneka Ilmu. Semarang. [DEPTAN] Departemen Pertanian. 2008. Perkiraan kebutuhan kedelai nasional. http://www.deptan. go.id. 262

Gardner, F. P., Pearce, R. B., Michell, R. L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya (terjemahan). Indonesia University Press. Jakarta. Hidayat, J.R. 1989. Teknik Persilangan dan Penanganan generasi lanjut pada kedelai. Latihan Field Insfection and Maintanance of Varieties of Food Legummes. Bogor. 1-12 P. Irwan, A. E. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Universitas Padjadjaran. Jatinangor. Kartono. 2005. Persilangan Buatan pada Empat Varietas Kedelai. Buletin Teknik Pertanian 10 (2): 49-52. Jakarta. Rubatzky, V. E dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia, Prinsif, Produksi dan Gizi. Edisi Kedua. Penerjemah C. Herison. ITB Press. Bandung. Salisbury, F.B., C.W. Ross.1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Diterjemahkan oleh Lukman, D.R. & Sumaryono. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Sitompul, S.M dan Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta. Welsh, J.R., 1991. Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Terjemahan Mogea, P.J. Penerbit Erlangga. Jakarta. 263