5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Studi Kelayakan Studi kelayakan bisnis atau sering pula disebut dengan studi kelayakan proyek adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek bisnis yang biasanya merupakan proyek investasi itu dilaksanakan. Maksud layak atau tidak layak investasi ini adalah prakiraan proyek akan dapat menghasilkan keuntungan yang layak bila telah dioperasionalkan. Pengertian untung sendiri berbeda antara pihak yang berorientasi pada keuntungan ekonomi seperti pengusaha dan yang berorientasi pada keuntungan non-ekonomi seperti pemerintah dan lembaga nirlaba lainnya (Umar, 1999). Tujuan diadakannya studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Karena bagi penanam modal, studi kelayakan merupakan gambaran usaha/proyek yang akan dikerjakan dan memulai studi kelayakan mereka akan dapat mengetahui prospek perusahaan dan kemungkinan-kemungkinan yang diterima. 5
6 2.2 Pentingnya Studi Kelayakan Besarnya manfaat yang dapat diperoleh dari investasi antara lain: (Siregar, 1991) a. Bagi pemerintah, dilaksanakannya investasi baru akan menggairahkan kegiatan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan devisa. b. Bagi masyarakat, terutama di sekitar lokasi dimana proyek dilaksanakan diharapkan akan secara langsung ikut mengikuti hasilnya. Misalnya mendapatkan kesempatan kerja baik langsung maupun terlibat dalam proses pembangunan dan pengoperasian. c. Bagi investor sendiri, investasi bertujuan untuk memperoleh manfaat finansial yaitu untuk memperoleh keuntungan ekonomis demi kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan di masa depan. 2.3 Pengertian Investasi Investasi dapat dianggap sebagai pengorbanan atau pengeluaran saat sekarang untuk suatu hasil di masa mendatang. Di satu pihak, ada keinginan untuk memperoleh hasil di masa mendatang, di lain pihak muncul resiko karena penanaman modal (investasi) tersebut. Investasi suatu usaha menyebabkan hilangnya kesempatan untuk investasi di bidang lain, dengan demikian pemilihan suatu investasi harus berdasarkan misi dan tujuan yang jelas (Siregar, 1991).
7 2.4 Jenis Investasi Jenis investasi menurut Riyanto (2001) sebagai berikut: a. Investasi penggantian (replacement) Aktiva tetap akan mengalami pergantian karena ketinggalan zaman atau rusak. b. Investasi penambahan kapasitas (expasion) Perluasan usaha biasanya dilakukan oleh perusahaan yang mengalami kenaikan permintaan yang cukup besar, sedangkan perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan tersebut akibat keterbatasan kapasitas produksi. c. Investasi penambahan jenis produk baru (diversivication) Menghindari persaingan dapat membuat produk lain disamping produk utamanya. d. Investasi lain-lain (miscellaneous) Investasi lain-lain adalah yang tidak hanya berorientasi pada profit. 2.5 Aspek-aspek Penilaian Investasi a. Aspek Pasar dan Pemasaran Pada umumnya sutu gagasan atau rencana investasi muncul karena investor melihat adanya peluang pasar dalam suatu industri. Oleh karenanya, dalam pemasaran harus benar-benar diuraikan secara baik dan realistis baik mengenai masa lalu maupun prospeknya di masa yang akan datang, serta melihat bermacam-macam peluang dan kendala yang
8 mungkin akan dihadapi. Dalam uraian aspek pasar, sekurang-kurangnya harus melingkupi peluang pasar perkembangan pasar, penetapan pangsa pasar dan langkah-langkah yang perlu dilakukan disamping kebijaksanaan yang diperlukan (Ibrahim, 2003) Pemasaran merupakan suatu fungsi bisnis yang mengidentifikasi kebutuhan pasar, mendefinisikan dan mengukur besarnya kebutuhan pasar tersebut, menentukan produk atau jasa yang dilayani dan program-program yang sesuai untuk melayani pasar yang ada dan meminta setiap jajaran organisasi berusaha memberikan pelayanan yang terbaik. Analisis aspek pemasaran merupaka variabel utama yang perlu dikaji dalam pembahsan studi kelayakan karena bilamana tidak ada pasar pada unit usaha yang dikaji maka keputusan investasi perlu ditinjau kembali. Dalam aspek ini dibahas mengenai langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mendapatkan konsumen dengan promosi atau strategi emasaran yang tepat (Umar Husein, 1999) b. Aspek Teknis Aspek Teknis adalah aspek yang berhubungan dengan pembangunan dari prospek yang direncanakan, baik dilihat dari faktor lokasi, luas produksi/ tempat, penggunaan teknologi (mesin/ peralatan) maupun keadaan lingkungan yang berhubungan dengan proses produksi. Dalam menyusun studi kelayakan bisnis, aspek teknis perlu diperhitungkan secara tepat dan benar karena kesalahan dalam menentukan
9 aspek ini juga mengakibatkan perusahaan mengalami kegagalan dikarenakan kesalahan dalam memperhitungkan aspek teknis secara tepat dan benar pada saat pendirian usaha, seperti tidak tepatnya lokasi perusahaan, terbatasnya bahan baku, tidak cocoknya teknologi yang digunakan, mahalnya biaya tenaga kerja. (Ibrahim, 2003) c. Aspek Keuangan Aspek keuangan perlu dibahas menyangkut dengan perkiraan biaya investasi, perkiraan biaya operasi dan pemeliharaan, kebutuhan modal kerja, sumber pembiayaan, perkiraan pendapatan, perhitungan kriteria investasi (Ibrahin, 2003) Biaya investasi adalah biaya yang diperlukan dalam pembangunan proyek yang terdiri dari pengadaan tanah, gedung, mesin, perlatan, biaya pemasangan. Modal kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan usaha setelah pembangunan proyek siap. Selain biaya investasi dan modal kerja juga perlu diperhatikan sumber modal, proses perputaran keuangan, asas pembelanjaan. 2.6 Biaya Depresiasi Penyusutan atau depresiasi merupakan istilah yang sering digunakan untuk menunjukkan penurunan potensi jasa yang dimiliki harta tetap. Menurut (Prakosa, 2000), penyusutan didefinisikan sebagai proses akuntansi untuk mengalokasikan harga pokok (cost) harta tetap berwujud pada beban dengan cara yang sistematik dan rasional dalam periode-
10 periode yang mengambil manfaat dari penggunaan harta tersebut. Secara umum olah kerja terjadi akibat dua sebab : (Waldiyono, 1986) a. Penyusutan secara fisik b. Penyusutan secara ketinggalan zaman Metode penyusutan yang dipergunakan adalah metode garis lurus (straight line method) dan metode saldo menurun (declining balance method). 1) Metode Garis Lurus (Straight Line Method) Depresiasi atau penyusutan adalah sebagian dari perolehan aktiva tetap yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya pada setiap periode akuntansi. Dalam studi analisis ini, diterapkan metode penyusutan garis lurus karena sederhana dan menunjukkan jumlah biaya yang seragam per tahun. Dengan formulanya adalah sebagai berikut: Depresiasi = Hp Ns n Keterangan: Hp = Harga perolehan (cost). Ns = Nilai sisa (residu). n = Taksiran umur kegunaan atau umur ekonomis. 2) Metode Keseimbangan Menurun (Declining Balancing) Dalam hal ini dianggap bahwa penyusutan nilai benda pada tahun-tahun awal dari nilai umur pakai berjalan dengan tingkat yang
11 lebih cepat pada tahun-tahun terakhir. Metode ini terkadang disebut juga dengan metode prosentase tetap, karena dianggap bahwa biaya penyusutan tahunan merupakan prosentase yang tetap dari nilai sisa/nilai buku pada permukaan tahun (periode). Adapun besarnya depresiasi pada tahun ke-t adalah : D = dbv t-1 D d = Nilai penyusutan = Tingkat depresiasi yang ditetapkan bv t-1 = Nilai buku aset pada akhir tahun sebelumnya 2.7 Macam-Macam Penggolongan Biaya Ditinjau dari berbagai sudut kegiatan operasional perusahaan maka tidak terlepas dari masalah pembiayaan, karena kelancaran suatu usaha harus didukung oleh dana yang cukup untuk memenuhi kegiatan operasional perusahaan dalam menjaga kelangsungan perusahaan. Pengertian biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dengan suatu uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan. Untuk mempermudah pengklasifikasian jenis-jenis biaya, maka dapat digolongkan dua jenis biaya: (Waldiyono, 1986) a. Biaya Investasi Biaya investasi merupakan biaya awal yang dikeluarkan perusahaan untuk kegiatan produksi, misalnya pembelian tanah, alat-alat, mesin dan lain-lain.
12 b. Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya yang digunakan untuk membiayai aktifitas operasional perusahaan, sehingga keberlangsungan perusahaan tidak terganggu. Biaya operasional terdiri dari dua bagian yaitu: 1. Biaya Tetap (Fixed Cost) Yaitu biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk terlaksanakannya kegiatan operasional seperti: biaya pajak kendaraan, biaya pengeluaran kir, dan biaya tenaga kerja tak langsung. 2. Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) Yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mendukung kegiatan operasional secara langsung. Biaya ini meliputi: biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan bakar dan pelumas, biaya pemakaian ban, biaya pemeliharaan dan perbaikan. 2.8 Aliran Kas (Cash Flow) Setiap usulan investasi harus didasarkan pada aliran kas (cash flow), karena untuk menghasilkan keuntungan tambahan harus mempunyai kas untuk ditanam kembali (Riyanto, 2001). Cash Flow terdiri dari dua macam, yaitu: a. Aliran Kas Keluar neto (Net Outflow Cash) Yang diperlukan untuk investasi baru.
13 b. Aliran Kas Masuk neto tahunan (Net Annual Inflow Of Cash) Yaitu sebagai hasil dari investasi baru tersebut, yang ini sering pula disebut Net Cash Proceeds atau cukup dengan istilah Proceeds. Diagram aliran kas menurut (Nyoman, 2003) adalah suatu ilustrasi grafis dari transaksi-transaksi ekonomi yang dilukiskan pada grafis skala waktu. Jadi ada dua segmen dalam sentral diagram aliran kas yaitu: (1) garis horizontal yang menunjukkan skala waktu (periode), dan (2) grafis vertikal yang menunjukkan aliran kas. 1 2 3 4 5 Gambar. 2.1 Cash Flow 2.9 Tarif Pajak Penghasilan Pajak penghasilan dikenakan terhadap subyek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak. Yang termasuk subyek pajak adalah: Orang Pribadi dan warisan yang belum terbagi. Badan, yaitu: PT, CV, Perseroan lainnya, BUMN, BUMD, persekutuan, perkumpulan. Firma, kongsi, koperasi, dan bentuk badan usaha lain. Adapun besarnya pajak yang harus dibayarkan oleh pajak adalah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2000 adalah tarif pajak yang
14 diterapkan atas penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dalam bentuk usaha tetap sampai dengan Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sebesar 10%, antara Rp. 50.000.000,00 s.d. Rp. 100.000.000,00 (lima puluh juta rupiah sampai seratus juta rupiah) sebesar 15%, dan di atas Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) sebesar 30%. 2.10 Metode Net Present Value (NPV) Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih (operasional maupun terminal cash flow) di masa yang akan datang (Riyanto, 2001). Secara formal metode ini bisa dinyatakan dalam bentuk formulasi sebagai berikut: NPV = A 0 + n t= 1 At 1 (1 + r) t Keterangan: A 0 A t r = Pengeluaran investasi pada tahun ke-0 = Aliran kas masuk bersih pada tahun ke-t = Tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh para pemilik modal sendiri dengan hanya memperhatikan resiko usaha. n = Jumlah tahun (usia ekonomis) proyek.
15 Kriteria metode NPV adalah: Proyek layak jika NPV bertanda positif. Proyek tidak layak jika NPV negatif. 2.11 Metode Payback Period (PP) Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas (Riyanto, 2001). Kriteria kelayakan Payback Period : 1. Proyek dikategorikan sebagai proyek yang layak jika masa pemulihan modal lebih pendek daripada usia ekonomis. 2. Proyek dikategorikan sebagai proyek yang tidak layak jika masa pemulihan modal lebih lama daripada usia ekonomis proyek. Metode Payback Period dapat dirumuskan sebagai berikut : PP = Investasi Proceed(Laba setelah pajak + Depresiasi) Rumus di atas hanya berlaku untuk proyek yang arus kasnya tetap pertahunnya. Bila proceeds proyek pertahunnya tidak sama maka harus dihitung satu persatu (pertahun), seperti dibawah ini : Capital Outlay Proceed tahun 1 Sisa Proceed tahun 2 Sisa = Rp. = Rp. = Rp. = Rp. = Rp.
16 Hal ini dilakukan terus sampai nilai sisa lebih kecil dari nilai proceed tahun berikutnya maka nilai sisa tersebut dibagi dengan nilai proceed tersebut atau dapat dirumuskan sebagai berikut : Sisa Payback period = Proceed x 1 tahun Hasil dari perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut adalah merupakan tambahan waktu dari tahun proceed yang telah digunakan untuk menutup jumlah investasi semula. 2.12 Metode Profitability Index (PI). Profitability Index (PI) atau sering disebut juga dengan benefit cost rasio adalah rasio antara present value proceed dengan present value outlay. Secara umum kita dapat tuliskan sebagai berikut : PI n At t= (1 + k) = 0 A n t Kriteria metode PI : Apabila hasil perhitungan PI > 1 maka investasi tersebut dapat dikatakan layak untuk dilaksanakan. Apabila hasil perhitungan PI < 1 maka investasi tersebut dapat dikatakan tidak layak untuk dilaksanakan.
17 2.13 Kerangka Pemikiran Menurut Husnan dan Suwarsono (1994) investasi adalah kebutuhan dana baik untuk aktiva tetap maupun dana untuk modal kerja. Investasi atau modal menurut pengertian lain adalah dana yang disiapkan untuk pendanaan jangka panjang (Soeharto, 1995). Setelah jumlah dana yang dibutuhkan diketahui, selanjutnya dapat ditentukan dalam bentuk apa dana didapat, dipilih sumber dana yang mempunyai biaya paling rendah dan tidak menimbulkan permasalahan di masa mendatang bagi perusahaan yang mensponsorinya. Tujuan dalam analisis terhadap aspek-aspek kelayakan suatu proyek dengan memperbaiki penilaian investasi untuk menentukan dan memiliki di antara berbagai alternatif dengan jalan menghitung biaya dan manfaat yang diharapkan tercapai. Dalam merealisasikan proyek bisnis membutuhkan dana yang diklasifikasikan atas dasar aktiva tetap berwujud dan aktiva tetap tak berwujud yang disebut investasi (Umar, 2001). Menurut Mila F (2008) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa syarat terpenting sebelum melakukan keputusan untuk melakukan investasi adalah mengkaji aspek finansial dan ekonomi. Hasil analisis yang dilakukan didapatkan nilai NPV positif sehingga keputusan investasi layak dilaksanakan. Mengingat jumlah populasi kendaraan yang setiap tahun selalu meningkat dan perilaku bersih orang Indonesia atas kendaraan pribadinya mendorong usaha cuci mobil menjadi salah satu usaha yang sangat
18 meyakinkan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap pemilik salah satu tempat jasa pencucian mobil di Bumiayu, diperoleh bahwa peningkatan konsumen pemakai jasa cuci mobil ini sangat signifikan dan semakin meningkat setiap bulannya. Atas dasar uraian tersebut diatas dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut : Investasi Pendirian Aspek Pasar dan Pemasaran Aspek Teknik Analisis Keuangan NP PP PI Layak Tidak Layak Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran
19 2.14 Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H 1 : Analisis dengan metode Net Present Value (NPV), investasi layak dilaksanakan. H 2 : Analisis dengan metode Payback Period (PP), investasi layak dilaksanakan. H 3 : Analisis dengan metode Profitability index (PI), investasi layak dilaksanakan.