BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembuluh darah yang pecah atau terhalang oleh gumpalan darah sehingga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRATEGI KOPING PADA PENDERITA PASCA STROKE

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke juga merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat.

Disusun Oleh : SARI INDAH ASTUTI F

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Smeltzer &

HUBUNGAN ANTARA KESABARAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PENDERITA PASKA STROKE SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. besar ( 12 Desember 2013). Perubahan hidup dapat menjadi. penyesuaian diri bagi individu (Nevid & Rathus, 2005).

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih. Kelumpuhan adalah cacat paling umum dialami oleh penderita stroke.

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan. kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke.

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. paling banyak terjadi pada wanita (Kemenkes, 2012). seluruh penyebab kematian (Riskesdas, 2013). Estimasi Globocan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma akibat Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO) atau yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perilaku dan gaya hidup yang dijalani oleh masyarakat. Saat pendapatan tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, masalah kesehatan utama yang menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (2001) stroke adalah tanda tanda klinis mengenai gangguan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit ini. Sejarah kasus dari penyakit dan serangkaian treatment atau

BAB 1 PENDAHULUAN. dan psikologis. Gejala fisik paling khas adalah paralisis, kelemahan, hilangnya

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB 1 PENDAHULUAN. dari Tuhan. Selain itu, orang tua juga menginginkan yang terbaik bagi anaknya,

BAB 1 PENDAHULUAN. individu dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan. Menurut

Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara

BAB 1 : PENDAHULUAN. penderita mengalami komplikasi pada organ vital seperti jantung, otak, maupun ginjal.

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi

BAB 1 PENDAHULUAN. hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya pembuluh darah atau tersumbat oleh gumpalan. Gangguan asupan darah

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa. prevalensi nasional penyakit jantung adalah 7,2% (berdasarkan diagnosis tenaga

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. food, workaholic style, kebiasaan merokok, minuman beralkohol, polusi,

BAB 1 PENDAHULUAN. baik di negara maju maupun di negara berkembang. World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dengan penyakit kronis pada stadium lanjut tidak hanya mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengalami peningkatan, terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menginduksi pertumbuhan dan pembelahan sel. tubuh tidak membutuhkan sel untuk membelah.

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah pasien stroke terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

STROKE Penuntun untuk memahami Stroke

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di negara-negara maju dan berkembang setiap tahunnya, sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan dalam pekerjaan. Perubahan gaya hidup tersebut diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. data Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) persennya merupakan penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

diantaranya telah meninggal dunia dengan Case Fatality Rate (CFR) 26,8%. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan mental adalah keadaan dimana seseorang mampu menyadari

STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyakit yang mematikan di dunia. World Health Organization (WHO) (2015) mendefinisikan stroke sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya gangguan aliran darah ke otak, biasanya karena pembuluh darah yang pecah atau terhalang oleh gumpalan darah sehingga memotong pasokan oksigen dan nutrisi yang menyebabkan kerusakan pada jaringan otak. Terdapat 15 juta orang yang terkena stroke setiap tahunnya. Berdasarkan data dari WHO saat ini stroke telah menjadi penyebab kematian nomor dua di dunia untuk penderita usia diatas 60 tahun dan menjadi penyebab kematian kelima untuk penderita antara usia 15 59 tahun. Setiap tahunnya, hampir 6 juta orang dari seluruh dunia meninggal akibat stroke. Satu dari enam orang di dunia menderita stroke. Setiap 6 detik, 1 orang meninggal akibat stroke (World Stroke Organization, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Strong, Mathers, dan Bonita (dicitasi oleh Bhattacharjee, Madhumita., Vairale, Jaee., Gawali, Kamal., Dalal, Praful M., 2012) menunjukkan bahwa di tahun 2005, kematian akibat stroke sebesar 87% dari semua kasus kematian di negara-negara berkembang dan jumlah ini akan meningkat dengan meningkatnya jumlah penduduk. Sekitar 5,7 juta orang meninggal karena stroke pada tahun 2005 dan diperkirakan akan meningkat menjadi 6,6 juta orang meninggal di tahun 2015. 1

2 Pada tahun 2013 stroke menjadi penyebab pertama kematian di Indonesia. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, stroke berada dalam sepuluh besar penyakit tidak menular terbanyak di Indonesia dan pada tahun yang sama Indonesia menjadi negara dengan penderita stroke terbanyak di Asia. Data dari Kementrian Kesehatan RI (2014) menunjukkan jumlah penderita penyakit stroke di Indonesia tahun 2013 berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (Nakes) diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang (7,0 ), sedangkan berdasarkan diagnosis Nakes/gejala di-perkirakan sebanyak 2.137.941 orang (12,1 ). Menurut Yayasan Stroke Indonesia (2012), jumlah penderita stroke akan semakin bertambah per tahunnya, bahkan di tahun 2020 jumlah penderitanya akan meningkat 2x lipat jika tidak ada penanganan yang lebih baik dari semua pihak. Dosen Program Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UGM Yayi Suryo Prabandari (Ridarineni & Putra, 2014) mengatakan jumlah penderita stroke terbanyak berada pada usia diatas 45 tahun, meskipun penderita usia muda juga menunjukkan peningkatan. Jumlah penderita stroke usia 55-64 tahun sesuai data Riskesdas (2013) mencapai 24% dan jumlah penderita stroke pada usia 15-24 tahun yakni 0,2%. Angka kejadian stroke tersebut tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Jawa Tengah menjadi provinsi kedua terbanyak setelah provinsi Jawa Barat dengan jumlah penderita stroke sebanyak 431.201 orang. Banyak hal yang dapat timbul akibat penyakit stroke, akibat tersebut secara otomatis akan berpengaruh terhadap kondisi psikologis, kondisi fisik dan kondisi sosial. Perubahan kondisi psikologis diantaranya perasaan penderita akan lebih sensitif, gangguan seksual, dan dementia, yakni suatu gangguan dimana

3 penderita akan mengalami penurunan kemampuan mental yang gejalanya tidak mengingat kejadian yang baru saja terjadi, lupa jalan pulang ke rumah, serta lupa hari dan tanggal. Perubahan fisik yang terjadi akibat stroke adalah lumpuh separuh badan, mulut mencong, bicara pelo, sulit menelan, sulit berbahasa (kurang dapat mengungkapkan apa yang dia inginkan), tidak dapat membaca dan menulis, penglihatan terganggu, pendengaran mundur, bahkan sampai mengompol, tidak dapat buang air besar sendiri (Hasan & Rufaidah, 2013). Sedangkan perubahan pada keadaan sosial akibat dari stroke yakni penderita tidak dapat lagi bekerja kembali seperti sediakala dan sosialisasinya menjadi terhambat. Selain itu komunikasi tidak bisa berjalan seperti sediakala. Akibat-akibat tersebut dalam jangka waktu singkat ataupun lambat akan mempengaruhi keberlangsungan hidup penderitanya. Kondisi stroke yang dialami menyebabkan penderita membutuhkan bantuan orang lain. Penderita stroke tidak hanya membutuhkan bantuan secara fisik, tetapi juga secara psikologis dan spiritual agar mampu menerima kondisinya dan dapat menjalankan kehidupan dengan penuh harapan. Diperkirakan 25 74% penderita stroke di seluruh dunia membutuhkan bantuan seseorang. Seseorang yang menyediakan bantuan bagi penderita penyakit kronis seperti stroke seringkali disebut dengan istilah caregiver. Caregiver adalah seseorang yang bertanggung jawab memberikan perawatan dan perhatian terhadap kebutuhan sehari-hari orang lain (Emblem Health & National Alliance for Caregiving, 2010). Proses pemberian bantuan seorang caregiver kepada pasiennya disebut dengan caregiving. Menurut Barbara A. Given (dalam Wardani, 2014)

4 caregiver adalah sumber utama dukungan bagi individu penderita penyakit kronis dan dapat mempengaruhi perubahan pada pasien. Caregiver diperlukan untuk merawat dan mendorong pasien serta menjadi sumber dukungan bagi pasien dalam mengurangi kekhawatiran yang timbul di dalam dirinya. Caregiver terdiri dari formal dan tidak formal. Caregiver formal merupakan perawatan yang disediakan oleh rumah sakit, psikiater, pusat perawatan ataupun tenaga profesional lainnya yang diberikan dan melakukan pembayaran. Sedangkan caregiver tidak formal merupakan perawatan yang dilakukan di rumah dan tidak profesional dan tanpa melakukan pembayaran seperti keluarga penderita yaitu istri/suami, anak perempuan/laki-laki, dan anggota keluarga lainnya (Sarafino, 1994). Caregiver menghabiskan sepanjang waktu untuk menemani dan membantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti menyediakan perawatan fisik dan transportasi, memberi makanan, memenuhi perawatan kesehatan dan memberi obat-obatan, membantu pasien dalam melakukan rehabilitasi untuk kesembuhan mereka, memberi dukungan emosional bagi pasien serta memberi semangat terhadap pasien agar mampu melanjutkan kehidupan dan menjadi manusia yang mandiri (American Stroke Association, 2015). Tanpa dukungan dari caregiver, pasien sulit untuk mempertahankan diri dalam menjalani penyakit yang diderita, dengan kata lain keberadaan seorang caregiver penting bagi kehidupan pasien, terutama bagi pasien yang tidak dapat menjalankan aktivitas secara mandiri.

5 Tugas berat yang harus dijalankan oleh caregiver secara cepat atau lambat akan membawa dampak bagi caregiver. Dampak tersebut akan mempengaruhi kondisi caregiver, baik kondisi fisik ataupun psikologis. Berdasarkan data dari Hunt (2015) sebanyak 43,5 juta orang di Amerika Serikat tercatat sebagai caregiver dan 53% mengalami stres karena merawat pasien, faktor utamanya adalah jumlah waktu yang tersita untuk merawat. Hal yang sama juga dialami oleh caregiver di Yordania, hampir semua caregiver yang merawat orang yang sakit mengalami beban fisik, psikologis dan keuangan yang signifikan (Kamel & Mohammed, 2014). Penelitian dari Daulay, Setiawan & Febriany (2014) menjelaskan bahwa caregiver merasa terbebani dalam merawat pasien stroke dan berdampak negatif terhadap kesehatannya. Dampak negatif dari proses caregiving yang dialami oleh caregiver antara lain peningkatan tekanan darah, depresi, demoralisasi, kecemasan dan gangguan psikologis lain yang berupa insomnia, sakit kepala dan emosi yang mudah meluap (Schulz & Williamson; Yee & Schulz; dalam Myers, 2010). Hal tersebut sejalan dengan apa yang disebutkan oleh Sarafino (1994) bahwa stres yang dialami oleh caregiver akan mempengaruhi kesehatan mereka sendiri yaitu sistem imun yang rendah, hormon stres yang tinggi, dan tingkat angka kematian yang tinggi. Han dan Haley (1999) menjelaskan sebanyak 17 dari 20 penelitian mengenai caregiving pada penderita stroke menunjukkan bahwa kondisi emosional yang paling sering dialami oleh caregiver yakni berupa depresi. Depresi tersebut disebabkan karena para caregiver dituntut untuk memberikan

6 perawatan secara intens selama berjam-jam dalam sehari (Embem Health & National Alliance for Caregiving, 2010). Tidak hanya depresi, caregiver juga merasakan perasaan sedih dan tertekan, kelelahan fisik dan perubahan pada hubungan sosial. Selain harus merawat dirinya sendiri, caregiver juga harus memberikan perawatan untuk penderita stroke dan tidak jarang hal tersebut mengakibatkan kebutuhan pribadinya sering tidak terpenuhi. Permasalahan yang dialami oleh caregiver dalam merawat pasien stroke dapat diketahui berdasarkan hasil wawancara berikut : ya gimana ya mbak orang ngerawat orang sakit itu ya mesti repot, pekerjaan nambah, yang awalnya saya sama bapak bisa kerja sama ini sekarang jadi ngurus orang sakit apalagi yang sakit suami sendiri, apa-apa kerja sendiri terus sejak stroke bapak itu jadi emosian terus aku kan ya jadi ikut-ikutan kesel, dirawat gak beneran Masalah lain yang muncul akibat merawat pasien stroke yaitu terjadi penolakan atas apa yang menimpa caregiver dan keluarganya. Berikut adalah kutipan wawancaranya : ya aku ngerawat tapi ngerasa stres mbak, apalagi diawal sakit aku kayak gak percaya, aku umurku masih segini masih muda kok harus ngerawat orang tua sakit, kan aku ya pengen to mbak kayak yanglain, kerja cari uang, senang-senang apalagi aku baru aja punya anak kan otomatis jadi tambah repot to mbak..nangis terus aku mbak Perasaan negatif yang dirasakan oleh caregiver dapat mengakibatkan ketidaknyamanan tidak hanya pada penderita stroke yang dirawat, melainkan juga berpengaruh pada kondisi diri caregiver sendiri. Ketika seorang caregiver mengalami stres pemberian perawatan tidak bisa optimal dan kesembuhan penderita stroke menjadi terhambat. Penderita stroke akan merasakan perbedaan

7 perawatan saat caregiver mengalami stres dan saat caregiver sedang dalam kondisi baik-baik saja. Agar proses perawatan dapat berjalan baik, maka caregiver harus bisa meredakan ataupun mengurangi stres yang dirasakan. Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi stres disebut sebagai coping (Sarafino, 1994). Sundberg, Norman; Winebarger, Allen; Taplin, Julian (2011) mendefinisikan coping sebagai cara sistem mengatasi masalah-masalah yang mengakibatkan kecemasan, ketegangan dan usaha psikologis ekstra serta usaha untuk mengatasi stres. Aldwin & Yancura (dalam Moosa & Munaf, 2015) mendefinisikan coping sebagai suatu tindakan dan pemikiran yang dipilih secara sengaja dengan tujuan meringankan beban pada kondisi lingkungan yang menekan. Coping memiliki dua fungsi utama bagi individu yaitu untuk mengatur distres dan untuk melakukan sesuatu agar terjadi perubahan jika individu mengalami situasi stres (Putri, 2010). Lebih lanjut Lazarus (dalam Sarafino, 1994) menjelaskan ada 2 tipe coping yakni Problem Focused Coping dan Emotion Focused Coping. Problem Focused Coping atau coping yang terpusat pada masalah, yaitu usaha individu untuk mengurangi atau menghilangkan stres dengan cara menghadapi masalah yang menjadi penyebab timbulnya stres secara langsung. Emotion Focused Coping atau coping yang terpusat pada emosi yaitu usaha-usaha individu untuk mengurangi atau menghilangkan stres yang dirasakan dengan tidak menghadapi secara langsung tetapi lebih pada usaha untuk mempertahankan keseimbangan afeksi.

8 Berdasarkan uraian fenomena diatas diatas, terlihat bahwa pasien stroke tidak dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri oleh karena itu mereka membutuhkan bantuan dari seorang caregiver untuk membantu menjalankan kehidupan sehari-hari. Beratnya tugas yang harus dilakukan caregiver dalam merawat pasien stroke pada akhirnya membuat mereka merasa stres. Hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui bagaimana Coping stres pada caregiver pasien stroke? B. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui kondisi stres pada caregiver pasien stroke 2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana coping stres yang dilakukan oleh caregiver pasien stroke. C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritis bagi disiplin ilmu psikologi pada umumnya dan secara khusus dapat menambah sumbangan ilmu di bidang psikologi klinis dan psikologi kesehatan mengenai coping stres pada caregiver pasien stroke.

9 2. Manfaat Praktis : a. Bagi Caregiver Sebagai pengetahuan seberapa penting keberadaan dan peran mereka terhadap pasien stroke. b. Bagi Pasien Stroke Sebagai pengetahuan bahwa caregiver mengalami stres karena beratnya tugas dalam memberikan perawatan terhadap mereka. c. Bagi Psikolog Sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan intervensi terhadap keluarga pasien stroke tentang pentingnya keberadaan caregiver. d. Bagi Peneliti Lain Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain agar dapat mengambil informasi serta sebagai penelitian awal dalam pemberian intervensi agar caregiver bekerja lebih optimal dan lebih sejahtera.