HUBUNGAN DUKUNGAN SPIRITUAL PERAWAT DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan bukan saja terlepas dari penyakit, karena individu yang terbebas dari

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pasien dalam merawat pasien. Dengan demikian maka perawatan dan spiritual telah

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN MOTIVASI PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KEBERSIHAN DIRI PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSU

metode survey, dengan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang Yogyakarta sejumlah 130 pasien.

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Nopia Wahyuliani

BAB 1 PENDAHULUAN. organisme hidup saling berinteraksi. Dalam memberikan asuhan

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP KELAS 3 DI RSUD DR. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA TAHUN 2016

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERSONAL HYGIENE GENETALIA DENGAN MOTIVASI MERAWAT ORGAN GENETALIA PADA SISWI MTs TA MIRUL ISLAM SURAKARTA

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005).

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PADA KLIEN STROKE DI RSUD WATES

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RSUD PURBALINGGA

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI PADA IBU HAMIL DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ANC DI PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN KECERDASAN SPIRITUAL DAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DI IRNA I RSUD PROF. DR

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

Windi Tatinggulu*, Rooije.R.H.Rumende**, Tinneke Tololiu**.

HUBUNGAN MOTIVASI, KOMPETENSI DAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI TESIS

BAB I PENDAHULUAN. ruhani serta bersifat unik karena memiliki berbagai macam kebutuhan sesuai

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RAWAT INAP PUSKESMAS KARANGANYAR KABUPATEN PURBALINGGA

HUBUNGAN TINGKAT KESEPIAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PSTW YOGYA UNIT BUDILUHUR KASONGAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. maupun Negara berkembang dengan cara membuat sistem layanan kesehatan

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAHSAKIT Dr.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

Oleh : Muskhab 2 ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas

BAB I. tertentu akan tetapi keperawatan adalah profesi (Potter & Perry, 2007). sejak tahun 1984 diakui sebagai suatu profesi (Nursalam, 2006).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlational yaitu

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PRAKTIK PALPASI LEOPOLD PADA MAHASISWA DIII KEBIDANAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KELENGKAPAN PENDOKUMENTASIAN ASKEP DI RUANG RAWAT INAP RSUD

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian. jalan yang banyak dikunjungi oleh customer dan menjadi produk

THE CORRELATION BETWEEN SOCIAL SUPPORT AND EMOTIONAL DISTRESS ON DIABETES MELLITUS PATIENTS AT PANEMBAHAN SENOPATI GENERAL HOSPITAL BANTUL

SKRIPSI. Oleh Raditya Wahyu Hapsari NIM

BAB III METODE PENELITIAN

Nur Gutanto 1, Sri Hendarsih 2, Christin Wiyani 3 INTISARI

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan. Disusun oleh : ANGGIT YATAMA EMBUN PRIBADI

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Mencapai Derajat Sarjana. Oleh: PRIYANTORO

HUBUNGAN MUTU ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RUMAH SAKIT UMUM AISYIYAH PONOROGO

: PAMBUDI EKO PRASETYO

EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PULANG

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN GIZI DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun. 1992, perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS Laporan analisis kasus, September 2014 ABSTRAK

Purwandita Anggarini, Lutfi Nurdian Asnindari STIKES Aisyiyah Yogyakarta

DUKUNGAN KELUARGA DAN HARGA DIRI PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN RAWAT INAP DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional (Sastroasmoro & Ismael, 2006). Desain penelitian ini dipilih

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

SOFIA PARAMITA R

HUBUNGAN TINGKAT STRES KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMPENSASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan penelitian cross sectional untuk menentukan

HUBUNGAN ANTARA PENJADWALAN SHIFT, BEBAN KERJA DAN MANAJEMEN WAKTU DENGAN KELELAHAN KERJA DI RUANG RAWAT KHUSUS RSUD BANYUMAS

Performance Hospital Service Against The Level Of Anxiety In Child. Performance Pelayanan Rumah Sakit Terhadap Tingkat Kecemasan Anak

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KESELAMATAN PASIEN DI RUANG MEDICAL SURGICAL RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk dalam jenis rancangan penelitian non-eksperimen

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR YOGYAKARTA. Karya Tulis Ilmiah

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan SOFIA PARAMITA R

SKRIPSI HUBUNGAN TERAPEUTIK PERAWAT-PASIEN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI IRNA C RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh berespons terhadap suatu perubahan yang terjadi antara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP KELAS III DI BANGSAL MARWAH RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh TRYA OKTAVIANI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN PENERIMAAN DIRI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDHI LUHUR KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. secara observasional analitik dengan rancangan cross sectional untuk menilai

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI UNIT PERAWATAN INTENSIF RSUD Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Terletak di Sebelah Utara jalan, dengan alamat Jalan Wates Km.5.5. Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta

: BAYU SETIAWAN J

Transkripsi:

HUBUNGAN DUKUNGAN SPIRITUAL PERAWAT DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta Disusun Oleh: FETRIANA WIDIYASTUTI 3209022 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL AHMAD YANI YOGYAKARTA 2013

ii

HUBUNGAN DUKUNGAN SPIRITUAL PERAWAT DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL Fetriana Widiyastuti 1, Sarka Ade Susana 2, Fajriyati Nur Azizah 3 INTISARI Latar Belakang: Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi dalam keadaan sehat maupun dalam keadaan sakit. Dalam keadaan sakit, seseorang membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pemenuhan kebutuhan spiritual salah satunya yaitu dengan dukungan spiritual dari perawat, dukungan spiritual perawat merupakan suatu dorongan spiritual yang diberikan oleh perawat kepada pasien. Dukungan spiritual meliputi beberapa aspek yaitu dukungan agama, dukungan spiritual meliputi beberapa aspek, yaitu dukungan agama, sosial, pelayanan, dan penerimaan kematian. Tujuan Penelitian: Untuk mengidentifikasi dukungan spiritual perawat, untuk mengidentifikasi pemenuhan kebutuhan spiritual pasien, dan untuk mengetahui hubungan antara dukungan spiritual perawat dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan rancangan cross sectional, dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2013. Subyek penelitian ini adalah pasien yang menjalani rawat inap di ruang Al-Kahfi dan Al-Araaf RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebesar 45 orang yang diambil dengan metode purposive sampling. Analisis bivariat menggunakan uji Kendall Tau. Hasil: Tingkat dukungan spiritual perawat kepada pasien di RSU PKU Muhammadiyah Bantul dari 45 responden didapatkan dengan kategori rendah sebanyak 4 orang (8,9%), sedang sebanyak 33 orang (73,3%), dan tinggi sebanyak 8 orang (17,8%). Tingkat pemenuhan kebutuhan spiritual pasien dalam kategori terpenuhi sebanyak 41 orang (91,1%) dan tidak terpenuhi sebanyak 4 orang (8,9%). Hasil uji Kendall Tau antara dukungan spiritual perawat dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien diperoleh nilai p = 0,000 (p<0,05) dan koefisien korelasi [R]=0,619. Peran perawat salah satunya adalah sebagai kolaborator, sehingga yang paling sering memberikan dukungan spiritual adalah petugas rohaniawan (bina rohani). Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara dukungan spiritual perawat dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Kata Kunci: Dukungan spiritual perawat, pemenuhan kebutuhan spiritual pasien. 1. Mahasiswa STIKES Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta 2. Dosen Poltekes Kementrian Kesehatan Yogyakarta 3. Dosen STIKES Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta iii

SPIRITUAL SUPPORT OF NURSES RELATIONS WITH PATIENTS SPIRITUAL NEEDS ACQUIREMENT IN RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL Fetriana Widiyastuti 1, Sarka Ade Susana 2, Fajriyati Nur Azizah 3 ABSTRACT Background: spiritual needs are the basic human needs that must be met in wellness and in sickness. In sickness, individual needs help from others to meet those needs. One source of spiritual support is coming from nurse which could give an encouragement in spiritual support from nurses. Spiritual support covers several aspects of religious support, spiritual support includes several aspects, namely the support of religious, social, service, and acceptance of death. Objective: To determine the relationship between spiritual support of nurses relations with patients spiritual needs acquirement in RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Methods: This study was a non-experimental, cross sectional study, using a quantitative approach. The research was conducted in July 2013. The study subjects were patients hospitalized in the Al-Kahfi and Al-Araaf RSU PKU Muhammadiyah Bantul. The number of samples in the study of 45 people who were taken by purposive sampling method. Bivariate analysis used Kendall Tau test. Results: The level of spiritual support to patients at the public hospital nurses PKU Muhammadiyah Bantul obtained from 45 respondents with lower category were 4 people (8.9%), while moderate were 33 people (73.3%), and higher were 8 people (17.8 %). Level in the patient's spiritual needs are met as many as 41 categories of people (91.1%) and not met by 4 people (8.9%). Kendall Tau test results between spiritual support nurses to meet the spiritual needs of the patient obtained value of p = 0.000(p <0.05) and a correlation coefficient of [R]=0.619, indicating that it was a high corellation between spiritual support of nurses and patients spiritual needs aquirement. One of them is the role of the nurse as a collaborator, so most often provide spiritual support is attendant clergy (spiritual coaching). Conclusion: There was a significant and positive relationship between spiritual support of nurse with patients spiritual needs acquirement in RSU PKU Muhammadiyah Hospital Bantul. Keywords: spiritual support of nurses, patients spiritual needs acquirement. 1. Students STIKES General Ahmad Yani Yogyakarta 2. Lecturer in Poltekes Kementrian Kesehatan Yogyakarta 3. Lecturer in STIKES Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta iv

HALAMAN PERNYATAAN Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya tulis yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Yogyakarta, 6 Agustus 2013 Fetriana Widiyastuti v

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan Dukungan Spiritual Perawat Dengan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. dr. I. Edy Purwoko, Sp. B, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta. 2. Dwi Susanti, S.Kep., Ns selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta. 3. Sarka Ade Susana, S.Kep., SIP., MA selaku pembimbing I dalam penyusunan skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan. 4. Fajriyati Nur Azizah, S.Kep., Ns selaku pembimbing II dalam penyusunan penelitian yang telah memberikan waktu untuk bimbingan maupun pengarahan kepada penulis. 5. Dewi Retno Pamungkas, S.Kep., Ns., MNg selaku penguji seminar penelitian. 6. dr. Barkah Djaka Purwanto, Sp. PD selaku Direktur RS PKU Muhammadiyah Bantul yang telah memberikan ijin penelitian. 7. Serta pihak-pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi peningkatan proposal penelitian ini. Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Yogyakarta, 3 Agustus 2013 Penyusun viii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN......ii INTISARI... iii ABSTRACT... iv HALAMAN PERNYATAAN... v HALAMAN MOTTO... vi HALAMAN PERSEMBAHAN... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A.Latar Belakang... 1 B.Rumusan Masalah... 4 C.Tujuan Penelitian... 4 1. Tujuan Umum... 4 2. Tujuan Khusus... 4 D.Manfaat Penelitian... 5 E.Keaslian Penelitian... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9 A.Spiritualitas... 9 1. Definisi... 9 2. Dukungan Spiritual... 9 3. Dimensi Spiritual... 11 4. Tujuan Spiritualitas... 12 5. Kebutuhan Spiritual... 12 6. Perkembangan Spiritual... 14 7. Faktor yang Mempengaruhi Spiritual... 16 B.Konsep Sakit... 19 1. Tahap Proses Sakit... 19 2. Perilaku Pada Orang Sakit... 21 C.Konsep Keperawatan... 23 1. Keperawatan... 23 2. Pengaruh dari keyakinan spiritual yang perlu dipahami oleh perawat. 24 3. Peran Perawat... 25 D.Kerangka Teori... 27 E.Kerangka Konsep Penelitian... 28 F. Hipotesis... 28 BAB III METODE PENELITIAN... 29 A.Desain Penelitian... 29 B.Lokasi dan Waktu Penelitian... 29 C.Populasi dan Sampel... 29 1. Populasi... 29 2. Cara pemilihan sampel... 30 ix

3. Kriteria inklusi dan eksklusi... 30 4. Besar sampel... 31 D.Variabel Penelitian... 32 E.Definisi Operasional... 33 F. Alat dan Metode Pengumpulan Data... 34 1. Alat Pengumpulan Data... 34 2. Metode Pengumpulan Data... 37 G.Validitas dan Reliabilitas... 37 H.Analisa Data... 39 1. Analisis Univariat... 39 2. Analisis Bivariat... 39 I. Metode Pengolahan Data... 40 J. Etika Penelitian... 41 K.Jalannya Penelitian... 42 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 44 A.HASIL PENELITIAN... 44 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 44 2. Analisis Hasil Penelitian... 45 a. Analisis Univariat... 45 b. Analisia Bivariat... 47 B.PEMBAHASAN... 49 1. Dukungan Spiritual Perawat di RSU PKU Muhammadiyah Bantul... 49 2. Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien di RSU PKU Muhammadiyah Bantul... 51 3. Hubungan Antara Dukungan Spiritual Perawat dengan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien di RSU PKU Muhammadiyah Bantul... 53 C.KETERBATASAN PENELITIAN... 58 BAB V PENUTUP... 59 A.KESIMPULAN... 59 B.SARAN... 59 DAFTAR PUSTAKA... 61 LAMPIRAN x

DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Definisi Operasional..33 Tabel 3.2 Kisi-kisi kuesioner dukungan spiritual..35 Tabel 3.3 Kisi-kisi kuesioner pemenuhan kebutuhan spiritual pasien...36 Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden di Ruang Al-Kahfi dan ruang Al-Araaf RSU PKU Muhammadiyah Bantul...45 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Dukungan Spiritual Perawat Pada Pasien di RSU PKU Muhammadiyah Bantul Tahun 2013...46 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien di RSU PKU Muhammadiyah Bantul Tahun 2013...47 Tabel 4.4 Crosstabulation Hubungan Dukungan Spiritual Perawat dengan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Psien di RSU PKU Muhammadiyah Bantul Tahun 2013.48 Tabel 4.5 Dukungan Spiritual Perawat Rendah Dan Pemenuhan Kebutuhan Spirtual Pasien Tidak Terpenuhi Berdasarkan Karakteristik Responden Tahun 2013 50 xi

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian..27 Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian..28 Gambar 3.1 Rancangan Penelitian.29 xii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Jadwal Penyusunan Proposal Penelitian Lampiran 2. Permohonan Menjadi Responden Penelitian Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Asisten Peneliti Lampiran 4. Lembar Informed Consent Lampiran 5. Kuesioner Dukungan Spiritual Perawat Lampiran 6. Kuesioner Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien Lampiran 7. Karakteristik responden Lampiran 8. Hasil Pengisisan Kuesioner Dukungan Spiritual Perawat Lampiran 9. Hasil Pengisisan Kuesioner Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien Lampiran 10. Hasil Uji Statistik Lampiran 11. Lembar Bimbingan Lampiran 12. Lembar Bukti Mengikuti Seminar Karya Tulis Ilmiah Lampiran 13. Surat Ijin Penelitian xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk biopsikososial dan spiritual yang merupakan kesatuan dari aspek jasmani dan rohani yang memiliki sifat unik dengan kebutuhan yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat perkembangannya (Hidayat, 2008). Manusia mempunyai kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan yang merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis yang tentunya untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan (Hidayat, 2012). Kebutuhan dasar yang holistik meliputi kebutuhan biologi, psikologi, sosial, dan spiritual (Hamid, 2008). Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan (Carson, 1989 dalam Hamid, 2008). Kebutuhan tersebut harus terpenuhi setiap individu dalam keadaan sehat maupun dalam keadaan sakit (Hamid, 2008). Pada kondisi sehat, masing-masing individu dapat memenuhi kebutuhan dasar tersebut dengan baik. Sedangkan pada kondisi sakit, individu membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan menyebabkan perubahan pemenuhan kebutuhan yang lebih dari biasanya. Hubungan dengan Tuhannya pun semakin dekat, mengingat seseorang dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal, tidak ada yang mampu membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali Sang Pencipta (Hidayat, 2012). Ketika sakit, kehilangan, duka cita, atau perubahan hidup yang besar, individu menggunakan sumber daya spiritual untuk membantu mereka beradaptasi atau menimbulkan kebutuhan dan masalah spiritual (Potter & Perry, 2010). Banyak penyakit kronis yang mengancam kebebasan seseorang dan menyebabkan ketakutan, kecemasan, dan tekanan spiritual. Mereka sering menjadi kurang 1

2 mampu untuk merawat diri mereka dan lebih bergantung pada orang lain untuk mendapatkan perawatan dan dukungan (Potter & Perry, 2010). Perawat sebagai tenaga kesehatan profesional mempunyai kesempatan yang paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan/asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu pasien memenuhi kebutuhan dasarnya. Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat tidak bisa lepas dari aspek spiritual yang merupakan bagian integral dari interaksi perawat dengan pasien (Hamid, 2008). Perawat berupaya membantu memenuhi kebutuhan spiritual pasien sebagai bagian dari kebutuhan dasar pasien, antara lain dengan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual pasien tersebut, walaupun perawat dan pasien tidak mempunyai keyakinan spiritual atau keagamaan yang sama (Hamid, 2008). Menurut Yarlis (2010) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemenuhan kebutuhan spiritual dengan aspek konsep diri pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur dengan nilai signifikansi (p = 0,578). Spiritual merupakan faktor penting yang membantu individu mencapai keseimbangan yang diperlukan untuk memelihara kesehatan dan kesejahteraan, serta untuk beradaptasi dengan penyakit (Potter &Perry, 2010). Oleh karena itu, spiritualitas yang positif akan mempengaruhi dan meningkatkan kesehatan, kualitas hidup, perilaku yang meningkatkan kesehatan, dan kegiatan pencegahan penyakit (Aaron et al., 2003; Figueroa et al., 2006; Gibson dan Hendricks, 2006; Grey et al., 2004; Grimsley, 2006 dalam Potter &Perry, 2010). Hal ini sesuai dengan penelitian yang diteliti oleh Kinasih et al., (2012) d alam penelitiannya, yang menjelaskan bahwa peran pendampingan spiritual yang kuat akan memotivasi untuk sembuh kuat. Dari 72 responden, 69 responden (86,3%) memiliki peran pendampingan spiritual baik dan motivasi kesembuhan kuat. Responden yang memiliki pendampingan spiritual kurang adalah 1 responden (1,3%), dan tidak ada responden yang memiliki motivasi kesembuhan lemah. Salah satu bentuk pendampingan spiritual adalah dengan memberikan dukungan spiritual (Gluck, 2011). Dukungan spiritual perawat dan keyakinan dari agamanya sangat diperlukan untuk dapat menerima keadaan sakit yang dialami.

3 Karena dengan dukungan spiritual/dorongan keyakinan maka akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan perilaku self-care pasien (Hamid, 2008). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ahmidati (2011) bahwa terdapat hubungan yang lemah dan negatif antara dukungan spiritual dengan preparatory grief pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dari rekam medis RSU PKU Muhammadiyah Bantul, pada bulan Oktober-Desember 2012 jumlah pasien yang menjalani rawat inap sebanyak 2488 orang dan sekitar 60% pasien yang menjalani rawat inap menderita penyakit kronis. Dari data register pasien didapatkan lima besar penyakit kronis yang ditemui seperti hipertensi, stroke, diabetes melitus, cronic heart failure, dan kanker. Sedangkan jumlah perawat tetap di rawat inap RSU PKU Muhammadiyah Bantul sebanyak 86 orang. Menurut wawancara dengan salah seorang pasien di RSU PKU Muhammadiyah Bantul, perawat sudah memfasilitasi dukungan spiritual, seperti membimbing atau mendampingi pasien untuk berdoa sesuai dengan agamanya. RSU PKU Muhammadiyah Bantul mempunyai bina rohani yang bertugas untuk memberikan pendampingan spiritual kepada pasien setiap harinya. Dukungan spiritual merupakan salah satu bentuk asuhan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien. Susanto (2009) yang meneliti tentang persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien menemukan bahwa secara keseluruhan dalam kategori cukup. Namun, dari hasil wawancara yang dilakukan kepada perawat, didapatkan 3 dari 86 perawat mengatakan bahwa mereka cenderung melimpahkan pendampingan spiritual pasien, khususnya dukungan spiritual kepada bagian bina rohani. RSU PKU Muhammadiyah Bantul merupakan salah satu rumah sakit yang mempunyai latar belakang keagamaan, dimana peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual diharapkan lebih baik daripada rumah sakit yang belum mempunyai latar belakang keagaman. Selain itu, dalam kajian teori yang dijelaskan oleh Hidayat (2008), bahwa tugas perawat yaitu memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat profesional dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia (biologis, psikologis, sosial, dan spiritual) yang dapat ditujukan kepada individu,

4 keluarga atau masyarakat dalam rentang sehat-sakit (Hidayat, 2008). Berdasarkan latar belakang dan data-data yang diperoleh, maka peneliti tertarik untuk meneliti peran perawat dalam memberikan dukungan spiritual untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya yang muncul adalah Adakah hubungan antara dukungan spiritual perawat dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di RSU PKU Muhammadiyah Bantul? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara dukungan spiritual perawat dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi dukungan spiritual perawat kepada pasien di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. b. Mengidentifikasi pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. c. Mengidentifikasi hubungan antara dukungan spiritual perawat dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di RSU PKU Muhammadiyah Bantul.

5 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis: Penelitian ini diharapkan dapat menambah masukan khususnya bagi ilmu keperawatan dalam rangka meningkatkan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien. 2. Manfaat Praktis: a. Bagi Profesi Perawat Sebagai bahan masukan bahwa bentuk pelayanan spiritual merupakan bagian dari pelayanan keperawatan, sehingga perawat perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam pemberian asuhan keperawatan, dalam hal ini khususnya pemberian pelayanan spiritual kepada pasien. b. Bagi Pelayanan Kesehatan (RS) Sebagai salah satu masukan khususnya kepada bidang perawatan RSU PKU Muhammadiyah Bantul dalam melakukan evaluasi pemahaman perawat terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual pasien dan untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang lebih optimal dan komprehensif. c. Bagi Institusi Pendidikan Dapat memberikan masukan dan mengoptimalkan dalam pembuatan kurikulum atau materi perkuliahan, yaitu terdapatnya materi tentang pengetahuan dan ketrampilan perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien. d. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan dasar atau bahan pertimbangan untuk melanjutkan penelitian yang berhubungan dengan pemenuhan kebuuhan spiritual.

6 E. Keaslian Penelitian Dari hasil penelitian sebelumnya, yang berhubungan dengan kebutuhan spiritual pasien adalah: 1. Ahmidati (2011) meneliti tentang Hubungan Dukungan Spiritual Dengan Tingkat Preparatory Grief Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisis Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat dukungan spiritual, petugas yang paling sering memberikan dukungan spiritual, tingkat preparatory grief, dan hubungan dukungan spiritual dengan tingkat preparatory grief pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Metode penelitian ini merupakan penelitian noneksperimental dengan rancangan cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Subyek dalam penelitian ini adalah pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Jumlah subyek penelitian ini sebesar 64 orang yang diambil dengan cara purposive sampling. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis Pearson Product Moment. Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan yang lemah dan negatif antara dukungan spiritual dengan preparatory grief pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel penelitian samasama meneliti tentang dukungan spiritual, metode yang digunakan adalah cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah subyek penelitian, yaitu pasien yang menjalani rawat inap di bangsal dewasa RSU PKU Muhammadiyah Bantul dan analisis bivariat menggunakan Kendall Tau. 2. Susanto (2009) meneliti tentang Persepsi Perawat Tentang Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pada Klien di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada

7 klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan rancangan deskriptif dan menggunakan metode pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Dengan jumlah responden sebanyak 12 perawat pelaksana. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) RSU PKU Muhammadiyah Bantul berdasarkan instrumen kuesioner pada perawat pelaksana, secara umum dalam kategori cukup, yang terdiri dari lima sub variabel yaitu: pengkajian dengan nilai 78,4% (kategori baik), penetapan diagnosa 45,83 (kategori kurang baik), perencanaan dengan nilai 67,36% (kategori cukup), pelaksanaan dengan nilai 75,38% (kategori cukup), evaluasi dengan nilai 68,75% (kategori cukup). Persamaan pada penelitian ini adalah tema penelitian sama-sama meneliti tentang pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien, penelitian yang digunakan adalah penelitian non-eksperimental. Sedangkan perbedaannya, variabel yang akan diteliti adalah dukungan spiritual perawat dan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien yang menjalani rawat inap di bangsal dewasa RSU PKU Muhammadiyah Bantul, serta teknik sampling yang digunakan adalah teknik purposive sampling. 3. Kinasih et al., (2012) meneliti tentang Peran Pendampingan Spiritual Terhadap Motivasi Kesembuhan Pada Pasien Lanjut Usia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan antara peran pendampingan spiritual dengan motivasi penyembuhan pasien usia lanjut di bangsal Rumah Sakit Baptis Kediri. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan populasi seluruh pegawai bagian spiritual dan pasien lanjut usia di rawat inap Rumah Sakit Baptis Kediri. Menggunakan teknik purposive sampling, diperoleh 80 responden sebagai sampel. Data didapat dengan menggunakan observasi dan kuesioner menggunakan uji Spearman Rho dengan tingkat signifikansi α

8 0,05. Hasil penelitian ini adalah peran pendampingan spiritual pada pasien lanjut usia di Instalasi Rawat Inap Dewasa Rumah Sakit Baptis Kediri mayoritas baik yaitu 69 responden (90%). Motivasi kesembuhan pada pasien lanjut usia di Instalasi Rawat Inap Dewasa Rumah Sakit Baptis Kediri mayoritas kuat yaitu 72 responden (90%). Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang spirirual perawat kepada pasien dan desain yang digunakan adalah cross sectional serta menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu dengan purposive sampling. Sedangkan perbedaan pada penelitian ini adalah uji statistik yang digunakan adalah Kendall Tau. Variabel yang diteliti yaitu dukungan spiritual perawat dan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien rawat inap di bangsal dewasa RSU PKU Muhammadiyah Bantul. 4. Yarlis (2010), meneliti tentang Hubungan Antara Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Dengan Aspek Konsep Diri Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pemenuhan kebutuhan spiritual dengan aspek konsep diri pada lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur. Metode penelitian ini merupakan penelitian deskriptif noneksperimen dengan jenis penelitian studi korelasi. Populasi paenelitian ini sebanyak 72 orang. Teknik sampel yang digunakan adalah total sampling dan diperoleh sampel sebanyak 48 orang lansia. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pemenuhan kebutuhan spiritual lansia dengan aspek konsep diri lansia di Panti Sosial Tresna Werdha. Didapatkan nilai signifikansi (p = 0,578). Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel penelitian yaitu sama-sama meneliti tentang pemenuhuan kebutuhan spiritual dan penelitian ini termasuk penelitian non-eksperimen dengan jenis penelitian korelasi. Perbedaan dengan penelitian ini adalah teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, dan tempat penelitian yaitu di RSU PKU Muhammadiyah Bantul.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Bantul merupakan salah satu rumah sakit swasta yang berada di Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Rumah sakit ini terletak di Jalan Jenderal Sudirman nomer 124 dari kota Yogyakarta, dan memiliki luas tanah 5675 m 2. RSU PKU Muhammadiyah Bantul memiliki visi yaitu menjadi rumah sakit pilihan dengan menyediakan layanan perawatan kesehatan terbaik, aman, bermutu tinggi, dan inovatif. Sedangkan misinya adalah menyediakan pelayanan secara utuh, konsisten dan terpadu berfokus pada pasien melalui praktek berbasis bukti yang sesuai dan pelayanan prima dengan komitmen, kerjasama tim, keterlibatan dari pihak terkait, dan peningkatan kompetensi individu yang berkesinambungan. Menurut hasil observasi dan bertanya kepada perawat, rumah sakit ini memiliki beberapa fasilitas dan memiliki banyak ruang rawat inap, termasuk ruang rawat inap yaitu ruang Al-Kahfi dan Al-Araaf. Ruang Al-Kahfi terdiri dari Al-Kahfi Utara dan Al-Kahfi Selatan yang memiliki 18 kamar yang terdiri dari 2 kamar VIP, 4 kamar untuk kelas 1, dan 12 kamar untuk kelas 3. Sedangkan Ruang Al-Araaf mempunyai 28 kamar yang terdiri dari 22 kamar untuk kelas 3, 2 kamar isolasi, dan 4 kamar untuk ruang rawat sementara. Dalam penelitian ini responden yang dijadikan sampel adalah pasien rawat inap di bangsal kelas 3 ruang Al-Kahfi dan Al-Araaf. Populasi dari kedua ruangan tersebut selama satu bulan sebanyak 118 orang, dan kemudian responden yang sampel dalam penelitian sebanyak 45 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi (Sumber: Data sekunder, 2013). Menurut daftar pasien di buku register RSU PKU Muhammadiyah Bantul, pasien yang dirawat ruang Al-Kahfi dan Al-Araaf sebagian besar 44

45 adalah pasien yang menderita penyakit kronis. Ada beberapa penyakit kronis yang ditemui saat dilakukan penelitian, diantaranya adalah penyakit hipertensi, stroke, diabetes melitus, PPOK, dan kanker (Sumber: Data sekunder, 2013). 2. Analisis Hasil Penelitian a. Analisis Univariat 1) Karakteristik responden Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada bulan Juli 2013 mengenai hubungan dukungan spiritual perawat dengan pemenuhan kebutuhan spiritual di RSU PKU Muhammadiyah Bantul, maka didapatkan hasil yang disajikan dalam bentuk tabel 4.1. Hasil pengisian ini berdasarkan pengisian kuesioner yang dilakukan oleh responden. Responden dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap dengan penyakit kronis di RSU PKU Muhammadiyah Bantul yang berjumlah 45 orang sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan oleh peneliti. Dari catatan pasien yang ditemui selama penelitian di Ruang Al-Kahfi dan Al- Araaf RSU PKU Muhammadiyah Bantul, karakteristik responden yang menjadi subyek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden di Ruang Al-Kahfi dan ruang Al- Araaf RSU PKU Muhammadiyah Bantul No Karakteristik Responden Frekuensi Presentase(% ) 1. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 2. Umur 66-75 tahun 76-85 tahun 26 19 38 7 57,8 42,2 84,4 15,6 3. Agama Islam Katholik 4. Pendidikan terakhir Tidak sekolah SD SMP SMA 44 1 11 32 1 1 97,8 2,2 24,4 71,1 2,2 2,2

46 No Karakteristik Responden Frekuensi Presentase(% ) 5. Pekerjaan Petani Buruh Pengrajin IRT Pensiunan 28 8 3 4 1 62,2 17,8 6,7 8,9 2,2 6. Penyakit Osteoatritis Diabetes Melitus Hipertensi PPOK Stroke Kanker Hepatomegali Ileus CHF 3 8 19 1 7 2 1 3 1 6,7 17,8 42,2 2,2 15,6 4,4 2,2 6,7 2,2 Total 45 100,0 Sumber: Data Primer (2013) Pada tabel 4.1 di atas, dari 45 responden, umur terbanyak adalah dengan umur 66 75 tahun sebanyak 84,4%. Berdasarkan agama, sebagian besar responden beragama Islam sebanyak 97,8%. Sebagian besar pendidikan terakhir responden adalah SD (Sekolah Dasar) 71,1%, berdasarkan pekerjaan, pekerjaan responden yang paling banyak adalah sebagai petani yaitu 62,2%, dan berdasarkan penyakit, sebagian responden dengan penyakit hipertensi yaitu sebanyak 42,2%. 2) Karakteristik responden berdasarkan dukungan spiritual perawat di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Dukungan spiritual perawat dalam penelitian ini berdasarkan penjumlahan skor 18 item pertanyaan yang kemudian hasil tersebut dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang, tinggi. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Dukungan Spiritual Perawat Pada Pasien di RSU PKU Muhammadiyah Bantul Tahun 2013 No Dukungan Spiritual Jumlah Presentase (%) 1 Tinggi 8 17,8 2 Sedang 33 73,3 3 Rendah 4 8,9 Total 45 100,0 Sumber: Data Primer (2013)

47 Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 45 responden sebagian besar mendapat dukungan perawat kepada pasien di RSU PKU Muhammadiyah Bantul adalah sedang sebanyak 73,3%. 3) Karakteristik Responden Berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Pemenuhan kebutuhan spiritual pasien dalam penelitian ini berdasarkan penjumlahan skor 21 item pertanyaan yang kemudian hasil tersebut dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu kategori terpenuhi dan tidak terpenuhi. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien di RSU PKU Muhammadiyah Bantul Tahun 2013 No Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien Jumlah Presentase (%) 1 Terpenuhi 41 91,1 2 Tidak terpenuhi 4 8,9 Total 45 100,0 Sumber: Data Primer (2013) Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 45 responden pemenuhan kebutuhan spiritual pasien dalam kategori terpenuhi sebanyak 91,1% dan tidak terpenuhi yaitu 8,9%. b. Analisia Bivariat Analisa ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas ( independent) yaitu dukungan spiritual perawat dengan variabel terikat ( dependent) yaitu pemenuhan kebutuhan spiritual pasien. Tabel berikut adalah tabel tabulsi antara dukungan spiritual perawat dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien.

48 Tabel 4.4 Crosstabulation Hubungan Dukungan Spiritual Perawat dengan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien di RSU PKU Muhammadiyah Bantul Tahun 2013 Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien Total Corelation Coeff. Sig Kategori Tidak Terpenuhi Terpenuhi Dukungan Tinggi 0 Spiritual 0% Sedang 0 0 % Rendah 4 8,9 % Total 4 8,9 % Sumber: Data Primer (2013) 8 17,8 % 33 73,3 % 0 0% 41 91,1 % 8 17.8 % 33 73.3% 4 8,9 % 45 100,0% 0,619 0,000 Tabel 4.4 menunjukkan bahwa kategori dukungan spiritual perawat yang rendah, ditemukan pemenuhan kebutuhan spiritualnya dalam kategori tidak terpenuhi yaitu masing-masing jumlahnya adalah 8,9%. Pada kategori dukungan spiritual perawat kategori sedang yaitu sebanyak 73,3%, dan dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 17,8%, ditemukan bahwa kategori pemenuhan kebutuhan spiritualnya terpenuhi yaitu sebanyak 91,1%. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan spiritual perawat dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di RSU PKU Muhammadiyah Bantul dilakukan dengan uji statistik yaitu menggunakan uji Kendall Tau. Dari hasil penghitungan dengan uji Kendall Tau didapatkan bahwa hubungan antara dukungan spiritual perawat dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien diperoleh nilai koefisien korelasi [R] sebesar 0,619 dengan tingkat signifikansi p = 0,000 (p < 0,05). Menurut (Riyanto, 2009) hubungan positif yaitu hubungan dua variabel yang terjadi apabila kenaikan satu variabel diikuti kenaikan variabel yang lain, sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang signifikan dan positif antara dukungan spiritual perawat dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di RSU PKU Muhammadiyah Bantul.

49 Tabel 4.5 Dukungan Spiritual Perawat Rendah Dan Pemenuhan Kebutuhan Spirtual Pasien Tidak Terpenuhi Berdasarkan Karakteristik Responden Tahun 2013 No Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%) 1 Jenis Kelamin Laki-laki 4 100,0 2 Umur 66-75 tahun 4 100,0 3 Agama Islam 4 100,0 4 Pendidikan terakhir SD 4 100,0 5 Pekerjaan Petani Buruh 6 Penyakit Osteoatritis Hipertensi Stroke 3 1 1 2 1 75,0 25,0 25,5 50,0 25,0 Total 4 100,0 Sumber: Data Primer (2013) Dari tabel 4.4 pasien dengan dukungan spiritual yang rendah dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien tidak terpenuhi sebanyak 8,9%. Pada tabel 4.5 diketahui bahwa karakteristik responden yang mendapatkan dukungan spiritual yang rendah dan pemenuhan kebutuhan spiritualnya tidak terpenuhi semua berjenis kelamin laki-laki, berumur 66-75, beragama islam, berpendidikan Sekolah Dasar, dan pekerjaan sebagai petani sebanyak 75,5% dan buruh 25,0%. B. PEMBAHASAN 1. Dukungan Spiritual Perawat di RSU PKU Muhammadiyah Bantul Hasil penelitian ini menunjukkan dukungan spiritual perawat di RSU PKU Muhammadiyah Bantul sebagian besar dalam kategori sedang yaitu sebanyak 73,3%. Balboni (2007) bahwa dukungan spiritual dari komunitas agama di New Haven, West Haven, New York, dan Dallas untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien kanker jarang dilakukan atau bahkan sama sekali tidak dilakukan sebanyak 47%.

50 Pemberian dukungan spiritual kepada pasien masih jarang dilakukan oleh perawat di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Dari hasil pengisian kuesioner dukungan spiritual yang paling sering dilakukan oleh perawat adalah pada pertanyaan nomer 16 dengan item pelayanan, yaitu perawat selalu menyediakan layanan konsultasi keagamaan dengan rohaniawan (bina rohani) kepada pasien. Sedangkan pada item agama dengan pertanyaan nomer 7 yaitu tentang mendorong atau membantu pasien untuk mencari arti dan makna dari mimpi-mimpi pasien, sebagian responden tidak pernah diberikan dukungan tersebut. Seseorang saat mengalami suatu penyakit mereka cenderung untuk sulit tidur. Manusia telah meletakkan pentingnya sejarah, pribadi, dan agama pada sebuah mimpi. Sigmund Freud (dalam King, 2010) menaruh kepercayaan pada mimpi sebagai kunci ketidaksadaran. Mimpi melambangkan hasrat ketidaksadaran dan dengan simbol mimpi dapat mengungkapkan hasrat-hasrat yang tersembunyi (King, 2010). Pada kondisi psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan jiwa maupun saat mengalami suatu penyakit. Hal tersebut terlihat ketika seseorang memiliki masalah psikologis akan mengalami kegelisahan (Hidayat,2009). Terapi religious merupakan salah satu terapi yang mengunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan psikologis. Terapi ini diperlukan dalam mengatasi atau mempertahankan kehidupan, seseorang harus sehat secara fisik, psikis, sosial, maupun spiritual (Hidayat, 2012). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dukungan spiritual perawat di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Menurut wawancara yang dilakukan kepada responden, mereka mengatakan bahwa perawat cenderung kurang memperhatikan aspek spiritual pasien, dan hanya berfokus pada perawatan secara medis. Pemberian dukungan spiritual di RSU PKU Muhammadiyah Bantul lebih sering dilakukan oleh bina rohani. Mereka juga mengatakan bahwa dukungan spiritual oleh bina rohani diberikan setiap harinya. Hal ini berarti dukungan spiritual dari bina rohani tersebut sudah efektif, tetapi petugas juga lebih memperhatikan kondisi pasien, seperti kondisi pasien tidak fokus

51 dalam mendengarkan isi dari pengajian, pasien tertidur, dan juga kondisi lingkungan yang kurang kondusif. Edward et al, 2010 dalam Kinasih et al, 2012 menjelaskan ada beberapa faktor yang mempengaruhi dukungan spiritual. Faktor- faktor yang mempengaruhi dukungan spiritual adalah: a. Institusional. Banyaknya pasien, cepatnya pasien keluar masuk, tingginya beban kerja, kurangnya staf, rendahnya pembiayaan, hilangnya privasi, atau kesinambungan, semuanya menghambat dilakukannya pemenuhan kebutuhan spiritual bagi pasien; b. pribadi. Beberapa staf berjuang saat pasien menderita atau saat kurang percaya diri, dan merasa tidak adekuat saat sakit, membuat ketidakpastian tentang arti dari dukungan spiritual itu sendiri; c. bahasa, budaya dan agama. Spiritual dipengaruhi oleh budaya, sejarah, latar belakang sosial, dan kepercayaan. Perselisihan sosial, agama atau budaya dapat menimbulkan atmosfer ketidakpercayaan; d. pendidikan dan pelatihan. Pelatihan staf akan mengenalkan isu spiritual dan pentingnya peranan kelompok keagamaan; e. pengkajian, ekspresi dan dokumentasi kebutuhan spiritual. Adanya kompleksitas dalam mengkaji kebutuhan spiritual yang tidak dapat dinyatakan dengan jelas, membuat sulitnya memenuhi kebutuhan spiritual pasien. Dukungan spiritual berfungsi sebagai sumber kekuatan untuk mengatasi adanya masalah emosional seperti rendahnya harga diri dan kesepian, membantu pertumbuhan dan memberi kekuatan pada dirinya (Tanyi dan Werner, 2007). Hal ini berarti apabila dukungan spiritual yang diberikan rendah, maka akan memicu adanya masalah-masalah yang terkait dengan masalah emosionalnya. Selain itu, rendahnya dukungan spiritual juga akan berpengaruh terhadap berkurangnya perlindungan terhadap stress yang dapat menurunkan kelemahan fisik dan mentalnya (Mackenzie et al., 2000 dalam Ahmidati, 2011). 2. Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien di RSU PKU Muhammadiyah Bantul Hasil penelitian menunjukkan tingkat pemenuhan kebututuhan spiritual pasien di RSU PKU Muhammadiyah Bantul sebagian besar dalam

52 kategori terpenuhi sebanyak 91,1%. Dari 45 responden sebagian besar beragama Islam yaitu 97,8% dan 2,2% beragama Katholik. Menurut asumsi dan pengisian kuesioner responden yang beragama Islam di RSU PKU Muhammadiyah Bantul mereka mendapatkan pemenuhan kebutuhan spiritual dari perawat dan juga dari petugas bina rohani, tetapi bagi yang beragama Katholik, mereka belum mendapatkan pemenuhan kebutuhan spiritual secara optimal. Perawat belum menyediakan layanan spiritual khusus bagi pasien yang beragama selain Islam. Hal ini karena sesuai dengan latar belakang RSU PKU Muhammadiyah Bantul, yaitu rumah sakit yang mempunyai latar belakang Islami. Perawat berupaya untuk membantu memenuhi kebutuhan spiritual pasien sebagai bagian dari kebutuhan menyeluruh pasien, antara lain dengan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual pasien tersebut, walaupun perawat dan pasien tidak mempunyai keyakinan spiritual atau keagamaan yang sama (Hamid, 2008). Dari 21 pertanyaan mengenai pemenuhan kebutuhan spiritual pasien, pada item kematian dan ketetapan takdir sebagian responden menjawab bahwa mereka belum siap menerima kematian. Susanto (2009) menjelaskan bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di ruang Intensive Care Unit RSU PKU Muhammadiyah Bantul secara keseluruhan dalam kategori cukup. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan (Carson, 1989 dalam Hamid, 2008). Pemenuhan kebutuhan spiritual dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya tahap perkembangan, keluarga, latar belakang etnik dan budaya, pengalaman hidup sebelumnya, krisis perubahan, terpisah dari ikatan spiritual, isu moral terkait terapi, asuhan keperawatan yang kurang sesuai (Hamid, 2008). Menurut Toth, 1992 dan Craven & Hirnle, 1996 (dalam Hamid, 2008) krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang. Krisis sering dialami ketika seseorang menghadapi penyakit, penderitaan proses penuaan, kehilangan, dan terminal atau dengan prognosis yang buruk.

53 Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut merupakan pengalaman spiritual selain juga pengalaman yang bersifat fisik dan emosional (Hamid, 2008). Banyak penyakit kronis yang mengancam kebebasan seseorang dan menyebabkan ketakutan, kecemasan, dan tekanan spiritual. Ketergantungan perawatan diri pada orang lain akan menimbulkan perasaan tidak berdaya. Ketidakberdayaan dan kehilangan pemahaman tujuan hidup mengganggu kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan pada fungsi tubuh. Spiritualitas secara signifikan akan membantu seseorang dan pemberi layanan untuk beradaptasi terhadap perubahan yang diakibatkan oleh penyakit kronis. Adaptasi yang berhasil akan menyebabkan pertumbuhan spiritual (Potter & Perry, 2010). 3. Hubungan Antara Dukungan Spiritual Perawat dengan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien di RSU PKU Muhammadiyah Bantul Berdasarkan tabel 4.4 hasil uji menggunakan uji Kendall Tau, hubungan antara dukungan spiritual perawat dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di RSU PKU Muhammadiyah Bantul diperoleh nilai koefisien korelasi [R] sebesar 0,619 dengan tingkat signifikansi p = 0,000 ( p < 0,05), dengan demikian bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti dapat dikatakan ada hubungan yang signifikan dan positif antara dukungan spiritual perawat dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Dukungan spiritual tinggi maka akan diikuti oleh pemenuhan kebutuhan spiritualnya terpenuhi. Artinya bahwa dalam penelitian ini berhasil membuktikan dari hipotesis penelitian yaitu. Apabila dukungan spiritual yang diberikan oleh perawat itu tinggi, maka pemenuhan kebutuhan spiritual pasien juga akan terpenuhi. Dari tabel 4.4 didapatkan bahwa dari 45 responden sebagian besar dukungan spiritual perawat sedang adalah 73,3% dan pemenuhan kebutuhan spiritual yang terpenuhi adalah 91,1%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmidati (2011), namun dalam h asil

54 didapatkan bahwa ada hubungan yang lemah dan negatif antara dukungan spiritual dengan preparatory grief pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis. Hubungan negatif dalam penelitian Ahmidati (2011) karena semakin tinggi dukungan spiritual yang diberikan, maka tingkat preparatory grief semakin ringan. Sedangkan dalam penelitian ini terjadi hubungan yang positif, artinya apabila dukungan spiritual perawat yang diberikan kepada pasien semakin tinggi maka pemenuhan kebutuhan spiritual pasien juga akan terpenuhi. Hubungan positif yaitu hubungan dua variabel yang terjadi apabila kenaikan satu variabel diikuti kenaikan variabel yang lain (Riyanto, 2009). Kinasih, et al (2012) juga menjelaskan bahwa pendampingan spiritual yang kuat pada lanjut usia akan memotivasi kesembuhan cepat. Dukungan spiritual berfungsi sebagai sumber kekuatan untuk mengatasi adanya masalah emosional seperti rendahnya harga diri dan kesepian, membantu pertumbuhan dan memberi kekuatan pada dirinya (Tanyi dan Werner, 2007). Hal ini berarti apabila dukungan spiritual yang diberikan rendah, maka akan memicu adanya masalah-masalah yang terkait dengan masalah emosionalnya. Selain itu, rendahnya dukungan spiritual juga akan berpengaruh terhadap berkurangnya perlindungan terhadap stress yang dapat menurunkan kelemahan fisik dan mentalnya (Mackenzie et al., 2000 dalam Ahmidati, 2011). Dukungan spiritual dapat membantu pasien untuk menemukan kedamaian dari Tuhan dan memelihara kualitas hidup pasien dengan menyediakan kesempatan untuk mengekspresikan terhadap keyakinan spiritualnya dan menerima bimbingan spiritual (Balboni et al, 2007). Dukungan ini penting untuk penerimaan suatu penyakit, terutama jika penyakit itu membawa pemulihan yang berkepanjangan atau menunjukkan hasil yang belum pasti (Taylor et al, 2011). Banyak penyakit kronis yang mengancam kebebasan seseorang dan menyebabkan ketakutan, kecemasan, dan tekanan spiritual. Mereka sering menjadi kurang mampu untuk merawat diri mereka dan lebih bergantung pada orang lain untuk mendapatkan perawatan dan dukungan (Potter & Perry, 2010).

55 Seseorang saat mengalami suatu penyakit yang tentunya akan menemui tahap ketergantungan dalam pengobatan, akan tetapi tidak semua orang mempunyai tingkat ketergantungan yang sama melainkan berbeda berdasarkan tingkat kebutuhannya. Kondisi ini juga dapat dipengaruhi oleh tingkat penyakitnya. Tahapan ini dapat dilakukan dengan pengkajian kebutuhan terhadap ketergantungan dan dapat diberikan support agar seseorang mengalami kemandirian (Hidayat, 2008). Biasanya pada tahap ketergantungan seseorang akan meminta perawat untuk berdoa bagi kesembuhannya atau memberi tahu pemuka agama untuk mengunjunginya. Perawat juga perlu peka terhadap keluhan tentang kematian atau merasa tidak berharga dan kehilangan arti hidup (Hamid, 2008). Keperawatan merupakan profesi yang memberikan pelayanan jasa, sehingga aspek sentuhan, khususnya sentuhan secara spiritual sangat membantu dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan (Kinasih et al, 2012). Hamid (2008) menjelask an ada beberapa pengaruh dari keyakinan spiritual yang perlu dipahami oleh perawat antara lain adalah menuntut kebiasaan hidup sehari-hari, sebagai sumber dukungan, sebagai sumber kekuatan dan penyembuhan, dan sebagai sumber konflik. Perawat sebagai salah satu sumber dukungan pasien selama dirawat di rumah sakit. Perawat melakukan perannya dalam pemberian asuhan keperawatan secara holistik meliputi biologi, psikologis, dan spiritual. Pada saat mengalami stress, penyakit yang tidak diharapkan oleh pasien, dukungan perawat sangat diperlukan untuk menerima keadaan sakit yang dialaminya (Hamid, 2008). Dalam penelitian ini didapatkan bahwa dukungan spiritual perawat yang sedang dan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien terpenuhi. Hal ini dikarenakan perawat di RSU PKU Muhammadiyah Bantul mempunyai beberapa peran. Salah satu peran perawat sebagai kolabolator, peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya (Hidayat, 2008). Perawat di

56 RSU PKU Muhammadiyah Bantul lebih melimpahkan dukungan spiritual ini kepada layanan kerohaniawan. Layanan ini biasanya dilakukan oleh bina rohani yang bertugas membimbing, mendoakan, memberikan dukungan spiritual. Menurut wawancara yang dilakukan kepada responden, bina rohani di RSU PKU Muhammadiyah Bantul memberikan dukungan spiritual setiap hari kepada semua pasien rawat inap. Ahmidati (2011) dalam penelitiannya menjelaskan dari 64 responden bahwa dukungan spiritual sebagian besar dilakukan oleh rohaniawan sebanyak 76,56%. Arini (2013) juga menjelaskan dari 59 perawat menunjukkan bahwa kompetensi perawat dalam asuhan spiritual pasien dalam kategori sangat baik sebanyak 27,1% dan baik sebanyak 25,4%. Di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata sudah ada pembimbing rohani yang khusus disediakan oleh rumah sakit dan sudah adanya sistem kolaborasi antara perawat dengan pembimbing rohani dalam menginformasikan ketika pasien membutuhkan bimbingan rohani. Beek (2007) mengatakan bahwa pendampingan spiritual yang salah satunya adalah dengan dukungan spiritual mempunyai spektrum yang menyeluruh atau holistik, bermuara pada pengetahuan pasien ketika sedang menghadapi suatu masalah. Becker (2005) menjelaskan ada beberapa item yang ada dalam pemeberian dukungan spiritual antara lain adalah dukungan agama, sosial, pelayanan, dan penerimaan kematian. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 18 pertanyaan mengenai dukungan spiritual, pada item pelayanan sebagian besar responden selalu mendapatkan konsultasi dengan rohaniawan (bina rohani) yang disediakan oleh perawat dan rumah sakit. Sedangkan pada item agama mengenai perawat membantu dalam menemukan arti atau makna dari mimpi-mimpi pasien masih belum dilakukan oleh perawat. Dukungan spiritual merupakan salah satu fasilitas untuk membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya selama di rawat di rumah sakit. Kondisi tersebut dapat berpengaruh pada kemampuan perawat dalam memberikan pemenuhan kebutuhan spiritual kepada pasien. Tetapi kondisi tersebut juga dapat mempengaruhi kompetensi

57 dalam asuhan spiritual dengan anggapan bahwa asuhan spiritual adalah tanggung jawab pemuka agama bukan perawat. Dukungan spiritual perawat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan spiritual pasien. Dengan adanya dukungan spiritual, pasien akan mendapatkan dorongan untuk kesembuhannya, meskipun kesembuhan jasmani belum selalu terjadi tetapi adanya pemulihan atau ketenangan hati, dan menciptakan kesembuhan yang dapat mengurangi reaksi dari penyakit tersebut (Kinasih et al, 2012). Seseorang dikatakan terpenuhi kebutuhan spiritualnya jika mampu merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaannya di dunia/kehidupan, mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari suatu kejadian atau penderitaan, menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan, rasa percaya, dan cinta, membina integritas personal dan merasa diri berharga, merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui harapan, mengembangkan hubungan atar manusia yang positif (Hamid, 2008). Dari tabel 4.5 diketahui bahwa dukungan spiritual rendah (8,9%) dan pemenuhan kebutuhan spiritualnya tidak terpenuhi (8,9). Hal ini karena semua responden berpendidikan Sekolah Dasar dan sebagian besar bekerja sebagai petani. Individu mengungkapkan spiritualitas mereka pada kehidupan harian dalam rutinitas, pekerjaan, peran, dan hubungan. Spiritualitas merupakan bagian dari identitas seseorang dan pekerjaan dalam hidup. Selama mengalami suatu penyakit dan dirawat di rumah sakit akan mengubah kemampuan untuk mengungkapkan beberapa aspek spiritualitas yang berhubungan dengan pekerjaan atau aktivitas harian seseorang (Potter & Perry, 2010). Kemudian dari 21 pertanyaan mengenai pemenuhan kebutuhan spiritual pasien, pada item kematian dan ketetapan takdir sebagian responden menjawab belum siap untuk menerima kematian. Hal ini karena sebagian besar responden berumur 66-75 tahun. Menurut Taylor et al, 1997 (dalam Hamid, 2008), ada faktor yang mempengaruhi spiritualitas seseorang salah satunya adalah tahap perkembangan. Pada tahap perkembangan, semakin dewasa seseorang, tingkat spiritualitasnya juga akan tinggi. Pada tahapan usia dewasa menengah sampai lansia seseorang akan mampu meyakini, dan memiliki rasa