BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di dua desa yakni Desa Pagelaran dan Desa Gemah

IV. GAMBARAN UMUM. A. Keadaan Umum Wilayah Kelurahan Tanjung Ratu Ilir. Ratu Ilir terdiri dari 7 (tujuh) dusun. Ketujuh dusun tersebut ialah :

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Konsep pembangunan yang berkembang disekitar kita antara lain konsep

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

GAMBARAN UMUM. Kelurahan Negeri Besar Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan.

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMERINTAHAN DESA DATA POKOK DESA/KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR KECAMATAN CIAWI KANTOR KEPALA DESA CILEUNGSI Alamat : Jalan Raya Veteran III No. 27 Tapos Kec. Ciawi Kab.

: KHOERINI RIFKI SAPUTRI I

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR. Kondisi Geografis. Struktur Kependudukan. ]. k

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan desain studi Cross Sectional yang bertujuan

PROFIL DESA. Tabel Peruntukan Lahan Desa Selomartani. No Peruntukan Lahan Jumlah (Ha) Persen %

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

Gambar 5 Peta administrasi kota Tangerang Selatan

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Tabel I Luas wilayah menurut penggunaan

BAB III MENELUSURI WILAYAH DAN MASYARAKAT DESA RENDENG. berbatasan dengan Desa Tileng, Sebelah Timur Desa Malo dan sebelah barat

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI KELURAHAN GEDAWANG

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang

GAMBARAN UMUM DESA CIARUTEUN ILIR, KECAMATAN CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

12/16/2016 DATA POKOK DESA/KELURAHAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM 4.1. DKI Jakarta

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

Katalog BPS :

KONDISI UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan

BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA KLAMPOK

BAB II PROFIL DESA WALIKUKUN KECAMATAN CARENANG KABUPATEN SERANG BANTEN

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA TANJUNGSARI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. termasuk dalam Kabupaten Lampung Selatan. Sejak berdirinya Kecamatan Teluk

Katalog BPS

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009

Distribusi Variabel Berdasarkan Tingkat Analisis, Jenis data, Variabel, dan Skala Pengukuran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas wilayah 1060 Ha. Dahulu desa ini bernama desa Prambanan, dan kemudian

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Tengah dari Kabupaten Lampung Barat di Provinsi Lampung. 2. Potensi Sumber Daya Alam dan Mata Pencarian

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di Kota Bandar Lampung

BAB IV KARAKTERISTIK PEDAGANG MAKANAN DI SEKTOR INFORMAL

DAFTAR TABEL. Daftar Tabel. Tabel Jumlah Partai Politik, Lsm Dan Ormas Di Tingkat Kabupaten 21 GAMBARAN UMUM

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MUSI BANYUASIN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

USAHA KAKI LIMA SEBAGAI KEGIATAN SEKTOR INFORMAL YANG SAH

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI

KEADAAN UMUM DAERAH PENELIITIAN. berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat. Letaknya antara Lintang


BAB II LOKASI UMUM PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. karantina, para penderita penyakit tersebut berangsur angsur sembuh. Mengingat banyaknya

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Bantar Gebang, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Wilayah kelurahan

V. GAMBARAN UMUM Gambaran Lokasi Penelitian

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan sejarahnya Desa Karta Kecamatan Tulang Bawang Udik Kabupaten

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Lampung Tengah adalah 3,802 ha² yang terdiri dari pemukiman

P R O F I L DESA DANUREJO

Transkripsi:

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN 4.1. Lokasi dan Keadaan Wilayah Kelurahan Lenteng Agung merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Kelurahan Lenteng Agung memiliki luas wilayah sekitar kurang lebih 227,74 Ha yang terdiri dari tanah milik adat seluas 227,34 Ha dan tanah garapan seluas 0,40 Ha. Kelurahan Lenteng Agung terdiri dari 114 RT dan 10 RW. Kelurahan Lenteng Agung secara geografis memiliki batas wilayah antara lain: sebelah Utara berbatasan langsung dengan Jalan TB Simatupang Kelurahan Pasar Minggu, sebelah Timur berbatasan langsung dengan Kali Ciliwung, sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Gardu Kelurahan Srengseng Sawah, dan sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Joe Kelurahan Kebagusan-Kelurahan Jagakarsa. Jika dilihat dari letaknya, jarak Kelurahan Lenteng Agung ke Kecamatan adalah tiga kilometer, sedangkan jarak dari Kelurahan Lenteng Agung ke Pusat Pemerintahan Kotamadya/Kabupaten Administrasi Jakarta Selatan adalah 10 kilometer dan jarak dari Kelurahan Lenteng Agung ke Pusat Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta adalah 15 kilometer. Alat transportasi yang dapat digunakan untuk mencapai kantor kecamatan adalah angkutan umum (angkot) atau bis umum yang masih harus disambung dengan ojeg. Alat transportasi yang dapat digunakan untuk ke pusat pemerintahan baik kotamadya ataupun provinsi adalah angkot ataupun bis umum. Selain itu dapat juga menggunakan transportasi Kereta Api

44 Listrik (KRL) Jabotabek, karena diwilayah tersebut juga terdapat stasiun kereta api, yang masih harus disambung dengan angkot atau bis kota. Permukiman liar yang ada di wilayah Kelurahan Lenteng Agung berada di antara bantaran rel kereta api dan aliran sungai ciliwung. Seluruh penghuninya merupakan pendatang yang berasal dari berbagai macam daerah di Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh dari 30 orang responden, Karawang merupakan daerah asal yang memiliki jumlah migran terbanyak. Alasan responden memilih permukiman liar untuk dijadikan tempat tinggal adalah faktor ekonomi. Responden merasa tidak mampu jika harus mengontrak rumah. Terlebih lagi harga kontrakan yang tinggi. Hal tersebut amat memberatkan responden. Akan tetapi tentu saja responden masih mengharapkan hidup yang layak. Pendidikan terakhir yang dimiliki oleh responden beragam. Akan tetapi jumlah responden yang hanya tamat sekolah dasar menunjukkan nilai yang paling besar. Sebagian besar penghuninya bekerja sebagai pengumpul barang rongsokan yang nantinya akan dijual lagi untuk didaur ulang. Pekerjaan lainnya yang dijalankan oleh responden adalah bekerja sebagai penjual makanan seperti penjual buah keliling, tukang nasi goreng atau membuka usaha warung makanan di sekitar tempat tinggal mereka. Sebanyak 90 persen responden menyatakan bahwa menyisihkan sebagian penghasilan untuk konsumsi kesehatan sangatlah perlu. Akan tetapi pada kenyataannya hanya tujuh orang responden atau sebesar 23,3 persen saja yang menyisihkan sebagian pendapatannya untuk konsumsi kesehatan. Responden mengetahui pentingnya menyisihkan uang untuk konsumsi kesehatan. Menurut responden jika telah memiliki uang simpanan untuk kesehatan maka jika suatu

45 saat salah satu anggota keluarga mengalami sakit uang tersebut dapat digunakan untuk berobat ke dokter atau sekedar untuk membeli obat warung dan jamu. Dengan demikian responden tidak perlu repot mencari pinjaman uang untuk berobat. Sebanyak 83,3 persen responden menghabiskan sebagian besar pendapatannya untuk membeli makanan. Responden mengatakan bahwa untuk membeli keperluan sehari-hari saja masih kurang sehingga responden tidak dapat menyisihkan uangnya untuk konsumsi kesehatan walaupun responden mengetahui pentingnya investasi kesehatan. 4.2. Fasilitas Umum Fasilitas umum yang terdapat di Kelurahan Lenteng Agung berupa sarana keagamaan, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana kebersihan, sarana olah raga, sarana keamanan, sekretariat parpol, sarana ekonomi, sarana sosial, sarana budaya, pariwisata, hiburan dan rekreasi, sarana perdagangan, sarana perhubungan, sarana angkutan, sarana komunikasi, sarana penanggulangan bencana kebakaran dan bencana alam dan sarana pengairan. Tempat peribadatan yang terdapat di Kelurahan Lenteng Agung hanya masjid sebanyak 22 buah, mushollah sebanyak 36 buah dan gereja satu buah. Dalam kegiatan keagamaan, penduduk di Kelurahan Lenteng Agung cukup banyak terlibat dalam kegiatan-kegiatan keagamaan. Hal tersebut dapat terlihat dari banyaknya perkumpulan keagamaan yang terdiri dari 66 perkumpulan majelis taklim dan 229 orang remaja masjid.

46 Jumlah sarana pendidikan di Kelurahan Lenteng Agung cukup banyak dimana terdapat sekolah yang terdiri dari sekolah negeri dan sekolah swasta. Sekolah negeri yang terdapat di Kelurahan Lenteng Agung antara lain SD berjumlah empat buah, SLTP berjumlah dua buah, SLTA sebanyak dua buah dan madrasah Aliyah sebanyak satu buah. Sekolah swasta yang terdapat di Kelurahan Lenteng Agung antara lain taman bermain/playgroup sebanyak dua buah, Taman Kanak-kanak (TK) berjumlah sembilan buah, SD berjumlah tujuh buah, SLTP berjumlah enam buah, SLTA sebanyak dua buah, universitas sebanyak dua buah dan madrasah ibtidaiyah sebanyak tujuh buah. Fasilitas kesehatan yang terdapat di Kelurahan Lenteng Agung berupa dua buah puskesmas, dua buah poliklinik, dua buah balai pengobatan, tiga buah tempat praktek dokter umum, satu buah tempat praktek dokter gigi, tujuh buah tempat praktek bidan, satu apotik, dua buah klinik keluarga berencana, satu unit laboratorium dan 29 posyandu. Responden lebih memilih puskesmas sebagai tempat berobat dengan alasan biaya yang lebih murah jika dibandingkan ke klinik dokter. Puskesmas yang terdapat di Kelurahan Lenteng Agung berada di Gang Haji Ali dan Gang Lontar. Sebagian besar responden lebih sering berobat ke puskesmas yang berada di Gang Lontar. Letaknya yang berdekatan dengan permukiman menjadi pertimbangan lain yang dikemukakan oleh responden. Gang Lontar berada diseberang permukiman responden tetapi untuk menjangkaunya responden harus berjalan kaki cukup jauh sekitar 500 meter dari mulut Gang. Selain itu, tidak tersedianya ojeg di sekitar puskesmas juga menjadi hambatan untuk mencapai puskesmas tersebut. Puskesmas yang berada di Gang Haji Ali letaknya cukup jauh dari permukiman responden sehingga untuk

47 menjangkaunya responden harus naik angkot. Jika harus mengeluarkan ongkos responden lebih memilih memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada di puskesmas kelurahan Jatipadang karena puskesmas tersebut memiliki perlengkapan yang lebih lengkap. Puskesmas Jatipadang tidak hanya melayani penyakit umum tetapi juga ada pelayanan penyakit spesialis. Puskesmas bukan satu-satunya fasilitas kesehatan dengan biaya murah yang biasa dimanfaatkan responden. Letak permukiman liar yang tidak terlalu jauh dengan kantor sekertariat salah satu parpol besar di Indonesia dimanfaatkan pula oleh responden untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang disediakan oleh parpol tersebut. Responden hanya mengeluarkan biaya untuk naik angkot ke kantor sekertariat parpol tersebut karena pengobatan dan obat diberikan secara gratis. Sarana kebersihan yang terdapat di Kelurahan Lenteng Agung antara lain tiga buah dipo sampah (TPS), dua unit truk sampah, 37 unit gerobak sampah dan satu orang petugas kebersihan. Kelurahan Lenteng Agung memiliki satu lapangan sepak bola dan enam buah lapangan bulu tangkis, enam buah lapangan volly dan 12 buah lapangan basket. Terdapat pula satu lapangan tenis dan 10 buah perlengkapan tenis meja. Selain itu Kelurahan Lenteng Agung juga memiliki sarana keamanan antara lain satu pos polisi, 45 pos hansip dan 91 orang anggota hansip. Di Kelurahan Lenteng Agung juga terdapat sekretariat parpol yang terdiri dari dua buah kantor cabang parpol dan tiga buah kantor ranting parpol. Sarana ekonomi yang terdapat di Kelurahan Lenteng Agung adalah satu buah bank milik pemerintah dan satu buah bank milik swasta. Sarana ekonomi lainnya antara lain satu buah koperasi serba usaha, satu buah waserda dan empat

48 buah SPBU. Sarana perdagangan dan industri yang ada adalah pertokoan sebanyak 74 buah, showroom sebanyak empat buah, toko sebanyak 23 buah, kios sebanyak 12 buah, warung sebanyak 46 buah, restoran sebanyak satu buah dan industri kecil sebanyak satu buah. Kelurahan Lenteng Agung memiliki sarana perhubungan berupa satu buah stasiun kereta api, jalan protokol kurang lebih sekitar 15 kilometer, jalan lingkungan kurang lebih sekitar 40 kilometer dan Gang/jalan setapak sekitar 30 kilometer. Sarana angkutan yang terdapat di Kelurahan Lenteng Agung antara lain bis kota, truk, metromini, mikrolet, taksi, ojek motor dan kereta api. Fasilitas komunikasi yang ada adalah satu buah kantor pos/pos pembantu dan tujuh buah wartel. Fasilitas penanggulangan bencana kebakaran dan bencana alam terdiri dari dua buah pos pengendali banjir, dua buah alat pemadam kebakaran dan satu buah hidran. Sarana pengairan yang ada antara lain satu buah sungai dan 115 buah sumur resapan.

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Pembahasan Gambaran Umum Responden Gambaran umum responden dimaksudkan untuk lebih memperjelas informasi yang diperoleh oleh peneliti. Karakteristik responden yang akan dibahas antara lain latar belakang pendidikan, asal daerah, keberadaan keluarga responden, pekerjaan yang dijalani oleh responden dan tingkat pendapatan. Diharapkan dengan mengetahui karakteristik responden yang diteliti maka akan diketahui juga mengenai kehidupan kesehariannya. Secara umum permukiman liar yang berada diantara bantaran rel kereta api dan sungai Ciliwung di wilayah RT 016 RW 05 Kelurahan Lenteng Agung Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan terbagi atas dua kelompok. Kelompok yang pertama adalah permukiman liar yang berdiri diatas tanah milik pribadi atas nama Bapak Haji Tlb dimana pemilik tanah tersebut tidak tinggal di wilayah tersebut. Akan tetapi kepemilikan tanah tersebut masih diragukan. Seperti yang dikatakan oleh seorang responden: sebenarnya tanah itu adalah tanah milik PJKAI. Dulu PJKAI memberi ijin kepada penduduk sekitar untuk menggarap tanah dipinggiran rel untuk sawah dan ladang. Tapi karena sudah terlalu lama digarap oleh warga sehingga warga tersebut menganggap bahwa tanah itu adalah tanah mereka. Padahal mah belum tentu mereka punya sertifikatnya (Ibu Van,30 tahun). Tanah pada permukiman liar yang kedua merupakan tanah milik PJKAI dan Dinas Perairan DKI Jakarta. Bagian depan hingga tengah rumah mereka

50 berdiri diatas tanah milik PJKAI dan bagian tengah hingga belakang rumah tersebut berdiri diatas tanah milik Dinas Perairan DKI Jakarta. Tidak jauh berbeda dengan tanah dipermukiman liar pertama, tanah pada permukiman liar kedua juga memiliki permasalahan. Pendatang yang tinggal di wilayah tersebut menganggap bahwa tanah tersebut adalah tanah mereka. Penghuni di wilayah tersebut mengaku bahwa mereka telah membeli tanah tersebut dari pihak PJKAI. Akan tetapi sampai saat ini mereka tidak memiliki sertifikat tanah yang sah yang dapat menunjukkan bahwa tanah itu adalah milik mereka. Seperti yang dikatakan Bapak Hdn selaku ketua RT 016: malah ada juga penduduk disitu yang bilang sudah membelinya dari PJKAI. Berhubung tidak ada keterangan secara resmi dari PJKAI maka pihak kelurahan tidak mau menandatangani permohonan sertifikat yang diajukan oleh mereka. Jadi sampai sekarang mereka belum ada yang punya sertifikat tanah yang mereka akui. (Bapak Hdn, 50 tahun). Permukiman liar yang pertama ini dihuni oleh beberapa orang yang terbagi menjadi tiga kelompok. Penghuni dipermukiman liar ini bekerja sebagai pengumpul bagang-barang bekas atau barang rongsokan. Pembagian kelompok tersebut dilihat berdasarkan barang rongsokan yang diperoleh. Kelompok pertama hanya mengumpulkan barang-barang bekas yang terbuat dari plastik. Kelompok kedua hanya mengumpulkan kertas, koran dan kardus bekas. Kelompok ketiga mengumpulkan berbagai macam barang-barang bekas mulai dari plastik, kardus, besi bahkan barang bekas seperti monitor komputer. Pada kelompok pertama dan kedua bekerja berdasarkan sistem kekeluargaan sedangkan pada kelompok ketiga bekerja berdasarkan sistem atasan dan bawahan dimana Pak Erw dan Ibu Van yang merupakan pasangan suami istri berperan sebagai bos.

51 Permukiman liar yang kedua sebagian besar penghuninya bekerja sebagai pedagang makanan. Dagangan yang mereka jual juga bermacam-macam, ada yang berjualan nasi goreng, rujak buah keliling, otak-otak, es buah, tukang es balok bahkan ada juga yang membuka warung makan seperti warteg di sekitar permukiman tersebut. Pada permukiman liar yang kedua semuanya bekerja secara individu dimana mereka bekerja untuk diri mereka masing-masing. 5.2. Pendidikan Terakhir Responden Berdasarkan data yang terkumpul dengan menggunakan kuesioner dapat diketahui bahwa pendatang yang tinggal di permukiman liar di wilayah penelitian memiliki tingkat pendidikan yang beragam. Hanya sebanyak (6,7%) atau dua orang yang dapat menyelesaikan pendidikan sampai tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan (20,0%) atau enam orang hanya menyelesaikan pendidikan mereka sampai tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Paling banyak (46,7%) atau sebanyak 14 orang telah menyelesaikan pendidikan mereka di tingkat sekolah dasar (SD), kemudian sebanyak (23,3%) atau sebanyak tujuh orang tidak dapat menyelesaikan pendidikan mereka di SD. Bahkan ada yang sama sekali tidak menikmati bangku sekolah, sebanyak (3,3%) atau satu orang. Untuk lebih jelasnya disajikan pada Tabel 2: Faktor ekonomi keluarga yang rendah merupakan kendala yang rensponden alami sehingga tidak dapat meneruskan pendidikan ketingkat yang lebih tinggi lagi. Keadaan ekonomi yang serba kekurangan memaksa sebagian besar dari mereka berhenti dari sekolah dan tidak melanjutkan sekolah. Akhirnya mereka membantu perekonomian keluarga dengan cara ikut bekerja mencari

52 nafkah. Awalnya mereka hanya bekerja di kampung membantu orang tua. Akan tetapi penghasilan yang mereka peroleh di kampung tidak juga mencukupi kemudian mereka memutuskan mencari pekerjaan di Jakarta dengan harapan dapat membantu meningkatkan ekonomi keluarga. Tabel 2. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan Terakhir, di Kelurahan Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa, Juli 2009 Pendidikan Jumlah Persen Tidak Sekolah 1 3,3 Tidak Tamat SD/Sederajat 7 23,3 Tamat SD/Sederajat 14 46,7 Tamat SMP/Sederajat 6 20,0 Tamat SMA/Sederajat 2 6,7 Total 30 100,0 5.3. Daerah Asal Responden Pendatang yang tinggal di permukiman liar di wilayah Kelurahan Lenteng Agung berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Berdasarkan data yang terkumpul, sebagian besar pendatang berasal dari beberapa wilayah di pulau jawa. Paling banyak (16,7%) atau lima orang responden berasal dari Karawang, kemudian berasal dari Pati dan Tegal masing-masing berjumlah empat orang (13,3%). Responden yang berasal dari Cikarang berjumlah tiga orang (10,0%). Jumlah responden yang sama ditunjukkan pula oleh responden yang berasal dari Rangkas, Bogor dan Banten dengan jumlah dua orang responden (6,7%). Responden yang berasal dari Ponorogo, Aceh, Ngawi, Riau, Ciledug, Bekasi, Surabaya dan Madura memiliki jumlah yang sama dimana masing-masing terdiri dari satu orang responden (3,3%).

53 Tabel 3. Jumlah Responden Menurut Daerah Asalnya, di Kelurahan Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa, Juli 2009 Daerah Asal Jumlah Persen Cikarang 3 10,0 Karawang 5 16,7 Pati 4 13,3 Ponorogo 1 3,3 Aceh 1 3,3 Ngawi 1 3,3 Rangkas 2 6,7 Tegal 4 13,3 Riau 1 3,3 Ciledug 1 3,3 Bogor 2 6,7 Bekasi 1 3,3 Surabaya 1 3,3 Banten 2 6,7 Madura 1 3,3 Total 30 100,0 Alasan mereka tinggal dipermukiman ini sebagian besar dikarenakan faktor ekonomi. Pekerjaan responden yang tergolong dalam sektor informal dimana penghasilan yang diperoleh masih kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari memaksa responden memilih tinggal dipermukiman liar. Responden merasa berat jika setiap bulannya harus membayar kontrakan rumah yang mahal. Berdasarkan data yang diperoleh alasan lain responden tinggal dipermukiman liar tersebut karena ajakan dari saudara-saudara mereka yang telah lebih dulu tinggal ditempat tersebut. Responden yang mengikuti ajakan saudaranya untuk tinggal dipermukiman liar adalah responden yang baru datang

54 dari daerah dan tidak memiliki kenalan lain di kota Jakarta. Pendatang baru tersebut mencoba mencari pekerjaan di Jakarta. Akan tetapi sebelum mendapatkan pekerjaan biasanya mereka ikut membantu pekerjaan saudaranya. Biasanya tempat tinggal mereka berdekatan antara saudara yang satu dengan saudara yang lain akan tetapi setiap keluarga tinggal dalam satu bedeng. Tentunya responden masih memiliki harapan untuk dapat hidup di tempat yang lebih layak. Hal tersebut dapat terwujud jika responden sudah memiliki penghasilan yang cukup. 5.4. Keberadaan Keluarga Responden Keluarga responden ada yang ikut serta tinggal bersama responden dan ada juga yang tinggal terpisah dengan responden. Biasanya keluarga responden yang tidak tinggal bersama dengan responden berada atau menetap dikampung halaman. Alasan ekonomi kembali menjadi kendala dimana biaya hidup di Jakarta yang sangat besar menjadi dasar. Hal tersebut menjadi pertimbangan tersendiri bagi responden untuk memutuskan hidup secara terpisah dengan anak dan isterinya. Seperti dikatakan oleh salah satu responden: keluarga saya tinggal dikampung. Kalau semua keluarga ikut perlu biaya yang lebih besar lagi untuk makan, rumah dan kebutuhan lainnya. Kalau saya sendirian kan seperti ini saja sudah cukup. Saya bisa tidur dimana saja. Kalau ada anak dan istri, saya mana tega membiarkan mereka tinggal di gubuk begini. Seenggaknya harus ngontrak rumah yang lebih baik. Kalau dikampungkan enak. Mereka bisa tinggal dirumah orang tua (Bapak Anw, 28 tahun). Berdasarkan data yang terkumpul maka dapat dilihat bahwa jumlahnya tidak menunjukkan hasil yang jauh berbeda. Sebanyak 18 orang responden (60,0%) mengajak keluarganya untuk tinggal bersama sedangkan sebanyak 12

55 orang responden (40,0%) lebih memilih meninggalkan keluarganya di kampung. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Responden Menurut Tempat Tinggal Keluraga, di Kelurahan Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa, Juli 2009 Keluarga Responden Jumlah Persen Tinggal bersama responden 18 60,0 Tinggal di daerah asal 12 40,0 Total 30 100,0 5.5. Pekerjaan Responden Pekerjaan yang dilakukan oleh responden berbeda-beda. Melalui pekerjaan-pekerjaan tersebut responden menggantungkan hidupnya. Responden mendapatkan uang yang dapat digunakan untuk membiayai hidupnya dan keluarga melalui pekerjaan-pekerjaan tersebut. Akan tetapi pekerjaan tersebut semuanya bergerak disektor informal. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 5: Tabel 5. Jumlah Responden Menurut Pekerjaan, di Kelurahan Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa, Juli 2009 Pekerjaan Jumlah Persen Pengumpul barang rongsokan 10 33,3 Berdagang makanan 5 16,7 Serabutan 5 16,7 Tukang es balok 1 3,3 Kernet bis 1 3,3 Tukang sampah 3 10,0 Penjual pulsa 1 3.3 Ibu rumah tangga 3 10,0 Pengangguran 1 3,3 Total 30 100,0

56 Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa sebanyak 10 orang responden (33,3%) bekerja sebagai pengumpul barang rongsokan yang mereka cari dengan cara berkeliling. Hasilnya kemudian dikumpulkan untuk kemudian akan disetorkan kembali kepada perusahaan daur ulang atau kepada individu yang ingin membeli barang-barang tersebut. Responden yang bekerja sebagai pedagang makanan dan bekerja serabutan memiliki jumlah yang sama yaitu lima orang responden (16,7%). Jumlah yang sama juga ditunjukkan oleh responden yang bekerja sebagai tukang sampah dan ibu rumah tangga yaitu sebanyak tiga orang responden (10,0%). Jumlah yang sama juga ditunjukkan oleh responden yang bekerja sebagai tukang es balok, kernet bis, penjual pulsa dan pengangguran dimana jumlahnya masing-masing adalah satu orang (3,3%). Responden yang menganggur adalah Tnt ( 27 tahun). Pada awalnya Tnt bekerja sebagai pegawai kontrak disalah satu kantor swasta sebagai office girl, akan tetapi saat ini kontraknya habis dan tidak diperpanjang lagi. Saat ini beliau belum menemukan pekerjaan baru sehingga pendapatan rumah tangga hanya diperoleh dari suami. 5.6. Pendapatan Responden Pendapatan responden dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Responden dikatakan memiliki pendapatan rendah jika pendapatan responden per bulan < Rp 1.000.000,00; sedang dengan pendapatan per bulan Rp 1.000.000,00-Rp 2.500.000,00 dan tinggi jika pendapatan per bulannya > Rp 2.500.000,00. Pengelompokkan tersebut dibuat setelah penelitian

57 selesai dilakukan. Hal tersebut dikarenakan sulitnya menentukan pengelompokkan terhadap pendapatan sebelum mengetahui berapa rata-rata pendapatan responden. Tentunya penggolongan pendapatan tersebut berdasarkan hasil temuan di lapangan (emik) yang dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan data yang diperoleh maka dapat diketahui penghasilan individu maupun rumah tangga responden di permukiman liar setiap bulannya. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendapatan, di Kelurahan Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa, Juli 2009 Tingkat Pendapatan Pendapatan Individu Pendapatan Rumah Tangga Responden Jumlah Persen Jumlah Persen Rendah 21 70,0 10 33,3 Sedang 9 30,0 16 53,3 Tinggi 0 0 4 13,3 Total 30 100,0 30 100,0 Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa sebagian besar atau sebanyak 21 orang responden (70,0%) memiliki pendapatan individu dengan jumlah kurang dari Rp 1.000.000,00. Bahkan empat orang responden atau sekitar 19 persen dari jumlah responden yang berpendapatan kurang dari Rp 1.000.000,00 tidak memiliki pendapatan. Keempatnya sama sekali tidak memiliki pendapatan setiap bulannya untuk menunjang kehidupan mereka kedepannya. Empat orang tersebut terdiri dari tiga orang ibu rumah tangga dan satu orang perempuan yang menganggur karena belum mendapatkan pekerjaan yang baru setelah dipecat dari tempat keja sebelumnya. Untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga, mereka hanya mengandalkan pendapatan dari suami mereka saja.

58 Pendapatan rumah tangga yang dimiliki responden sebagian besar berada antara Rp 1.000.000,00-Rp 2.500.000,00 yaitu sebanyak 16 keluarga (53,3%). Tetapi masih ada juga rumah tangga dengan pendapatan perbulan kurang dari Rp 1.000.000,00 yaitu sebanyak 10 keluarga (33,3%). Untuk tingkat pendapatan lebih besar dari Rp 2.500.000,00 terdiri dari empat keluarga (13,3%). Hanya ada satu keluarga yang memiliki tingkat pendapatan lebih besar dari Rp 5.000.000,00. Keluarga tersebut adalah keluarga Bapak Erw dan Ibu Van yang menjadi bos barang rongsokan dengan penghasilan bersih rata-rata per bulan Rp.8.000.000,00. Pendapatan yang dimiliki oleh responden sebagian besar dihabiskan untuk konsumsi makanan sehari-hari. Berdasarkan data yang diperoleh dari 30 orang responden sebanyak 25 orang responden (83,3%) mengatakan bahwa sebagian penghasilan mereka lebih dititikberatkan untuk konsumsi makanan sehari-hari. Dengan demikian banyak responden yang tidak memiliki uang simpanan untuk konsumsi kesehatan. Responden akan mengeluarkan uang untuk kesehatan hanya pada saat responden sakit. Tidak sedikit dari responden terkadang mengalami kesulitan ekonomi pada saat dirinya atau keluarga mereka ada yang sakit. Berdasarkan data yang terkumpul hanya terdapat tujuh orang responden (23,3%) saja yang menyisihkan pendapatan mereka untuk konsumsi kesehatan. Responden merasa tidak perlu mengeluarkan uang untuk investasi kesehatan. Responden merasa bahwa cukup dengan makan saja tubuh mereka sudah sehat sehingga mereka tidak memerlukan suplemen atau vitamin untuk menjaga kondisi tubuh. Oleh karena itu responden lebih mementingkan menjaga konsumsi makanan dibandingkan konsumsi untuk kesehatan seperti membeli vitamin, suplemen dan lainnya.

59 5.7. Akses Migran di Permukiman Liar Terhadap Pelayanan Kesehatan Gratis atau Bersubsidi Berdasarkan data yang diperoleh maka diketahui bahwa akses migran dipermukiman liar terhadap pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi masih sangat kurang. Hal tersebut ditunjukkan dari kepemilikan responden terhadap kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi. Berdasarkan data yang diperoleh dari 30 orang responden hanya terdapat empat orang atau sebesar 13,33 persen yang mendapatkan bantuan kesehatan dari pemerintah dalam bentuk kartu pelayanan kesehatan yang dapat meringankan responden saat responden memerlukan bantuan kesehatan. Keempat orang yang memiliki kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi tersebut memiliki kartu pelayanan kesehatan yang berbeda-beda. Dua orang memiliki kartu Jamkesmas yang diperoleh dari kelurahan tempat mereka berasal. Satu orang memiliki SKTM yang diurus sendiri oleh responden dan satu orang lainnya memiliki kartu Jamsostek dari tempat istrinya bekerja. Migran yang ada dipermukiman liar lebih memilih untuk mengkonsumsi obat-obatan yang dijual bebas di warung-warung atau minum jamu tradisional saat mereka sakit. Responden merasa berat jika harus pergi ke dokter dan mengeluarkan biaya besar. Pendapatan yang serba kurang menjadi pertimbangan utama responden untuk pergi ke dokter jika sakit. Kalaupun responden harus memeriksakan kesehatannya, Puskesmas menjadi pilihan pertama mereka karena biayanya yang masih terjangkau.

60 5.8. Ikhtisar Permukiman liar yang ada diwilayah RT 016 RW 05 Kelurahan Lenteng Agung Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan berada di antara bantaran rel kereta api dan sungai Ciliwung. Permukiman liar tersebut terbagi atas dua kelompok. Kelompok yang pertama adalah permukiman liar yang berdiri diatas tanah milik pribadi dan kelompok yang kedua adalah permukiman liar yang berdiri diatas tanah milik PJKAI serta Dinas Perairan DKI Jakarta. Sebagian besar pendatang berasal dari beberapa wilayah di pulau jawa seperti Karawang, Pati, Tegal, Cikarang, Rangkas, Bogor, Banten, Ponorogo, Aceh, Ngawi, Riau, Ciledug, Bekasi, Surabaya dan Madura. Pekerjaan yang dilakukan oleh responden semuanya bergerak disektor informal. Pekerjaan yang banyak digeluti oleh migran di permukiman liar adalah sebagai pengumpul barang rongsokan. Sebagian besar responden memiliki pendapatan per bulan antara Rp 1.000.000,00 sampai Rp 2.500.000,00 tetapi masih ada juga responden yang berpenghasilan dibawah Rp 1.000.000,00. Hanya sedikit responden yang memiliki pendapatan diatas Rp 2.500.000,00. Pendapatan yang dimiliki oleh responden sebagian besar dihabiskan untuk konsumsi makanan sehari-hari. Responden akan mengeluarkan uang untuk kesehatan hanya pada saat responden sakit. Responden merasa tidak perlu mengeluarkan uang untuk investasi kesehatan. Responden merasa bahwa cukup dengan makan saja tubuh mereka sudah sehat sehingga mereka tidak memerlukan suplemen atau vitamin untuk menjaga kondisi tubuh. Akses migran di permukiman liar terhadap pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi masih sangat kurang. Hal tersebut ditunjukkan dari kepemilikan

61 responden terhadap kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi. Berdasarkan data yang diperoleh dari 30 orang responden hanya terdapat empat orang atau sebesar 13,33 persen yang mendapatkan bantuan kesehatan dari pemerintah dalam bentuk kartu pelayanan kesehatan yang dapat meringankan responden saat responden memerlukan bantuan kesehatan.