BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum kontrak merupakan terjemahan dari bahasa inggris, yaitu contract of law, sedangkan dalam bahasa belanda disebut dengan istilah overeenscom strecht. Menurut namanya, kontrak dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kontrak nominaat dan innominaat. Kontrak nominaat merupakan kontrak yang terdapat dan dikenal dalam KUH perdata. Kontrak innominaat merupakan perjanjian yang timbul, tumbuh, hidup, dan berkembang dalam masyarakat. Timbulnya perjanjian jenis ini karena adanya asas kebebasan berkontrak, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1338 KUH Perdata. Mariam Darus Badrulzaman mengartikan perjanjian inominaat (perjanjian tidak bernama) yaitu Perjanjian-perjanjian yang tidak diatur dalam KUH Perdata, tetapi terdapat di masyarakat. Hal ini adalah berdasar kebebasan mengadakan perjanjian atau partij autonomi yang berlaku dalam perjanjian. 1 Pada dasarnya kontrak berawal dari perbedaan atau ketidaksamaan kepentingan di antara para pihak. Perumusan hubungan kontraktual tersebut pada umumnya senantiasa di awali dengan proses negosiasi diantara para pihak. Melalui negosiasi para pihak berupaya menciptakan bentuk-bentuk kesepakatan untuk saling mempertemukan sesuatu yang 1 Salim H.S., 2004, Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 32 1
diinginkan (kepentingan) melalui proses tawar menawar 2. Pendek kata, pada umumnya kontrak bisnis justru berawal dari perbedaan kepentingan yang dicoba dipertemukan melalui kontrak. Melalui kontrak perbedaan tersebut diakomodasi dan selanjutnya dibingkai dengan perangkat hukum sehingga mengikat para pihak. Dalam kontrak bisnis pertanyaan mengenai sisi kepastian dan keadilan justru akan tercapai apabila perbedaan yang ada diantara para pihak terakomodasi melalui mekanisme hubungan kontraktual yang bekerja secara proporsional. 3 Sedangkan perjanjian jasa konstruksi dikenal dengan istilah Kontrak kerja konstruksi atau Perjanjian Konstruksi, yang di negara barat dikenal dengan istilah contruction contract atau construction agreement. Kontrak konstruksi tersebut berbentuk perjanjian tertulis yang diperlukan untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi bangunan-banguan antara Pengguna Jasa (Pemilik Proyek/ Pemberi Tugas) dan Penyedia Jasa (Konsultan Perencana/ Kontraktor Pelaksana/ Konsultan Pengawas). Konstruksi secara umum juga dipahami sebagai segala bentuk pembuatan atau pembangunan infrastruktur (jalan, jembatan, bendungan, jaringan irigasi, gedung dan sebagainya) serta pelaksanaan pemeliharaan dan perbaikannya. Konstruksi merupakan kegiatan ekonomi yang memiliki peran penting dalam meningkatkan perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial. Konstruksi memiliki peran dominan dalam membentuk lingkungan terbangun (built environment) dari suatu negara. 2 Jeremy G.Thorn,1995, Terampil Bernegosiasi,alih bahasa Edi Nugroho,Pustaka Binaman Pressindo,Jakarta,hal 7 3 Agus yudha hernoko,2011, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersil, Kencana,Jakarta, hal 2 2
Sebagai salah satu bidang kegiatan ekonomi, pengaturan mengenai konstruksi sangat penting dalam rangka kepastian hukum. 4 Pasal 33 ayat (4) UUD 1945 menyatakan : Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan, dan kesatuan ekonomi nasional. Selanjutnya pasal 33 ayat (5) UUD 1945, menyatakan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang. 5 sebagai salah satu sektor kegiatan ekonomi, penyelenggaraan konstruksi harus dijamin dengan pengaturan prinsipprinsip pasal 33 ayat (4) UUD 1945. Realisasi dari amanat konstitusional ini adalah diundangkannnya UU No 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, Lembaran Negara republik Indonesia Tahun 1999, Nomor 54 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3833 pada 7 Mei 1999. 6 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi dijelaskan bahwa salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan jasa konstruksi nasional adalah pemenuhan kontrak kerja konstruksi yang dilandasi prinsip kesetaraan kedudukan antar pihak dalam hak dan kewajiban. Dengan kesetaraan di antara para pihak di dalam 4 Nazarkha Yasin, 2003, Mengenal Kontrak Konstruksi di Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Hal.57. 5 Lihat Pasal 33 ayat (5) UUD 1945. 6 Marthen H. Toelle, 2011, Disharmonisasi Pengaturan pengadaan barang dan jasa pemerintah, Griya Media, Salatiga, Hal 24 3
kontrak diharapkan dapat terwujudnya daya saing yang andal dan kemampuan untuk menyelenggarakan pekerjaan secara lebih efisien dan efektif. Dalam pasal 1 ayat 6 pengertian Kontrak Konstruksi yaitu : Kontrak kerja konstruksi adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Hubungan hukum yang sah dapat dilihat di KUH Perdata pasal 1320, bahwa untuk diakui oleh hukum maka setiap perjanjian harus memenuhi persyaratan sebagai berikut, pertama, Sepakat mereka mengikatkan diri, kedua, Kecakapan untuk membuat suatu perikatan, ketiga, Oleh karena suatu hal tertentu, keempat, Suatu sebab yang halal. Apabila hubungan hukum tersebut dapat dinyatakan sah sebagaimana KUH Perdata pasal 1320 diatas maka pasal 1338 KUH Perdata menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagaimana Undang- undang bagi mereka yang membuatnya. Sumber hukum kontrak di Indonesia yang berbentuk perundangundangan adalah KUH Perdata, khususnya buku III. Bagian-bagian buku III yang berkaitan dengan kontrak adalah sebagai berikut: 7 a. Pengaturan tentang perikatan perdata. Pengaturan ini merupakan pengaturan pada umumnya, yakni yang berlaku baik untuk perikatan yang berasal dari kontrak maupun yang berlaku karena undangundang. 7 Munir Fuady Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis.Sinar Grafika.Jakarta.2004 hal 13 4
b. Pengaturan tentang perikatan yang timbul dari kontrak. Pengaturan perikatan yang timbul dari kontrak ini menurut KUH Perdata diatur dalam Bab II Buku III. c. Pengaturan tentang hapusnya perikatan. Pengaturan ini terdapat dalam Bab IV Buku III. d. Pengaturan tentang kontrak-kontrak tertentu. Pengaturan ini terdapat dalam Bab V sampai dengan Bab XVIII Buku III. Sebagai bentuk perjanjian tertentu, maka perjanjian pemborongan tidak terlepas dari ketentuan-ketentuan umum perjanjian yang diatur dalam title I sampai dengan IV Buku III KUH Perdata. Dalam Buku III KUH Perdata, diatur mengenai ketentuan-ketentuan umum yang berlaku terhadap semua perjanjian yaitu perjanjianperjanjian yang diatur dalam KUH Perdata maupun jenis perjanjian baru yang belum ada aturannya dalam Undang-undang. Sebagai dasar perjanjian pemborongan bangunan KUHPerdata mengatur dalam Pasal 1601 butir (b) : Pemborongan pekerjaan adalah perjanjian, dengan mana pihak yang satu,sipemborong, mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain, pihak yang memborongkan, dengan menerima suatu harga yang ditentukan. Menurut Subekti, pemborongan pekerjaan (aanneming van werk) ialah suatu perjanjian, dimana satu pihak menyanggupi untuk keperluan 5
pihak lainnya, melakukan suatu pekerjaan tertentu dengan pembayaran upah yang ditentukan pula 8 Apakah suatu kontrak yang telah dibuat secara sah dapat diputuskan di tengah jalan. Dan apakah konsekuensi dari pemutusan kontrak tersebut. Untuk mengetahui hal-hal tersebut, pertama-tama harus dilihat dahulu apakah ada ketentuan dalam kontrak yang bersangkutan mengenai caracara dan akibat-akibat pemutusan kontrak tersebut. Dalam pasal 1611 KUH Perdata : Pihak yang memborongkan menghentikan pemborongannya meskipun pekerjaannya telah dimulai, asal ia memberikan ganti rugi sepenuhnya kepada pemborong untuk segala biaya yang telah dikeluarkannya guna pekerjaannya, serta untuk keuntungan yang telah hilang karenanya Dengan demikian, berarti undang-undang memberi kemungkinan untuk mengakhiri perjanjian itu secara sepihak dengan segala konsekuensinya.pihak yang memborongkan membayar ganti rugi kepada pemborong yang tidak saja terdiri atas segala biaya yang dikeluarkannya dalam pemborongan tersebut, tetapi juga atas segala keuntungan yang sedianya akan diperoleh pemborong. 9 Dari uraian di atas, dengan mengkorelasikannya dengan upaya penciptaan tertib hukum Indonesia, maka penulis tertarik untuk melakukan 8 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa, Bandung, 1987, hal 174 9 Mariam Daruz Badrulzaman. Aneka Hukum Bisnis,PT.Alumni.Jakarta.1994.hal 65 6
penelitian dengan judul : ANALISIS YURIDIS PEMUTUSAN SEPIHAK KONTRAK KERJA KONSTRUKSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERDATA B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pemutusan kontrak kerja konstruksi secara sepihak dalam perspektif Hukum Perdata? 2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap pihak yang dilakukan pemutusan kontrak kerja konstruksi secara sepihak dalam perspektif Hukum Perdata? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan, menerangkan, dan menjawab permasalahan yaitu : 1. Untuk mengetahui, pemutusan kontrak kerja konstruksi secara sepihak menurut Hukum Perdata 2. Untuk mengetahui, perlindungan hukum terhadap pihak yang dilakukan pemutusan kontrak secara sepihak dalam kontrak kerja konstruksi menurut Hukum Perdata D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Dengan adanya tulisan ini penulis berharap bisa memberikan wacana baru bagi perkembangan ilmu hukum, memberikan suatu 7
pengetahuan mengenai bagaimana realita hukum yang terjadi diluar teori-teori yang diberikan dibangku perkuliahan. Jadi dengan adanya tulisan ini di harapkan bisa memberikan sedikit sumbangsih dalam pengembangan ilmu hukum khususnya Pemutusan kontrak pemborongan secara sepihak dan perlindungan hukum bagi pihak yang dikenakan pemutusan kontrak secara sepihak dalam Kontrak Konstruksi. Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan manfaat bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya hukum bisnis. 2. Secara Praktis a. Bagi peneliti sendiri, peneliti ini diharapkan dapat menambah wawasan dan mengembangkan cakrawala berpikir peneliti khususnya menyangkut kontrak kerja konstruksi b. Pemborong, agar pemborong selaku badan yang mengerjakan konstruksi atau pembangunan supaya lebih kritis dalam pembuatan kontrak kerja konstruksi c. Pihak yang memborongkan, agar pihak yang memborongkan lebih mamahami kontrak kerja konstruksi di buat sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak dengan mempertimbangkan kedudukan para pihak yang seimbang d. Gabungan pelaksana konstruksi indonesia (GAPENSI), lebih memahami dan kritis menghadapi kontrak kerja konstruksi 8
E. Metode Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang dikaji, penelitian ini merupakan penelitian hukum (legal research) Menurut F. Sugeng Istanto, penelitian hukum adalah penelitian yang diterapkan dan diberlakukan khusus pada ilmu hukum, dengan bertujuan untuk membantu pengembangan ilmu hukum dalam mengungkap suatu kebenaran hukum. 10 sasaran penelitian hukum pada dasarnya adalah hukum atau kaidah (norm). Meneliti pada hakikatnya mencari, yang dicari dalam penelitian hukum adalah kaidah,norm atau das sollen, bukan peristiwa, perilaku dalam arti fakta atau das sein. 11 Penelitian ini menggunakan analisis terhadap data yang dikumpulkan dan diolah atas dasar data kepustakaan yang terbatas sifatnya. Diuraikan juga oleh Peter Mahmud Marzuki. 12 penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum,prinsipprinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. Namun penulis berkeyakinan bahwa untuk memperoleh hasil penelitian yang mumpuni maka penggunaan jenis penelitian hukum dan metode pendekatan menjadi penting. Didalam mengkaji berbagai data yang telah diperoleh, maka terdapat beberapa pendekatan yang akan digunakan. Dengan pendekatan tersebut, peneliti akan mendapatkan informasi dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya. Pendekatan- pendekatan yang digunakan sebagaimana lazimnya dalam penelitian ilmu hukum 10 F.Ssugeng Istanto,2007,Penelitian Hukum, CV.Ganda, Yogyakarta, hlm 29 11 Sudikno Mertokusumo,2009,Penemuan Hukum : Sebuah Pengantar,Liberty, Yogyakarta,hlm 29 12 Peter Mahmud Marzuki, 2010,Penelitian Hukum,Kencana,Jakarta hal 35 9
adalah pendekatan undang-undang (statute approach), pendekatan historis (historical approach), dan pendekatan konseptual (coseptual approach). Apabila dipandang dari sumber datanya, maka penelitian hukum normative merupakan penelitian kepustakaan. Penelitian ini bukanlah untuk memperoleh hasil-hasil yang dapat diuji melalui statistic, tetapi penelitian ini merupakan penafsiran subjek setelah dilakukan pengembangan teori-teori dalam kerang penemuan hukum Dengan pendekatan yuridis norma ditunjukkan dengan penggunaan konstitusi Republik Indonesia maka metodenya akan mencakup : a. Metode pendekatan Berdasarkan permasalahan yang menjadi objek dari penelitian/penulisan skripsi ini, maka akan difokuskan pada hal-hal yang menyangkut asas-asas, konsepsi-konsepsi serta pandangan da doktrin-doktrin hukum serta masalah isi kaidah hukum yang berhubungan erat dengan Pemutusan kontrak sepihak dalam Kontrak Konstruksi. b. Jenis dan Bahan Hukum Secara yuridis normative, penelitian ini membutuhkan dua macam bahan hukum, yaitu bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer idealnya dikumpulkan dari hasil penelitian lapangan dengan mempergunakan tekhnik wawancara yang bersifat bebas terhadap para responden. Sedangkan bahan 10
hukum sekunder dikumpulkan melalui penelitian kepustakaan dan studi dokumen di perpustakaan maupun sumber-sumber lain yang dianggap penting untuk pengumpulan data skripsi ini. Adapun jenis dan bahan hukum dalam penelitian ini meliputi : a. Bahan hukum primer dalam penelitian ini adalah : 1. Undang- Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2. Burgerlijk Wetboek, stb. 1847-23 3. Undang Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi 4. Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen 5. PP Nomor 4 Tahun 2010 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi 6. Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah b. Bahan hukum Sekunder Bahan hukum sekunder meliputi hasil-hasil penelitian bidang hukum bisnis tentang Kontrak Konstruksi, dan tulisan tentang Pemutusan Kontrak sepihak dalam Kontrak Konstruksi c. Bahan hukum tertier meliputi kamus hukum dan tulisan-tulisan lainnya yang ada kaitannya dengan Kontrak Konstruksi serta Pemutusan Sepihak dalam Kontrak Konstruksi 11
Selanjutnya berbagai bahan tersebut diseleksi dengan cara mengumpulkan bahan penelitian yang kemudian dikelompokkan berdasarkan substansi dan kebutuhan yang sesuai dengan maksud agar tercipta gambaran umum penelitian. Pada dasarnya pengolahan, analisa dan konstruksi bahan dapat dilakukan secara kualitatif dan atau secara kuantitatif. 13 F. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini akan di urai tentang latar belakang, yakni memuat alasan atau faktor dorongan yang menjadi pentingnya dilakukan suatu penelitian berdasarkan atas permasalahan yang ada pada perumusan masalah, meliputi pertanyaan yang terfokus dan terspesifikasi terhadap masalah yang akan diteliti serta merupaka dasar pemiihan judul penelitian hukum. Adapun tujuan dari penelitian, memuat pertanyaan singkat tentang apa yang hendak dicapai dalam penelitian hukum ini. Manfaat penelitian, merupkan uraian mengenai kegunaan secara praktis dan teoritis. Metode penelitian, yang menguraikan tentang metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian, lokasi penelitian, jenis dan sumber data yang digunakan. Teknik pengumpulan data dan teknik menganalisa data penelitian, serta sistematika pembahasan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini peneliti akan memaparkan landasan teori atau kajian teori yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti oleh peneliti yaitu 13 Soerjono Soekanto, 1981, pengantar penelitian hukum,penerbit Universitas Indonesia, Jakarta,Hal 68 12
menyangkut tinjauan tentang Kontrak, tinjauan tentang Kontrak Kerja Konstruksi, tinjauan tentang Kedudukan dan Hubungan hukum para pihak, tinjauan tentang Pemutusan Kontrak ssepihak dalam kontrak konstruksi menurut BW BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan di uraikan tentang pembahasan dari semua rumusan masalah yang diangkat yaitu Pemutusan Kontrak Sepihak dalam Kontrak Kerja Konstruksi. Selain itu dikemukakan juga beberapa hal hasil analisa yang relevan dengan maksud penelitian. BAB IV PENUTUP Bab ini merupakan kesimpulan peneliti dari hasil penelitian hukum, dan juga berisikan pembahasan bab-bab sebelumnya secara ringkas, dan juga berisi rekomendasi peneliti terhadap permasalah yang diangkat penulis dalam penelitian hukum ini dan diharapkan juga bermanfaat bagi semua orang 13