8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Tekanan Darah a. Definisi Tekanan Darah Tekanan darah adalah tekanan dari aliran darah dalam pembuluh nadi (arteri). Jantung berdetak, lazimnya 60 hingga 70 kali dalam 1 menit pada kondisi istirahat ( duduk atau berbaring), darah dipompa menuju darah melalui arteri. Tekanan darah paling tinggi terjadi ketika jantung berdetak memompa darah, ini disebut tekanan sistolik. Tekanan darah menurun saat jantung relaks diantara dua denyut nadi, ini disebut tekanan diastolik. Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik pertekanan diastolik sebagai contoh,120/80 mmhg (Kowalski, 2010). Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan rendah yang terjadi saat jantung beristirahat.tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik,dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2002). b. Tekanan Darah Arteri Tekanan darah arteri adalah ukuran tekanan yang digunakan oleh darah saat berdenyut melalui arteri. Kerena darah bergerak dengan gelombang, terdapat dua ukuran tekanan darah: tekanan sistolik, tekanan darah akibat kontraksi ventrikel ( yaitu, tekanan pada puncak gelombang
9 darah) dan tekanan diastolik, tekanan ketika ventrikel beristirahat. Tekanan diastolik adalah tekanan yang paling bawah,ada disetiap waktu dalam arteri (Berman, 2009). Tekanan yang dihasilkan arteri pada puncak tekanan kontraksi ventrikel jauh lebih besar dari pada tekanan dalam arteri saat ventrikel relaksasi (Elisabeth, 2009). Tekanan arteri secara konvensional ditulis sebagai tekanan sistolik diatas diastolik, misalnya 120/70 mmhg. Tekanan darah arteri brakialis pada orang muda dewasa yang beristirahat pada posisi duduk atau berbaring sekitar 120/70 mmhg. (Ganong, 2008). Tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama yang mendorong kearah jaringan. Dua penentu utama tekanan darah arteri rata-rata adalah curah jantung dan resistensi perifer total. Perubahan setiap faktor tersebut akan mengubah tekanan darah kecuali apabila terjadi perubahan kompensatorik pada variabel lain sehingga tekanan darah konstan. Aliran darah kesuatu jaringan bergantung pada gaya dorong berupa tekanan darah arteri rata-rata dan derajat vasokonstriksi arteriol-arteriol jaringan tersebut (Sherwood, 2001). 1) Faktor yang Mempengaruhi Ukuran Suatu Arteriola a) Nadi arteri Nadi adalah gelombang yang disalurkan melalui arteri sebagai respons terhadap ejeksi darah dari jantung. Sedangkan arteri adalah tabungan yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ, nadi paling mudah dirasakan ketika arteri diletakan ringan pada tulang (Gibson, 2003). Nadi radial adalah nadi yang paling sering dipakai untuk menentukan frekuensi jantung, maka harus ditentukan jumlah siklus jantung dalam satu menit. Waktunya harus dimulai dari nadi pertama
10 dan nadi pertama ini harus di hitung sebagai nol (0). Berikutnya dihitung sebagai 1, berikutnya lagi 2 dan seterusnya. Fluktuasi tekanan darah di dalam arteri antara tekanan sistole (120 mmhg) dan tekanan diastole (80 mmhg) yang menimbulkan adanya nadi (Green, 2008) b) Koarktasio aorta Suatu obstruksi di arkus aorta pada bagian duktus arteriosus disebut koartaksio aorta (Green, 2008). Lokasi koarktasio aorta hampir selalu ditempat masuknya duktus arteriosus tetapi dapat juga di praatau pascaduktus (Wahab, 2009). c. Faktor yang Menentukan Tekanan Darah Ronny, (2010) mengungkapkan bahwa untuk mendapatkan tekanan darah maka harus ada curah jantung dan tahanan terhadap aliran darah sirkulasi sistemik. Tahanan ini disebut tahanan perifer total. TD = CO x TPR Keterangan TD : Tekanan Darah CO : Cardiac Output ( curah jantung) TPR : Total Perifer Resistence Faktor-faktor yang mempengaruhi curah jantung seperti frekuensi jantung dan isi sekuncup. Tahanan terhadap aliran darah terutama terletak di arteri kecil tubuh, yang disebut arteriole. Pembuluh darah berdiameter kecil inilah yang memberikan tahanan terbesar pada aliran darah (Green, 2008). 1) Curah Jantung Potter & Perry, (2005) menyatakan bahwa curah jantung seseorang adalah volume darah yang dipompa jantung (volume sekuncup) selama 1 menit (frekuensi jantung). Curah jantung = Frekuensi jantung x Volume sekuncup
11 2) Visikositas Darah & Tahanan Kekentalan atau visikositas darah mempengaruhi kemudahan aliran darah melewati pembuluh yang kecil, dan visikositas darah ditentukan oleh hematokrit, apabila hematokrit meningkat, aliran darah lambat, tekanan darah arteri naik (Potter & Perry, 2005). Hematokrit normal untuk laki-laki ± 42% sedangkan perempuan ± 38% (Muttaqim, 2009). Tahanan terhadap aliran darah ditentukan tidak hanya oleh radius pembuluh darah (halangan vascular) tetapi juga visikositas darah (Ganong, 2008). Semakin kecil lumen pembuluh, semakain besar tahanan vaskuler terhadap aliran darah, dengan naiknya tahanan tekanan darah arteri juga naik. Tekanan darah juga turun pada saat dilatasi pembuluh darah dan tahanan turun (Potter & Perry, 2005). 3) Elastisitas dan Volum Darah Normalnya dinding darah arteri elastis dan mudah berdistensi, kemampuan distensi mencegah pelebaran fluktuasi tekanan darah, dan pada penyakit tertentu seperti ateriosklerosis, dinding pembuluh darah kehilangan elastisitasnya. Volume sirkulasi darah pada orang dewasa 5000 ml, normalnya volum darah tetap konstan, volum sirkulasi darah dalam sistem vaskuler mempengaruhi tekanan darah. Tekanan terhadap dinding arteri menjadi lebih besar jika volume meningkat (Potter & Perry, 2005). 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah a. Usia Penuaan dikaitkan dengan kurangnya adaptasi ke posisi berdiri dan resiko yang lebih besar dari vegal sinkop. Karena variabilitas tekanan darah meningkat dengan tingkat tekanan darah, fisiologis usia terkait peningkatan tekanan darah mungkin menjadi faktor yang membingungkan
12 dalam penentuan umum efek pada tekanan darah (Fluckiger, Laurence. et all, 1999). Tingkat normal tekanan darah bervariasi sepanjang kehidupan. Tekanan darah bayi berkisar antara 65-115/42-80, tekanan darah normal anak usia 7 tahun adalah 87-117/48-64. Kisaran normal anak yang berusia 19 tahun, 90 persennya adalah 124-136/77-84 untuk anak laki-laki dan 124-127/63-74 untuk anak perempuan. Tekanan darah dewasa cenderung meningkat seiring dengan pertambahan usia. Standar normal untuk remaja yang tinggi dan di usia baya adalah 120/80. (Potter & Perry, 2005). Tekanan darah sistolik lansia biasanya meningkat sejajar dengan bertambahnya usia, sedangkan tekanan darah sistolik meningkat biasanya hanya sampai usia 50-an kemudian menurun sehingga pada waktu itu, rumus tekanan darah adalah usia ditambah 100. Jadi apabila orang berumur 60 tahun maka tekanan darah sisitolik 160 mmhg dianggap normal (Kabo, 2008). Kardiovaskular pada lansia, terjadi penebalan katup jantung dan kaku, kemampuan memompa darah menurun (menurunnya kontraksi dan volume), elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resisitensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat (Maryam, 2008). Tekanan darah sangat bervariasi tergantung pada keadaan, akan meningkat saat aktifitas fisik, emosi, dan stress, dan turun selama tidur (Gray, 2007). Lansia yang terlalu lama berbaring dapat mengalami penurunan tekanan darah secara mendadak pada saat ia berdiri dan berjalan (Santoso, 2009). Orang berusia lanjut, tekanan darah saat duduk sangat berbeda dengan saat berdiri. Oleh karena itu, pengukuran tekanan darah perlu dilakukan dalam posisi berdiri dan juga pada beberapa keadaan tertentu (Palmer, 2007).
13 b. Jenis Kelamin Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah pada laki-laki atau perempuan. (Potter & Perry, 2005). Wanita umumnya memiliki tekanan darah lebih rendah dari pada pria yang berusia sama, hal ini cenderung akibat variasi hormon. Setelah menopause, wanita umumnya memiliki tekanan darah lebih tinggi dari sebelumnya (Berman, 2009). c. Stres Ansietas, takut, nyeri dan stress emosi mengakibatkan stimulasi simpatis, yang meningkatkat frekuensi darah,curah jantung dan tahanan vaskuler perifer (Potter & Perry, 2005). d. Medikasi Banyak medikasi yang secara langsung maupun tidak langsung, mempengaruhi tekanan darah, seperti diuretik dan vasodilator. Golongan lain yang mempengaruhi tekanan darah adalah analgesik narkotik, yang dapat menurunkan tekanan darah (Potter & Perry, 2005) 3. Pengukuran Tekanan Darah Mengukur tekanan darah arterial menggunakan alat yang disebut sfigmomanometer (Pearce, 2004). Menset dari sfigmomanometer diletakan diatas arteri brakialis. Stetoskop juga digunakan untuk mendengar denyut. Tekanan dinaikan hingga tidak terdengar denyut lagi. Kemudian secara perlahan-lahan tekanan menset dikurangi sehingga terdengar bunyi dup pertama (Korotkoff I ). Denyut pertama ini menggambarkan tekann darah sistolik dan pada saat ini pembuluh darah yang sebelumnya tidak teraliri darah mulai mengalirkan darah kembali (Ronny,S.F. 2008). Tekanan menset terus diturunkan secara perlahan, bunyi denyut juga akan terdengar menurun sehingga akhirnya menghilang. Bunyi denyut terakhir menggambarkan tekanan darah diastolik (Korotkoff V). Bunyi denyut akhirnya menghilang karena tekanan menset telah turun dibawah tekanan pembuluh
14 darah sehingga tidak ada tahanan lagi. Aktivitas pompa jantung berlangsung dengan cara mengadakan kontraksi dan relaksasi, sehingga dapat menimbulkan perubahan tekanan darah didalam sisitem sirkulasi (Ronny,S.F. 2008) a. Prosedur Pengukuran Tekanan Darah Prosedur pengukuran tekanan darah dapat dilakukan sebagai berikut : Alat: 1) Stetoskop atau DUS 2) Menset 3) Sfigmomanometer ( Merkuri/air raksa) Pelaksananaan: Pastikan peralatan lengkap dan berfungsi dengan baik. Periksa adanya kebocoran pada selang karet sfigmomanometer. Pastikan klien tidak merokok atau mengonsumsi kafein selama 30 menit sebelum pengukuran. a) Jelaskan kepada klien apa yang akan Anda lakukan, mengapa hal ini perlu dilakukan dan bagaimana klien dapat bekerja sama. Diskusikan bagaimana hasil pemeriksaan akan digunakan dalam merencanakan perawatan dan terapi selanjutnya. b) Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi yang sesuai. c) Beri privasi pada klien d) Beri klien Posisi yang tepat : (1) Pada pelaksaan ini pengukuran dilakukan pada posisi duduk dan berbaring (2) Siku harus sedikit fleksi dengan telapak tangan menghadap ke atas dan lengan bawah diletakan sejajar jantung. (3) Tekanan darah meningkat saat lengan berada dibawah posisi jantung dan menurun ketika diatas posisi jantung e) Lilitkan manset yang kempis mengelilingi lengan atas dengan rata. Tentukan letak arteri brakialis. Letakan bagian tengah bladder tepat diatas arteri.
15 f) Jika merupakan pemeriksaan awak klien, lakukan pemeriksaan pendahuluan untuk menentukan menentukan tekanan sisitolik dengan metode palpasi g) Letakan stetoskop pada posisi yang benar. h) Auskultasi tekanan darah Klien. (1) Pompa manset hingga sfigmomanometer 30 mmhg di atas titik nadi brakialis menghilang. (2) Kendurkan katup secara perlahan sehingga tekanan turun dengan laju 2-3 mmhg per detik. (3) Saat tekanan menurun, identifikasi bacaan manometer pada tiap kelima fase. (4) Kempiskan manset dengan cepat sehingga tidak ada udara. (5) Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan pengukuran selanjutnya.. (6) Ulangi langkah- langkah diatas sekali atau dua kali jika perlu untuk mengonfirmasi keakuratan hasil. i) Lepaskan menset dari lengan klien j) Bersihkan menset dengan disenfektan k) Dokumentasika dan laporkan data pengkajian terkait. Catat kedua tekanan dalam bentuk, contoh 120/80 mmhg (Berman, 2009). b. Gravitasi dan Tekanan Darah Tekanan darah akan meningkat dengan 10 mmhg setiap 12 cm di bawah jantung karena pengaruh gravitasi, di atas jantung, tekanan darah akan menurun dengan jumlah yang sama (Green, 2008). Biasanya, bila kita berdiri dari posisi duduk dan tidur, terjadi peningkatan tonus arteri. Bila tonus tersebut telah maksimal karena volume vascular berkurang, posisi berdiri akan memperkuat gaya gravitasi yang tidak tertahan dan tekanan darah turun kadang-kadang sampai tak teratur (Cameron, 2006). Karena terjadi peningkatan tekanan yang disebabkan oleh efek gravitasi, terjadi penimbunan darah di vena-vena yang melebar, sehingga aliran balik vena berkurang. Filtrasi menembus dinding
16 kapiler juga meningkat yang menyebabkan pergelangan kaki dan kaki membengkak, kecuali apabila tindakan-tindakan kompensasi mampu melawan efek gravitasi tersebut (Sherwood, 2001). c. Posisi atau Sikap Tubuh dan Tekanan Darah Jumlah darah arteri pada dasarnya ditentukan oleh jumlah darah yang terkandung di dalam arteri tersebut (Guyton & Hall, 2002). Variasi tekanan darah dapat terjadi bila pasien mengambil posisi yang berbeda-beda. (Cameron, 2006). Tekanan darah dalam arteri pada orang dewasa dalam keadaan duduk atau posisi berbaring pada saat istirahat kira-kira 120/70 mmhg. Karena tekanan darah adalah akibat dari curah jantung dan resistensi perifer, maka tekanan darah dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang mempengaruhi setiap atau dan isi sekuncup. Besarnya isi sekuncup ditentukan oleh kontraksi miokard dan volume darah yang kembali ke jantung (Guyton & Hall, 2002). 1) Berdiri dan Tekanan Darah Detak jantung akan meningkat saat seseorang berdiri, karena darah yang kembali ke jantung akan lebih sedikit. Kondisi ini yang mungkin menyebabkan adanya peningkatan detak jantung mendadak ketika seseorang bergerak dari posisi duduk atau berbaring ke posisi berdiri. Sebanyak 300-500 ml pada posisi berdiri, darah pada pembuluh capacitance vena anggota tubuh bagian bawah dan isi sekuncup mengalami penurunan sampai 40% (Ganong, 2008). Pengumpulan darah di vena lebih banyak pada posisi berdiri,. Mengakibatkan volume darah yang kembali ke jantung sedikit, isi sekuncup berkurang, curah jantung berkurang, dan kemungkinan tekanan darah akan turun. Tekanan darah berkurang akan menentukan kecepatan darah sampai ke bagian tubuh yang dituju.. Volume jantung berkurang
17 maka darah yang ke luar dan tekanan menjadi berkurang (Guyton & Hall, 2002). 2) Gerak tubuh dan tekanan darah Gerak tubuh secara teratur dapat memperbaiki tonus otot dan sikap tubuh, serta dapat meningkatkan relaksasi. Gerakan tubuh merangsang peredaran darah ke otot dan organ tubuh yang lain (Asmadi, 2008). Terjadi peningkatan tekanan arteri pada saat selama tubuh bergerak. Peningkatan terjadi karena adanya pencetusan simpatis dan vasokonstriksi sebagian besar pembuluh darah. Peningkatan ini dapat sekecil 20 mmhg atau sampai sebesar 80 mmhg selama bergerak, otot-otot memerlukan peningkatan aliran darah yang banyak (Guyton & Hall, 2002). Hal ini menyebabkan peningkatan denyut jantung. Kosekuensi dari peningkatan denyut jantung menyebabkan waktu pengisian diastolic memendek dan terjadi penurunan kapasitas jantung (Asmadi, 2008). 3) Duduk dan tekanan darah Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung stabil. Hal ini dikarnakan pada saat duduk system vasokontraktor simpatis teransang melalui saraf rangka menuju otot-otot abdomen. Keadaan ini meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut yang menekan seluruh vena cadangan abdomen, membantu mengelurkan darah dari cadangan vaskuler abdomen ke jantung. Hal tersebut membuat darah yang tersedia bagi jantung untuk dipompa menjadi meningkat. Keseluruhan respon ini disebut refleks kompresi abdomen (Guyton & Hall, 2002). Kerja jantung pada posisi duduk, dalam memompa darah akan lebih keras karena melawan gaya gravitasi sehingga kecepatan denyut jantung meningkat (Istiqomah, 2009).
18 4) Berbaring dan tekanan darah Darah dapat kembali ke jantung secara mudah pada posisi berbaring (Guyton & Hall, 2002). Gaya gravitasi pada peredaran darah lebih rendah karena arah peredaran tersebut horizontal sehingga tidak terlalu melawan gravitasi dan tidak terlalu memompa (Istiqomah, 2009). Hal ini terlihat bahwa selama kerja pada posisi berdiri, isi sekuncup meningkat secara linier (VO2 max 40% - 60%). Isi sekuncup dalam posisi berbaring mencapai nilai maksimal sedangkan pada posisi kerja hanya terdapat sedikit peningkatan, dan nilai ini sama dengan nilai maksimal yang diperoleh pada waktu kerja dengan posisi berdiri. Makin besar intensitas kerja (melebihi 85% dari kapasitas kerja) makin sedikit isi sekuncup, disebabkan memendeknya waktu pengisian diastole akibat frekuensi denyut jantung yang meningkat (Guyton & Hall, 2002).
19 B. Kerangka Teori Faktor yang menentukan tekanan darah 1. Curah jantung 2. Visikositas darah & tahanan 3. Elasisitas & Volume darah Pengukuran tekanan darah 1. Efek gravitasi dan tekanan darah 2. Posisi atau sikap tubuh dan tekanan darah : a. Berdiri b. Gerak Tubuh c. Duduk dan d. Berbaring Tekanan Darah Hasil Pengukuran Tekanan Darah Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah: 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Stres 4. Medikasi Skema 2.1 Kerangka Teori Sumber(Ganong, et all 2008)
20 C. Kerangka Konsep Independent Posisi Duduk Independent Dependent Hasil Pengukuran Tekanan Darah Posisi Berbaring D. Variabel Penelitian 1. Variabel Independent (bebas) Variabel independen merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependent (Hidayat, 2009). Penelitian ini yang termasuk variabel bebas (independent) adalah posisi duduk dan berbaring. 2. Variabel Dependent (terikat) Variabel dependent merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, criteria, dan konsekuen (Sugino, 2010). Penelitian ini yang termasuk variabel terikat (dependent) adalah hasil pengukuran tekanan darah. E. Hipotesis 1. Ha : Ada perbedaan hasil pengukuran tekanan darah antara posisi duduk dan berbaring pada lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang. 2. Ho : Tidak ada perbedaan hasil pengukuran tekanan darah diastolik antara posisi duduk dan berbaring pada lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang