BAB V PEMBAHASAN. Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. besar dalam pencapaian keselamatan, kesehatan kerja dan pemeliharaan

TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-01/BAPEDAL/09/1995

Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 Tentang : Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Penyimpanan Dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun

Persyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP- 01/BAPEDAL/09/1995 TENTANG

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH B3

PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH B3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Bahan Berbahaya dan Beracun) dan menghasilkan limbah B3 yang. berasal dari sumber spesifik dan sumber non spesifik.

IMPLEMENTASI PERATURAN DAN KEBIJAKAN DI BIDANG PENGUMPULAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH B3

BAB II LANDASAN TEORI. Pemerintah No 18 tahun 1999).

PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

Disampaikan Pada Kegiatan Bimbingan Teknis Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B September 2016

2014, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disin

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Fasilitas penampungan limbah dan sampah dari kegiatan pelabuhan

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KOP SURAT PERUSAHAAN

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN KIMIA BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI PT. TRI POLYTA INDONESIA Tbk CILEGON, BANTEN

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR : 1 Tahun TENTANG IZIN PENYIMPANAN SEMENTARA DAN/ ATAU PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN 27/07/2010. Efek Limbah Batubara. Pencemaran Logam Berat (Pb, Cr, Ar) Pencemaran lindi limbah batubara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 48 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Pengelolaan dan Pengendalian Limbah B3

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI PERKANTORAN

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI PT SAPTAINDRAA SEJATI SITE ADMO TANJUNG TABALONG, KALIMANTAN SELATAN

ContohPenilaianPROPER: PengelolaanLimbahB3Kegiatan Pertambangan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERANCANGAN TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA (TPS) LIMBAH B3 (STUDI KASUS : BENGKEL MAINTENANCE PT. VARIA USAHA)

TABEL 4-3. MATRIKS RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IDENTIFIKASI & TEKNIK PENYIMPANAN LIMBAH B3

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 299 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

AUDIT LIMBAH B3 Bahan Berbahaya dan Beracun

PERENCANAAN TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA (TPS) LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI PT. ALP PETRO INDUSTRI GEMPOL PASURUAN

WALIKOTA PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASER NOMOR 12 TAHUN 2009

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PP 19/1994, PENGELOLAAN LIMBAH BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN A. Cara Penyampaian Dokumen Permohonan 1. Pemohon izin harus menyampaikan

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 245 TAHUN 2016 TENTANG

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 151 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II DASAR-DASAR PENGELOLAAN LIMBAH B3

PEMANTAUAN PENGELOLAAN LIMBAH B3 DI PROVINSI BANTEN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 28 Tahun : 2015

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 106 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI PT. PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU

TUGAS AKHIR PENGELOLAAN LIMBAH B3 BENGKEL RESMI KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI SURABAYA PUSAT IA NATUL MUKHLISHOH

TATA CARA PENGELOLAAN LIMBAH B3. Oleh : Iyan Suwargana Kabid Pemanfaatan Limbah B3 Pada Asdep Administrasi Pengendalian Limbah B3 3R LIMBAH B3

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 107 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MERAH KUNING KUNING UNGU COKLAT

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BERITA DAERAH KOTA CIREBON

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NOMOR : KEP. 187 / MEN /1999 T E N T A N G PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

PENGGUDANGAN DAN PENYERAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR: KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG TATA LAKSANA PERIZINAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 06 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN WALIKOTA MALANG,

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Limbah B3 Hasil observasi identifikasi mengenai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa limbah B3 yang terdapat di perusahaan telah dilakukan identifikasi menurut jenis, bentuk, dan karakteristik serta berdasarkan sumbernya. Hal ini secara umum di PT Saptaindra Sejati site ADMO telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) pasal 6 yang berbunyi bahwa, Limbah B3 dapat diidentifikasi menurut sumber dan uji karakteristik dan atau uji toksikologi. B. Perijinan Pengelolaan Limbah B3 Pengelolaan atau penanganan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di perusahaan meliputi penyimpanan sementara limbah B3 padat serta limbah B3 cair. Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan jika limbah B3 belum dapat diolah dengan segera, kegiatan penyimpanan limbah B3 dimaksudkan untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat dihindari. Perusahaan memiliki wewenang untuk mengelola limbah B3 dengan melakukan kegiatan penyimpanan sementara limbah B3 di Tempat 62

63 Penyimpanan Sementara yang berada di KM 84 yang telah memiliki izin dari bupati wilayah setempat, yaitu berdasarkan Keputusan Bupati Tabalong Kalimantan Selatan No. 188.45 tahun 2013, hal ini berarti perusahaan telah memenuhi Undang-undang No. 32 tahun 2009 Pasal 59 ayat 1 yang berbunyi, Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya. Perusahaan juga telah memenuhi izin penyimpanan sesuai dengan perizinan dan rekomendasi yang diberikan oleh bupati daerah setempat dengan ketentuan yang berlaku yaitu mengikuti persyaratan yang dicantumkan pada keputusan Kepala Bapedal Nomor: Kep-01/ Bapedal/ 09/ 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, Peraturan Pemerintah No. 18 Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah B3 pasal 10 yaitu, Penyimpanan sementara limbah B3 kurang dari 90 hari atau maksimal penyimpanan limbah tidak lebih dari 90 hari. C. Pengelolaan Limbah B3 PT Saptaindra Sejati site ADMO telah memiliki ijin dalam mengelola limbah B3 dengan melakukan kegiatan penyimpanan sementara limbah B3 ditempat penyimpanan sementara (TPS) limbah B3. Kewajiban pengelolaan limbah B3 seperti yang terdapat pada Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) pada pasal 10 ayat 1 yaitu: Penghasil limbah B3 dapat menyimpan limbah B3

64 yang dihasilkan paling lama 90 hari sebelum menyerahkan kepada pengepul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3. Dan pasal 10 ayat 2 yaitu: Bila limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 kilogram perhari, penghasil limbah B3 dapat menyimpan limbah B3 yang dihasilkan lebih dari 90 hari sebelum diserahkan kepada pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3, dengan persetujuan instansi yang bertanggung jawab. Izin penyimpanan sesuai dengan perizinan dan rekomendasi yang diberikan Kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah B3 pasal 10 yaitu penyimpanan sementara limbah B3 kurang dari 90 hari dan penyimpanan sementara limbah B3 lebih dari 90 hari. Penyimpanan limbah B3 PT Saptaindra Sejati site ADMO untuk limbah cair oli bekas dilakukan pengangkutan hampir setiap hari sedangkan limbah B3 padat seminggu sekali terjadwal hari sabtu. Sehingga telah memenuhi ketentuan Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3 pasal 10 ayat 1 dan 2. PT Saptaindra Sejati site ADMO telah melakukan pengelolaan limbah B3 menurut Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 yaitu: Penyerahan limbah B3 kepada pemanfaat untuk diekspor, serta kepada pengolah dan penimbun limbah B3 tidak mengurangi tanggung jawab penghasil limbah B3 untuk mengolah limbah B3 yang dihasilkan. Sehingga penghasil bertanggung jawab dengan limbah B3 yang dihasilkan.

65 1. Reduksi Perusahaan dalam meminimalisasi limbah B3 yang dihasilkan, perusahaan menerapkan upaya mengurangi jumlah dan mengurangi sifat bahaya dan beracun limbah B3 yang dihasilkan yaitu dengan penerapan alat autoflushing pada unit A2B, menggunakan tool fuel saver, penggunaan wippol, pengepressan pada filter oli bekas, dan pemilahan limbah B3 yang dilakukan di tempat terbuka atau berventilasi baik atau di ruang yang terlindungi dari udara panas yang disediakan di perusahaan (gudang penyimpanan sementara limbah B3 pada area workshop) Berdasarkan hal tersebut perusahaan telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 85 tentang pengelolaan limbah B3 pasal 27 ayat 1 yaitu Reduksi limbah B3 dapat dilakukan melalui upaya penyempurnaan bahan baku dalam kegiatan proses (house keeping), subsitusi bahan, modifikasi proses, serta upaya redusi limbah B3 lainnya. 2. Penyimpanan Sementara Pengelolaan atau penanganan limbah B3 di PT Saptaindra Sejati site ADMO meliputi penyimpanan sementara di area B3. Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan jika limbah B3 belum dapat diolah dengan segera. Kegiatan penyimpanan limbah B3 dimaksudkan untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat dihindari. Berdasarkan hasil pengamatan penyimpanan sementara limbah B3 perusahaan telah memenuhi Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999

66 pasal 10 ayat 1 yaitu: Penghasil limbah B3 dapat menyimpan limbah B3 yang dihasilkan paling lama 90 hari sebelum menyerahkan kepada pengepul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3. Dan pasal 10 ayat 2 yaitu: Bila limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 kilogram perhari, penghasil limbah B3 dapat menyimpan limbah B3 yang dihasilkan lebih dari 90 hari sebelum diserahkan kepada pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3, dengan persetujuan instansi yang bertanggung jawab. 3. Penataan penyimpanan Berdasarkan hasil pengamatan, perusahaan telah memenuhi ketentuan dalam pengemasan limbah B3 dengan diperolehnya hasil bahwa kondisi kemasan dalam kondisi baik, tidak rusak dan bebas dari perkaratan dan kebocoran. Bentuk dan ukuran kemasan sesuai dengan sifat dan karakteristik limbah B3 seperti yang diatur dalam lampiran Keputusan Kepala bapedal No. 01 tahun 1995 yang isinya antara lain tentang persyaratan umum kemasan, prinsip pengemasan limbah B3, dan tata cara pewadahan limbah B3. Selain itu pemisahan kemasan yang tidak saling cocok dengan menggunakan palet, namun dalam satu palet hanya bisa mengalasi 2-3 drum, belum sesuai dengan tata cara penyimpanan drum yang seharusnya setiap palet mengalasi 4 drum walaupun kemasan ditempatkan dengan baik dan benar sehingga tidak ada kemungkinan terguling atau tumpah akan tercampur atau masuk ke dalam bak penampungan bagian

67 penyimpanan lain, kemasan disimpan di tempat terpisah dan tidak dalam satu blok. Berdasarkan dari hasil observasi di lapangan maka penyimpanan kemasan limbah B3 perusahaan sebagian besar telah memenuhi Keputusan Kepala Bapedal No. 01 tahun 1995, tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun walaupun dalam penggunaan palet untuk mengalasi drum belum sesuai dengan aturan. 4. House keeping Pelaksanaan house keeping area TPS limbah B3 kurang maksimal namun secara garis besar perusahaan sudah memenuhi sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 555 tahun 1995 pasal 110 tentang pemeliharaan tempat kerja. Adapun yang belum maksimal antara lain seperti : penataan drum yang terkadang masih kurang rapih, terdapat lumpur pada saluran air serta sampah yang masih berserakan yang tidak dibuang pada jenis tempat sampah yang disediakannya. 5. Bangunan penyimpanan limbah B3 sementara PT Saptaindra Sejati site ADMO memiliki Tempat penyimpanan Sementara yaitu TPS padat dan cair di area KM 84. Bangunan penyimpanan sementara memiliki ventilasi yang cukup serta penerangan alami dan buatan. Penempatan limbah B3 disesuaikan dengan jenis, karakteristik masing- masing limbah B3 yaitu limbah B3 padat tidak terkontaminasi ditempatkan pada area non kontaminan, limbah B3 padat

68 terkontaminan ditempatkan pada area terkontaminan atau drum kapasitas 200 liter dan ditata dengan rapi. Sedangkan untuk limbah B3 cair disimpan pada waste tanky di TPS limbah B3. Semua limbah B3 tersebut disimpan di tempan penyimpanan sementara (TPS) kurang dari 90 hari, namun hampir setiap hari limbah untuk limbah B3 cair di PT Saptaindra Sejati site ADMO selalu diambil oleh PT Maju Asri Jaya Utama sebagai pihak kedua. Dari hasil observasi persyaratan bangunan penyimpanan limbah B3 di PT Saptaindra Sejati site ADMO maka persyaratan bangunan sebagian besar telah sesuai dengan Kep. Ka Bapedal No. 01 tahun 1995 tentang tata cara dan persyaratan teknis penyimpanan dan pengumpulan limbah B3 yaitu a. Persyaratan bangunan penyimpanan limbah B3 bersifat korosif atau reaktif atau beracun: 1) Konstruksi dinding harus dibuat mudah untuk dilepas sehingga penanganan limbah dalam keadaan darurat lebih mudah untuk dilakukan; 2) Untuk bangunan pengumpulan limbah korosif dan reaktif, maka konstrliksi bangunan (atap, lantai dan dinding) harus terbuat dari bahan yang tahan korosi dan api/panas; 3) Sistem ventilasi udara dirancang untuk mencegah terjadinya akumulasi gas di dalam ruang pengumpulan, serta memasang

69 kasa atau bahan lain untuk mencegah masuknya burung atau binatang kecil lainnya ke dalam ruang pengumpulan; 4) memiliki sistem penerangan (lampu/cahaya matahari) yang memadai untuk operasional penggudangan atau inspeksi rutin. Jika menggunakan larnpu, maka lampu penerangan harus dipasang minimum 1 meter di atas kemasan dengan sakelar (stop contact) harus terpasang di sisi luar bangunan-, 5) Lantai bangunan pengunipulan harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak retak. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun kearah bak penampungan dengan kemiringan maksimum 1%. Pada bagian luar bangunan, kemiringan lantai diatur sedemikian rupa sehingga air hujan dapat mengalir ke arah menjauhi bangunan penyimpanan; 6) Pada bagian luar bangunan harus dipasang tanda simbol limbah B3 sesuai dengan peraturan penandaan yang berlaku. Namun untuk poin 5, Bangunan di TPS perusahaan apabila terjadi hujan masih terdapat aliran air hujan yang masuk ke tempat penyimpanan sementara limbah B3, sehingga menimbulkan genangan air di TPS. b. Persyaratan bangunan penyimpanan limbah B3 mudah terbakar, yaitu berisi antara lain sebagai berikut : 1) Bangunan penyimpanan limbah B3 mudah terbakar sekurangkurangnya berjarak 20 meter dari bangunan penyimpanan limbah

70 karakteristik lain atau dari bangunan-bangunan lain dari fasilitas pengumpulan; 2) Dinding bangunan terbuat dari tembok tahan api; 3) Rangka pendukung atap terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar. Atap tanpa plafon, terbuat dari bahan yang ringan dan mudah hancur jika terbakar, sehingga apabila terjadi kebakaran dalam tempat pengumpulan, asap dan panas menjadi mudah untuk keluar; 4) Sistem ventilasi udara dirancang untuk mencegah terjadinya akumulasi gas didalam ruang pengumpulan, serta memasang kasa atau bahan lain untuk mencegah masuknya burung atau binatang kecil lain kedalam ruang pengumpulan. 5) Memiliki sistem penerangan (lampu/ cahaya matahari) yang memadai untuk operasional pergudangan atau inspeksi rutin. Jika menggunakan lampu, maka lampu penerangan harus dipasang minimal 1 meter diatas kemasan dengan sakelar (stop contact) harus terpasang disisi luar bangunan; 6) Lantai bangunan penyimpanan harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak retak. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun ke arah bak penampung dengan kemiringan maksimum 1%. Pada bagian luar bangunan, kemiringan lantai diatur sedemikian rupa sehingga air hujan dapat mengalir menuju arah menjauhi bangunan penyimpanan.

71 6. Pengemasan, pelabelan dan pemberian simbol Untuk meningkatkan pengamanan sebelum dilakukan pengangkutan limbah B3 terlebih dahulu dilakukan pengemasan, pelabelan dan pemberian simbol sesuai dengan jenis, karakteristik limbah B3 di tempat penyimpanan sementara (TPS) limbah B3. Hasil observasi yang dilakukan peneliti, diperoleh bahwa kondisi kemasan dalam kondisi baik, tidak rusak dan bebas dari bocor untuk limbah B3 cair begitu pula untuk limbah B3 padat dikemas dalam drum dengan kapasitas 200 liter. Bentuk dan ukuran kemasan dengan jenis limbah B3 masih terdapat limbah B3 padat yang belum dipilahkan antara satu dengan yang lain, namun sebagian besar sudah dipilah- pilahkan sesuai dengan karakteristik maka sesuai dengan Keputusan Kepala Bapedal No. 01 tahun 1995 yang berbunyi Sebelum disimpan di liquid waste stroge, limbah B3 dikemas dalam kemasan drum dan diberi label dan simbol yang sesuai dengan karakteristik limbahnya. 7. Pengangkutan Setiap pengangkutan limbah B3 oleh pengangkut wajib disesuaikan dengan dokumen limbah B3. Namun untuk pengangkutan limbah B3 di PT Saptaindra Sejati site ADMO menggunakan jasa PT Maju Asri Jaya Utama sebagai pihak kedua yang telah memiliki izin operasi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Departemen Perhubungan. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 pasal 40 ayat 1 poin (a) yaitu: Penyimpanan, pengumpulan, pemanfatan,

72 pengolahan dan atau penimbuan limbah B3 wajib memiliki izin operasi dari Kepala instansi yang bertanggung jawab. Pengangutan limbah B3 wajib memiliki pengangkutan dari Menteri Perhubungan setelah mendapat rekomendasi dari Kepala Instansi yang bertanggung jawab. 8. Pengolahan Limbah Untuk pengolahan limbah B3 secara umum PT Saptaindra Sejati site ADMO belum melakukan pengolahan limbah B3 namun hanya melakukan penyimpanan semantara limbah B3 yang nantinya limbah B3 tersebut akan diserahkan ke PT ALP Petro Industri untuk limbah B3 cair, PT Wastec International untuk limbah padat B3 (kecuali limbah Accu/ baterai bekas, limbah elektronik, limbah medis), PT PPLI (Prasadha Pamunah Limbah Industri) untuk limbah elektrik, dan PT Non Ferindo Utama untuk limbah Accu dan Baterai bekas. Keempat perusahaan tersebut merupakan sebagai pihak ketiga pengolah limbah B3. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 85 tahun 1999 pasal 9 ayat 4 yaitu Pengolahan dan/ atau penimbun limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan sendiri oleh penghasil limbah B3 atau penghasil limbah B3 dapat menyerahkan pengolahan dan/ atau penimbun limbah limbah B3 yang dihasilkannya itu kepada pengolah dan/ atau penimbun limbah B3. Intinya yaitu limbah B3 yang dihasilkan yang selama ini mengharuskan penghasil limbah yang bila tidak memenuhi syarat sebagai pengolah dan penimbun maka harus diserahkan pada pihak lain yang

73 telah diakui oleh pemerintah. PT Saptaindra Sejati site ADMO dalam hal pengolahan limbah B3 selama ini melakukan kesepakatan dengan pihak ke tiga. Sehingga limbah B3 harus diangkut ke pihak ketiga untuk diolah sesuai dengan regulasi yang berlaku. 9. Rekapitulasi data pencatatan jenis dan volume limbah B3 Pengelolaan limbah B3 di PT Saptaindra Sejati site ADMO, perusahaan telah melakukan rekapitulasi data pencatatan limbah B3 yang keluar dan masuk kedalam TPS perusahaan sesuai dengan volume dan jenisnya, seperti yang diatur dalam Keputusan Bupati Tabalong No. 188.45/ 456/ 2013 menetapkan bagian kedua poin 3 (c) yaitu mencatat setiap perpindahan limbah B3 baik yang masuk maupun keluar dari tempat penyimpanan limbah sesuai dengan jenis dan jumlahnya dalam formulir kegiatan penyimpanan limbah B3 serta memantau perjalanan limbah B3 tersebut telah sesuai Keputusan Bapedal No. 2 Tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Sebelum limbah B3 disimpan kedalam TPS, penanggung jawab limbah terlebih dahulu harus melakukan proses administrasi yaitu harus menghubungi penanggung jawab TPS untuk proses serah terima limbah, setelah itu mengisi logbook atau papan statistik limbah B3 yang ada di TPS. Oleh karena itu perusahaan telah memenuhi Keputusan Bupati Tabalong No. 188.45/ 456/ 2013.

74 10. Reporting/ pelaporan Pengelolaan limbah B3 di PT Saptaindra Sejati site ADMO untuk reporting data dilakukan oleh departemen SHE sebagai departemen yang berwenang dalam pengelolaan limbah B3. Pelaporan yang dilakukan meliputi pelaporan ke pihak internal perusahaan dan pihak owner PT Adaro Indonesia. Dan untuk pihak eksternal, PT Saptaindra Sejati site ADMO telah mewajibkan perusahaan pengumpul atau pemanfaat limbah B3 dalam ini PT ALP Petro Industri, PT Wastec International, PT PPLI dan PT Non Ferindo Utama untuk melaporkan kegiatan pengumpulan dan pemanfaatan kepada Menteri Negara Lingkungan Hidup daerah setempat. Reporting data limbah B3 yang dilakukan oleh PT Saptaindra Sejati site ADMO di kirimkan ke pihak owner PT Adaro Indonesia. Dan pihak owner yang untuk selanjutnya oleh owner, data tersebut akan direkapitulasi tiap bulannya dan dikirimkan kepada Bupati Tabalong sekurang-kurangnya sekali dalam 3 bulan sebagaimana diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal No. 225 tahun 1996 tentang Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas berisi, Penghasil limbah B3 wajib menyampaikan catatan limbah B3 sekurang-kurangnya sekali dalam 3 bulan kepada instansi yang terkait yaitu Bupati atau Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II yang bersangkutan.

75 Reporting atau data neraca limbah B3 yang dilakukan berisi antara lain sebagai berikut: 1) Jenis, karakteristik, jumlah dan waktu dihasilkannya limbah B3. 2) Jenis, karakteristik, jumlah dan waktu penyerahan limbah B3. 3) Nama pengangkut limbah B3 yang melaksanakan pengiriman kepada pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3. Berdasarkan analisis data diatas diperoleh hasil bahwa pelaksanaan rekapitulasi data limbah B3 di perusahaan telah memenuhi Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 pasal 11 ayat (1) tentang Pengelolaan Limbah B3 yaitu, dan ayat (2) yang berisi, Penghasil limbah B3 wajib membuat dan menyimpan catatan tentang : 1) Jenis, karakteristik, jumlah dan waktu dihasilkannya limbah B3. 2) Jenis, karakteristik, jumlah dan waktu penyerahan limbah B3. 3) Nama pengangkut limbah B3 yang melaksanakan pengiriman kepada pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3. Fungsi dari dilakukannya pencatatan limbah B3 adalah untuk inventarisasi jumlah limbah yang dihasilkan dan sebagai bahan evaluasi dalam rangka penetapan kebijakan dalam pengelolaan limbah B3, kegiatan penyerahan limbah B3 oleh perusahaan kepada pengumpul dan atau pemanfaat dan atau pengolah dan atau pengangkut telah disertai dengan dokumen limbah B3, setiap pengangkutan limbah B3 oleh

76 pengangkut limbah B3 wajib disertai dengan dokumen limbah B3. Oleh karena itu perusahaan telah memenuhi Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 dan Keputusan Kepala Bapedal No. 225 tahun 1996.