BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hemoglobin pada manusia terdiri dari HbA 1, HbA 2, HbF( fetus)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang khas dengan gejala-gejala kadar gula darah tinggi, glukosuria dan setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai rasa manis. Struktur molekul glukosa ditunjukkan pada gambar

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme kronis dengan multi-etiologi (banyak penyebab) yang ditandai

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. absolute atau relatif. Pelaksanaan diet hendaknya disertai dengan latihan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk akhir metabolisme karbohidrat serta sumber energi utama pada

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM

Definisi Diabetes Melitus

tumbuh tumbuhan, madu, sirup jagung, dan tetesan tebu. Pada manusia dan dan laktosa ( Hertog Nursanyoto, dkk, 1992 ).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

I. PENDAHULUAN. Senam Aerobik merupakan aktifitas fisik yang mudah dilakukan dengan

Diabetes Mellitus Type II

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu)

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk memperoleh energi. Gula lain dalam makanan (terutama fruktosa dan

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. darah yang tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau

CLINICAL SCIENCE SESSION DIABETES MELITUS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang telah menjadi masalah global dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (American Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik. yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH DAN GLUKOSA URIN

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. glukosa. Pembentukan energi alternatif juga dapat berasal dari metabolisme

PENYAKIT DEGENERATIF V I L D A A N A V E R I A S, M. G I Z I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

ANALISA KASUS. Apabila keton ditemukan pada darah atau urin, pengobatan harus cepat dilakukan karena

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Oleh. Indah Kusuma Wardani

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan ada tiga bentuk diabetes mellitus, yaitu diabetes mellitus tipe 1 atau disebut IDDM (Insulin Dependent

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolisme berupa suatu

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan suatu penyakit metabolik kronik yang ditandai dengan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

mengalami obesitas atau kegemukan akibat gaya hidup yang dijalani (Marilyn Johnson, 1998) Berdasarkan data yang dilaporkan oleh WHO, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB 2 DATA DAN ANALISA. mendukung Tugas Akhir ini, seperti : Literatur berupa media cetak yang berasal dari buku-buku referensi yang

Transkripsi:

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. HbA 1c (hemoglobin terglikasi /glikohemoglobin/hemoglobin terglikosilasi/ Hb glikat/ghb) 2.1.1Biokimiawi dan metabolisme Hemoglobin pada manusia terdiri dari HbA 1, HbA 2, HbF( fetus) Hemoglobin A (HbA)terdiri atas 91 sampai 95 % dari jumlah hemoglobin total. Molekul glukosa berikatan dengan HbA 1 yang merupakan bagian dari hemoglobin A. Proses pengikatan ini disebut glikosilasi atau hemoglobin terglikosilasi atau hemoglobin A. Dalam proses ini terdapat ikatan antara glukosa dan hemoglobin. Pada penyandang DM, glikolisasi hemoglobin meningkat secara proporsional dengan kadar rata-rata glukosa darah selama 120 hari terakhir, bila kadar glukosa darah berada dalam kisaran normal selama 120 hari terakhir, maka hasil hemoglobin A 1c akan menunjukkan nilai normal. Hasil pemeriksaan hemoglobin A 1c merupakan pemeriksaan tunggal yang sangat akurat untuk menilai status glikemik jangka panjang dan berguna pada semua tipe penyandang DM. Pemeriksaan ini bermanfaat bagi pasien yang membutuhkan kendali glikemik.( Soewondo P, 2004) Pembentukan HbA 1c terjadi dengan lambat yaitu selama 120 hari, yang merupakan rentang hidup sel darah merah. HbA 1 terdiri atas tiga molekul, HbA 1a, HbA 1b dan HbA 1c sebesar 70 %, HbA 1c dalam bentuk 70% terglikosilasi (mengabsorbsi glukosa). Jumlah hemoglobin yang terglikolisasi bergantung pada

7 jumlah glukosa yang tersedia. Jika kadar glukosa darah meningkat selama waktu yang lama, sel darah merah akan tersaturasi dengan glukosa menghasilkan glikohemoglobin ( Kee JL, 2003 ) Kadar HbA 1c merupakan kontrol glukosa jangka panjang, menggambarkan kondisi 8-12 minggu sebelumnya, karena paruh waktu eritrosit 120 hari( Kee JL, 2003 ), karena mencerminkan keadaan glikemik selama 2-3 bulan maka pemeriksaan HbA 1c dianjurkan dilakukan setiap 3 bulan ( Darwis Y, 2005, Soegondo S, 2004) Peningkatan kadar HbA 1c >8% mengindikasikan DM yang tidak terkendali dan beresiko tinggi untuk menjadikan komplikasi jangka panjang seperti nefropati, retinopati, atau kardiopati, Penurunan 1% dari HbA 1c akan menurunkan komplikasi sebesar 35% (Soewondo P, 2004). Pemeriksaan HbA 1c dianjurkan untuk dilakukan secara rutin pada pasien DM Pemeriksaan pertama untuk mengetahui keadaan glikemik pada tahap awal penanganan, pemeriksaan selanjutnya merupakan pemantauan terhadap keberhasilan pengendalian (Kee JL, 2003) 2.1.2. Metoda Pemeriksaan Sampel: darah vena dengan antikoagulan (EDTA, heparin, oksalat) Pengambilan sampel untuk pemeriksaan HbA 1c pada penderita DM biasa dilakukan bersamaan dengan pengambilan sampel pemeriksaan glukosa Metoda pemeriksaan yang dipakai ; 1. HPLC( High Performance Liquid Chromatography) 2. Imuno Turbidimetri ( Men Kes RI, 2004)

8 Ada beberapa kondisi dimana pemeriksaan kadar HbA 1c akan sangat terganggu dan tidak akurat, misalnya : a. Specimen ikterik (kadar bilirubin>5.0mg/dl), Warna kekuningan pada serum akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh yang menandakan terjadinya gangguan fungsi dari hepar( Widmann, 2004) b. Specimen hemolisis Pada destruksi Eritrosit, membran sel pecah sehingga Hb keluar dari sel, hemolisis menunjukkan destruksi eritrosit yang terlalu cepat, baik kelainan intrinsik maupun proses ektrinsik terhadap eritrosit dan serum berwarna merah atau kemerahan( Widmann, 2004) c. Penurunan sel darah merah (Anemia, talasemia, kehilangan darah jangka panjang) akan menurunkan kadar HbA 1c palsu Anemia didefenisikan sebagai berkurangnya kadar Hb darah, penurunan kadar Hb biasanya disertai penurunan Eritrosit dan Hematokrit ( Kee JL, 2003) 666 2.2.GLUKOSA DARAH Kadar glukosa darah menggambarkan kondisi pasien hanya selama 24 jam sebelum pemeriksaan. Semakin tinggi kadar glukosa darah, semakin rendah kepatuhan penderita 2.2.1 Macam Pemeriksaan Pemeriksaan kadar glukosa darah meliputi : a. Glukosa darah puasa, yaitu hasil pemeriksaan glukosa darah setelah pasien tidak mendapat kalori tambahan 8-12 jam, semua obat dihentikan dulu

9 b. Glukosa darah 2 jam post prandial (GD 2PP), yaitu hasil pemeriksaan glukosa darah yang dilakukan 2 jam setelah pasien menelan makanan, obat-obat hipoglikemi yang dianjurkan dokter harus tetap dikonsumsi. c. Glukosa darah sewaktu, pemeriksaan yang dilakukan setiap waktu pada pasien 2.2.2. Metoda Pemeriksaan kadar Glukosa darah a. Metoda heksokinase, Heksokinase sebagai katalisator mengubah glukosa 6 phospat dan ADP. glukosa 6 phosphat dehidrogenase (G-6-PDH) mengoksidase glukosa 6 fosfat menjadi glukosa -6-P dan NADP menjadi NADPH yang terbentuk sebanding dengan konsentrasi glukosa dalam spesimen dan diukur secra fotometri pada panjang gelombang 340 nm Glukosa + ATP heksokinase glukosa-6-fosfat + ADP Glukosa -6-fosfat + NADP + H + glukosa-6 fosfat dehidrogenase 6-fosfoglukonat + NADPH b. Metoda oksidase Glukosa dioksidasi secara enzymatik menggunakan enzym GOD ( glukosa oksidase), membentuk asam glukonik dan H 2 O 2, kemudian bereaksi dengan fenol dan 4- aminoantipirin dengan enzym peroksidase(pod) sebagai katalisator membentuk quinomin. Intensitas warna yang terbentuk sebanding

10 dengan konsentrasi glukosa dalam spesimen dan diukur secara fotometri pada panjang gelombang 340 nm. GOD Glukosa + O 2 + H 2 O asam glukonik + H 2 O 2 2H 2 O 2 + 4- aminophenazon + phenol POD quinomine + 4H 2 O Sampel : plasma, serum dan darah kapiler ( whole blood)( Men Kes RI, 2011) Setelah pengambilan, darah harus secepatnya dipisahkan (< 1 jam), antara plasma,atau serum dari sel-selnya. Darah yang tidak segera dipisahkan, akan terjadi glikolisis sebesar 5-7 % perjam dalam suhu ruang ( Darwis Y, 2005) 2.3.DIABETES MELITUS 2.3.1. Definisi dan Patofisiologi Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan metobolik umum yang ditandai dengan adanya hiperglikemia, oleh karena adanya gangguan metabolisme terutama glukosa (Darwis Y, 2005). Faktor genetik, lingkungan dan pola hidup disebut-sebut sebagai faktor yang sangat berperan pada diabetes melitus( Sacher RA, Mc Pherson RA, 2004) Penyebab pasti DM belum diketahui secara jelas. Hiperglikemia yang terjadi disebabkan karena (Soegondo S dkk, 2005) a. Berkurangnya sekresi insulin Insulin disekresikan sesuai dengan kebutuhan tubuh normal oleh sel beta pancreas dalam 2 fase, sehingga sekresikan berbentuk bifasik, sekresi normal yang bifasik ini akan terjadi setelah adanya rangsangan seperti glukosa yang berasal dari

11 makanan. Insulin yang dihasilkan ini berfungsi mengatur regulasi glukosa darah agar selalu dalam batas-batas fisiologis. (Darmono, 2008) b. Berkurangnya uptake glukosa( resistensi insulin) Resistensi insulin dapat diartikan sebagai kemunduran potensi insulin untuk meningkatkan pengambilan glukosa dan penggunaaan glukosa oleh sel-sel tubuh dengan dampak kecenderungan meningkatnya kadar glukosa(darmono, 2008) c. Meningkatnya produksi/ asupan glukosa Konsumsi gula berlebih tanpa diimbangi aktivitas tubuh yang baik bisa menimbulkan efek tidak baik bagi kesehatan, jika kadar gula berlebih dalam makanan, maka memungkinkan dapat menimbulkan indikasi glikasi.(anonim, 2012) Genetika DM juga komplek, ada beberapa gen yang diduga berperan, namun beberapa ahli masih belum sepakat, pada umumnya setelah usia 40 tahun, dan kebanyakan disertai obesitas. Gangguan regulasi metabolik yang berhubungan dengan DM menyebabkan patofisiologi sekunder pada beberapa sistem organ. Keadaan seperti ini jika tidak dikendalikan dengan benar, dapat berlangsung terus menerus dan akan menyebabkan kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan kegagalan berbagai organ khususnya mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah ( Sacher RA, Mc Pherson RA, 2004) Klasifikasi etiologi DM :( Soegondo S dkk, 2004) a. Diabetes Melitus tipe 1 Umur < 40 tahun, berat badan kurang, kadar insulin tidak ada

12 b. Diabetes Melitus tipe 2 Umur > 40 tahun, berat badan( gemuk / normal), kadar insulin cukup/ tinggi c. Diabetes tipe lain DM yang disebabkan karena defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi dan sindroma genetik yang lain yang berkaitan dengan DM d. Diabetes Melitus Gestasional Diabetes yang timbul selama kehamilan 2.3.2. Diagnosis dan penatalaksanaan( Men Kes RI, 2011) Kriteria Pemantauan Pengendalian DM Parameter Baik Sedang buruk Glukosa darah puasa 80 109 110 125 126 (plasma vena, mg/dl) Glukosa darah 2 jam PP 80 144 145 179 180 (Plasma vena, mg/dl) Glukosa darah Sewaktu <110 110-199 200 (Plasma vena, mg/dl) HbA 1c (%) 2.5 6.0 6.1 8.0 > 8.0

13 Gejala klasik DM berupa :poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Gejala lain dapat berupa lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, dll( Sacher RA, Mc Pherson RA, 2004) 2.3.3. PENGERTIAN KEPATUHAN Kepatuhan penderita adalah perilaku penderita dalam mengambil suatu tindakan untuk pengobatan seperti diet, kebiasaan hidup sehat,dan ketepatan berobat, mengikuti jadwal pemeriksaan, membangun suatu kepatuhan tergantung pada dua faktor disengaja atau tidak, dan biasanya didasari informasi yang benar, yang harus selalu diberikan pada penderita ( Anonim, 2012) DM merupakan penyakit kronik, seumur hidup dan mempunyai resiko komplikasi yang tinggi, sehingga menuntut kepatuhan penderita yang tinggi dalam menjalani pengobatan yang komperehensif dan jangka panjang, agar target pengendalian glikemik dapat tercapai. Pada kenyataannya sangat sulit menilai tingkat kepatuhan penderita secara pasti, terutama pada pasien rawat jalan, karena kita tidak tahu pasti yang dilakukan penderita menyangkut cara minum obat dan dosisnya, pola makan dan aktivitas fisiknya, serta pola hidup yang lain, yang dapat mempengaruhi pengendalian kadar glukosa darah penderita.

14 2.4. KERANGKA TEORI DM Sekresi insulin tipe 1 Tipe 2 Tipe lain gestational Resistensi insulin glukosa HbA 1c Asupan glukosa ikterik hemolisis Anemi berat

15 2.5. KERANGKA KONSEP HbA 1c Kepatuhan penderita Glukosa darah sewaktu