BAB I PENDAHULUAN. berumur 60 tahun atau lebih. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. orang didunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB I PENDAHULUAN. kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter


BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit yang cukup banyak mempengaruhi angka kesakitan dan angka. kematian yang terjadi di kawasan Asia Tenggara (WHO, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA KARDIOVASKULER : HIPERTENSI KHUSUSNYA NY. S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah hipertensi. Dampak ini juga diperjelas oleh pernyataan World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI WANITA USIA TAHUN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak ditemukan di Indonesia maupun di dunia. Penderita hipertensi

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy); semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. kasus yang belum terselesaikan. Disisi lain juga telah terjadi peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

I. PENDAHULUAN. satu sasaran dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan salah satu

I. PENDAHULUAN. tahun. Peningkatan penduduk usia lanjut di Indonesia akan menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya angka harapan hidup penduduk Indonesia (BPS, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi di abad ke-21 ini mampu mengubah

BAB I PENDAHULUAN. depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kesehatan yang baik merupakan suatu kondisi dimana tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BAB I PENDAHULUAN. diastolic (Agrina, et al., 2011). Hipertensi sering dijumpai pada orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini kesehatan semakin menjadi perhatian luas diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. produktifitas seseorang salah satunya adalah penyakit hipertensi.hipertensi atau

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan kesempatan untuk melewati masa ini. tahun 2014, jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah meningkat

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan suatu kondisi apabila individu memiliki tekanan

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan dunia yang mencemaskan dan menyebabkan beban biaya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi sering disebut sebagai penyakit silent killer karena pada

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. yang memompa dengan kuat dan arteriol yang sempit sehinggga darah mengalir

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB 1 PENDAHULUAN. secara tidak langsung dapat meningkatkan angka usia harapan hidup. Di tahun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada bab 1 pasal 1 ayat 2, yang dimaksud lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Secara global pada tahun 2013 proporsi dari populasi penduduk berusia lebih dari 60 tahun adalah 11,7% dari total populasi dunia dan diperkirakan jumlah tersebut akan terus meningkat seiring dengan peningkatan usia harapan hidup (WHO,2013). Berdasarkan Susenas tahun 2014, jumlah lansia di Indonesia mencapai 20,24 juta orang atau sekitar 8,03% dari seluruh penduduk Indonesia. Data tersebut menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan hasil sensus penduduk tahun 2010 yaitu 18,1 juta orang atau 7,6% dari total jumlah penduduk (Depkes, 2016). Menurut hasil Susenas pada tahun 2015, jumlah lansia di Jawa Timur telah mencapai 4,45 juta orang atau sekitar 11,46% dari penduduk Jawa Timur (BPS Provinsi Jawa Timur, 2015). Penduduk Kota Malang tahun 2015 sebanyak 851.298, lansianya sebanyak 75.403 (BPS Kota Malang, 2015) Fenomena terjadinya peningkatan jumlah penduduk lansia disebabkan oleh perbaikan status kesehatan akibat kemajuan teknologi dan penelitian-penelitian kedokteran, perbaikan status gizi, peningkatan usia harapan hidup, pergeseran gaya hidup dan peningkatan pendapatan perkapita. Hal tersebut menyebabkan 1

2 terjadinya transisi epidemologi dari penyakit infeksi menuju penyakit degeneratif yang salah satunya adalah penyakit sistem kardiovaskular (Fatmah, 2010). Seiring pertambahan usia akan terjadi penurunan elastisitas dari dinding aorta. Pada lansia umumnya juga akan terjadi penurunan ukuran dari organ-organ tubuh tetapi tidak pada jantung. Jantung pada lansia umunya akan membesar. Hal ini nantinya akan berhubungan kelainan pada sistem kardiovaskuler yang akan menyebabkan gangguan pada tekanan darah seperti hipertensi (Fatmah,2010). Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal dalam jangka waktu yang lama. Jika diukur dengan tensi meter hasil pengukuran tekanan darahnya menunjukkan 140/90 mmhg (Sunanto, 2009) Hipertensi atau darah tinggi sering disebut silent killer atau pembunuh diam-diam sebab seseorang dapat mengidap selama bertahun tahun tanpa menyadarinya sampai terjadi kerusakan organ vital (Adib, 2009). Penyakit ini memiliki kontribusi yang besar terhadap peningkatan angka kematian di negaranegara berkembang, terutama di Indonesia. Kematian akibat gangguan penyakit ini akan meningkat sebesar 30% di negara-negara berkembang. Penyakit ini menjadi problem yang real dan terus bertambah baik di negara berkembang maupun negara maju (Fauzi,2009) Menurut data World Health Organization (WHO), hipertensi telah menyerang 26,4% populasi yang ada di dunia. Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama akan terjadi di negara berkembang pada tahun 2025. Jika tidak dilakukan upaya yang tepat, jumlah ini akan terus meningkat, dari 639

3 juta jumlah kasus pada tahun 2000 diperkirakan akan menjadi 1,15 miliar kasus di tahun 2025 (Ardiansyah, 2012) Berdasarkan survey Riskesdas pada tahun 2013 dengan menggunakan unit analisis individu menunjukkan bahwa secara nasional 25,8% penduduk Indonesia menderita penyakit hipertensi. Jika penduduk Indonesia ketika tahun 2013 sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi. Suatu kondisi yang cukup mengejutkan. Terdapat 13 provinsi yang presentasenya melebihi angka nasional, dengan tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%) atau secara absolut sebanyak 426.655 jiwa. (Depkes RI, 2013) Berdasarkan data Profil Kesehatan Kota Malang Tahun 2014, Hipertensi menempati peringkat kedua dari 10 besar penyakit yang paling banyak di Kota Malang dengan jumlah kasus sebanyak 58.046 kasus. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar Kabupaten Tulungagung pada bulan Januari 2017, Berdasarkan data rekam medis UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar Kabupaten Tulungagung dalam 3 bulan terakir terdapat 40 lansia dengan hipertensi. Tingginya angka prevalensi kasus hipertensi diatas, sangat perlu mendapat perhatian khusus dalam bidang keperawatan, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup manusia. Penyakit hipertensi ini biasanya ditangani dengan menggunakan terapi farmakologis dan non farmaklogis. Terapi farmakologis yang biasanya dilakukan pada penderita adalah dengan pemberian obat anti hipertensi. Secara garis besar pengobatan non-farmakologis untuk pasien hipertensi antara lain : mengurangi berat badan jika gemuk, menghentikan merokok, mengatur pola

4 makan terutama diet rendah garam, olahraga teratur, pengendalian stress dan perbaikan gaya hidup (Sutanto, 2010 hal 27). Selain itu terapi non farmakologis yang dapat dilakukan yaitu menurunkan berat badan, olahraga, berhenti merokok, dan teknik relaksasi (Corwin, 2009 484-489). Bebeapa teknik relaksasi yang dapat digunakan seperti teknik relaksasi otot progresif dan terapi autogenik. Terapi relaksasi otot progresif adalah cara yang efektif untuk relaksasi dan mengurangi kecemasan. Teknik ini terdiri dari penegangan dan pengenduran berbagai kelompok otot di seluruh tubuh dalam sekuen yang teratur. Teknik ini digunakan oleh berbagai kalangan untuk mengatasi berbagai keluhan yang berhubungan dengan stress seperti kecemasasn, tukak lambung, hipertensi, dan insomnia (Vitahealth, 2006) Terapi relaksasi autogenik adalah relaksasi yang bersumber dari diri sendiri berupa kata-kata atau kalimat pendek atau pikiran yang bisa membuat pikiran tentram. Autogenik adalah pengaturan diri atau pembentukan diri sendiri. (Greenberg, 2002) Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh Nasihah (2012) tentang pengaruh relaksasi progresif terhadap perubahan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi, menyimpulkan bahwa ada perbedaan signifikan tekanan darah sistol dan diastol pada lansia penderita hipertensi dengan rata-rata penurunan tekanan darah sistol sebanyak 2,58 mmhg dan diastol sebanyak 2 mmhg. Penelitian yang dilakukan oleh Muhrosin (2015) tentang pengaruh terapi relaksasi autogenik terhadap perubahan tekanan darah lansia hipertensi menyimpulkan, bahwa ada perbedaan tekanan darah lansia sebelum dan sesudah diberikan relaksasi autogenik pada lansia dengan hipertensi dengan rata-rata

5 penurunan tekanan darah sistol sebanyak 11,45 mmhg dan diastol sebanyak 11,5 mmhg. Sejauh ini belum pernah dilaksanakan penelitian mengenai perbandingan pengaruh kedua teknik relaksasi terhadap perubahan tekanan darah penelitian sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Efektivitas teknik relaksasi otot progresif dan teknik relaksasi autogenik terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar Kabupaten Tulungagung. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimana efektivitas terapi relaksasi otot progresif dan relaksasi autogenik terhadap tekanan darah pada lansai penderita hipertensi di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar Kabupaten Tulungagung?. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan membuktikan efektivitas menggunakan teknik relaksasi otot progresif dan menggunakan teknik relaksasi autogenik terhadap tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar Kabupaten Tulungagung. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui tekanan darah lansia sebelum latihan relaksasi otot progresif lansia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar di Kabupaten Tulungagung.

6 2. Mengetahui tekanan darah lansia sesudah latihan relaksasi otot progresif lansia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar di Kabupaten Tulungagung. 3. Mengetahui tekanan darah lansia sebelum latihan relaksasi autogenik lansia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar di Kabupaten Tulungagung. 4. Mengetahui tekanan darah sesudah latihan relaksasi autogenik lansia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar di Kabupaten Tulungagung. 5. Menganalisis perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah relaksasi otot progresif lansia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar di Kabupaten Tulungagung. 6. Menganalisis perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah relaksasi autogenik UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar di Kabupaten Tulungagung. 7. Menganalisis efektivitas teknik relaksasi otot progresif dan relaksasi autogenik terhadap perubahan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar di Kabupaten Tulungagung. 1.4 Manfaat Penelitian Bagi peneliti penelitian ini berguna untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan pemahaman Efeketivitas Relaksasi Otot Progresif dan Relaksasi Autogenik terhadap Perubahan Tekanan Darah Lansia Penderita Hipertensi di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar Kabupaten Tulungagung

7 1.4.1 Bagi Responden Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang relaksasi otot progresif dan relaksasi autogenik serta manfaat relaksasi tersebut terhadap penderita hipertensi. Sehingga lansia dapat melakukan relaksasi otot progresif dan relaksasi autogenik secara mandiri sebagai salah satu terapi non farmakologis dalam penatalaksanaan hipertensi. 1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan Sebagai dokumentasi ilmiah terkait efektivitas pengaruh relaksasi otot progresif dan teknik relaksasi autogenik serta memberikan pengetahuan tentang relaksasi otot progresif dan relaksasi autogenik untuk referensi penelitian selanjutnya serta sebagai referensi dalam pemberian asuhan keperawatan pada lansia ataupun pasien hipertensi. 1.4.3 Bagi Peneliti Sebagai media untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian khususnya tentang relaksasi otot progresif dan relaksasi autogenik serta manfaatnya pada lansia dengan hipertensi. 1.4.4 Bagi Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai pengetahuan tentang efektivitas pengaruh tekanan darah menggunakan teknik relaksasi otot progresif dan teknik autogenik sehingga dapat mengetahui teknik relaksasi yang

8 dapat memberikan hasil lebih akurat terhadap perubahan tekanan darah lansia penderita hipertensi.