11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kajian Pemanfaatan Menurut Badudu dalam Wiyarsih (2015:13) pemanfaatan berasal dari kata dasar manfaat yang berarti guna, faedah, sedangkan memanfaatkan berarti membuat sesuatu menjadi berguna, maka pemanfaatan adalah hal, cara, dan hasil kerja memanfaatkan sesuatu yang berguna. Pemanfaatan merupakan turunan kata dari kata manfaat yakni suatu penghadapan yang semata-mata menunjukkan kegiatan menerima. Penghadapan tersebut pada umumnya mengarah pada perolehan atau pemakaian hal-hal yang berguna baik di pergunakan secara langsung maupun tidak langsung agar dapat bermanfaat. Menurut Hasan (2005:711), pemanfaatan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti suatu proses, cara atau perbuatan memanfaatkan atau menggunakan. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan adalah proses atau cara, perbuatan untuk memanfaatkan sesuatu yang kita butuhkan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan adalah suatu proses atau kegiatan yang memanfaatkan hasil kerja yang berguna. 2. Kajian Motif Batik Kreasi Batik sebagai salah satu budaya bangsa memiliki dinamika tersendiri yang merupakan daya penggerak dalam pengembangan batik lebih lanjut.
Semua tidak lepas dari perkembangan zaman, pemikiran, teknologi, hingga kreativitas yang mewarnai motif dan corak batik. Hal tersebut membuka jalan untuk menciptakan batik baru. Purwadi (2012:185) menjelaskan bahwa batik kreasi baru adalah batik gaya bebas yang dilukiskan secara bebas di atas kain membentuk gambaran-gambaran yang abstrak. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memodifikasi pola motif batik dengan tetap menggunakan konsep batik tradisional yang dipadukan dengan motif batik kreasi. Lisbijanto (2013:43) menjelaskan bahwa motif batik kreasi baru ini adalah jenis batik modern dimana jenis batik ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan batik lainnya, tetapi pola dan warna yang ada pada jenis batik ini cukup beragam. Jenis batik ini tidak terkait dengan motif batik yang baku tetapi merupakan motif yang dapat mengekspresikan jiwa pembuatnya, sehingga jenis batik ini sering disebut sebagai batik lukis. Dalam cara pembuatannya pun tidak mengacu pada kebiasaan dalam membuat kain batik, tetapi menurut kehendak pembuatnya, seperti dalam pewarnaan, jenis batik ini mengenal teknik pewarnaan gradasi dan batik fraktal, dengan tidak meninggalkan identitas batik itu sendiri. Meningkatnya minat akan batik, banyak batik yang diciptakan secara individu, baik oleh seniman, pengrajin, atau pun perusahaan yang memiliki minat atas batik. Salah satu contoh batik tersebut yakni batik bola, batik motif bola, dan kreasi pribadi lainnya. Pengembangan dan modifikasi batik dalam berbagai bentuk untuk keperluan masyarakat juga telah banyak membantu memperkenalkan batik sebagai salah satu identitas bangsa. Adapun bentuk 12
pengembangan dan modifikasi yang dilakukan terhadap batik didorong oleh adanya kreativitas dari pembuatnya. Batik yang demikian ini dikategorikan dalam kreasi batik. Musman & Arini (2011:36) menyatakan bahwa batik kreasi adalah batik inovasi baru hasil kreativitas individu untuk menciptakan motif-motif batik, misalnya dengan menggunakan komputer. Batik kreasi juga diciptakan oleh individu baik untuk pemenuhan selera pribadi, untuk perusahaan atau masyarakat umum. Batik kreasi ini tidak berpatokan pada corak batik keraton (nonpesisiran), batik pesisiran, maupun batik daerah karena sifatnya lebih pada karya individu. Batik Indonesia lebih mampu mengaktuaisasi diri sebagai satu bagian dari warisan budaya yang disenangi, menjadi tren, berkembang pesat, dimodifikasi, dikembangkan, disebarluaskan, hingga menjadi semacam budaya baru yang up-to-date. Adanya motif batik kreasi ini diungkapkan oleh Nyai Kushardjanti dalam Musman & Arini (2011:6) bahwa seni batik menjadi salah satu contoh bukti dari kebenaran konsep Tro Kon, yakni teori tentang pengembangan budaya seperti yang diutarakan Ki Hadjar Dewantoro bahwa pengembangan budaya yang berkesinambungan harus keterbukaan terhadap budaya lain demi kesinambungan budaya itu sendiri dan agar menyatu dengan budaya dunia, namun tetap harus konsentris pada budaya tradisionalnya agar tetap memiliki kepribadian di tengah-tengah budaya dunia. Pengembangan budaya batik yang dilakukan semakin menemukan relevansi ketika dunia batik menjadi bagian dari dunia mode dan dunia fashion. Di dalam dunia mode dan dunia fashion 13
telah berkembang adanya fashion design industry yang membuat batik semakin kokoh dan eksis. Batik telah diakui sebagai bahan fashion yang diperhitungkan tidak hanya di dalam Indonesia tetapi juga di luar negeri, di pentas Internasional. 3. Pemanfaatan batik kreasi siswa sebagai potensi pengembangan budaya. Pemanfaatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menggunakan, memakai, atau memanfaatkan hasil karya dari proses membatik yang digunakan sebagai seragam batik siswa. Seragam batik siswa tersebut memiliki motif yang berbeda-beda sesuai dengan kreativitas siswa yang dikenal sebagai batik kreasi. Pemanfaatan batik kreasi dapat dijadikan sebagai salah satu potensi pengembangan budaya. Pengembangan budaya dalam hal ini termasuk dalam upaya melestarikan budaya. B. Kajian Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini antara lain : 1. Sri Hartanti (2016) dengan judul penelitian Kajian Motif Batik Tirta Intanpari Sebagai Seragam Pegawai di Kabupaten Karanganyar dengan Metode Komparatif. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa : (1) latar belakang seragam pegawai Karanganyar dengan motif batik Tirta Intanpari merupakan hasil sayembara Desain motif Batik Tirta Intanpari yang diadakan oleh Bupati Karanganyar, (2) hasil realisasi motif Tirta Intanpari yang terdapat perubahan dari awal desain dengan realisasi seragam,(3) 14
perbandingan/komparatif dari awal desain menghasilkan perubahan dari awal desain yang memiliki warna hijau berubah ke warna cream pada warna dasar desain dan perubahan ukuran motif matahari pada awal desain yang terlalu besar, pada realisasi desain ukuran berubah menjadi kecil. 2. Arum Setiyani (2014) dengan judul penelitian Kajian Batik Khas Wonogiren sebagai Seragam Pegawai di Kabupaten Wonogiri. Penelitian ini menjelaskan bahwa Batik Wonogiren sebagai seragam pegawai mengalami perkembangan karena setiap instansi menggunakan seragam batik yang berbeda. Oleh karena itu penggunaan seragam batik Wonogiren yang akan dikaji hanya dibatasi pada tiga instansi, yaitu : 1)Sekretaris Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiren berkaitan dengan kebijakan tentang penggunaan seragam dinas pegawai di lingkungan Wonogiri, 2) Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah berkaitan dengan perkembangan industry batik Wonogiren yang semakin meningkat, 3) Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga berkaitan dengan budaya batik untuk pengembangan batik Wonogiren. 3. Dian Puji Raharjo (2011) dengan judul penelitian Batik Seragam Peserta Didik SMA Negeri 1 Jetis Bantul Yogyakarta Ditinjau dari : Motif, Warna, dan Proses Penciptaaan. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengkaji motif, warna, dan proses penciptaan batik seragam peserta didik SMA N 1 Jetis Bantul Yogyakarta. Hasil penelitian yang menunukkan bahwa : (1) Motif terinspirasi dari pohon kelengkeng yang banyak tumbuh 15
di lingkungan SMA N 1 Jetis Bantul Yogyakarta. (2) Warna diterapkan berupa warna merah, pemilihan warna dengan pertimbangan kesesuaian warna putih celana dianggap serasi dari pemberdayan dipakai sekali dalam seminggu. (3) Proses penciptaan batik seragam peserta didik SMA N 1 Jetis Bantul Yogyakarta dimulai dari eksplorasi/ pencarian ide menjadi khas mengenai motif diperoleh dari pohon kelengkeng. Rahmad Santosa (2014) dengan judul penelitian Ekslorasi Potensi Guru dan Siswa (Proses Pembuatan Seragam Batik Karya Siswa di SDN Sanden 2 Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mengekplorasi potensi siswa dan guru dengan jangkauan produk adalah membuat seragam batik karya siswa. Kesimpulan dari penelitian ini, yakni : (1) Komunitas pendidikan di tingkat sekolah dipahamkan serta di sadarkan bahwa dalam diri guru dan siswa masih tersimpan potensi yang selama ini belum dimanfaatkan, sehingga dapat dimanfaatkan dalam bentuk karya. (2) Karya siswa dan guru tersebut adalah membuat seragam batik karya siswa sendiri, telah berhasil dibuat, dengan mengelola interkasi guru-siswa, maka potensi yang terdapat dalam guru-siswa tersebut dapat dimaksimalkan. (3) Selama proses interaksi selama beajar bersama membuat batik tersebut telah berkembang nilai-nilai keutamaan dan kemuliaan yang sangat mendukung pengembangan karakter baik siswa maupun guru. (4) Harapan guru, siswa, serta pemangku pendidikan di tingkat sekolah adalah bahwa proses 16
pemberdayaan tersebut tidak sebatas pada pembuatan batik saja, tetapi juga untuk mata pelajaran serta nilai-nilai keutamaan yang lain. 4. Aufa Liazkiya (2008) dengan judul penelitian Batik Karya Siswa Kelas VIII di SMP N 4 Wonosari dalam Kajian Motif, Warna, dan Estetika. Hasil penelitian adalah kreativitas yang berpengaruh besar pada hasil karya batik siswa. C. Kerangka Berpikir Kepedulian masyarakat terhadap kebudayaan saat ini mulai luntur. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut salah satunya dampak negatif globalisasi yakni nilai-nilai budaya Indonesia saat ini telah terpengaruh dengan budaya barat. Hal tersebut menyebabka banyaknya kebudayaan yang diklaim oleh negara lain salah satunya batik. Salah satu upaya untuk menguatkan kembali kebudayaan kita yakni melestarikan batik. SMP Negeri 1 Sleman mengembangkan budaya batik dan disesuaikan dengan visi dan misi sekolah.. Hal tersebut diwujudkan dalam suatu pemanfaatan batik kreasi siswa. SMP Negeri 1 Sleman tidak hanya mewajibkan siswanya untuk membatik kelas 8 semester 1 sampai semester 2, tetapi di kelas 9 diwajibkan mengenakan batik hasil karya pada Hari Jumat. Batik hasil karya siswa tersebut dijadikan sebagai seragam khas sekolah masing-masing siswa jadi masing-masing siswa mengenakan seragam berbeda sesuai dengan hasil karya siswa tersebut. Batik kreasi siswa memiliki motif yang berbeda-beda, sesuai dengan kreativitas, dan perubahan fashion pada batik.. Hal ini diterapkan sebagai bentuk penghargaan dari sekolah terhadap hasil karya siswa. Dengan 17
menggunakan karya sendiri para siswa lebih bangga, dan termotivasi mengembangkan kreatifitasnya. Batik sebagai salah satu kekayaan budaya perlu dimaknai untuk ditransformasikan kepada generasi muda. Upaya menjaga kelangsungan hidup batik merupakan perbuatan yang adiluhung dan sudah sewajarna. Untuk itu, siswa sekolah perlu menggunakan batik sebagai upaya kecil untuk ikut memikirkan, melestarikan, dan mengembangkan budaya batik dengan tindakan nyata. Kebudayaan Nasional Budaya Lokal Motif Batik Siswa Seragam Batik Kreasi Siswa Kreativitas Siswa Perubahan dalam fashion Kebijakan SMP Negeri 1 Sleman Peraturan Walikota Yogyakarta Gambar 1. Kerangka Pikir 18
D. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka berpikir yang telah disesuaikan, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah : 1. Apa yang latar belakang penerapan kebijakan siswa di wajibkan membatik SMP Negeri 1 Sleman? a. Apakah kebijakan tersebut merupakan upaya mewujudkan visi dan misi SMP Negeri 1 Sleman? b. Kapan kebijakan tersebut mulai di rencanakan/ di berlakukannya di SMP Negeri 1 Sleman? c. Siapa yang menjadi objek dari kebijakan tersebut di SMP Negeri 1 Sleman? 2. Bagaimana pemanfaatan batik kreasi siswa sebagai potensi pengembangan budaya di SMP Negeri 1 Sleman Tahun 2017? a. Apa saja manfaat dari hasil karya siswa membatik? Dipergunakan untuk apa saja? 3. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat pemanfaatan batik kreasi siswa di SMP Negeri 1 Sleman Tahun 2017? a. Bagaimana dukungan dari sekolah, orang tua, pemerintah dalam pemanfaatan batik kreasi tersebut? b. Apa saja kendala/ penghambat dalam pemanfaatan batik kreasi tersebut? (bahan baku, siswa, orang tua, sekolah) 19