BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pembangunan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai pemikir, perencana, penggerak, dan pendukung pembangunan pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity.

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. remaja, yakni masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak pengalaman yang remaja peroleh dalam memantapkan

USAHA YANG DILAKUKAN SISWA DALAM MENENTUKAN ARAH PILIHAN KARIR DAN HAMBATAN-HAMBATAN YANG DITEMUI (Studi Deskriptif terhadap Siswa SMA N 3 Payakumbuh)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara

BAB I PENDAHULUAN. untuk pembentukan konsep diri anak menurut (Burns, 1993). bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Jurnal Anisah: 2015.) menyebutkan bahwa siswa SMA berada pada masa

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan dan pekerjaan. Setelah lulus SMA mereka diberi peluang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya

BAB I PENDAHULUAN. Fase usia remaja merupakan saat individu mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri,

PENINGKATAN PEMAHAMAN PEMILIHAN KARIR MELALUI LAYANAN INFORMASI PADA SISWA KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 1 BERGAS KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Pertanyaan Apa yang akan kulakukan? dan Aku akan jadi apa? sering

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa di mana individu banyak mengambil

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

2016 PROFIL ASPIRASI KARIR PESERTA DIDIK BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN GENDER:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengambilan Keputusan Karir. Keynesian,adalah bahwa orang memilih suatu tujuan karir atau sesuatu okupasi

BAB I PENDAHULUAN. hakekatnya merupakan segala situasi hidup yang mempengaruhi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang memiliki keinginan untuk memperoleh pekerjaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan

Kata Kunci : Layanan Informasi Karir, Pemilihan Karir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang harus dilalui yang dimulai sejak lahir sampai meninggal.

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilannya (underemployed) dan tidak menggunakan keterampilannya

BAB I PENDAHULUAN. yang disetujui bagi berbagai usia di sepanjang rentang kehidupan.

karir dengan eksplorasi dan mencari informasi karir yang diminati serta mulai

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak sekali ditemukan permasalahan dalam belajar khususnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah upaya untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan tertentu untuk tetap survive. Dunia kerja

2013 PROGRAM BIMBINGAN KARIR BERDASARKAN PROFIL PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR SISWA

MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI PESERTA DIDIK DALAM PERENCANAAN KARIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN KARIR

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja cenderung mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PENGANTAR 1.1 LATAR BELAKANG

BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI KELOMPOK UNTUK MEMBANTU SISWA DALAM KEMANTAPAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN STUDI LANJUT

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan sudah ada. mengantarkan manusia menuju kesempurnaan dan kebaikan.

remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan psikologis diantaranya adalah keinginan untuk studi serta mulai memikirkan masa depannya dengan lebih serius.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu, terkait dengan pemilihan jurusan kuliah di Perguruan Tinggi.

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PILIHAN KARIR PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 BOBOTSARI PURBALINGGA JURNAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Konseling memiliki peranan yang sangat menentukan

BAB I PENDAHULUAN. individu. Dalam bekerja, seseorang dituntut untuk melaksanakannya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap orang pada umumnya memerlukan lapangan kerja untuk bertahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hadi Wiguna Kurniawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara psikologis masa remaja dikatakan sudah mencapai masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia remaja. Pada jenjang ini, remaja berada pada masa untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah survei menunjukkan bahwa salah satu sumber kegelisahan terbesar para siswa di Sekolah Menengah adalah soal

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XII SMK AHMAD YANI JABUNG

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menempati peringkat kedua setelah China. Ekonomi Indonesia triwulan III-2015

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan potensi siswa secara optimal. Pada jenjang SMA, upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekedar persaingan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) saja, tetapi juga produk dan

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pembangunan manusia merupakan kekuatan yang akan berperan sebagai kunci pembuka sebagai terwujudnya masa depan yang lebih baik sebagaimana yang dicita-citakan. Akan tetapi, tidak semua manusia dapat mencapai cita-cita yang diinginkannya semenjak kecil. Sesungguhnya tercapai atau tidaknya cita-cita atau karir yang diinginkan seseorang tergantung pada objek yang dipilih, tempat dan peranan yang diinginkan pada waktu yang akan datang, untuk mencapai keinginan tersebut maka dibutuhkan bekal, baik yang bersifat material maupun kualitas mental dari manusianya itu sendiri (Budiningsih, 2012:12). Siswa sekolah menengah atas (SMA) berada pada rentang usia 15-18 tahun. Pada rentang usia tersebut individu berada pada tahap perkembangan masa remaja akhir, yang dalam perkembangan mereka dihadapkan pada berbagai permasalahan. Ada empat macam masalah yang sering dialami oleh siswa sekolah menengah atas menurut pendapat Gunawan (2 001:197) adalah: meninggalkan sekolah, persoalan belajar, pengambilan keputusan keputusan jurusan, problem sosial siswa sekolah menengah atas. Keempat permasalahan diatas tersebut, salah satunya dihadapai oleh siswa SMA adalah pengambilan keputusan jurusan, dimana seorang siswa yang telah duduk dikelas XI SMA dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit. Seorang siswa dalam kehidupannya akan dihadapkan dengan sejumlah alternatif, baik yang 1

berhubungan dengan kehidupan pribadi, sosial, belajar maupun karirnya 2 (Nursalim & Setyowati, 2012:1). Siswa SMA kelas XI akan dihadapan pada pemilihan jurusan yang nantinya akan mempengaruhi jalur karir yang akan ditempuhnya. Gambaran tersebut menunjukkan pentingnya keputusan karir yang diambil oleh siswa SMA kelas XI, meskipun proses tersebut bukanlah hal yang mudah karena individu harus berusaha mengatasi ketidakjelasan mengenai kapabilitasnya, kestabilan minat, prospek alternatif plihan saat ini dan masa yang akan datang, aksesibilitas karir, dan identitas yang ingin dikembangkan dalam diri mereka sendiri (Bandura dalam Sawitri, 2009:1 ).Hal ini menyebabkan tidak semua remaja dapat dengan mudah mengambil keputusan karir, dan banyak diantara mereka mengalami episode keraguan sebelum mantap pada jalur karir. Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang kehidupan, masa remaja mempunyai karakteristik dan ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Perubahan dalam pertumbuhan dan perkembangan yang dialami selama masa remaja terjadi di berbagai sisi kehidupannya (Hurlock, 1980:206). Hurlock berpendapat bahwa remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan psikologis diantaranya adalah keinginan untuk menentukan dan membuat keputusan sendiri. Hal ini dapat terlihat pada saat seorang remaja yang duduk dibangku Sekolah Menengah Atas kelas akhir yang sudah mulai memikirkan jenjang kelanjutan studi serta mulai memikirkan masa depannya dengan lebih serius (Hurlock, 1980:221).

3 Pada akhir masa remaja, minat pada karir seringkali menjadi sumber pikiran. Seperti yang diterangkan Ginzberg ( dalam Santrock, 2004:173), bahwa pada rentang waktu ini remaja mulai belajar membedakan berbagai pilihan pekerjaan yang dicita -citakannya. Suatu penelitian melaporkan bahwa remaja yang berusia lebih tua memiliki kemampuan mengambil keputusan yang lebih baik dari pada yang berusia muda. Hal ini dipengaruhi oleh sikap remaja yang berusia lebih tua, akan lebih memikirkan sesuatu dari banyak sudut pandang yang menjadi bahan pertimbangannya (Santrock, 2004:172). Karir diartikan sebagai urutan okupasi-okupasi, job, dan posisi-posisi yang diduduki sepanjang pengalaman kerja seseorang. Pengalaman kerja itu dapat meliputi posisi-posisi pada pra dan pasca vokasional, seperti siswa-siswa yang melakukan persiapan kerja dan orang-orang pensiun atau ganti peranan baru. Dengan demikian, sebelum bekerjapun individu telah membuat keputusan karir. Bahkan sepanjang hidupnya individu selalu melakukan keputusan karir, termasuk keputusan ketika seorang siswa naik kelas XI SMA menentukan pilihan jurusan/program studi pada saat kenaikan kelas. Bagaimana ditegaskan oleh Ginzberg (dalam Wicaksono, 2012:2) pemilihan pekerjaan adalah suatu proses pengambilan keputusan seumur hidup dalam mana individu secara tetap mencari untuk menemukan kecocokan yang optimal antara tujuan karir dengan realita dunia kerja. Harrington (Dalam Budiningsih, 2012:13). M enyatakan bahwa seringkali kemampuan untuk membuat suatu keputusan yang tepat tidaklah selalu dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, mengingat keluasan pengalaman juga ikut berperan.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa remaja membutuhkan lebih banyak kesempatan untuk melatih dan membahas pengambilan keputusan yang realistis 4 Pengambilan keputusan karir yang dibuat oleh para remaja sering mengalami banyak perubahan yang menyulitkan dan terjadi secara tidak terduga. Banyak remaja yang kurang mengeksplorasi pilihan karir sendiri dan juga menerima terlalu sedikit bimbingan dari pembimbing disekolah mereka (Santrock, 2004:178). Krumboltz ( dalam Brown, 2003:42) menyatakan bahwa proses pengambilan keputusan karir secara garis besar dipengaruhi oleh sumbangan genetik dan kemampuan khusus, kejadian-kejadian dan kondisi lingkungan, pengalaman belajar dan keterampilan-keterampilan pendekatan tugas. Seligman (1994) menyatakan bahwa salah satu ciri tingkat keputusan karir yang tinggi ditandai dengan efikasi diri karir yang tinggi pula. Individu yang memiliki efikasi diri tinggi akan berpikir bahwa kesulitan atau rintangan selalu dapat diatasi melalui pengembangan diri dan ketekunan, sementara individu yang memiliki efikasi diri rendah akan mudah meyakini kesia-siaan usahanya dalam menghadapi kesulitan. Efikasi diri dipostulasikan Bandura sebagai mediator utama perilaku dan perubahan perilaku. Sumber efikasi diri adalah keberhasilan performansi individu, reaksi psikologis atau keterbangkitan emosi dan persuasi verbal. Caprara, Scabini, dan Regalia (dalam Sawitri, 2009:4) mengemukakan bahwa efikasi diri tidak datang dengan sendirinya, tetapi merupakan hasil berbagi pengetahuan dan

5 tanggung jawab, hubungan yang beragam, tugas-tugas yang bermanfaat dan interaksi dengan orang lain. Salah satu langkah-langkah pertama dalam pengambilan keputusan adalah pengumpulan informasi, oleh karena itu sumber-sumber informasi disediakan kepada individu (Manrihu, 1992:104). Adapun informasi yang mereka peroleh mengenai pengetahuan tentang karir dapat mereka peroleh, diantaranya: dari bimbingan karir disekolah, penyuluhan, internet, buku-buku bacaan, konselor dan sebagainya (Andayani, 2008:4). Pengetahuan tentang karir yaitu informasi yang dimiliki tentang bidangbidang pekerjaan dan tentang diri sendiri (Winkel, 1991: 535). Informasi yang didapat akan diproses oleh kognitif. Fungsi kognitif manusia adalah sebagai suatu sistem yang terdiri dari tiga bagian, diantara: (1) Input, yaitu proses informasi dari lingkungan yang masuk kedalam reseptor-reseptor pancaindera, (2), Proses, yaitu pekerjaan otak untuk mentranformasikan informasi dalam cara yang beragam, yang meliputi mengolah/menyusun informasi, membandingkan dengan informasi sebelumnya, memasukkan kedalam memori dan menggunakannya apabila diperlukan, (3) Output, yaitu yang berbentuk tingkah laku, seperti pengambilan keputusan dalam karir (Yusuf, 2004:7). Informasi akan mempengaruhi tindakan seseorang dalam hal pengambilan keputusan. Apabila informasi yang diterima sangat minim, tidak lengkap dan tidak akurat, maka akan menghasilkan tindakan yang salah dalam pengambilan keputusan. Informasi inilah yang akan membantu individu dalam menentukan karirnya dimasa yang akan datang ( Andayani, 2008:5).

6 Pengambilan keputusan sangat bergantung dengan informasi yang dmiliki dalam setiap alternatif yang ada pada diri individu. Untuk memperoleh informasi yang bermakna dan relevan, individu sebenarnya mengetahui berbagai macam informasi yang penting dan dikumpulkan serta menilai informasi yang diperoleh (Sukardi dan Sumiati, 1993:66). Berdasarkan panduan penilaian, penjurusan, kenaikan kelas, dan pindah sekolah SMA tahun 2004 dalam menentukan penjurusan ada beberapa kriteria penjurusan program studi yang harus disesuaikan yaitu: a) nilai akademik; siswa yang naik kelas ke kelas XI, dan yang bersangkutan mendapat nilai tidak tuntas 3 (tiga) matapelajaran, maka nilai tersebut harus dijadikan dasar untuk menentukan program studi yang dapat diikuti oleh siswa, b) minat siswa; dilakukan melalui angket/kuesioner dan wawancara, atau cara lain yang bisa digunakan untuk mendeteksi minat dan bakat, c) masukan dan saran dari guru bimbingan dan konseling. Namun dalam pelaksanaan jurusan di SMA tidak berdasarkan panduan penilaian penjurusan. Di SMA terdapat 2 jurusan yaitu IPA dan IPS. Disekolah tersebut ditemukan bahwa pengambilan keputusan karir siswa-siswi masih rendah, ini mengacu pada wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 23 januari 2014 kepada 5 siswa di SMA yang mengatakan bahwa dalam pemilihan jurusan, yang menentukan jurusan siswa-siswi tersebut adalah guru dilihat berdasarkan nilai yang tertinggi. Apabila nilai siswa-siswi yang tinggi adalah nilai IPS maka siswa-siswi tersebut masuk ke jurusan IPS, tetapi apabila nalai IPA dan IPS tinggi maka terserah siswa-siswi ingin masuk kejurusan mana.

7 Fenomena dilapangan juga menunjukkan masih banyak kasus siswa SMA kelas XI yang memilih suatu jurusan pendidikan tanpa mempertimbangkan kemampuan, minat, ataupun kepribadian. Mereka cenderung lebih memilih pendidikan lanjutan atas dasar pilihan guru, mengikuti pilihan teman, popularitas pekerjaan, identifikasi dengan orangtua, ataupun atas dasar pilihan orangtua (Budiningsih, 2012:17). Disamping itu, fenomena lain juga menunjukkan bahwa banyak diantara orang tua yang mengarahkan anak-anaknya pada bidang pekerjaan tertentu yang sedang ia tekuni (lakukan atau duduki) pada saat ini, terutama pekerjaan disektor swasta seperti: perdagangan, perindustrian, bidang jasa dan lain sebagainya, meskipun bidang pekerjaan tersebut belum tentu sesuai dengan potensi anaknya, bakat, minat, dan karakteristik pribadi anaknya (Husni, 2012:67). Tentang hasil-hasil penelitian yang menyatakan hubungan pengetahuan tentang karir, efikasi diri, dan pengambilan keputusan karir dapat diketahui bahwa penelitian yang satu menunjukkan ada hubungan, sedangkan penelitian lain tidak. Misalnya, penelitian yang dilaporkan oleh Sawitri (2009,1-13) menunjukkan bahwa efikasi diri memiliki pengaruh langsung yang negatif terhadap pengambilan keputusan karir. Di pihak lain Ness dan Morgan ( 2008,33-39) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan positif efikasi diri terhadap pengambilan keputusan karir. Penelitian yang dilakukan oleh Budiningsih (2012:1-20), Mau ( 2000:365-378), dan Bozgeyikli, Eroglu, dan Hamarcu (2009:15-24) menunjukkan ada hubungan signifikan efikasi diri dengan pengambilan keputusan karir. Sebaliknya

8 Poulo, Dimakako, Mylonas dan Tampouri (2012:117-130) membuktikan bahwa efikasi diri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengambilan keputusan karir. Pengaruh positif pengetahuan tentang karir yang di pilah menjadi layanan informasi dan pemberian informasi terhadap pengambilan keputusan karir dibuktikan oleh Nursalim dan Setyowati (2012:1-12) dan Wicaksono (2012:1-9). Sebaliknya Andayani (2008:1-48) menyatakan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara pengetahuan tentang karir dengan pengambilan keputusan karir. Berdasarkan penelitian-penelitian di atas menunjukkan bahwa hubungan pengetahuan tentang karir, efikasi diri, dan pengambilan keputusan karir masih menjadi perdebatan. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud menguji kembali hasil penelitian yang masih menjadi bahan perdebatan itu dan melakukan penelitian ulang atas beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Dengan demikian penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap seberapa jauh Hubungan antara Pengetahuan Tentang Karir dan Efikasi Diri dengan Pengambilan Keputusan Karir pada Siswa SMA B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Apakah ada hubungan antara pengetahuan tentang karir dan efikasi diri dengan pengambilan keputusan karir pada siswa SMA?

9 2. Apakah ada hubungan pengetahuan tentang karir dengan pengambilan keputusan karir pada siswa SMA? 3. Apakah ada hubungan efikasi diri dengan pengambilan keputusan karir pada siswa SMA? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang karir dan efikasi diri dengan pengambilan keputusan karir pada siswa SMA. 2. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang karir dengan pengambilan keputusan karir pada siswa SMA. 3. Untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan pengambilan keputusan karir pada siswa SMA. D. Keaslian Penelitian Penelitian ini relevan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Adapun beberapa penelitian yang terkait, yaitu: 1. Hubungan pengetahuan tentang karir dengan pengambilan keputusan karir: a. Penelitian Dwi Dessy Setyowati dan Mochamad Nursalim pada tahun 2012 dengan judul pengaruh layanan informasi studi lanjut terhadap kemantapan pengambilan keputusan studi lanjut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dengan pemberian layanan informasi studi lanjut terhadap kemantapan pengambilan keputusan studi lanjut siswa. ( t= 4,290 > 2,021). Persamaan penelitian Dwi Dessy

10 Setyowati dan Mochamad Nursalim dengan peneliti ialah sama-sama meneliti pengambilan keputusan karir, dan subjek penelitian siswa SMA. Perbedaan penelitian Dwi Dessy Setyowati dan Mochamad Nursalim dengan peneliti ialah Dwi Dessy Setyowati dan Mochamad Nursalim menggunakan variabel layanan informasi dan pengambilan keputusan karir sedangkan variabel yang digunakan oleh peneliti ialah pengetahuan tentang karir dan pengambilan keputusan karir. b. Penelitian Luhur Wicaksono pada tahun 2012 dengan judul pengaruh informasi karir terhadap pengambilan putusan karir siswa SMA. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara pemberian informasi karir terhadap pengambilan putusan karir walaupun tingkat korelasinya sangat kecil yaitu hanya 0,2220. Persamaan Luhur Wicaksono dengan peneliti ialah sama-sama meneliti pengambilan keputusan karir, dan subjek penelitian siswa SMA. Perbedaan penelitian Luhur Wicaksono dengan peneliti ialah Luhur Wicaksono menggunakan variabel informasi karir dan pengambilan keputusan karir sedangkan variabel yang digunakan oleh peneliti ialah pengetahuan tentang karir dan pengambilan keputusan karir. c. Penelitian Fitri Andayani pada tahun 2008 dengan judul Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Karir dengan Pengambilan Keputusan dalam Karir pada Siswa SMKN 1 Pekanbaru. Hasil analisis korelasi Product Moment menunjukkan korelasi antara pengetahuan tentang karir dengan pengambilan keputusan dalam karir pada siswa SMK yaitu : r = -0.091, p

11 = 0.215, artinya p lebih besar dari 0.05 maka hipotesis ditolak. Dengan kata lain bahwa tidak adanya hubungan antara pengetahuan tentang karir dengan pengambilan keputusan dalam karir pada siswa SMKN 1 Pekanbaru. Pengaruh pengetahuan tentang karir terhadap pengambilan keputusan dalam karir sebesar 0.8 % (Rsq = 0.008). Persamaan yang terdapat pada penelitian Fitri Andayani (2008) dengan peneliti ialah : sama-sama meneliti pengetahuan tentang karir dengan pengambilan keputusan dalam karir. Ada beberapa perbedaan penelitian Fitri Andayani dengan peneliti yaitu : penelitian Fitri Andayani pada variabel penelitiannya hanya meneliti pengetahuan tentang karir dengan pengambilan keputusan dalam karir, sedangkan pada peneliti variabel penelitiannya adalah pengetahuan tentang karir, efikasi diri keputusan karir, dan pengambilan keputusan dalam karir. Subjek pada penelitian Fitri Andayani adalah siswa SMK, sedangkan subjek yang digunakan pada peneliti adalah siswa SMA. 2. Hubungan efikasi diri dengan pengambilan keputusan karir : a. Penelitian Tri Esti Budiningsih pada tahun 2012 dengan judul Pengambilan Keputusan Terhadap Perencanaan Karir Ditinjau dari Efikasi Diri dan Ketepatan Pilihan Karir pada Remaja SMA Negeri Kodya Semarang. Hasil penelitian berdasarkan hasil uji hipotesis diperoleh ada pengaruh efikasi diri dan ketepatan pilihan karir terhadap pengambilan keputusan karir (F =95,316, p < 0,05 dengan sumbangan efektif sebesar 46,9%. Hal ini menunjukkan bahwa 46,9% variabel pengambilan

12 keputusan terhadap perencanaan karir dapat diprediksi dari efikasi diri dan ketepatan pilihan karir. Ada beberapa persamaan penelitian Tri Esti Budiningsih (2012) dengan peneliti yaitu : sama-sama meneliti tentang efikasi diri,pengambilan keputusan, dan subjek penelitian sama-sama siswa SMA, sedang kan perbedaan penelitian Tri Esti Budiningsih (2012) dengan peneliti ialah : pada penelitian Tri Esti Budiningsih menggunakan variabel pengambilan keputusan, perencanaan karir, efikasi diri, dan ketepatan pilihan karir. Sedangkan variabel yang digunakan peneliti adalah efikasi diri dan pengambilan keputusan. b. Jurnal psikologi UNDIP Vol.5 No.2 tahun 2009 yang diteliti oleh Dian Ratna Sawitri dengan judul Pengaruh Status Identitas dan Efikasi Diri Keputusan Karir Terhadap Keraguan Mengambil Keputusan Karir pada Mahasiswa Tahun Pertama di Universitas Diponegoro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh yang signifikan adalah status identitas achievement terhadap efikasi diri keputusan karir, pengaruh status identitas diffusion terhadap efikasi diri keputusan karir dan pengaruh efikasi diri keputusan karir terhadap keraguan mengambil keputusan karir. Sementara pengaruh status dentitas moratorium dan foreclosure terhadap efikasi diri keputusan karir tidak signifikan. Parameter ( 12797,361), p (0,00), CMIN/df (2,027),RMSEA (0,051), GFI (0,623), CFI (0,535), TLI (0,526), menunjukkan bahwa model kurang fit, karena sebagian besar parameter kesesuaian model dengan data tidak terpenuhi. Kemudian dilakukan analisis dengan hanya melibatkan variabel dengan pengaruh bermakna,

13 yaitu status identitas achievement, status identitas diffusion, efikasi diri keputusan karir, dan keraguan mengambil keputusan karir. Model teoritik yang terdiri dari status identitas dan efikasi diri keputusan karir sesuai (fit) untuk menjelaskan keraguan mengambil keputusan karir (hipotesis pertama diterima). Status identitas memiliki pengaruh tidak langsung dan bermakna terhadap keraguan mengambil keputusan karir melalui efikasi diri keputusan karir (hipotesis kedua diterima), status identitas achivement memiliki pengaruh langsung yang positif dan bermakna terhadap efikasi diri keputusan karir (hipotesis ketiga diterima), status identitas diffusion memiliki pengaruh langsung yang negatif dan bermakna terhadap efikasi diri keputusan karir (hipotesis keenam diterima), dan efikasi diri keputusan karir memiliki pengaruh yang negatif dan bermakna terhadap keraguan mengambil keputusan karir (hipotesis ketu juh diterima). Hipotesis keempat dan kelima menyatakan bahwa status identitas moratorium dan foreclosure memiliki pengaruh langsung yang negatif dan bermakna terhadap efikasi diri keputusan karir, tidak dapat didukung. Persamaan penelitian Dian Ratna Sawitri (2009) dengan peneliti ialah : sama-sama meneliti tentang efikasi diri keputusan karir. Sedangkan ada beberapa perbedaan penelitian Dian Ratna Sawitri (2009) dengan peneliti yaitu : variabel pada penelitian Dian Ratna Sawitri adalah status identitas, efikasi diri keputusan karir, keraguan mengambil keputusan karir, sedangkan variabel yang digunakan oleh peneliti hanya efikasi diri keputusan karir dan pengambilan keputusan karir, subjek yang digunakan pada penelitian

Dian Ratna Sawitri adalah mahasiswa tahun pertama, sedangkan subjek yang digunakan peneliti adalah siswa SMA. 14 E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memberikan kontribusi sebagai berikut : 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran, memperluas wawasan dan perspektif pengembangan ilmu pengetahuan dalam penelitian bidang psikologi pendidikan mengenai Hubungan Antara Pengetahuan tentang karir dan efikasi diri dengan pengambilan keputusan karir pada siswa. 2. Hasil penelitian ini diharapkan kepada guru ataupun pihak sekolah agar dapat memberi informasi mengenai karir yang akan dipilih siswa siswi dengan memberi tes bakat dan minat untuk melihat dimana potensi karir siswa siswi tersebut.