1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang selalu ada pada setiap negara tanpa memandang negara tersebut negara berkembang atau negara maju, namun pada kenyataannya tingkat kemiskinan di negara berkembang jauh lebih besar dibandingkan dengan negara maju. Hal ini dikarenakan negara berkembang pada umumnya masih mengalami persoalan keterbelakangan hampir di segala bidang, seperti teknologi, kurangnya akses-akses ke sektor ekonomi, dan lain sebagainya. 1 Indonesia sendiri merupakan negara berkembang dimana percapaian pembangunan penduduknya masih tertinggal dibanding dengan negara-negara tetangga Indonesia. negara Indonesia pada saat ini masih berada pada tahap pemulihan restrukturisasi di bidang ekonomi dan juga perubahan-perubahan di bidang sosial politik dimana pada proses ini tidak dapat dihindari semakin meluasnya kesenjangan antar kelompok, juga antara daerah yang kaya dan daerah yang miskin, terutama kesenjangan index pembangunan manusia (IPM) yang mencakup tentang masalah kemiskinan. 2 1 Norman Andika, 2010, Implementasi Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) di Puskesmas Jagir Suranaya, Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Surabaya, hlm 1. 2 Ibid
2 Dampak kemiskinan dapat dikaitkan dengan banyak hal yang salah satunya adalah kesehatan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi orang miskin rentan terhadap penyakit yang antara lain kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan, kurangnya kesadaran untuk perilaku hidup sehat, lingkungan pemukiman yang buruk dan tidak tersedianya biaya berobat. 3 Sejak awal kemerdekaan Bangsa Indonesia telah mempunyai perhatian besar terhadap terciptanya masyarakat adil dan makmur, sebagaimana termuat dalam alinea keempat Undang-Undang Dasar 1945 yang mengamanatkan bahwa negara wajib melayani setiap warga negara untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Pemerintah sebagai penyelenggara negara harus menjamin terlaksananya kepentingan publik, terutama pemenuhan hak-hak sipil dan kebutuhan dasar masyarakat. 4 Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk dapat hidup layak dan produktif secara sosial dan ekonomi Setiap orang berhak atas kesehatan sesuai dengan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Kesehatan sebagai bagian dari hak hidup yang merupakan inderogable right yaitu hak yang tidak dapat diganggu gugat dalam keadaan apapun. Oleh karena itu, pelayanan kesehatan sebagai hak mendasar masyarakat penyediaannya wajib diselenggarakan oleh pemerintah sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 3 Ibid, hlm 3. 4 ibid
3 Pasal 28 H ayat (1) yang berbunyi Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. 5 Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan merupakan hak dasar setiap individu dan semua warga Negara berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat dari kalangan kurang mampu. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa setiap warga Negara berhak atas jaminan sosial untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 28 ayat (3) dan Pasal 34 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 Jaminan sosial merupakan hak setiap warga negara dan Negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan kurang mampu. Program jaminan sosial sendiri pada dasarnya merupakan program untuk mewujudkan kesejahteraan melalui pendekatan sistem, dimana negara dan masyarakat secara bersama-sama ikut bertanggung jawab dalam penyelenggaraannya. 6 Program jaminan sosial telah dirintis oleh pemerintah dengan menyelenggarakan beberapa bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan yang diantaranya adalah melalui PT Askes dan PT Jamsostek yang melayani antara lain 5 Anonim, Diskriminatif dalam Implementasi UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, https://bolmerhutasoit.wordpress.com/2012/07/14/diskriminatif-dalam-implementasi-uu-no-36- tahun-2009-tentang-kesehatan/, diakses tanggal 28 Mei 2015. 6 Novayanti Sopia R. S., 2013, Implementasi Program Jaminan Kesehatan Gratis Daerah di Puskesmas Sumbang Kecamatan Curio Enrekang, Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Hasanuddin, Makassar, hlm 7.
4 pegawai negeri sipil, penerima pensiun, veteran, dan pegawai swasta, sedangkan untuk masyarakat tidak mampu pemerintah memberikan jaminan melalui Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda), namun nyatanya, program Jamkesmas dan Jamkesda masih belum berjalan dengan mulus dikarenakan skema yang masih terbagi-bagi sehingga mengakibatkan biaya kesehatan dan mutu pelayanan sulit terkendali. 7 Selain itu, di beberapa tempat pelayanan kesehatan yang ditetapkan sebagai Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) oleh Jamkesmas, masih banyak ditemukan pasien peserta Jamkesmas yang kesulitan dalam mendapatkan obat sebagaimana rujukan dokter. 8 Tentunya, hal tersebut dapat mengancam jiwa pasien karena lamanya waktu untuk melengkapi adminitrasi sebagaimana permintaan apotik. Banyak pula pasien Jamkesmas yang membeli obat dengan uangnya sendiri karena sulitnya persyaratan yang harus dipenuhi, tidak tersedianya obat rujukan dokter, disertai dengan antrian yang cukup lama. 9 Hingga pada akhirnya, melalui Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional mengamanatkan bahwa jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui suatu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). 7 Widyasari Abriantyas S, 2014, Tanggung Jawab Rumah Sakit terhadap Pasien Pemegang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Rumah Sakit Mitra Bangsa Pati Jawa Tengah, Penulisan Hukum, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hlm 5. 8 Eka Rahmawati, 2011, Tinjauan Keperdataan Terhadap Perjanjian Pelayanan Kesehatan Bagi Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon, Penulisan Hukum, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hlm 6. 9 Ibid, hlm 7-8.
5 Adanya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Nasional (BPJS), maka terbentuklah BPJS yang berlaku mulai Januari 2014. BPJS merupakan badan hukum publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia dan bertanggung jawab kepada Presiden berdasarkan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). BPJS beroperasi untuk menggantikan sejumlah lembaga jaminan sosial yang ada di Indonesia, yaitu lembaga asuransi jaminan kesehatan PT Askes dan lembaga jaminan sosial ketenagakerjaan PT Jamsostek. Transformasi PT Askes dan PT Jamsostek menjadi BPJS dilakukan secara bertahap. Pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN) dilaksanakan oleh BPJS Kesehatan sejak 1 Januari 2014, sedangkan PT Jamsostek akan menjadi BPJS Ketenagakerjaan pada tahun 2015. 10 Secara operasional, pelaksanaan JKN dituangkan dalam Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden yang antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan. Melalui program JKN yang diselenggarakan oleh BPJS, diharapkan masyarakat miskin dapat memperoleh peningkatan pelayanan kesehatan. Jika sebelumnya masyarakat miskin selalu dikhawatirkan akan biaya kesehatan yang sangat tinggi dan 10 Anonim, Transformasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, http://www.jamsosindonesia.com/ cetak/printout/387, diakses pada 2 Juni 2015.
6 tidak terjangkau, maka dengan program JKN ini diharapkan masyarakat miskin dapat memperoleh pelayanan kesehatan dengan mudah, gratis dan berkualitas. 11 Pada pelaksanannya, BPJS bekerjasama dengan penyelenggara pelayanan kesehatan yang meliputi semua fasilitas kesehatan baik fasilitas kesehatan milik Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan swasta yang telah memenuhi persyaratan. 12 Balai Pengobatan PKU Karangasem Paciran yang terletak di Desa Paciran Kabupaten Lamongan merupakan salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS. Balai pengobatan ini merupakan balai pengobatan swasta milik yayasan Pondok Pesantren Karangasem Muhammadiyah Paciran. Balai Pengobatan PKU Karangasem Paciran menyediakan pelayanan antara lain laboratorium, rawat inap, serta rawat jalan. Berdasarkan hal-hal tersebut, serta adanya kemudahan bagi penulis untuk memperoleh data pada Balai Pengobatan PKU Karangasem Paciran, membuat penulis tertarik untuk melakukan penulisan hukum dengan judul Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Pemberian Pelayanan Jaminan Kesehatan antara Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dengan Balai Pengobatan PKU Karangasem Paciran, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur. 11 Ibid, hlm 7. 12 Anonim, Buku pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional, http://www.depkes.go.id/resources/ download/jkn/buku-pegangan-sosialisasijkn.pdf, diakses tanggal 15 Januari 2015, hlm 30
7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian hukum ini adalah: 1. Apa sajakah bentuk-bentuk wanprestasi yang terjadi dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama pemberian pelayanan jaminan kesehatan antara Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan dengan Balai Pengobatan PKU Karangasem Paciran, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur? 2. Bagaimanakah cara para pihak menyelesaikan perselisihan dalam hal terjadi wanprestasi pada pelaksanaan perjanjian kerjasama pemberian pelayanan jaminan kesehatan antara Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan dengan Balai Pengobatan PKU Karangasem Paciran, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Tujuan Objektif a. Untuk mengetahui dan menganalisis bentuk-bentuk wanprestasi yang terjadi dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama pemberian pelayanan jaminan kesehatan antara Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan dengan Balai Pengobatan PKU Karangasem Paciran, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur.
8 b. Untuk mengetahui dan menganalisis cara para pihak menyelesaikan perselisihan dalam hal terjadi wanprestasi pada pelaksanaan perjanjian kerjasama pemberian pelayanan jaminan kesehatan antara Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan dengan Balai Pengobatan PKU Karangasem Paciran, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur. 2. Tujuan Subjektif Tujuan subjektif dari penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat akademis untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. D. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran kepustakaan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, penelitian dengan judul Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Pemberian Pelayanan Jaminan Kesehatan antara Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dengan Balai Pengobatan PKU Karangasem Paciran, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur belum ada. Hal ini dapat terjadi karena BPJS Kesehatan baru diberlakukan pada 1 Januari 2014 untuk menggantikan Jamkesmas. Meskipun demikian, penulis menemukan beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian pemberian pelayanan Jampersal dan Jamkesmas yang antara lain:
9 1. Pelaksanaan Perjanjian Pelayanan Kesehatan Bagi Pasien Keluarga Tidak Mampu di Rumah Sakit Daerah Sukoharjo. Disusun oleh Rohmadiani Harwiningtyas 04/178798/HK/16700 tahun 2009. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini mengenai upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh pasien dari keluarga tidak mampu untuk dapat membayar biaya perawatan di Rumah Sakit Daerah Sukoharjo. 13 2. Tinjauan Keperdataan Terhadap Perjanjian Pelayanan Kesehatan Bagi Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon. Disusun oleh Eka Rahmawati 07/257363/HK/17637 tahun 2011. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini fokusnya lebih kepada bentuk pertanggungjawaban yang diberikan oleh RSUD Gunung Jati Kota Cirebon kepada pasien peserta Jamkesmas yang menderita kerugian dalam pelayanan kesehatan. 14 3. Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Pemberian Pelayanan Kesehatan Jaminan Persalinan (JAMPERSAL) antara Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri dengan Rumah Bersalin Primasari. Disusun oleh Putri Nugraheni Septyaningrum 09/282901/HK/18182 tahun 2012. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah pelaksanaan perjanjian kerjasama pemberian pelayanan kesehatan jaminan persalinan (Jampersal) antara 13 Rhomadiani Harwiningtyas, 2008, Pelaksanaan Perjanjian Pelayanan Kesehatan Bagi Pasien Keluarga Tidak Mampu di Rumah Sakit Daerah Sukoharjo, Penulisan Hukum, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 14 Eka Rahmawati, Op cit.
10 Dinas Kesehatan Kebupaten Wonogiri dengan Rumah Bersalin Primasari dan akibat hukumnya bagi para pihak dalam perjanjian tersebut. 15 Berdasarkan hal-hal diatas, penelitian dengan judul Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Pemberian Pelayanan Jaminan Kesehatan antara Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dengan Balai Pengobatan PKU Karangasem Paciran, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur memiliki subjek, objek, lokasi penelitian dan analisis yang berbeda dengan penelitian yang telah ada yang oleh karena itu penelitian ini dianggap asli dan layak untuk dilakukan. Namun, jika terdapat penelitian serupa diluar pengetahuan penulis, diharapkan penelitian ini dapat saling melengkapi. E. Kegunaan Penelitian 1. Bagi Penulis a. Merupakan sarana bagi penulis dalam mengaplikasikan materi yang telah diperoleh selama perkuliahan; dan b. Merupakan wadah penulis dalam melakukan penulisan hukum sebagai prasyarat kelulusan perkuliahan program strata 1 reguler di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 2. Bagi Masyarakat dan Pembangunan 15 Putri Nugrahaeni Septyaningrum, 2012, Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Pemberian Pelayanan Kesehatan Jaminan Persalinan (JAMPERSAL) antara Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri dengan Rumah Bersalin Primasari, Penulisan Hukum, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
11 a. Memberikan kontribusi atau sumbangsih bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu hukum dalam aspek kesehatan. b. Untuk menambah pengembangan ilmu hukum kesehatan mengenai perjanjian kerjasama pemberian pelayanan kesehatan. c. Memberikan referensi bagi penelitian selanjutnya yang terkait dengan penelitian ini. d. Memberikan masukan kepada pihak-pihak dan instansi yang terkait agar dapat memberikan pelayanan jaminan kesehatan yang lebih baik bagi masyarakat.