BAB I PENDAHULUAN. mencapai 238 Juta Jiwa. Dengan jumlah mayoritas muslim mencapai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan yang sering dihadapi oleh negara berkembang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan hal yang terpenting bagi setiap Negara,

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad M. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, (Jakarta: CV Rajawali, 1987), h.71.

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Badan Perencana Pembangunan (Bappenas) menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per

BAB I PENDAHULUAN. sedikit umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Salah satu problematika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi adalah sektor UKM (Usaha Kecil Menengah). saat ini para pelaku UKM masih kesulitan dalam mengakses modal.

BAB I PENDAHULUAN. akademis serta bermunculannya lembaga perekonomian islam di Indonesia. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. ingin berkembang. Indonesia yang merupakan Negara berkembang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan permasalahan bagi setiap negara, golongan,

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk indonesia mencapai 252,20 juta jiwa (BPS: 2015). Dimana

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Yusuf Qaradhawi, Spektrum Zakat, Zikrul Hakim Jakarta, 2005, hlm. 24

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan ibadah yang mengandung dua dimensi yaitu dimensi hablum minallah atau

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Namun demikian, upaya tersebut kiranya perlu dibarengi pula dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN. terencana yang dilakukan secara sadar oleh masyarakat atau pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua negara di dunia. Kemiskinan tidak bisa dianggap mudah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah problem sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan praktik Lembaga Keuangan Syariah, baik dalam lingkup

yang diwajibkan Allah kepada orang-orang yang berhak. mensucikan orang yang mengeluarkannya dan menumbuhkan pahala. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan yang bersifat spritual. Firman Allah QS. Al-Māidah/5: telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-ku, dan telah Ku-ridhai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagi seluruh rakyat Indonesia yang menjelaskan dan mengajak masyarakat

BAB IV ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT NAHDLATUL ULAMA DAN PENGELOLAAN DANA TERHADAP KEBERHASILAN PENGELOLAAN LAZISNU KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. secara layak. Menurut Siddiqi mengutip dari al-ghazali dan Asy-Syathibi

BAB I PENDAHULUAN. penelitian ini adalah usaha mikro. Lokasi penelitian terpilih adalah Kota. fakta ini tergambar dalam tabel berikut: Tabel 1.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi di negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Dampak terus menerus berzakat dan berinfaq, di dalam masyarakat dapat

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat, tentunya kedaulatan yang diperoleh dari hasil semangat juang serta tetesan darah

BAB I PENDAHULUAN. oleh Bangsa Indonesia. Pada satu sisi pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 1 Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam mengumpulkan zakat sehingga jumlah zakat yang terkumpul. dapat membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah non bank yang banyak ditemui di masyarakat. BMT dalam

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUMPULAN ZAKAT, INFAQ, SHODAQOH PADA LEMBAGA ZIS AL-IHSAN DAN SOLO PEDULI DI SURAKARTA

PENDAHULUAN Latar Belakang

`BAB I PENDAHULUAN. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil menengah (UMKM) merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. negara membuat peraturan yang dicantumkan dalam undang-undang. Hal

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang berubah cepat dan kompetitif dengan

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997 telah

BAB I PENDAHULUAN. di dunia dan di akhirat. Disamping itu, Islam juga mengajarkan kepada

BAB I PENDAHULUAN. bunga akan lebih mudah diterapkan secara integral (Heri, 2004: 3). Kehadiran Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ditengah-tengah koperasi

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan di akhirat nanti. Islam sangat memegang tinggi prinsip solidaritas yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah global, sering dihubungkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyentuh kalangan bawah (grass rooth). Semula harapan ini hanya

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

BAB I PENDAHULUAN. kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Menurut Aziz

PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat L-ZIS Assalaam Solo)

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengalami peningkatan. Berdasarkan data pertumbuhan terakhir yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam menjaga kelangsungan hidup organisasi pengelola zakat

BAB I PENDAHULUAN. jumlah asset maksimal 0 sampai Rp 50 juta dan omzet total 0 sampai 300 juta.

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN DANA ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DI KJKS BMT ISTIQLAL PEKALONGAN

BAB IV PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT DI BAZNAS KOTA SEMARANG UNTUK PENGEMBANGAN USAHA MIKRO. A. Program Pelaksanaan BAZNAS Kota Semarang dala Pendayagunaan

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 38,4 juta jiwa (18,2%) yang terdistribusi 14,5% di perkotaan dan 21,1% di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada titik pergerakan lempeng tektonik sehingga banyak

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-Qur an dan Hadist. Dana zakat yang terkumpul akan diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. satu ajaran islam yang mengatur pola kesejahteraan dan kemakmuran adalah pemberdayaan

Manajemen Aset Wakaf Jumat, 01 November :16

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance yang. seringkali digunakan dalam penerapannya di perusahaan-perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. terkadang UMKM seolah tidak mendapat dukungan dan perhatian dari. selama memiliki izin usaha dan modal cukup.

BAB V PEMBAHASAN. 1. Pemberdayaan Zakat oleh BAZNAS dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan di. KabupatenTulungagung

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi stabilitas nasional, ekonomi dan politik, yang imbasnya

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan dalam banyak hal. Baik itu dari segi pemerintahan, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelebihan harta atau biasa disebut para aghniya. Agar zakat. yang mampu mendatangkan pendapatan bagi mereka dan bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Zakat Center Thoriqotul Jannah (Zakat Center) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY) 2013 yakni garis kemiskinan pada maret 2013 adalah

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau badan usaha, yang termasuk kriteria pada skim-skim kredit/pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan PSAK No 109, Zakat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu kewajiban yang bersifat dogmatis dan hanya mengandung

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. itu juga berfungsi sebagai dana masyarakat yang dimanfaatkan untuk kepentingan

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PROGRAM MICROFINANCE SYARI AH BERBASIS MASYARAKAT (MISYKAT) DAN MANAJEMEN

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.

BAB I PENDAHULUAN. keluar untuk mengatasi masalah perekonomian di Indonesia. UMKM di. ditampung sehingga tingkat pengangguran semakin berkurang.

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Secara umum Badan Lembaga Agama mempunyai tujuan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. hidup, serta baiknya pengelolaan sumber daya alam yang ada. diri menjadi penting agar masyarakat dapat berperan dalam model

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri di Indonesia diarahkan untuk mampu. pemerataan pendapatan dan pengentasan kemiskinan. Salah satu jalan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini peningkatan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut BPS pada tahun 2010, Indonesia memiliki total penduduk mencapai 238 Juta Jiwa. Dengan jumlah mayoritas muslim mencapai angka 207, 2 juta jiwa atau sekitar 87 persen dari populasi nasional, hal ini tentunya memiliki peran yang signifikan dalam mendorong perkembangan aktifitas ekonomi islam. Pemerintah juga sudah mengeluarkan Undang- Undang Zakat terbaru Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Bahwa Undang-Undang ini secara khusus memberikan gambaran tentang tujuan dari pengelolaan zakat untuk kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan (pasal 3 ayat 2). Ada beberapa peraturan pendukung lainnya dalam menunjang pengelolaan zakat, seperti Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 373 Tahun 2003 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 dan Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat dan Urusan Haji Nomor D/ tahun 2000 tentang pedoman Teknis Pengelolaan Zakat. Hal ini juga didukung dengan bahwa potensi zakat di Indonesia menunjukkan angka yang sangat fantastis. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan IPB dalam penelitian terbaru tahun 2012 menyatakan potensi zakat secara nasional diperkirakan mencapai Rp 217 triliun

2 setahun. Dari potensi tersebut, jika zakat dapat diarahkan pada hal yang besifat produktif maka secara tidak langsung akan ikut membantu memberdayakan ekonomi masyarakat. Namun seringkali potensi zakat di Indonesia belum dapat terserap dengan maksimal dan begitupun dengan penyaluran atau pendistribusian zakat yang mana belum secara baik dapat memberdayakan masyarakat. Hal ini tentunya menjadi fokus dari pada pemerintah dan lembaga terkait agar zakat tidak hanya diarahkan ke hal yang bersifat konsumtif melainkan lebih banyak mengarah ke hal yang dapat meningkatkan produktifitas para Mustahiq. Yusuf Qardhawi (2005: 867) berpendapat bahwa peranan zakat tidak hanya terbatas pada pengentasan kemiskinan. Melainkan juga untuk mengatasi permasalahan-permasalahan kemasyarakatan lainnya. Target utama dari aplikasi zakat adalah mengentaskan kemiskinan secara keseluruhan. Mengentaskan kemiskinan dengan mengentaskan penyebabnya. Peranan zakat sangat signifikan dalam kehidupan manusia. Zakat merupakan suatu penggerak yang memberikan tunjangan kepada para pedagang atau profesi lain yang membutuhkan modal, yang tidak bisa didapatkan dari jalan lain. Selain itu menurut Chapra (1999: 53) tindakan-tindakan untuk mereduksi kesenjangan pendapatan dan kekayaan akan lebih berhasil jika diperkuat dengan pengaktifan sistem ekonomi islam tentang zakat. Islam

3 memerintahkan setiap muslim yang mempunyai kelebihan tertentu untuk membayar zakat kepada fakir miskin. Zakat tentu menjadi pelengkap pendapatan yang cukup dari usahanya sendiri. Tuntutan ini diimplementasikan dalam suatu sistem sosial ekonomi, sehingga dapat menyumbang pada ekspansi peluang kesempatan kerja sendiri dan mereduksi kesenjangan. Pemberdayaan zakat yang dapat diterapkan di Indonesia dikategorikan menjadi 2 arah baik berupa konsumtif maupun produktif. Zakat produktif merupakan zakat yang disalurkan kepada mustahiq sebagai modal untuk menjalankan suatu kegiatan ekonomi dalam bentuk usaha. Selain sebagai modal, zakat produktif juga dapat digunakan sebagai solusi dalam mengembangkan usaha masyarakat. Hal tersebut merupakan upaya dalam rangka meningkatkan tingkat kesejahteraan dan kemandirian masyarakat sekaligus meningkatkan potensi produktififtas dari penerima zakat tersebut. Penyaluran zakat secara produktif ini juga telah diatur dalam Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat Pasal 27 ayat 1 yang menyebutkan bahwa Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat. Lebih lanjut dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan usaha produktif adalah usaha yang mampu meningkatkan pendapatan, taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.

4 Dalam hal ini pendayagunaan zakat untuk usaha produktif dilakukan dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat apabila kebutuhan dasar mustahiq telah terpenuhi. UU No. 38/1999 tentang pengelolaan zakat yang dikeluarkan oleh pemerintah Republik Indonesia membahas tentang bagaimana zakat dikelola, mulai dari perencanaan, pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan. Hal ini dapat menimbulkan berdirinya lembaga-lembaga amil zakat independen non pemerintah yang menyelenggarakan pelayanan zakat dalam berbagai macam kelembagaan. (Arsanti, 2008:17). Lembaga LAZISMU merupakan salah satu Lembaga Amil Zakat, Infaq dan ShadaqohMuhammadiyah yang mempunyai beberapa program dalam upaya pemberdayaan ekonomi umat. Dimana LAZISMU menyalurkan Zakat Produktif untuk meningkatkan kesejahteraan mustahiq. Penyaluran dan pendistribusian zakat produktif yang dilakukan oleh LAZISMU salah satunya yaitu melalui Social Micro Finance (SMF) yang merupakan salah satu program unggulan dalam bidang ekonomi. Program ini Adalah program pendirian dan pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang memiliki tugas utama memberikan permodalan dan pendampingan kepada pelaku usaha mikro melalui sistem permodalan dana bergulir dan qordul hasan. Program SMFD bekerjasama dengan Majelis Ekonomi dan Kewirausaan (MEK) PP Muhammadiyah. Dalam mengatasi masalah kesenjangan distribusi pendapatan dan pengurangan kemiskinan, sektor UMKM diyakini dapat menjadi solusi

5 tepat dikarenakan UMKM dapat menyerap tenaga kerja yang berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik tradisional maupun modern (Tambunan, 2012: 43). Selain itu UMKM mampu menjadi katup pengaman sosial ekonomi masyarakat untuk membantu mewujudkan perekonomian yang seimbang dan berkeadilan. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kategori bisnis berskala kecil yang dipercaya mampu memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia (Adler H. Manurung, 2008: 2). Salah satu kontribusi UMKM adalah mampu menyerap banyak tenaga kerja. Namun demikian, ada beberapa kendala yang dihadapi oleh pengusaha UMKM yaitu keterbatasan modal kerja dan modal investasi (Tambunan, 2002: 73). Ina Primiana (2009: 53) menyatakan bahwa salah satu pokok permasalahan UMKM adalah permodalan, yaitu kesulitan akses ke bank dikarenakan ketidakmampuannya dalam hal menyediakan persyaratan bankable. Dari uraian di atas bahwa hakikatnya penyaluran zakat produktif melalui UMKM dapat menjawab problematika serta solusi dalam rangka untuk memberdayakan ekonomi mustahiq maupun masyarakat. Selain itu tentunya zakat dapat dijadikan oleh pemerintah dalam upaya membantu mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Keberadaaan Usaha Mikro melalui penyaluran dari zakat produktif hendaknya dapat memberikan kontribusi yang cukup baik terhadap masalah kemiskinan dan pengangguran. Pembangunan dan pertumbuhan Usaha Mikro merupakan salah satu penggerak yang krusial bagi

6 pembangunan dan pertumbuhan ekonomi disetiap negara. Sektor ekonomi di Indonesia merupakan sektor yang paling banyak kontribusinya terhadap penciptaan lapangan kerja. Dengan berkembangnya UMKM melalui zakat produktif dengan bantuan modal dan pengawasan yang dilakukan, maka akan menyerap tenaga kerja dan meningkatkan ekonomi mustahiq. Hal ini tentunya secara tidak langsung akan mengurangi angka pengangguran dan berdampak positif dalam mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Namun, bukan berarti mekanisme pemanfaatan dana zakat tersebut tidak memerlukan pengelolaan dan sistem kontrol yang baik. Kerja keras dan kerja cerdas LAZISMU sebagai institusi amil zakat atau penyelenggara program dan dari para mustahiq pelaku usaha sangat diperlukan. Maka dari itu, dalam pengembangan usaha mikro, pendampingan merupakan satu hal penting yang harus diperhatikan. Sebagaimana yang diungkapkan Hafidhuddin (2002: 149), bahwa BAZ/LAZ jika memberikan zakat yang bersifat produktif harus pula melakukan pembinaan atau pendampingan kepada para mustahiq agar kegiatan usahanya dapat berjalan dengan baik, dan agar para mustahiq semakin meningkat kualitas keimanan dan keislamannya. Masih lemahnya kualitas SDM serta inovasi pengusaha mikro mengharuskan pihak penyalur zakat agar benar-benar memperhatikan kualitas pendampingan sehingga dapat mendorong peningkatan kualitas SDM serta pengembangan inovasi pengusaha mikro tersebut. (Tambunan, 2012: 87).

7 Selain itu, pemanfaatan dana zakat secara produktif untuk modal usaha dalam skala mikro, diyakini dapat memberikan banyak keringanan bagi pelaku usaha. Sumber dana untuk usaha mikro yang berasal dari zakat berbeda dengan sumber keuangan lainnya baik yang berasal dari pemerintah atau lembaga keuangan konvensional lainnya seperti bank. Pada sumber keuangan konvensional, selain debitur harus memiliki kewajiban untuk mengembalikan pinjaman ditambah dengan bunganya, maka berbeda dengan zakat yang mana tidak memiliki kewajiban untuk mengembalikannya serta tidak memiliki motivasi imbalan apapun kecuali ridha dan mengharap pahala dari Allah semata. Dengan adanya penyaluran zakat serta pelaksanaan pendampingan, diharapkan para mustahiq bisa memiliki usaha yang dapat memberikannya pendapatan yang kontinyu melalui pemilihan program pemberdayaan yang tepat, disertai dengan proses pendampingan pengembangan usaha bagi mustahiq yang kontinyu pula, tepat sasaran dan terkelola dengan baik, menjadi kata kunci kesuksesan pendayagunaan zakat. Dari uraian latar belakang permasalahan yang telah dibahas diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, PEMBERDAYAAN UMKM BERBASIS ZAKAT PRODUKTIF (STUDI KASUS PROGRAM SOCIAL MICRO FINANCE OLEH LEMBAGA AMIL ZAKAT MUHAMMADIYAH DI KAB. SLEMAN)

8 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah mekanisme dan pola pemberdayaan UMKM berbasis zakat produktif pada program Social Micro Finance di Kab. Sleman? 2. Bagaimanakah dampak pemberdayaan oleh LAZISMU terhadap UMKM yang bergabung dalam Program Social Micro Finance? 3. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam pemberdayaan yang dilakukan oleh LAZISMU? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan yang akan penulis paparkan mencakup sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dan dapat mendiskripsikan bagaimana mekanisme atau pola pelaksanaan pemberdayaan UMKM berbasis zakat produktif pada program Social Micro Finance di Kab. Sleman. 2. Untuk mengetahui dampak dari pemberdayaan oleh LAZISMU terhadap UMKM yang bergabung dalam program Social Micro Finance. 3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pemberdayaan UMKM oleh LAZISMU.

9 D. Kegunaan Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Memberikan bahan masukan dan pertimbangan sebagai upaya peningkatan kualitas program pemberdayaan zakat produktif untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat yang dilakukan oleh LAZISMU agar terwujudnya lembaga amil zakat, infaq dan shadaqah yang dapat menjadi model penyaluran zakat produktif di Indonesia yang baik dan benar. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan, khazanah islamiyah, dan meningkatkan intelektualitas serta memberikan sumbangsih pemikiran dalam bidang muamalah (Zakat Produktif) dan UMKM agar dapat menjadi acuan dalam penelitian selanjutnya dengan berbagai permasalahan yang diperoleh. b. Bagi Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah Penelitian ini agar dapat menjadi masukan dan sarana informasi bagi LAZISMU dalam menentukan program-program dan kebijakan terkait pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui UMKM berbasis zakat produktif agar lebih maksimal dan optimal untuk kedepannya.

10 E. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan dalam memahami secara keseluruhan penulisan ini, maka penulis mencantumkan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN. Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, sistematika pembahasan. BAB II: TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Memuat uraian tentang tinjauan pustaka terdahulu dan kerangka teori yang relevan dan terkait dengan tema skripsi yaitu berupa artikel ilmiah, hasil penelitian maupun buku. BAB III: METODE PENELITIAN. Memuat secara rinci metode penelitian yang digunakan peneliti beserta justifikasi/alasannya; jenis penelitiannya, jenis data, desain, lokasi, subyek, teknik pengambilan atau pengumpulan data, teknik validasi data serta analisis data yang digunakan. BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN. Berisi Hasil penelitian. Yaitu Gambaran Umum LAZISMU, Landasan Pemberdayaan Zakat, Model Pendayagunaan Zakat, Pelaksanaan Program Pemberdayaan UMKM Berbasis Zakat Produktif oleh LAZISMU, Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat serta Gambar dan Tabel sebagai Pendukung Penelitian. BAB V: PENUTUP. Berisi Kesimpulan, Saran-saran dan Rekomendasi dari penulis.