BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2011: 61) variabel ini sering disebut stimulus,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan oleh peneliti untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Kelamin : Laki-Laki TTL : Bandung, 10 Februari 1999

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel bebas dan Variabel terikat ( target behavior )

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. beberapa komponen yaitu variabel penelitian, metode penelitian, subjek

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat Tanggal Lahir:Bandung, 21 April : III (Tiga) SDLB Purnama Asih Bandung

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. terikat yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Variabel (dalam Sunanto, J.,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

basket kecil, dan bola karet ringan, lalu modifikasi pada ringnya yaitu tinggi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. Metode merupakan hal yang sangat diperlukan dalam suatu proses. penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pemecahan masalah dari suatu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PEELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media tabel bilangan. Media

BAB III METODE PENELITIAN

1) Langkah pertama tempelkan spons dan potongan plat.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah rancangan Case Experimental

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. termasuk dalam penelitian subjek tunggal. Variabel merupakan atribut atau

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen, karena penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk melihat

BAB III METODE PENELITIAN. dengan subjek tunggal (single subject research), yaitu penilitian yang

X₁ X₂ X₃ X₄ X₅... O₁ O₂ O₃ O₄ O₅ O₁ O₂ O₃ O₄ O₅... O₁ O₂ O₃ O₄ O₅ Baselin1 (A1) Intervensi (B) Baseline (A2)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah desain Single Subject Research (Rancangan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dicapai dalam penelitian. Bila tujuan penelitian sudah jelas, maka teknik

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sering di sebut sebagai variabel stimulus/ independen/ prediktor, dan variabel

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. tepat, ketepatan ini akan menjadikan kualitas penelitian menjadi baik. Terdapat dua

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB III METODE PENELITIAN. Upaya mendapatkan suatu gambaran yang komprehensif dalam melaksanakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu : 1. Media Animasi Komputer MANTAP

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian tunggal yang dikenal dengan istilah single subject research

BAB III METODE PENELITIAN. tunggal (single subject research), yaitu penelitian yang dilaksanakan pada subyek

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

d. Siswa menunjukan 20 suku kata [(bu-ku), (ca-be), (da-du), (gu-la), (ja-ri),

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain Rancangan eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk

BAB III MEDOTE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran yang objektif tentang

BAB III METODE PENELITIAN

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas Menurut Sugiyono (2011: 61) variabel ini sering disebut stimulus, prediktor, antecedent...variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau timbulnya dependen (terikat). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya adalah media video. 2. Variabel Terikat Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen...variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi sebab akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011: 61). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah kemampuan menggosok gigi B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Sukardi (2003: 179) menyatakan bahwa metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang paling produktif, karena jika penelitian tersebut dilakukan dengan baik dapat menjawab hipotesis yang utamanya berkaitan dengan hubungan sebab akibat. Metode penelitian eksperimen yang digunakan pada penelitian ini mengunakan subjek tunggal atau dengan menggunakan Single Subject Research 30

31 (SSR), yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari suatu perlakuan (intervensi) yang diberikan kepada subjek secara berulang-ulang dalam waktu tertentu. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari suatu perlakuan yang diberikan kepada subyek secara berulang-ulang dalam waktu tertentu, maka dalam penelitian subjek tunggal (SSR) ini menggunakan desain A-B-A. adapun penjelasannya sebagai berikut: A-1 (Baseline-1) merupakan suatu kondisi awal kemampuan subjek dalam melakukan menggosok gigi sebelum diberi perlakuan atau intervensi. Pengukuran pada fase ini dilakukan sebanyak empat sesi, dengan durasi yang disesuaikan dengan kebutuhan (±20 menit) B (Intervensi) data perlakuan kondisi kemampuan subjek dalam hal menggosok gigi. Tahap ini subjek diberikan perlakuan dengan menggunakan media video secara berulang-ulang. Intervensi ini diberikan sebanyak delapan sesi dan setiap sesinya memakan waktu 60 menit A-2 (Baseline-2) merupakan pengulangan kondisi baseline-1 yaitu sebagai bahan evaluasi untuk intervensi yang telah diberikan. Apabila secara visual desain A-B-A digambarkan sebagai berikut: 100 90 Persenta80 70 se 60 jumlah 50 jawaban 40 yang benar 30 20 10 0 A-1 Sesi B 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Gambar 3.2 Desain Penelitian A-B-A A-2

32 C. Subyek Penelitian 1. Subjek ke-1 Nama Siswa (inisial) : SS Tempat Tanggal Lahir : Cirebon, 16 Januari 2004 Usia Jenis Kelamin Kelas Sekolah : 7 tahun 1 bulan : Perempuan : I (satu) : SLB Suryakanti Alamat Siswa : Jl. Terusan Cimuncang Dalam no. 14 Dengan spesifikasi kondisi subjek penelitian sebagai berikut: a. Bahasa Umumnya kemampuan bahasa verbal dan non verbal cukup baik namun anak memiliki masalah artikulasi yang tidak jelas (kadang ada perubahan huruf dalam kata seperti r menjadi p (rumput menjadi pupu) b. Motorik Kemampuan motorik halus dan motorik kasar anak baik, tetapi ada kalanya bimbingan khusus untuk mampu menyelesaikan masalah motoriknya seperti berjalan dengan rintangan, melempar bola di atas kepala, menggunting dengan pola, meronce, dan mengerjakan puzzle c. Kemandirian Kemampuan merawat diri dalam hal menggosok gigi pada saat asesmen awal, anak sudah dapat: Menunjukkan gambar menggunakan pasta gigi

33 Menunjukkan gambar menggosok gigi Mengenal peralatan yang digunakan untuk menggosok gigi (gelas, sikat gigi, pasta gigi) Pergi sendiri ke tempat menggosok gigi Mempersiapkan peralatan menggosok gigi Membuka tutup pasta gigi Menuangkan pasta gigi (menuangkan di bulu sikat dan tangkai sikat) Menutup kembali tutup pasta gigi Menggosok gigi depan bagian luar Mengisi air ke dalam gelas Berkumur membuang busa pasta gigi dalam mulut sampai bersih Membuang air bekas berkumur dengan tidak menyiprat Mengelap mulut dan tangan menggunakan handuk Menyimpan alat ditempatnya Kemampuan yang belum dimiliki anak dalam menggosok gigi yaitu: Menunjukkan gambar pergi ke tempat menggosok gigi Menunjukkan gambar menyiapkan peralatan Menunjukkan gambar berkumur-kumur (melumasi mulut sebelum menggosok gigi) Menunjukkan gambar berkumur-kumur (membuang busa pasta gigi yang ada di dalam mulut) Menunjukkan gambar membersihkan mulut dan tangan

34 Menunjukkan gambar merapihkan dan membersihkan tempat dan peralatan Mempraktekkan mencuci tangan Mempraktekkan berkumur-kumur (melumasi mulut sebelum menggosok gigi) Mempraktekkan membuang air bekas berkumur dengan tidak menyiprat (pada saat melumasi mulut dengan air sebelum menggosok gigi) Mempraktekkan membasahi bulu sikat gigi Mempraktekkan menggosok gigi samping kiri-kanan bagian luar Mempraktekkan menggosok gigi samping kiri kanan bagian permukaan Mempraktekkan menggosok gigi depan bagian dalam Mempraktekkan menggosok gigi samping kiri-kanan bagian dalam Mempraktekkan menggosok lidah Mempraktekkan memeriksa kembali apakah sudah bersih/belum menggunakan lidahnya Mempraktekkan menyikat kembali bagian yang masih ada kotorannya Mempraktekkan mencuci mulut dan tangan menggunakan air Mempraktekkan membersihkan peralatan (sikat, gelas) Mempraktekkan membersihkan bekas kotoran yang ada di wastafel Dengan melihat kemampuan dan ketidak mampuan anak dalam menggosok gigi tadi, maka sangat terlihat sekali kemampuan menggosok gigi

35 anak sangat kurang untuk itu perlu program pembelajaran untuk mengatasi permasalahan tersebut. 2. Subjek ke-2 Nama Siswa (inisial) : NJL Tempat Tanggal Lahir : Pontianak, 9 Desember 2002 Usia Jenis Kelamin Kelas Sekolah Alamat Siswa : 9 tahun 1 bulan : Perempuan : I (satu) : SLB Suryakanti : JL. Kembar I no. 43 Bandung Dengan spesifikasi kondisi subjek penelitian sebagai berikut: a. Bahasa Kemampuan bahasa verbal dan non verbal anak baik yaitu anak dapat merespon ketika dipanggil, merespon ketika dilarang dan diperintah, mengerti kalimat sederhana yang terdiri dari 3 kata. b. Motorik Kemampuan motorik kasar anak sangat baik anak dapat berjalan cepat/lambat/maju/mundur/miring/naik/turun, melempar, merangkak, keseimbangan, menggelindingkan bola, melempar bola, meronce, menjahit pola sederhana, mengerjakan puzzle geometri. c. Kemandirian Kemampuan merawat diri dalam hal menggosok gigi pada saat asesmen awal, anak sudah dapat:

36 Menunjukkan gambar menggunakan pasta gigi Menunjukkan gambar menggosok gigi Mengenal peralatan yang digunakan untuk menggosok gigi (gelas, sikat gigi, pasta gigi) Pergi sendiri ke tempat menggosok gigi Mengisi air ke dalam gelas Membuka tutup pasta gigi Menuangkan pasta gigi Menutup kembali tutup pasta gigi Menggosok gigi depan bagian luar Berkumur membuang busa pasta gigi sampai bersih Membuang air bekas berkumur dengan tidak menyiprat Mengelap mulut dan tangan menggunakan handuk Kemampuan yang belum dimiliki anak dalam menggosok gigi yaitu: Menunjukkan gambar pergi ke tempat menggosok gigi Mempersiapkan peralatan menggosok gigi Menunjukkan gambar berkumur-kumur (melumasi mulut sebelum menggosok gigi) Menunjukkan gambar berkumur-kumur (membuang busa pasta gigi yang ada di dalam mulut) Menunjukkan gambar membersihkan mulut dan tangan Menunjukkan gambar merapihkan dan membersihkan tempat dan peralatan

37 Mempraktekkan menyiapkan handuk, pasta gigi, sikat gigi, gelas Mempraktekkan mencuci tangan Mempraktekkan berkumur-kumur (melumasi mulut sebelum menggosok gigi) Mempraktekkan membuang air bekas berkumur dengan tidak menyiprat (pada saat melumasi mulut dengan air sebelum menggosok gigi) Mempraktekkan membasahi bulu sikat gigi Mempraktekkan menggosok gigi samping kiri-kanan bagian luar Mempraktekkan menggosok gigi samping kiri-kanan bagian permukaan Mempraktekkan menggosok gigi depan bagian dalam Mempraktekkan menggosok gigi samping kiri-kanan bagian dalam Mempraktekkan menggosok lidah Mempraktekkan memeriksa kembali apakah sudah bersih/belum menggunakan lidahnya Mempraktekkan menyikat kembali bagian yang masih ada kotorannya Mempraktekkan mencuci mulut dan tangan menggunakan air Mempraktekkan membersihkan peralatan (sikat, gelas) Mempraktekkan menyimpan peralatan di tempatnya Mempraktekkan membersihkan bekas kotoran yang ada di wastafel Dengan melihat kemampuan dan ketidak mampuan anak dalam menggosok gigi maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan menggosok gigi

38 anak sangat kurang untuk itu perlu program pembelajaran untuk mengatasi permasalahan tersebut. D. Tempat Penelitian Penelitian tidak akan terlepas dari latar yang menjadi tempat diperolehnya sumber data. Peneliti memilih latar di SLB Suryakanti Cimuncang Kota Bandung. Penelitian ini dilakukan dalam kelas berukuran 6x6 meter sebagai tempak praktek kegiatan belajar menggosok gigi (kegiatan simulasi) dan sudah tentunya tempat praktekknya di tempat menggosok gigi yaitu di wastafel. Pelaksanaan pembelajaran bina diri di SLB Suryakanti pada intinya adalah setiap hari selasa, dan kamis. Namun sebagai bentuk pembiasaan dan kegiatan rutinitas, kegiatan pun dilaksanakan setiap hari pada selah-selah di dalam dan diluar jam pelajaran dan istirahat. Kegiatannya antara lain mengikat tali sepatu, cara makan, menggosok gigi, dan lain-lain. Untuk itu untuk memperoleh data dalam penelitian ini dilakukan diselah-selah waktu tersebut. E. Prosedur Penelitian 1. Observasi pendahuluan, Studi pendahuluan lapangan yang dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk mengetahui subjek dan memperoleh informasi tentang permasalahan yang dimilikinya. 2. Menentukan dan menetapkan perilaku yang akan diubah sebagai target behavior yaitu meningkatkan kemampuan menggosok gigi anak tunagrahita sedang dan membuat program yaitu menyiapkan media video pembelajaran

39 menggosok gigi yaitu sebagai media intervensi yang akan dilakukan pada penelitian ini. 3. Pengurusan surat izin a. Permohonan surat pengantar dari jurusan kepada fakultas untuk pengesahan judul dan pengangkatan dosen pembimbing. b. Permohonan surat pengantar dari fakultas kepada rektor untuk membuat surat pengantar kepada Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Propinsi Jawa Barat. c. Permohonan izin dari Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat propinsi Jawa Barat sebagai rekomendasi penelitian di SLB Suryakanti. d. Permohonan izin dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat sebagai rekomendasi penelitian di SLB Suryakanti. e. Surat pernyataan telah melaksanakan penelitian di SLB Suryakanti 4. Tahap pelaksanaan Pada tahap Pelaksanaan ini dilaksanakan dalam desain A-B-A yang mana memiliki langkah-langkah sebagai berikut: a. Menetapkan kemampuan dasar atau kondisi baseline-1 menggosok gigi sebanyak 4 sesi. Langkah pertama mengkondisikan subjek pada situasi belajar dengan subjek duduk dan berhadapan dengan peneliti, Subjek diminta melakukan menggosok gigi kemudian memperhatikan kemampuan menggosok giginya tersebut. Pada sesi ini peneliti mencatat kemampuan dan ketidak mampuan anak pada saat menggosok gigi.

40 b. Melakukan perlakuan terhadap target behavior atau intervensi penggunaan media video pembelajaran terhadap kemampuan menggosok gigi. Kegiatan ini dilakukan selama delapan kali intervensi, pengamatan dilakukan setelah pembelajaran (evaluasi akhir pembelajaran). Adapun proses intervensi mengikuti rancangan pembelajaran yaitu pertama-tama anak dikondisikan dalam suasana yang kondusif. Setelah itu subjek memperhatikan penjelasan dari peneliti mengenai media video pembelajaran menggosok gigi dan subjek penelitian mensimulasikan dan mempraktekkan materi yang ada dalam video. c. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh media video terhadap kemampuan menggosok gigi ini penelitian melakukan baseline-2. Baseline-2 dilakukan yaitu 4 kali tes akhir yang diberikan pada subjek tanpa adanya perlakuan atau penggunaan media video pembelajaran. F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam dalam penelitian ini adalah dengan penggunaan metode observasi langsung dan prosedur pencatatan langsungnya memakai pencatatan kejadian. Menurut Sunanto (2005: 20): Prosedur pencatatan ini adalah kegiatan observasi secara langsung yang dilakukan untuk mencatat data variabel terikat pada saat kejadian atau perilaku terjadi. Pencatatan semacam ini merupakan dasar utama pengukuran dalam penelitian modifikasi perilaku. Ada beberapa jenis pencatatan data menggunakan prosedur ini, yaitu: pencatatan kejadian, durasi, latensi, interval, dan sampel waktu.

41 G. Instrumen Penelitian Dalam melakukan penelitian berarti memerlukan alat pengukuran yang baik dan akurat. Dalam penelitian alat ukur disebut dengan instrumen. Menurut Sugiyono (2011 :148) instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Instrumen penelitian merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu penelitian. Maka dalam penyusunannya diperlukan pedoman dan pendekatan dari para ahli khususnya ahli dalam bidang variabel yang telah ditentukan. Instrumen penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode observasi menurut Arikunto (2010: 199) metode observasi atau yang disebut dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Selain itu juga Arikunto (2010: 272): Dalam menggunakan metode observasi cara paling efektif adalah melengkapi dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrument, format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Melihat pernyataan di atas, maka dalam penelitian ini. Penulis membuat instrument yang berisikan langkah-langkah detail cara menggosok gigi dengan kata lain instrument ini mengacu pada analisis tugas (task analysis). Metode observasi yang dipilih dengan observasi sistematis dengan menggunakan sebagai instrument pengamatan yang di dalamnya berupa checklist langkah menggosok gigi. butir soal yang dibuat dalam instrument merupakan task analisis dari urutan langkah kegiatan menggosok gigi (terlampir) hal ini berguna untuk mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan menggosok gigi

42 anak tunagrahita secara detail. Pengumpulan data ini dilakukan pada saat kondisi baseline-1, intervensi, dan baseline-2. Check list diberikan pada saat kondisi baseline-1 (A-1) berguna untuk mengetahui kemampuan awal menggosok gigi anak sebelum diberikan perlakuan (intervensi), check list pada saat kondisi intervensi (B) berguna sebagai evaluasi sedangkan check list pada saat kondisi baseline-2 (A-2) berguna untuk melihat apakah intervensi yang dilakukan dapat memberikan pengaruh pada kemampuan menggosok gigi anak tunagrahita sedang Untuk mencapai tujuan penelitian ini, peneliti menyusun beberapa langkah pembuatan instrumen agar pelaksanaannya lebih mudah, yaitu: 1. Membuat kisi-kisi Pembuatan kisi kisi berguna untuk untuk memberikan gambaran untuk menyusun pembuatan butir soal pada variabel yang telah ditentukan (terlampir) 2. Pembuatan butir soal Pembuatan butir soal disesuaikan dengan indikator yang telah ditentukan pada kisi-kisi soal. Dari tujuan tersebut dibuat bentuk soal perbuatan dan kinerja yang jumlah keduanya sebanyak 33 soal (terlampir) 3. Sistem penilaian butir soal Penilaian butir soal terdiri dari 2 kategori atau skala pengukuran yang diambil dari skala Guttman. Menurut Sugiyono (2011: 139) skala pengukuran tipe dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu ya - tidak ; pernah - tidak pernah ; positif negatif ; dan lain-lain.

43 Peneliti pun memilih dua kategori penilaian yaitu mampu-tidak mampu. Kategori mampu diberi skor 1 dan kategori tidak mampu diberi skor 0. H. Uji Validitas Instrumen Uji coba instrument dilaksanakan dengan maksud untuk mengetahui tingkat validitas dari instrument yang digunakan untuk penelitian. Setelah dialkukan uji coba maka kita dapat mengetahui apakah instrument yang telah dibuat tersebut apakah perlu diperbaiki atau layak tidaknya digunakan untuk penelitian. Sesuai pernyataan dari Gay (Sukardi, 2003: 121) bahwa suatu instrument dikatakan valid jika instrument yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur. Untuk mengukur tingkat validitas tes, peneliti menggunakan validitas isi berupa expert-judgement dengan teknik penilaian oleh para ahli. Para ahli dalam penelitian ini adalah ahli dalam bidang PLB (Pendidikan Luar Biasa) baik guru maupun dosen yang telah berpengalaman dalam pembelajaran Bina Diri, dan berpengalaman dalam spesialisasi tunagrahita ataupun berpengalaman dalam membuat media pembelajaran. Adapun para ahli yang dijadikan tim penilai validitas instrumen ini adalah sebagai Berikut: Tabel 3.1 Daftar Nama Penilai Expert Judgement dalam Tes Uji Validitas NO NAMA JABATAN INSTANSI 1 Dra. Hj. Sri Widati, M.Pd Dosen PLB Universitas Pendidikan Spesialisasi D 2 Dra. Oom Sitti Homdijah Dosen PLB Spesialisasi C 3 Nur Aziza Alfian, S.Pd, M.M Guru SLB Suryakanti 4 Jujun Suprijatini, S.Pd Guru SLB Suryakanti Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia

44 Hasil expert-judgement dikatakan valid jika perolehan skornya di atas 50%. Adapaun perhitungannya dihitung dengan menggunakan rumus: F P = 100% N Keterangan: P = Persentase F = Jumlah Cocok N = Jumlah Penilai ahli * Adapun hasil perhitungan validitas instrument dapat dilihat pada lampiran I. Pengolahan dan Analisis Data Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah persentase. Persentase merupakan satuan yang sering dipilih oleh para peneliti dan guru untuk mengukur perilaku dibidang akademik maupun sosial. Untuk itu peneliti memilih persentase sebagai teknik pengolahan data yang akan digunakan dalam penelitian ini Setelah data terkumpul, masing-masing data baseline-1, intervensi, dan baseline-2 kemudian data tersebut dibuat analisis deskriptifnya. Pada penelitian SSR, analisis data dilakukan dengan subjek persubjek dan disajikan dengan menggunakan statistik deskriptif yang berbentuk grafik dengan tujuan untuk mempermudah memahami data, dengan kata lain kita dapat memperoleh gambaran jelas tentang hasil peningkatan kemampuan menggosok gigi setelah diberikan perlakuan berulang-ulang dan dalam jangka waktu tertentu menggunakan media video.

45 Dalam penelitian ini grafik yang dipilih adalah grafik garis. Sunanto (2006: 40) menyatakan bahwa grafik garis biasanya digunakan untuk menampilkan data yang ditampilkan secara kontinu. Grafik garis mempunyai beberapa kelebihan diantaranya yang paling penting adalah dikenal pembaca, dengan demikian mudah dibaca dan dipahami. Menurut Sunanto (2005: 35) ada beberapa komponen garis, yaitu: a. Absis: garis horizontal (x) yang memberikan keterangan waktu (sesi, hari dan tanggal). b. Ordinat: garis vertikal (y) sebagai variabel terikat (persentase, frekuensi dan durasi) c. Titik Awal: merupakan pertemuan antara sumbu x dan sumbu y sebagai suatu titik awal satuan variabel bebas dan terikat d. Skala: garis-garis pendek pada sumbu x dan sumbu y yang menunjukan ukuran e. Label kondisi: keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen, misalnya kondisi satu ke kondisi lainnya. f. Garis perubahan kondisi: yaitu garis vertical yang menunjukan adanya perubahan kondisi ke kondisi lainnya g. Judul grafik: judul yang menunjukan hubungan antara variabel bebas dan terikat. 1. Pengolahan Data Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan pengukuran persentase. Persen atau persentase yang merupakan satuan pengukuran variabel terikat yang biasa digunakan oleh peneliti dan guru untuk mengukur perilaku dalam bidang akademik maupun sosial (Sunanto, 2005:16). Persentase (%) dihitung dengan cara rumus dibawah ini: tes yang dikerjakan dengan benar 100% jumlah soal Dikarenakan perhitungan persentase dipastikan hasilnya sebesar 0%- 100%, maka untuk menghindari kesalah fahaman antara baik atau buruknya dari

46 hasil perhitungan persentase kemampuan menggosok gigi anak tunagrahita sedang disetiap fase atau kondisi, maka peneliti menetapkan pengkategorian persentase kemampuan menggosok gigi. Terdapat 5 kategori hasil persentase yaitu: Tabel 3.2 Data Pengkategorian Persentase Kemampuan Menggosok Gigi Anak Tunagrahita Sedang No Persentase Kategori 1 0%-29,99% Sangat buruk 2 30%-59,99% buruk 3 60%-70,49% Cukup baik 4 75%-89,99% Baik 5 90%-100% Sangat baik 2. Analisis Data Analisis data merupakan tahap terakhir sebelum menarik kesimpulan. Setelah terkumpul semua data, data tersebut kemudian diolah dan dianalisis untuk dihitung dan dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Perhitungan ini dilakukan dengan menganalisis (1)dalam kondisi dan (2)antar kondisi. Analisis dalam kondisi memiliki komponen sebagai berikut: a. Panjang kondisi Panjang kondisi adalah banyaknya data dalam kondisi yang juga menggambarkan banyaknya sesi dalam kondisi tersebut. b. Kecenderungan arah Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam kondisi dimana banyaknya data yang berada di atas dan di bawah garis yang sama banyak.

47 c. Tingkat stabilitas (level stability) Menunjukkan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi. Tingkat kestabilan dapat ditentukan dengan menghitung banyaknya data yang berada di dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean. d. Jejak data (data path) Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data lain dalam suatu kondisi dengan tiga kemungkinan yaitu menaik, menurun, dan mendatar. e. Level stabilitas dan rentang Rentang maksudnya disini adalah jarak antara data terbesar dengan data terkecil pada setiap kondisi (fase) f. Tingkat perubahan (level change) Tingkat perubahan menunjukkan besarnya perubahan data atau merupakan selisih antara data pertama dengan data terakhir. Sedangkan dalam menganalisis antar kondisi meliputi komponen sebagai berikut: a. Variabel yang diubah Merupakan variabel terikat atau sasaran yang difokuskan. b. Perubahan kecenderungan arah dan efeknya Merupakan perubahan kecenderungan arah grafik antara kondisi baseline dan intervensi. c. Perubahan stabilitas dan efeknya Stabilitas data menunjukkan tingkat kestabilan perubahan dari sederetan data.

48 d. Perubahan level data Menunjukkan seberapa besar data berubah dari fase kodisi ke kondisi lainnya (selisih antara sesi terakhir dengan sesi pertama pada fase kondisi selanjutnya) e. Data yang tumpang tindih Data yang tumpang tindih antara dua kondisi terjadi akibat dari keadaan data yang sama pada kedua kondisi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data tersebut adalah: a. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-1. b. Menskor hasil penilaian pada kondisi intervensi. c. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-2. d. Membuat tabel penilaian untuk skor yang telah diperoleh pada kondisi baseline-1, kondisi intervensi, dan kondisi baseline-2. e. Membandingkan hasil skor pada kondisi baseline-1, skor intervensi, dan skor pada kondisi baseline-2. f. Membuat analisis dalam bentuk grafik garis sehingga dapat dilihat secara langsung perubahan yang terjadi dari ketiga fase. g. Membuat analisis kondisi dan antar kondisi.