ANALISA POTENSI SUMBER DAYA DAN KEBENCANAAN GEOLOGI DESA BESUKI, KABUPATEN TULUNGAGUNG, JAWA TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1980 TENTANG PENGGOLONGAN BAHAN-BAHAN GALIAN. Presiden Republik Indonesia,

Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1980 Tentang : Penggolongan Bahan-bahan Galian

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 angka 10 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3) menegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dan meningkatnya kebutuhan akan sumber daya alam. 1

BAB I PENDAHULUAN. abadi dan keadilan sosial. Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, bangsa

Lokasi Aktifitas Pertambanagan di Kabupaten Magelang.

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO LEMBARAN DAERAH TAHUN 2002 NOMOR 30 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : I TAHUN 2002 TENTANG

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : TANGGAL : KOORDINAT WILAYAH IZIN USAHA PERTAMBANGAN

BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 03 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN HARGA PASAR MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO PENGELOLAAN PERTAMBANGAN UMUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PERTAMBANGAN UMUM, MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pertambangan antara lain, Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 13 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 108 TAHUN 2017 TENTANG HARGA PATOKAN PENJUALAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA UNTUK PENATAAN RUANG WILAYAH

BAB VI KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN - LAMPIRAN

MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR : 1166.K/844/M.PE/1992 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1964 TENTANG PENGGOLONGAN BAHAN-BAHAN GALIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR. baik gejala alam lingkungan maupun manusia yang meliputi sifat-sifat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 1 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2008

BAB 2 METODOLOGI DAN KAJIAN PUSTAKA...

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 8 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN UMUM

BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2012 BUPATI TANAH DATAR PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 8 TAHUN 2012

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

BAB II GEOLOGI REGIONAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II GEOMORFOLOGI 2. 1 Fisiografi Regional Jawa Tengah

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I KALIMANTAN BARAT NOMOR 7 TAHUN 1987

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN NOMOR: 09 TAHUN 2000 KEPUTUSAN BUPATI KABUPATEN BENGKULU SELATAN NOMOR : 24 TAHUN 2000 TENTANG

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ke dalam tanah (bumi) untuk mendapatkan sesuatu yang berupa hasil

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

BAB I PENDAHULUAN. Desa Pendoworejo berada pada ketinggian 100 hingga 475 mdpl. Pada peta

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB II GEOLOGI REGIONAL

PENGATURAN HUKUM YANG MENGATUR TENTANG PERTAMBANGAN TANAH TERHADAP PELAKU YANG MELAKUKAN KEGIATAN PERTAMBANGAN DI KABUPATEN DELI SERDANG

Bab II. Kriteria Geologi dalam Eksplorasi

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:

Jenis Bahaya Geologi

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1986

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TENTANG PENAMBANGAN PASIR. A. Pengertian Pertambangan dan Pengaturan Penambangan Pasir

PP 10/2000, TINGKAT KETELITIAN PETA UNTUK PENATAAN RUANG WILAYAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DELI SERDANG

BAB II GEOLOGI REGIONAL

HALAMAN PENGESAHAN...

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Perumusan Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Tajur dan Sekitarnya, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat Tantowi Eko Prayogi #1, Bombom R.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DOMPU NOMOR 06 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DOMPU,

BAB II STRATIGRAFI REGIONAL

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Bemmelen (1949), lokasi penelitian masuk dalam fisiografi

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2008 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 2 TAHUN 2008

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB 2 Tatanan Geologi Regional

BAB II GEOLOGI REGIONAL

DAFTAR ISI. SKRIPSI... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR...

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR:11TAHUN2008 TENTANG PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DINAS PENDAPATAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2008 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 2 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian banjir, air baku 300 liter/ detik dan energi listrik 535 KWH (Wicaksono,

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 4 PEMBAHASAN Lingkup Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 1 angka 29 dan

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Gambar 2.1 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 3.5 Gambar 3.6 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HARGA STANDAR PENGAMBILAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN BUPATI REJANG LEBONG,

MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS XI IPS - SEMESTER GANJIL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BUPATI REMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI

Transkripsi:

ANALISA POTENSI SUMBER DAYA DAN KEBENCANAAN GEOLOGI DESA BESUKI, KABUPATEN TULUNGAGUNG, JAWA TIMUR Arthur Gemas Pradhana Nayoan 1), Evan Reystephen Sammuel 1), Fiqih Kurniadi 1) 1) Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti arthur.nayoan@hotmail.com evan.sammuel@gmail.com fiqihkurniadi@gmail.com Abstrak Indonesia khususnya pulau Jawa dibagi menjadi 6 fisiografi yaitu Zona Pegunungan Muria, Zona Rembang, Zona Randublatung, Antiklinorium Kendeng, Zona Solo, dan Zona Pegunungan Serayu Selatan (Van Bemmelen,1949). Salah satu daerah yang rawan bencana tersebut berada pada Zona Pegunungan Serayu Selatan yaitu Desa Besuki, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur. Secara astronomis lokasi daerah pemetaan berada pada 111 42'48,4"- 111 48'04,7" BT dan 08 12 17-08 15 00 LS. Metode yang digunakan adalah pengambilan data primer berupa pemetaan geologi, pembuatan peta geomorfologi, dan analisa data lapangan. Dari data yang diperoleh, geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi empat satuan geomorfologi yaitu satuan geomorfologi dataran fluvial, satuan geomorfologi bukit tersayat tajam struktural, satuan geomorfologi pegunungan tersayat tajam struktural, dan satuan geomorfologi berbukit bergelombang karst serta litologi penyusun daerah ini adalah batupasir halus karbonatan, batugamping klastik, serta batuan beku andesit dan diorit. Jika dikaji berdasarkan aspek keilmuan geologi, daerah penelitian ini merupakan daerah yang berpotensi adanya bencana geologi pada titik tertentu, sehingga diperlukannya mitigasi bencana untuk menghindari adanya kecelakaan yang dapat menimpa masyarakat pada daerah ini. Disamping itu, daerah ini mempunyai potensi sumber daya alam pada titik tertentu yang dapat dimanfaatkan, sehingga menghasilkan lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat. Kata Kunci : Bencana Geologi, Mitigasi Bencana, Potensi Sumber Daya Alam, Desa Besuki, Tulungagung Pendahuluan Penulis melakukan penelitian pada Desa Besuki yang setelah diselidiki termasuk kedalam Zona Pegunungan Serayu Selatan yang merupakan salah satu zona pembagian dari fisiografi dari Pulau Jawa. Secara administratif lokasi Desa Besuki terletak pada Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Secara astronomis lokasi Desa Besuki dan sekitarnya berada pada 111 42'48,4"- 111 48'04,7" BT dan 08 12 17-08 15 00 LS. Untuk mengetahui sumber daya yang terdapat pada Desa Besuki perlu dilakukannya pemetaan geologi pada daerah tersebut. Pemetaan geologi merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mempelajari keadaan sekitar dari suatu daerah baik dari aspek sejarahnya sampai pada ciri litostratigrafinya.setelah dilakukan pemetaan tersebut dan mengetahui persebaran litologinya, diharapkan dapat mengetahui potensi dan kebencanaan di Desa Besuki, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur. Melalui hasil dari pemetaan geologi dari daerah penelitian diharapkan dapat diketahui persebaran sumber daya alam yang terkandung di daerah tersebut dan mampu memanfaatkan sumber daya alam secara optimal. Termasuk di dalamnya terdapat unsur kebencanaan yang berada pada daerah penelitian, agar masyarakat sadar akan bencana sehingga kerugian materiil maupun non materiil dapat dicegah beserta dapat dilakukan tindak pencegahan bagi warga sekitar. 33

1. Rumusan Masalah Dari penelitian yang telah dilakukan pada daerah penelitian dapat ditarik beberapa rumusan masalah, sebagai berikut : a. Apa saja potensi sumber daya geologi yang dapat dimanfaatkan di Desa Besuki, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur? b. Apakah ada potensi kebencanaan geologi yang terdapat pada Desa Besukim Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur? 2. Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan pada Desa Besuki memiliki tujuan sebagai berikut : a. Untuk mengetahui potensi sumber daya geologi yang dapat dimanfaatkan pada Desa Besuki, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur b. Untuk mengetahui ada atau tidaknya potensi kebencanaan geologi pada Desa Besuki, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur Studi Pustaka 1. Geologi Regional Penelitian yang dilakukan penulis berada pada regional Tulungagung yang terletak pada 111 42'48,4"- 111 48'04,7" BT dan 08 12 17-08 15 00 LS. Secara andministratif, lokasi daerah penelitian ini terletak di dearah Besuki dan sekitarnya, Kecamatan Besuki, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Timur. Luas daerah penelitian ini adalah 30km 2 dengan ukuran 6km x 5km. Gambar 1. Peta Geologi Lokasi Pengamatan (Kurniadi, 2016) Gambar 2. Lokasi Daerah Pemetaan Geologi Regional Lembar Tulungagung (Samudra dkk, 1992) 34

2. Sumber Daya Alam Dalam pengertiannya sumber daya alam ialah faktor produksi dari alam yang digunakan untuk menyediakan barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi. Maka dapat kita artikan sebagai segala sumber daya hayati dan non hayati yang dimanfaatkan umat manusia sebagai sumber pangan, bahan baku, dan enerji. Sumber daya alam non hayati juga dapat disebut sebagai bahan galian.penggolongan bahan galian menurut Pasal 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 serta Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan, dibagi menjadi 3 golongan, yaitu : 2.1. Bahan Galian Golongan A Bahan galian golongan A, yaitu galian golongan strategis. Yang dimaksud strategis bagi pertahanan/keamanan negara atau bagi perekonomian bangsa. Kemudian bahan galian ini dibagi menjadi enam golongan : a. Minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, dan gas alam b. Bitumen padat, aspal c. Antrasit, batu bara, batu bara muda d. Uranium, radium, thorium, dan bahan-bahan radioaktif lainnya e. Nikel, kobal f. Timah 2.2. Bahan Galian Golongan B Bahan galian golongan B, yaitu bahan galian vital ialah bahan galian yang dapat menjamin hajat hidup orang banyak. Bahan galian vital digolongkan menjadi delapan golongan yaitu : a. Besi, mangan, molibden, khrom, wolfram, vanadium, titan b. Bauksit, tembaga, timbale, seng c. Emas, platina, perak, air raksa, intan d. Arsin, antimony, bismuth e. Ytterium, rtutenium, cerium, dan logam-logam langka lainnya f. Berilium, korundum, zircon, kristal kuarsa g. Kriolit, fluorspar, barit 2.3. Bahan Galian Golongan C Bahan galian golongan C, yaitu bahan galian yang tidak termasuk golongan A dan B atau disebut juga sebagai bahan galian industri karena kegunaannya terbagi menjadi sembilan golongan yaitu : a. Nitrat-nitrat,asbes, talk, mika, grafit magnesit. b. Asbes, talk, mika, grafit magnesit. c. Yarosit, leusit, tawas (alum), oker. d. Batu permata, batu setengah permata. e. Pasir kuarsa, kaolin, feldspar, gips, bentonite. f. Batu apung, tras, obsidian, perlit, tanah diatome, tanah serap. g. Marmer, batu tulis, batu kapur, dolomit, kalsit. h. Granit, andesit, basalt, trakhit, tanah liat, tanah pasir. 3. Kebencanaan Geologi Kebencanaan geologi adalah peristiwa yang disebabkan oleh kondisi geologi melibatkan aspek geologi dan mengakibatkan kerugian harta benda, kerusakan sarana dan prasarana, serta fasilitas umum lainnya, maupun menyebabkan korban manusia dan mahluk hidup lainnya. Jenis-jenis kebencanaan geologi diantaranya, yaitu : a. Longsor (berbagai jenis), merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. b. Banjir dan banjir bandang, ialah dimana meluapnya aliran sungai akibat air melebihi kapasitas tampungan sungai sehingga meluap dan menggenangi dataran atau daerah yang lebih rendah di sekitarnya. 35

c. Letusan gunungapi, merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah erupsi. Dimana keluarnya cairan pijar (magma) dari mulut gunung akibat aktivitas vulkanik. d. Gempa tektonik dan gempa volkanik, ialah gejala alamiah yang berupa goncangan atau getaran tanah yang ditimbulkan oleh adanya sumber-sumber getaran tanah akibat aktivitas tektonik atau aktivitas vulkanik e. Tsunami, ialah suatu gelombang air laut besar yang disebabkan oleh gempa bumi dengan pusat di bawah laut. f. Erosi, ialah proses geologi secara alamiah yang menyebabkan kehilangan sejumlah massa tanah di suatu tempat akibat aliran air, baik di permukaan maupun melalui poripori antar partikel batuan di bawah permukaan. g. Settlement dan subsidence (penurunan tanah), ialah penurunan muka tanah sebagai fungsi dari waktu yang diakibatkan oleh proses alamiah dan aktivitas manusia. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan penulis ialah dengan cara sebagai berikut Perumusan masalah Studi literatur (Fisiografi regional dan geologi regional daerah penelitian) Pengumpulan data (Pemetaan, sampling batuan, dan pengambilan foto) Pengambilan kesimpulan Analisis data Gambar 3. Flowchart Penelitian Pembuatan peta geomorfologi dan peta geologi Hasil dan Pembahasan 1. Geologi Daerah Penelitian Daerah penelitian yang penulis teliti mempunyai empat satuan geomorfologi yaitu satuan geomorfologi dataran fluvial, satuan geomorfologi bergelombang miring karst, satuan geomorfologi berbukit tersayat tajam, serta satuan geomorfologi pegunungan tersayat tajam struktural. Sedangkan stratigrafi daerah penelitian penulis dibagi menjadi lima satuan batuan dan satu endapan, dimulai dari satuan litologi yang tertua sampai satuan termuda, yaitu satuan batupasir karbonatan, satuan batuan beku Dasit, satuan batugamping klastik, satuan batugamping klastik grainstone, serta satuan batuan beku Andesit dan suatu Endapan Aluvial. Kemudian struktur geologi yang ada pada daerah penelitian ialah struktur sesar yaitu sesar naik (Kurniadi, 2016). 2. Potensi Sumber Daya Alam Berdasarkan kondisi geologi daerah penelitian, bahwa dijumpai suatu batuan beku Intrusi Andesit pada lokasi pengamatan 20 dan Dasit pada lokasi pengamatan 74 yang merupakan bahan galian golongan C. 2.1. Sumber Daya Batuan Andesit Pada lokasi pengaman 20 dari hasil pemetaan lokasi penelitianditemukan sebuah intrusi batuan Andesit yang baik karena sebagian besar masih fresh tersingkap, berwarnaabu-abu. Kemudian dideskripsikan secara langsung bahwa derajat atau tingkat kristalisasi yang dimiliki batuan beku Andesit ini ialah Hipokristalin, bertekstur Afanitik (kristalnya sangat halus sehingga sulit dibedakan dengan mata biasa), hubungan antar kristalnya (relasi) ialah inequigranular, dan tekstur khusus yang dimiliki batuan ini ialah glomeroporfiritik. Batuan beku Andesit sendiri dapat digunakan sebagai bahan bangunan. 36

Potensi dari batuan andesit sebagai sumber daya dihitung dengan menggunakan pendekatan perhitungan volume daerah potensi menggunakan rumus kerucut terpancung dengan data kontur pada Peta Geologi dengan skala 1 : 12.500, sehingga didapat hasil berupa volume cadangan ± 124.782.291,666664 ton. Batuan Andesit Lp 20 Gambar 4. Crop Lokasi Potensi Sumber Daya Batuan Andesit pada Peta Geologi Daerah Desa Besuki dan sekitarnya (Kurniadi, 2016) 2.2. Sumber Daya Batuan Dasit Pada lokasi pengamatan 74 dari hasil pemetaan pada daerah penelitian ditemukan suatu batuan beku Dasit yang baik karena sebagian besar masih fresh tersingkap, berwarnaabu-abu. Kemudian dideskripsikan secara langsung bahwa derajat atau tingkat kristalisasi yang dimiliki batuan Dasit ialah Hipokristalin, bertekstur Afanitik (kristalnya sangat halus sehingga sulit dibedakan dengan mata biasa), hubungan antara kristalnya (Relasi) ialah inequigranular, dan tekstur khusus yang dimiliki batuan ini ialah glomeroporfiritik. Batuan beku Dasit sendiri dapat digunakan sebagai bahan bangunan. Potensi dari batuan dasit sebagai sumber daya dihitung dengan menggunakan pendekatan perhitungan volume daerah potensi menggunakan rumus kerucut terpancung dengan data kontur pada Peta Geologi dengan skala 1 : 12.500, sehingga didapat hasil berupa volume cadangan ± 119.589.843,75 ton. Batuan Dasit Lp 74 Gambar 5. Crop Lokasi Potensi Sumber Daya Batuan Dasit pada Peta Geologi Daerah Desa Besuki dan sekitarnya (Kurniadi, 2016) 3. Potensi Kebencanaan Geologi Berdasarkan kondisi geologi pada daerah penelitian ditemukan 2 titik lokasi bencana geologi yang terjadi pada daerah tersebut, pada 2 titik tersebut terdapat bencana 37

geologi berupa tanah longsor pada lokasi pengamatan 22 dan pada lokasi pengamatan 72 dimana tingkat kelerengan pada daerah tersebut relatif sedang sampai tinggi. Gambar 6. Terdapat Longsoran pada LP 22 Daerah Penelitian B T Gambar 7. Kemiringan Lereng pada daerah Gunung Senarang yang terdapat longsoran di LP 72 Daerah Penelitian Kesimpulan Jadi kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan penulis ialah sebagai berikut : 38

a) Terdapat potensi sumber daya batuan Andesit pada lapangan pengamatan 20 sebesar 1.311.195.312,5 ton dan potensi sumber daya batuan beku Dasit pada lapangan pengamatan 74 sebesar 1.298.894.117,1875 ton yang merupakan bahan galian golongan C, yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan. b) Daerah ini memiliki potensi kebencanaan geologi yang sudah terjadi berupa tanah longsor di dua titik, yaitu pada lapangan pengamatan 22 dan lapangan pengamatan 72 di daerah Desa Besuki dan sekitarnya. Daftar Pustaka Anugrahadi, A. 1989. Penuntun Praktikum Geologi Fisik. Jakarta. Universitas Trisakti. Bemmelen van R. W. 1949. The Geology of Indonesia. Nederland. Martinus Nyhoff. Fauzi, A. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Teori dan Aplikasi. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama Ilhami, A. 2009. Pemodelan Gerakan Penurunan Tanah (Land Subsidence) Area Lumpur Lapindo, Sidoarjo Menggunakan Data Mikrogravity. Depok. Universitas Indonesia. Subsidence Kurniadi, F. 2016. Laporan Pemetaan Geologi Daerah Besuki Dan Sekitarnya, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung, Provinis Jawa Timur. Jakarta. Universitas Trisakti. Salim H.S. 2008.Hukum Pertambangan Indonesia. Jakarta. Rajawali Pers. Samodra, H., Suharsono, S. Gafoer, dan T. Suwarti. 1992. Geologi Lembar Tulungagung, Jawa.Bandung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Yulaewati, E., Usman Shihab. 2008. Mencerdasi Bencana. Jakarta. PT. Grasindo Zakaria, Z. 2010. Praktikum Geologi Teknik. Bandung. Universitas Padjajaran. 39